Tips Menjaganya
Update terakhir: SEP 30, 2019 Tinjau pada SEP 30, 2019 Waktu baca: 7 menit
Telah dibaca 1.775.007 orang
Saat membicarakan tekanan darah normal, kebanyakan kita menganggap
bahwa tensi 120/80 adalah normal untuk orang dewasa. Namun sebenarnya
ada banyak hal yang belum kita ketahui dibalik angka tersebut. Apakah itu
angka tensi yang normal? dan berapa pula tekanan darah tinggi dan rendah
itu?
Tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg dan di atas 90/60
mmHg pada orang dewasa.
Bagi yang tekanan darahnya berada dalam kisaran normal, maka tidak
memerlukan intervensi medis. Namun, tetap harus mempertahankan gaya
hidup sehat dan berat badan yang sehat untuk
membantu mencegah berkembangnya darah tinggi (hipertensi). Olahraga
teratur dan konsumsi makanan sehat adalah hal wajib. Terlebih ketika ada
riwayat keluarga yang memiliki hipertensi.
Pesan Sekarang
2. Hipertensi Derajat 1
Inilah yang disebut dengan darah tinggi, yakni ketika tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih, atau ketika tekanan diastolik 90 mmHg ke
atas. Namun, AHA memberi catatan bahwa hasil yang tinggi pada satu
pemeriksaan saja tidak cukup, dikatakan benar-benar hipertensi apabila rata-
rata hasil pengukuran pada periode waktu tertentu menunjukkan hasil yang
selalu tinggi.
Bagi yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka obat darah
tinggi diberikan setelah satu bulan menjalani gaya hidup sehat namun
tekanan darah tak turun juga.
Bagi yang memiliki risiko rendah, obat diberikan setelah tiga sampai empat
bulan menjalani gaya hidup sehat tanpa hasil signifikan.
Lain lagi bagi yang berusia 65 tahun ke atas dan memiliki risiko, maka dokter
merekomendasikan pengobatan dan perubahan gaya hidup setelah tekanan
darah sistoliknya lebih besar dari 130 mmHg. Perlakuan untuk lansia usia 65
ke atas dengan masalah kesehatan yang signifikan harus dilakukan
berdasarkan kasus per kasus.
3. Hipertensi Derajat 2
Tekanan darah tinggi derajat 2 menunjukkan kondisi yang lebih serius, yakni
ketika hasil tensi menunjukkan sistol 160 atau lebih, atau diastol 100 mmHg
ke atas.
Pada tahap ini, dokter akan merekomendasikan satu atau lebih obat untuk
mengendalikan tekanan darah. Tapi sebaiknya jangan hanya mengandalkan
obat untuk mengobati hipertensi. Kebiasaan gaya hidup sehat sama
pentingnya seperti pada tahapan sebelumnya.
4. Krisis Hipertensi
Ketika tekanan darah di atas 180/120 mmHg mengindikasikan masalah
kesehatan yang serius. Kondisi ini disebut sebagai “krisis hipertensi.”
Tekanan darah dalam kisaran ini memerlukan perawatan yang mendesak
bahkan jika tidak ada gejala yang menyertainya.
Anda harus mencari perawatan darurat jika memiliki tekanan darah dalam
rentang ini, yang mungkin disertai dengan gejala seperti:
sakit dada
sesak napas
gangguan penglihatan
gejala stroke, seperti kelumpuhan atau kehilangan kontrol otot pada wajah
atau anggota gerak
darah di urin anda
pusing
sakit kepala
Namun, terkadang tensi tinggi bisa terjadi sementara dan kemudian kembali
normal atau tidak terlalu tinggi. Jika didapatkan hasil yang begitu tinggi,
maka dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan kedua setelah
beberapa menit berlalu. Jika tetap ditemukan hasil yang tinggi, maka Anda
memerlukan perawatan secepat mungkin atau segera tergantung ada tidaknya
gejala yang disebutkan di atas.
Berapa angka tekanan darah rendah?
Tekanan darah rendah dikenal sebagai hipotensi. Pada orang dewasa, hal ini
terjadi ketika tekanan darah 90/60 mmHg atau di bawahnya. Hipotensi bisa
berbahaya karena tekanan darah yang terlalu rendah berarti suplai darah
kaya oksigen ke tubuh dan jantung tidak mencukupi.
masalah jantung
dehidrasi
kehamilan
kehilangan darah
infeksi parah ( septikemia )
reaksi alergi parah (anafilaksis)
malnutrisi
masalah endokrin (hormon)
obat tertentu
Hipotensi biasanya disertai dengan pusing atau rasa melayang. Konsultasikan
dengan dokter untuk mengetahui penyebab tekanan darah rendah dan apa
yang dapat lakukan untuk meningkatkannya.
Terlebih kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan penyakit ginjal, juga
memiliki peranan. Konsultasi dengan dokter juga sangat penting untuk
mengetahui bagaimana mengelola kesehatan secara keseluruhan untuk
membantu mencegah timbulnya hipertensi.
Konsumsi makanan yang baik untuk jantung, baca: 25 Makanan Sehat untuk
Jantung Anda
2. Mengurangi asupan kafein
Kafein juga mempengaruhi detak jantung dan tekanan darah. Namun efek
meningkatkan tekanan darah dapat bervariasi antar orang, jadi apabila
tekanan darah tinggi dan memiliki hobi ngopi, maka mulailah membatasinya.
Simak juga: Jumlah aman mengonsumsi kopi dan kafein.
3. Berolahraga
Olah raga rutin sangat dianjurkan agar tekanan darah normal terjaga.
Konsistensi adalah kuncinya, lebih baik berolahraga 30 menit setiap hari
daripada beberapa jam hanya di akhir pekan. Jenis olah raga yang baik seperti
berjalan, lari, bersepeda, dan berenang.
5. Mengelola stres
Meskipun stres adalah masalah pikiran atau psikis, namun tidak diragukan
lagi akan kaitannya dengan kerja jantung dan tekanan darah. Pikiran yang
tenang dan rileks akan membuat jantung juga rileks, begitu pula sebaliknya.
Simak: 13 Penyakit Akibat Stres dari Ringan Hingga Berat dan Cara Ampuh
Menghilangkan Stres Tanpa Membuat Kantong Kempes
Inilah gaya hidup sehat yang harus dijalani oleh penyandang hipertensi
ataupun bagi yang memiliki tekanan darah normal dan ingin tetap normal.
13 June 2018
Hipertensi
Darah
Halodoc, Jakarta - Akhir-akhir ini, semakin banyak orang berusia muda yang mengidap
hipertensi (tekanan darah tinggi). Kondisi ini dipicu oleh banyak faktor, salah satunya adalah
pola makan yang kurang baik, seperti banyak mengonsumsi junk food yang bergaram tinggi.
Lantas, bagaimana sih tekanan darah normal sesuai usia? Cari tahu faktanya di sini, yuk!
Tekanan darah bersifat fluktuatif (berubah-ubah) sepanjang usia. Tekanan darah terendah adalah
pada saat bayi, kemudian meningkat bertahap seiring dengan pertambahan usia. Menetapkan
tekanan darah pada anak-anak terbilang cukup rumit karena bergantung pada usianya. Beberapa
ahli menyatakan bahwa seorang anak dianggap prehipertensi jika memiliki tekanan darah lebih
dari 90 persen dibanding anak seusianya, dan dikatakan hipertensi jika tekanan darah lebih dari
95 persen dibanding anak seusianya.
Meski tekanan darah secara alami meningkat seiring pertambahan usia, tekanan darah normal
untuk semua remaja, dewasa, dan orang dewasa yang lebih tua adalah di bawah 120/80 mmHg.
Rinciannya adalah sebagai berikut:
Angka pertama (120 mmHg) adalah tekanan darah sistolik. Angka ini menunjukkan
tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi dan mengerahkan tekanan
maksimum.
Angka kedua (80 mmHg) adalah tekanan darah diastolik. Angka ini menunjukkan
tekanan dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara kontraksi.
Jika salah satu dari dua angka (sistolik dan diastolik) terlalu tinggi, maka, tekanan darah
dianggap tidak normal. Kamu dianggap prehipertensi jika sistolik secara konsisten berada di
antara 120-140 mmHg dan diastolik berada di antara 80-90 mmHg. Jika lebih dari 140/90
mmHg, maka, kamu berisiko mengidap hipertensi.
Jika kamu memiliki tekanan darah normal, kamu disarankan untuk rutin memeriksa tekanan
darah minimal 5 tahun sekali. Jika kamu termasuk golongan prehipertensi, kamu disarankan
untuk rutin memeriksa tekanan darah minimal 1 kali dalam setahun. Sedangkan jika kamu
termasuk dalam kriteria hipertensi, segeralah berbicara dengan dokter untuk mendapatkan
penanganan yang tepat.
Berikut adalah beberapa tips menjaga tekanan darah agar tetap normal:
Berolahraga rutin. Selain memperkuat otot jantung, olahraga juga membuat pembuluh
darah lebih elastis, mengurangi stres, dan membantu menurunkan berat badan.
Jagalah berat badan agar tetap ideal. Ini dilakukan untuk mencegah obesitas yang
dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Mengonsumsi makanan sehat. Misalnya dengan mengurangi konsumsi lemak, daging
merah, makanan tinggi garam, maupun tinggi gula untuk menghindari darah tinggi.
Hindari rokok dan alkohol. Sebab, nikotin dalam rokok dan alkohol dapat menyebabkan
pembuluh darah mengerut, kaku, sehingga meningkatkan tekanan darah.
TANDA-TANDA VITAL SESUAI TINGKAT USIA
Mei 24, 2017
Pilihan lain yaitu bubur dari kacang-kacangan seperti edamame, kacang merah serta
bubur dari tahu. Saat ini bayi juga bisa diberikan yoghurt tanpa pemanis dalam porsi kecil.
Sebagai asupan protein, bayi mulai bisa diberikan ikan tanpa tulang, ayam atau jenis daging yang
lain. Potong halus sebelum dikonsumsi bayi.
Porsi untuk bayi 6-8 bulan yaitu 1 sendok teh bubur buah yang kemudian dapat
ditingkatkan ¼ hingga ½ cangkir yang diberikan bertahap dalam 2-3 kali makan. Porsi yang
sama berlaku untuk bubur dari sayur. Sementara, sereal lunak atau bubur nasi dapat diberikan
sekitar 3-9 sendok makan dalam 2-3 kali makan.
Saat ini Anda tidak perlu lagi membuat makanan menjadi bubur, namun cukup
dihaluskan. Beberapa makanan seperti wortel atau ubi perlu dimasak terlebih dahulu.
Jika Anda ingin memberikan telur, pilih bagian kuning telur. Tak perlu dihaluskan, cukup
dipotong hingga cukup kecil dan tidak membuat bayi tersedak. Demikian pula ketika Anda akan
memberikan biskuit khusus bayi, potonglah dalam ukuran kecil.
Porsi makan bayi usia 8-10 bulan yaitu sekitar ¼ hingga ½ cangkir sereal, juga buah dan
sayur dengan porsi yang sama. Ditambah dengan 1/8 hingga ½ cangkir makanan sumber
protein.
Dalam usia 10-12 bulan bayi sudah mampu mengonsumsi makanan yang sama dengan
orang dewasa. Hanya saja, perlu diberikan dalam potongan kecil atau dihaluskan agar aman saat
dikunyah dan ditelan.
Selain itu, susu sapi dan madu juga disarankan untuk diberikan setelah bayi berusia satu
tahun. Untuk porsi, anak usia 10-12 bulan tidak terlalu berbeda dengan usia 8-10 bulan.
Berdasarkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) frekuensi BAB yang normal pada
bayi yaitu :
Namun dalam keseharian tentu saja hal ini tidak bisa di jadikan patokan tetap. Banyak
faktor yang mempengaruhi pola dan frekuensi bayi BAB. Saat baru lahir seorang bayi bisa BAB
4- 10 kali dalam sehari dan hal itu masih dianggap sebagai hal yang lumrah.
Jadi untuk mengetahui apakah BAB anak Anda normal tidak hanya frekuensi /
keseringan saja yang dilihat namun Anda juga perlu memperhatikan konsistensi (bentuk) dan
warna feses. Jika bayi Anda sering BAB namun memiliki konsistensi yang baik (tidak keras dan
tidak cair) serta warna feses normal (akan tergantung dari jenis makanan bayi) dan bayi Anda
tidak rewel, demam dll maka mungkin pola BAB bayi Anda masih termasuk dalam kategori
normal.
TINGKAT USIA
Kebutuhan tidur ini berbeda pada tiap kelompok usia karena disesuaikan dengan kondisi
tubuh.
Tidur merupakan kebutuhan vital manusia, seperti halnya makan. Kebutuhan akan tidur
ini berbeda pada tiap kelompok usia karena disesuaikan dengan kondisi tubuh.
Tidur yang berlebihan sama buruknya dengan orang yang kurang tidur. Karena itu, para
ahli dari National Sleep Foundation (NSF) Amerika mengeluarkan panduan durasi tidur sesuai
usia. Panduan ini dibuat berdasarkan kajian dari para ahli lintas bidang, mulai dari ahli anatomi,
psikiatri, neurologi, dokter anak, dokter kandungan, hingga geriatri (dokter ahli lansia)
Dalam rekomendasi terbarunya, mereka memperluas kelompok usia anak-anak mulai dari
bayi berusia 4 bulan sampai 17 tahun. Sementara untuk orang dewasa dimulai dari 18 tahun
sampai 65 tahun.
Berikut rekomendasi durasi tidur yang spesifik bagi tiap jenjang usia yaitu :
1. Bayi baru lahir (0-3 bulan) durasi tidur diperkecil menjadi 14-17 jam per hari
2. Bayi usia 4-11 bulan durasi tidur ditambah menjadi 12-15 jam
3. Batita (1-2 tahun) durasi tidur ditambah menjadi 11-14 jam
4. Balita (3-5 tahun) durasi tidur dipersempit menjadi 10-13 jam
5. Anak-anak usia 6-13 tahun durasi tidur ditambah satu jam, menjadi 9-11 jam
6. Remaja usia 14-17 tahun: durasi tidur mereka juga ditambah satu jam sehingga menjadi 8-10
jam per hari
7. Orang menuju dewasa (18-25 tahun) kategori ini merupakan kategori baru, Durasi tidurnya
yakni 7-9 jam per harinya
8. Orang dewasa (26-64 tahun) durasi tidur tetap, yakni 7-9 jam
9. Orang lanjut usia (65 tahun ke atas): Kategori baru. Durasi tidur 7-8 jam per hari.
Durasi tidur yang ideal dianggap penting bagi kesehatan karena kurang waktu istirahat
satu malam saja bisa mengganggu hormon yang mengatur fungsi nafsu makan. Orang yang
sering kurang tidur juga diketahui cenderung lebih gemuk.
Sebuah penelitian tahun 2011 yang dipublikasikan di European Heart
Journal menemukan bahwa orang yang tidak cukup waktu tidur memiliki risiko 48 persen
terkena penyakit jantung koroner dalam periode 7 sampai 25 tahun. Tak hanya itu, timbul 15
persen risiko meninggal akibat stroke dalam kurun waktu yang sama.
Namun, risiko terhadap kesehatan tak hanya berlaku bagi mereka yang kurang tidur.
Masih dalam penelitian yang sama, terlalu banyak tidur (lebih dari 9 jam dalam semalam)
menunjukkan risiko 38 persen lebih tinggi terkena penyakit jantung koroner dan 65 persen lebih
tinggi terkena stroke.