Meningitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang dewasa
biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung meluasnya
sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau empiema subdural (leptomeningitis), atau
bahkan kedalam otak (meningoensefalitis). (Satyanegara, 2010)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meningens, biasanya ditimbulkan oleh salah satu
dari mikroorganisme pneumokok, meningkok, stafilokok, streptokok, hemophilus influenza dan
bahan aseptis (virus). (Long, 1996).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal
column yang menyebabkan proses infeksi pada system saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001)
Meningitis adalah peradangan pada jaringan tipis yang mengelilingi otak dan sumsum
tulang belakang, yang disebut meninges. Ada beberapa jenis meningitis. Yang paling umum adalah
meningitis virus, yang di dapatkan ketika virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut dengan
perjalanan ke otak. Meningitis bakteri jarang terjadi, tetapi dapat mematikan. Hal ini biasanya
dimulai dengan bakteri yang menyebabkan seperti infeksi dingin. Hal ini dapat memblokir
pembuluh darah di otak dan menyebabkan stroke dan kerusakan otak. Hal ini juga dapat
membahayakan organ lainnya. Infeksi pneumokokus dan infeksi meningokokus dapat
menyebabkan meningitis bakteri.
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat pentign karena merupakan pusat operasi dari
semua alat tubuh, bagian dair saraf setral yang terletak dalam rongga cranium yang dibungkus oleh
selaput otak yang kuat. Otal dibagi menjadi tiga bagian besar:
Serebrum batang otak dan serebelum,semua berada dalam suatu bagian stuktur tulang yang disebut
tengkorak,yang juga menjaga otak dari cedera. Empat tulang frontal,pariental,temporal dan
oksipital, pada dasar tengkorak terdiri dari tiga bagian fossa-fossa.
Bagian fossa senterior berisi lobus frontal serebral bagian hemisfer,bagian tengnah fossa berisi
lobus parietal, temporal oksipital dan bagian fossa poteror berisi batang otak dan medulla.
a. Meningen
Meningen terletak dibagian tengkorak. Komposisi maningen berupa jaringan serabut
penghubung yang melindungi mendukung dan memelihara otak. Meningen terdiri dari tiga
lapisan yaitu:
1. Durameter
Lapisan paling luar menutup otak dan medulla spinalis. Sifat durameter liat,tebal,tidak
elastis. Berupa serabut dan berwarna abu-abu.
2. Arakhanoid
Membaran bagian tengah membrane bersifat tipis dan lembut menyerupai sarang laba-
laba,membrannya berwarnah putih karena tidak disertai darah.
3. Piameter
Membrane paling dalam, berupa dinding yang tipis dan transparan yang menutupi otak
dan meluas kesetiap lapisan daerah otak.
b. Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Subtansia grisea terdapat pada bagian
luar dinding serebrum bagian dalam. Pada prinsipnya komposisi subtansia grisea yang
terbentuk dari badan-badan saraf memenuhi korteks serebri, nukleas dan basal ganglia.are
ini mengotrol fungsi motoric tertinggi yang itu terhadap fungsi individu dan intelegensi.
Pada serebrum ada empat lobus yaitu:
1. Lobus frontal, adalah lobus besar yang terleak pada anterior, area ini mengontrol
perilaku individu, membuat keputusan, kepribadian dan menahan diri.
2. Lobus pariental adalah lobus sentral. Area ini menginterprestasikan sensasi dan depan
lobus mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
3. Lobus temporal. Adalah bagian bawah lateral dan fisura serebralis dan didepan lobus
oksipitalis area ini berfungsi mengintegrasikan sensai kecap, baud an pendengar.
4. Lobus oksipitali terletak pada lobus posterior hemisfer serebri. Bagian ini bertanggung
jawab menginterpretasikan penglihatan.
c. Diensepalon
Fossa bagian tengah atau diensepalon berisi thalamus,hipotalamus, dan kelenjar hipopisis.
Diensepalon terdiri dari dua lapisan yaitu:
1. Thalamus
Thalamus berada pada salah satu sisi pada sepetiga ventirkel dan akivitas primernya
sebagai pusat penyambugn sensasi bau yang diterima.
2. Hipotalamus
Terletak pada anferior dan inferior thalamus.berfungsi mengontorl dan mengatur
system saraf anatomi. Hipotalamus juga bekerja sama dengan hiposisi untuk
mempertahankan keseimbangan cairan.
Etiologi
a) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di
ruang subarakhnoid. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan
terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons dari jaringan
otak terhadap virus bervariasi bergantung pada jenis sel yang terlibat.
b) Sepsis
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus, atau basilus influenza. Bakteri paling sering dijumpai pada
meningitis bakteri akut, yaitu Neiserria meningitdis (meningitis meningokokus),
Streptococcus pneumoniae (pada dewasa), dan Haemophilus influenzae (pada anak- anak
dan dewasa muda). Bentuk penularannya melalui kontak langsung, yang mencakup droplet
dan sekret dari hidung dan tenggorok yang membawa kuman (paling sering) atau infeksi
dari orang lain. Akibatnya, banyak yang tidak berkembang menjadi infeksi tetapi menjadi
pembawa (carrier). Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan oleh bakteri gram negatif
yang terjadi pada lansia sama seperti pada seseorang yang menjalani bedah saraf atau
seseorang yang mengalami gangguan respons imun.
c) Tuberkulosa
Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel. Infeksi meningen umumnya
dihubungkan dengan satu atau dua jalan, yaitu melalui salah satu aliran darah sebagai
konsekuensi dari infeksi-infeksi bagian lain, seperti selulitis, atau melalui penekanan
langsung seperti didapat setelah cedera traumatik tulang wajah. Dalam jumlah kecil pada
beberapa kasus merupakan iatrogenik atau hasil sekunder prosedur invasif seperti lumbal
pungsi) atau alat-alat invasive (seperti alat pemantau TIK) (Muttaqin, 2008).
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
a. Meningitis Serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih.
Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis Purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokokus), Neisseria
meningitis (meningokokus), Streptococcus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa (Satyanegara, 2010).
Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septicemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medulla spinalis bagian atas. Faktor predisposisi mencakup
infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis
lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat
saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan thrombus dan penurunan aliran darah
serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolism akibat eksudat meningen, vaskulitis
dan hipoperfusi. Eksudat purulent dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang
juga menyebar ke dinding membrane ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan
perubahan fisiologis intracranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barrier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan
dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
Manifestasi Klinis
a. Gejala infeksi akut: lesu, kelelahan, sakit pada otot, panas, nausea, vomitus, sakit kepala,
dan mudah terangsang
b. Gejala peningkatan TIK: nyeri kepala, kesadaran menurun, muntah proyektil, papilla
edema, kejang, vocal twicing, photofobia, disfungsi saraf III, IV, dan VI
c. Gejala rangsang meningeal: rigiditas nukal (kaku leher), tanda kerning (+), brudzinski
d. Ruam pada kulit (pada meningkokus)
4). Mengalami foto fobia, atau sensitive yang berlebihan pada cahaya.
5). Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital
(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah
dan penurunan tingkat kesadaran
7). Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septicemia: demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi
purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
Komplikasi
Sekuel neurologis merupakan komplikasi meningitis bacterial yang paling sering terjadi.
Komplikasi ini mencapai sekitar 50-60% di Negara berkembang. Keterlambatan diagnosis
dan terapi serta berbagai kendala di Negara berkembang merupakan faktor yang
mempunyai kontribusi dalam menimbulkan sekuele.
Displasia Mondini adalah kelainan kongenital berupa malformasi koklea yang
berhubungan dengan gangguan dengar sensorineural berbagai derajat dan meningitis
berulang. Anomali kongenital tulang temporal dapat menyebabkan fistulisasi antara telinga
tengah dan ruang subarachnoid. Proses infeksi pada telinga tengah dapat menyebar ke
ruang subarachnoid. Secara klinis dapat berupa gangguan dengar sensorineural, otorrhea,
dan meningitis bakteri yang berulang. Dysplasia mondini sering dikaitkan dengan
kebocoran cairan serebrospinal spontan yang menyebabkan meningitis bakteri berulang.
Kejang dapat terjadi karena berbagai penyebab; pada anak, kejang biasanya terjadi pada
tahap awal meningitis (30% kasus) dan tidak selalu menunjukkan adanya penyakit yang
mendasari. Kejang disebabkan oleh peningkatan tekanan dan luasan daerah radang di otak.
Kejang parsial (kejang yang melibatkan salah satu anggota badan atau sebagian tubuh),
kejang terus menerus, kejang pada orang dewasa dan yang sulit terkontrol dengan
pemberian obat menunjukkan luaran jangka panjang yang lebih buruk.
Radang meningen dapat menyebabkan abnormallitas pada saraf kranial, kelompok saraf
yang berasal dari batang otak yang mensuplai kepala dan leher dan mengontrol, dari
berbagai fungsi diantaranya, gerakan mata, otot wajah, dan fungsi pendengaran.
Gangguan penglihatan dan tuli dapat menetap setelah episode meningitis.
Radang pada otak (ensefalitis) atau pembuluh darahnya (vaskulitis serebral), dan juga
pembentukan bekuan darah pada vena (penyumbatan vena serebral), dapat menyebabkan
kelemahan, hilangnya sensasi, atau gerakan dan fungsi berbagai bagian tubuh yang
abnormal, yang disuplai oleh bagian otak yang terkena.
a. Antibiotik. Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin. Seftriakson: 100
mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12 jam; atau sefotaksim: 50
mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam. Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:
Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam ditambah ampisilin: 50
mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam. Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan
secara parenteral selama sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari
bila tidak ada gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan
harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari. Jika tidak ada
perbaikan: pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural atau abses
serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
b. Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam, seperti selulitis pada
daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau osteomielitis. Jika demam masih ada dan kondisi
umum anak tidak membaik setelah 3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil
pemeriksaan CSS.
c. Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat ditambahkan.
Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen: INH: 10 mg/kgBB /hari
(maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan. Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum
600 mg) – selama 6-9 bulan. Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama
2 bulan pertama. Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2 bulan
d. Steroid. Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat diberikan
deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3 minggu. Tidak ada bukti
yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin deksametason pada semua pasien
dengan meningitis bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
Disusun Oleh:
(Kelompok 6)
2018
KATA PENGANTAR
Segalah Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya berkat dan
penyertaan-Nyalah sehingga kami boleh membuat dan menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas KMB II tentang “ Laporan pendahuluan
Meningitis “ Dalam penyusunan makalah ini kami pun mengalami beberapa kendalah, baik kami
sebagai penyusun maupun dari luar. Namun karena berkat Tuhan dan kesabaran sehingga
makalah ini boleh terselesaikan.
kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang sudah boleh membantu dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini boleh berguna bagi pembaca dan boleh menambah
wawasan pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan ataupun kelebihannya. kami
mohon kritik dan sarannya agar bisa diperbaiki dikemudian hari. Terima kasih.
Kelompok 6