Anda di halaman 1dari 12

KONSIDERASI

ANESTESI PADA
HIPERTENSI

dr. Herry Suhendra


Definisi

Hipertensi adalah peningkatan TD sistolik > 140 mmHg dan TD


diastolik > 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
MANAJEMEN PREOPERATIF

• Meski data menyatakan bahwa hipertensi preoperasi yang moderat pun (tekanan diastol <90–110
mmHg) secara statistik belum jelas berkaitan dengan komplikasi post operasi

• Data lain menunjukkan bahwa pasien dengan hipertensi yang tidak diobati atau jarang dikontrol lebih
cenderung untuk mengalami episode iskemia miokardium intraoperatif, arhythmia, atau hipertensi
maupun hipotensi.

• Penyesuaian intraoperatif pada kedalaman anestesia dan penggunaan obat vasoactive mengurangi
timbulnya komplikasi sesudah operasi karena kurang baiknya kontrol tekanan darah sebelum operasi.
• Penurunan tekanan darah yang berlebihan dapat mengganggu perfusi serebral.

• Hipertensi preoperatif disebabkan pasien tidak mematuhi regimen pengobatan.

• Pengobatan antihipertensi harus dilanjutkan sampai saat operasi.

• Prosedur-operasi pada pasien-pasien dengan TD diastolik preoperasi yang lebih tinggi dari 110 mmHg –
terutama jika terdapat tanda-tanda kerusakan target organ- harus ditunda sampai tekanan darah
terkontrol dengan baik dalam beberapa hari
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Riwayat preoperative yang perlu ditanyakan:

• Berat dan ringannya hipertensi


• Pengoatan yang sedang berlangsung
• Ada atau tidak komplikasi
• Nyeri dada
• Toleransi olahraga
• Sesak napas (terutama dimalam hari)
• Edema
• Postural lighteadedness
• Sinkop
• Amaurosis
• Claudicasia
• Evaluasi riw. Infark miokardium sebelumnya
PREMEDIKASI

• Premedikasi mengurangi kecemasan preoperasi dan sangat dibutuhkan pada pasien-pasien hypertensi.

• Hipertensi preoperasi yang ringan sampai moderat sering membaik setelah pemberian obat anxiolitik,
seperti midazolam.

• Obat antihipertensi preoperatif harus dilanjutkan sampai dengan jadwal operasi.

• Agonis α2-adrenergik dapat bermanfaat sebagai ajuvan untuk premedikasi pasien-pasien hipertensi
MANAJEMEN INTRAOPERASI

Tujuan

• Rencana anestesi menyeluruh untuk pasien hipertensi adalah memelihara satu batas TD yang stabil.
• Pasien dengan hipertensi borderline bisa diperlakukan sebagai pasien normotensif.
• kebanyakan pasien dengan hipertensi lama diasumsikan memiliki CAD dan hipertropi jantung,
peningkatan TD berlebihan tidak diharapkan.
• TD arteri biasanya dijaga supaya berada di kisaran 10–20% dari ukuran preoperatif.
• Jika hipertensi (>180/120 mmHg) didapatkan preoperasi, TD arteri harus dipertahankan pada normal
tinggi (150–140/90–80 mm Hg).
MONITORING

• Monitoring langsung TD intraarterial (direct intraarterial pressure monitoring) perlu dilakukan untuk
pasien dengan perubahan TD yang cepat dan bagi mereka yang dilakukan prosedur operasi besar
sehubungan dengan perubahan yang cepat dan bermakna pada preload dan afterload jantung.
• Monitoring Electrokardiografi terfokus pada deteksi tanda-tanda iskemia.
• Pengeluaran urin perlu dimonitor ketat dengan kateter urin yang terus terpasang pada pasien gagal
ginjal yang sedang mengalami prosedur operasi lebih dari 2 jam.
• Ketika pemantauan hemodynamic yang infasif digunakan, penurunan kapasitas ventrikel sering tampak
pada pasien-pasien dengan hipertropi ventrike
Induksi

Salah satu dari beberapa teknik yang bisa digunakan sebelum intubasi untuk meminimal respon hypertensi:

• Memperdalam anestesia dengan volatil yang kuat selama 5–10 min.


• Memberikan opioid secara bolus (fentanyl, 2,5–5 μg/kg; alfentanil, 15–25 μg/kg; sufentanil, 0,25–0,5
μg/kg; atau remifentanil, 0,5–1 μg/kg).
• Memberikan lidokain, 1,5 mg/kg intravena atau intratrachea.
• Memblokade β-adrenergik dengan esmolol, 0.3–1.5 mg/kg; propranolol, 1–3 mg; atau labetalol, 5–20
mg.
HIPERTENSI INTRAOPERATIF

• Hipertensi intra operasi yang tidak berespon dengan memperdalam anestesi dapat diatasi dengan
beberapa obat parenteral.
• Pemilihan suatu obat hipotensi bergantung pada berat ringannya, akut tidaknya, dan penyebab
hipertensi, fungsi awal ventrikel, denyut jantung, dan adanya penyakit paru yang bronchospastik.
• Penghambat β-adrenergik tunggal atau sebagai tambahan/suplemen adalah suatu pilihan yang baik
untuk pasien dengan fungsi ventrikel baik dan peningkatan denyut jantung, tetapi kontraindikasi untuk
mereka dengan penyakit bronchospastik.
• Nicardipine bisa lebih baik untuk pasien-pasien dengan penyakit bronchospastik.
• Nitroprusside masih merupakan obat paling efektif dan cepat untuk pengobatan intraoperasi terhadap
hipertensi yang moderat sampai berat, juga bermanfaat untuk mencegah iskemia miokardium.
• Fenoldopam juga suatu obat yang bermanfaat dan dapat memperbaiki atau memelihara fungsi ginjal.
• Hydralazine membantu pengendalian tekanan darah tetapi juga mempunyai onset yang lambat dan
dapat menyebablkan refleks takikardia.
• labetalol oleh karena memiliki kombinasi penghambat α dan β-adrenergik.
MANAJEMEN POSTOPERASI

• Hipertensi sesudah operasi biasa terjadi dan harus diantisipasi pada pasien-pasien yang tensinya kurang
terkontrol.
• Pada iskemia miokardium dan gagal jantung kongestif, dengan peningkatan TD yang menetap dapat
berperan untuk pembentukan hematoma dan pecahnya pembuluh darah pada tempat jahitan.
• Hipertensi pada periode penyembuhan sering disebabkan banyak faktor dan diperkuat oleh kelainan
pernapasan, nyeri, kelebihan volume cairan, atau distensi kandung kencing.
• Labetalol intravena terutama bermanfaat dalam mengendalikan TD tinggi dan takikardia, sedangkan
nicardipine bermanfaat dalam mengendalikan tekanan darah pada kondisi denyut jantung yang lambat,
terutama jika dicurigai iskemia myokard atau terdapat bronkospasme.
• Ketika pasien mulai boleh makan per oral, pengobatan yang diberikan sebelum operasi harus dimulai
kembali.
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai