Oleh :
Fiqih Eka Putra
C135221012
Pembimbing :
Dr. Syafruddin Gaus, Ph.D, Sp.An-TI, Subsp.MN(K), Subsp.N.An(K)
Hipertensi adalah kondisi yang umum pada pasien yang akan menjalani
pembedahan. Hipertensi dijumpai pada sepertiga pasien dewasa yang
menjalani prosedur bedah non-kardiak dan dua pertiga pasien yang
menjalani revaskularisasi koroner. Hipertensi adalah keadaan di mana
tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg
Patofisiologi Hipertensi
1. Manajemen Prabedah
c. Premedikasi
Midazolam dapat diberikan untuk mengurang kecemasan
prabedah pada pasien denga hipertensi. Hipertensi
prabedah ringan sampa sedang sering hilang setelah
pemberian premedikasi.
2. Manajemen Intrabedah
a. Tujuan
Anestesi selama periode intrabedah harus dapat menjaga
kestabilan tekanan darah selama periode intrabedah.
Tekanan darah arteri biasanya harus dijaga dalam kisaran
20% dari tekanan darah prabedah. Target tekanan darah
disesuaikan dengan kondisi pasien. Pasien dengan
hipertensi yang lama atau tidak terkontrol dengan baik
membutuhkan rerata tekanan darah intraoperasi yang lebih
tinggi dari tekanan darah normal
b. Pemantauan
Mayoritas pasien hipertensi tidak memerlukan pemantauan
intrabedah khusus. Pemantauan elektrokardiografi harus
difokuskan untuk mendeteksi tanda-tanda iskemia. Output
urine dipantau melalui pemasangan kateter urine, terutama
pada pasien dengan riwayat gangguan ginjal atau yang
akan menjalani prosedur operasi dengan durasi lebih dari 2
jam. Pemantauan tekanan intra-arteri invasif harus
dilakukan pada pasien dengan kemungkinan perubahan
tekanan darah yang besar intraoperasi dan pada pasien
yang menjalani prosedur bedah mayor di mana dapat
terjadi perubahan signifikan preload atau afterload jantung.
c. Induksi
c. Manajemen Pascabedah