• Hipertensi
emergensi →
memerlukan
penurunan TD
scr progresif
dalam menit-jam
• Hipertensi
urgensi →
penurunan TD
dapat dilakukan
perlahan
Hipertensi Emergensi
❑ Hipertensi krisis (TD > 180/120 mmHg) dengan
disertai terjadinya kerusakan organ target :
Ensefalopati, perdarahan intrakranial, left ventricular
failure dgn udema paru, unstable angina, miokard
infark, eclampsia
TD harus segera diturunkan dgn obat antihipertensi
secara iv dan monitoring TD intensif
Target awal TD diturunkan 25% (dlm beberapa
menit – 1 jam)
Jika kondisi pasien stabil, maka TD diturunkan
sampai target 160/100 dlm 2-6 jam setelahnya
Jika kondisi pasien stabil dapat dilakukan
penurunan TD secara gradual sampai TD normal
dlm 24-48 jam
Hipertensi Urgensi
❑ Merupakan kondisi hipertensi dg TD> 180/120
mmHg, namun tidak disertai kerusakan akut
dari beberapa organ target
❑ Biasanya terjadi pada pasien non compliance
maupun pasien dg terapi tidak adekuat
❑ Penurunan TD dapat dilakukan dlm beberapa
jam-hari, dengan antihipertensi oral kerja
pendek : kaptopril, labetalol atau klonidin
❑ Penurunan TD tidak boleh progresif → resiko
CV
❑ Tx dapat berupa penambahan dosis dari obat
antihipertensi yg biasa digunakan pasien atau
menambahkan AH baru
Hipertensi pada kehamilan
• Hipertensi pada kehamilan merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi.
– Preeklamsia, eklamsia, hipertensi gestasional,
hipertensi kronik
• Preeklamsia → TD 140/90 mmHg disertai
protein uria (> 300 mg/24 jam)
• Eklamsia → terjadi konvulsi pada preeklamsia
• Hipertensi gestasional → hipertensi yg terjadi
ditengah masa kehamilan (setelah 20 mgg
kehamilan), tanpa disertai proteinuria
• Hipertensi kronik → hipertensi sblm masa
kehamilan atau HT yang terdeteksi sblm 20
mgg kehamilan
Manajemen hipertensi kronik pada
kehamilan
Terapi pada preeklamsia
Hipertensi Pada Elderly
• Pasien usia > 50 thn, seingkali mengalami hipertensi
dgn SBP lebih tinggi (isolated sistolic hypertension)
→ resiko kerusakan organ krn hipertensi >>>
• 1st line drugs aman digunakan pada pasien lansia,
mulai dgn dosis yg lbh rendah dan lakukan titrasi
dosis untuk mencegah efek hipotensi
• Lansia → sensitif thd volume depletion dan
hambatan saraf simpatik → risiko hipotensi
ortostatik >>> → hindari obat antihipertensi yg
bekerja di saraf sentral (alfa blocker)
• Goal TD → SBP <160 utk px dg SBP awal yg sangat
tinggi, utk px dg resiko CVD dan ps dgn komorbid →
SBP< 140/ < 130 atau < 120
Monitoring Terapi
• Monitoring kondisi klinik pasien
– Efektivitas terapi AH → cek TD dalam
2-4 mgg setelah awal pengobatan,
lanjutkan tiap 3-6 bulan sekali
– Toksisitas AH → cek potensi kejadian
ADR
– Progresifitas penyakit → cek adanya
tanda2 komplikasi hipertensi
• Monitoring kepatuhan pasien
Monitoring Obat Antihipertensi
Analisis Problem
Bp.X (55 thn, BB=80 kg, TB=165 cm) menderita
HTN sejak 5 thn yll. Bp.X adalah seorang perokok
yg menghabiskan 12 batang/ hari. Riwayat
keluarga: ortu menderita DM dan penyakit jantung.
Bulan ini Bp.X periksa ke RS dan Tdnya 150/90
mmHg.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan sudah 1
thn belakangan Bp.X tdk mengkonsumsi obat
antihipertensi dan tidak kontrol dokter. Diagnosa:
hipertensi. Bp.X mendapatkan terapi dengan
captopril 12,5 mg tiap 8 jam. Setelah 2 minggu
dilakukan pemeriksaan darah dan ternyata tekanan
darah Bp.X 150/90 mmHg
1. Faktor risiko pada Bp.X
2. Rekomendasi terapi untuk Bp.X
3. Analisis penyebab kegagalan dan
cara mengatasinya