Anda di halaman 1dari 4

HIPERTENSI

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung
koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan
mendapat pengobatan yang memadai.

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada


masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-
gejalanya itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung
berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
(keturunan), genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik atau kurang
olahraga, stres, penggunaan estrogen.

Hipertensi mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien dan


biayayang meningkat bagi pasien dalam mendapatkan perawatan. Penggunaan obat
antihipertensi hanya mampu mencapai penurunan 25-40% saja. Oleh karena itu,
diperlukan alternatif yang dapat dikombinasikan untuk mengontrol tekanan darah
pasien dengan hipertensi.

Terapi antihipertensi harus dipertimbangkan pada semua pasien tanpa


memandang usia (hati-hati harus dilakukan pada pasien lanjut usia yang lemah).
Untuk orang dewasa tanpa indikasi menarik untuk agen lainnya, pertimbangan untuk
terapi awal harus mencakup diuretik thiazide, angiotensin-converting enzyme (ACE)
inhibitor (pada pasien yang tidak berkulit hitam), long-acting calcium channel
blockers (CCBs), angiotensin reseptor blocker (ARB) atau beta-bloker (pada mereka
yang lebih muda dari 60 tahun). Kombinasi dari dua lini pertama agen juga dapat
dianggap sebagai pengobatan awal hipertensi jika tekanan darah sistolik adalah 20
mmHg di atas target atau jika tekanan darah diastolik 10 mmHg diatas target.
Kombinasi penghambat ACE dan ARB tidak boleh digunakan, kecuali indikasi
menarik yang hadir untuk menyarankan pertimbangan terapi ganda. Agen sesuai
untuk terapi lini pertama untuk hipertensi sistolik terisolasi termasuk diuretik
thiazide, long-acting CCBs dihydropyridine atau ARB. Pada pasien dengan penyakit
arteri koroner, ACE inhibitor, ARB atau betablockers direkomendasikan sebagai
terapi lini pertama, pada pasien dengan penyakit serebro)askular, sebuah kombinasi
penghambat ACE atau diuretik adalah seperti pada pasien dengan penyakit ginjal
kronis proteinuri+ nondiabetes, penghambat ACE atau ARB (jika toleran terhadap
inhibitor ACE) yang direkomendasikan, dan pada pasien dengan diabetes mellitus,
inhibitor ACE atau ARB (atau, pada pasien tanpa albuminuria, tiazid atau
dihydropyridine CCBs) tersebut cocok lini pertama terapi. Pada pasien berisiko
tinggi, terapi kombinasi sedang dipertimbangkan, ACE inhibitor ditambah long-
acting dihydropyridine CCB adalah lebih baik untuk ACE inhibitor ditambah diuretik
thiazide. Semua pasien hipertensi dengan dislipidemia harus diperlakukan dengan
menggunakan ambang batas, target dan agen digariskan dalam pedoman pengobatan.
Pasien yang dipilih dengan hipertensi yang tidak mencapai ambang batas untuk terapi
statin, tetapi yang dinyatakan berisiko tinggi untuk kejadian kardiovaskuler, tetap
harus menerima terapi statin. Setelah tekanan darah terkontrol, dosis rendah terapi
asam asetil salisilat harus dipertimbangkan.

Saat kita melakukan pengukuran tekanan darah, maka akan ada 2 macam
tekanan darah yaitu :

Tekanan darah sistolik

 Merupakan angka pertama pada tekanan darah yang terbaca.

 Sistolik mengacu pada tekanan darah ketika memompa darah melalui


pembuluh darah arteri ke seluruh tubuh.
Tekanan darah diastolik

 Merupakan angka kedua pada tekanan darah yang terbaca.

 Diastolik mengacu pada tekanan darah ketika jantung beristirahat diantara


ketukan dneyut jantung.

Pada kondisi normal tekanan darah dapat naik dan turun sepanjang hari.
Tetapi jika tetap tinggi untuk waktu yang cukup lama maka hal ini lah yang disebut
menderita hipertensi. Menderita hipertensi berarti tekanan pada darah didalam
pembuluh darah lebih tinggi dari yang seharusnya dan menyebabkan kondisi yang
berbahaya. Karena hal ini dapat memicu terjadinya penyakit jantung dan stroke.

Pada umumnya ketika mengalami kenaikan tekanan darah melebihi rentang


normal seseorang tidak merasakan atau memiliki tanda dan gejala. Beberapa orang
hanya merasa sakit kepala, sesak nafas atau mengalami mimisan, namun tidak ada
tanda dan gejala yang spesifik terkait kenaikan tekanan darah yang melebihi rentang
normal. Oleh sebab itu penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi dikenal sebagai
“silent killer”.

Mengubah gaya hidup dapat membantu mengontrol tekanan darah.


Berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan yang tepat.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk membantu mengontrol tekanan
darah yaitu :

 Berkonsultasi dengan Dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan untuk


mengontrol tekanan darah agar tetap dalam rentang normal.

 Mengkonsumsi makanan sehat dengan rendah garam seperti mengkonsumsi


lebih banyak buah-buahan, sayuran, ikan dan makanan olahan susu yang
rendah lemak.

 Menurunkan konsumsi garam yaitu hanya 1,5gram atau setara seujung sendok
makan (1 sendok makan garam =10gram) per hari bagi penderita hipertensi,
diabetes dan penyakit ginjal dan 2,3gram atau setara ¼ sendok makan per hari
bagi orang yang sehat.

 Rutin melakukan olahraga minimal 30 menit setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai