Anda di halaman 1dari 51

MODUL

KOMPLIKASI DALAM KEHAMILAN, PERSALINAN,


NIFAS, DAN BBL

SEMESTER VI

 dIABETES MELITUS
 POLIHIDRAMNION
 OLIGOHIDRAMNIO
N

DOSEN PENGAMPU : YUSNIAR SIREGAR ,SST,M.KES


KELOMPOK 6
- ANNISA TAMPUBOLON (P07524419047)
- -DWI USTY ARTA MEVIRA (P07524419016)
- - DWI WAHYUNINGSIH (P07524419017)
- - IKHWANI NAZDLA PUTRI (P07524419063)
- - RINA NOVITA SINULINGGA (P07524419078)
- - SUPADMIA MELINDA NAPITUPULU (P07524419115)
- - YULIA PRASTIKA (P07524419045)
KELAS : DIV/3ABC

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


MEDAN PRODI D-IV KEBIDANAN
T.A.2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN

Peruntukan : Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan Medan

Telah disahkan dan dapat dipergunakan bagi kalangan Sendiri

Medan,

Ketua Jurusan Kebidanan Wakil Direktur I

Betty Mangkuji, SST,M.Keb Soep, SKp.Ners,Mkes


NIP.196609101994032001 NIP.197012221997031002

Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Dr.Ida Nurhayati,Mkes
NIP.196711101993032002

2
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkah
dan karunia-Nyalah penyusunan dapat menyelesaikan modul mata kuliah Asuhan
Kebidanan.

Modul ini disusun dengan sebagai referensi dan bahan belajar untuk
mahasiswa program pendidikan DIV Kebidanan.

Peyusunan mengucapkan terimakasih atas berbagai bantuan baik material


maupun materal dan pihak atas keberhasilan penyusunan modul ini.

Mudah-mudahan modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan memberikan
Keterampilan Dasar Kebidanan bagi mahasiswa program DIV Kebidanan.

Tim
Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………........…………......……………………..3
DAFTAR ISI…..………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN…………………..…………………………………………….5
PETUNJUK BELAJAR…………………………………......…………………...6
KEGIATAN BELAJAR 1 : DIABETES MELITUS………………............……
8
Tujuan Pembelajaran Umum………………………………………......…..8
Tujuan Pembelajaran Khusus………………………………………......….8
Pokok-Pokok
Materi………………………………………………….........8
Uraian Materi………………………………………………………….......9
Tujuan Mandiri………………......……………………………………….23
KEGIATAN BELAJAR 2 : POLIHIDRAMNION………….......
……………...5
Tujuan Pembelajaran Umum……………………………………................5
Tujuan Pembelajaran Khusus………………………………………….......5
Pokok-Pokok Materi…….......
……………………………………………..5
Uraian Materi…………………......……………………………………….5
Tujuan Mandiri…………………..........…………………………………...5
KEGIATAN BELAJAR 3 : OLIGOHIDRAMNION………….......
…………...5
Tujuan Pembelajaran Umum………………………………........................5
Tujuan Pembelajaran Khusus…………………………...............................5
Pokok-Pokok
Materi……………………………………….........................5
Uraian Materi…………..................……………………………………….5

4
Tujuan Mandiri……..........………………………………………………...5
TES FORMATIF 11
DAFTAR PUSTAKA

Modul ini berjudul “Diatus Melitus, Poliohidramnion, Oligohidramnion” Modul


ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan tentang
Diabestes melitus, Polihidramnion, dan Oligohidramnion yang berhubungan
dangan kehamilan. Dengan mempelajari diharapkan mahasiswa dapat
menjelaskan tentang Diatus Melitus, Poliohidramnion, dan Oligohidramnion.

Komplikasi dalam kehamilan terdiri dari Diabetes mellitus,


Polihidramnion, Oligohidramnion yang berhubungan dengan kehamilan.

Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat :

 Menganalisis tentang komplikasi dalam kehamilan


 Menganalisis Diabetes Mellitus dalam kehamilan
 Menganalisis tanda-tanda polihidramniom
 Menganalisis tanda-tanda oligohidramnion
 Menerapkan Diabetes Melitus dalam kehamilan

5
Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar dan setiap kegiatan belajar sedikit
dibutuhkan waktu 60 menit untuk mempelajarinya.

1. Kegiatan belajar 1 : Diabetes Melitus

2. Kegiatan belajar 2 : Polihidramniom

3. Kegiatan belajar 3 : Oligohidramnion

Petunjuk belajar

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar


membaca do’a terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing
agar mendapat keberkatan ilmu.

1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara global. Tujuan
untuk mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan
belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi
uraian ini, baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat
bertujuan untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok
bahasan.
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip
dan konsep essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting.
Kemudian anda cari hubungan antara konsep tersebut, sehingga anda
memiliki konsep
4. Bila anda merasa belom yakin dalam membaca uraian pada kegiatan
belajar ini, ulangi lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan
pada kegiatan belajar ini,caranya adalah sebagai berikut inu :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa – apa saja yang
diketahui dalam soal ini.
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut

6
d. Buat kerangka rencana soal tersebut dengan menuliskan konsep yang
diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut.
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal.

7
Kegiatan Belajar 1

DIABETES MELITUS

Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mempelajari kegiatan belajar 1, anda diharapkan dapat memahami


tentang Diabetes mellitus dalam kehamilan dengan benar.

Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah menyelesaikan kegiatan belajar 1 anda akan mencapai


kemampuan untuk

1. Mahasiswa mampu menguraikan pengertian Diabetes Melitus.

2. Mahasiswa mampu menganalisis tentang Diabetes Melitus dalam kehamilan

Pokok-pokok Materi

1. Diabetes Melitus

8
DIABETES MELITUS

I. FISIOLOGI KEHAMILAN
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
kesembilan
Selama awal kehamilan, toleransi glukosa normal atau sedikit meningkat
dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta produksi glukosa basal
hepatik normal akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron maternal
pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β pankreas, sehingga
meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini menjelaskan peningkatan cepat insulin
di awal kehamilan sebagai respons terhadap resistensi insulin.
Pada trimester kedua dan ketiga, peningkatan hubungan fetomaternal akan
mengurangi sensitivitas insulin maternal sehingga akan menstimulasi sel-sel
ibu untuk menggunakan energi selain glukosa seperti asam lemak bebas,
glukosa maternal selanjutnya akan ditransfer ke janin. Dalam kondisi normal
kadar glukosa darah fetus 10-20% lebih rendah daripada ibu, sehingga transpor
glukosa dari plasenta ke darah janin dapat terjadi melalui proses difusi
sederhana ataupun terfasilitasi
Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali lipat
dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas
insulin ditandai dengan defek post-reseptor yang menurunkan kemampuan
insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel ke permukaan
sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan
dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa

9
sel β dan peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan
produksi insulinnya relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga
menjadi hiperglikemik dan menderita DMG

II. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS

Ada 2 istilah dalam diabetes dalam kehamilan: Gestational Diabetes Mellitus


(GDM) adalah diabetes yang terjadi saat kehamilan sedangkan sebelum hamil ibu
tidak memiliki penyakit diabetes. PreGestational Diabetes Mellitus (PGDM)
adalah diabetes yang terjadi pada ibu hamil dengan memiliki riwayat diabetes
sebelumnya, baik diabetes melitus tipe 1 maupun tipe 2.

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak
bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar
gula di dalam darah merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan masalah serius pada sistem
tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2012). Secara umum,
klasifikasi diabetes mellitus dibagi menjadi Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes
Mellitus tipe 2, Diabates Mellitus Gestasional (kehamilan), dan Diabetes Mellitus
tipe lain

10
Diabetes gestasional adalah diabetes tipe 2 yang terungkap atau ditemukan
selama kehamilan. Karena insiden tipe 2 meningkat seiring dengan usia dan
dipengaruhi oleh faktor diabetogenik lain, yaitu obesitas, maka besar
kemungkinannya bahwa baik pengaruh kehamilan maupun insulinopenia
berperan. Ibu dari kelompok diabetes gestasional memperlihatkan kelainan dalam
metabolisme glukosa yang merupakan tanda utama diabetes tipe 2

Diabetes pregestasional merupakan istilah untuk diabetes tipe 1 atau 2 yang


terjadi sebelum kehamilan. Diabetes gestasional adalah suatu derajat intoleransi
glukosa dengan onset atau pertama kali diketahui saat hamil. Definisi ini sudah
sesuai, baik pada saat insulin digunakan maupun tidak untuk penatalaksanaan,
atau apakah diabetes menetap setelah kehamilan atau tidak. Hal ini tidak
mengeklusi kemungkinan bahwa intoleransi glukosa mendahului kehamilan atau
dibutuhkan obat untuk kontrol glukosa optimal.

III. PATOFISIOLOGI DIABETES MELLITUS GESTASIONAL

11
Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana jumlah/ fungsi
insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin atau resistensi
terhadap efek insulin. Sehingga mengakibatkan jumlah sumber energy dalam
plasma ibu semakin meningkat dalam artian bahwa kadar glukosa menjadi
tinggi, namun kadar insulin pun tetap tinggi
Kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi kebutuhan janin dan persiapan untuk
menyusui. Glukosa dapat tetap berdifusi melalui plasenta kepada janin,
sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai kadar glukosa darah sang ibu.
Kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin, dan juga beberapa
hormone lain seperti esterogen, steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga
mengakibatkan proses reabsorpsi makanan menjadi lambat sehingga dapat
menimbulkan efek hiperglikemia yang relatif lama dan secara otomatis hal
tersebut memberikan efek terhadap meningkatnya kebutuhan insulin.

12
Kebutuhan insulin akan meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal menjelang
proses persalinan.
Tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologi, telah terjadi
perubahan menjadi resistensi insulin, yaitu ketika dilakukan penambahan
insulin eksogen sehingga mengakibatkan tidak mudah mengalami hipoglikemi.
Tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, akan tetap
mengalami hipoinsulin yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau
diabetes kehamilan

IV. DIAGNOSIS DIABETES MELITUS GESTASIONAL


Diagnosis DMG dapat dilakukan dengan salah satu dari dua strategi berikut :
1. “One-step” 75 gram TTGO
Tes toleransi glukosa oral dengan 75 gram glukosa. Pengukuran glukosa
plasma dilakukan saat pasien dalam keadaan puasa, 1 jam, dan 2 jam setelah
tes toleransi glukosa. Tes dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu
pada wanita hamil yang sebelumnya belum pernah terdiagnosis diabetes
melitus. Tes toleransi glukosa oral harus dilakukan pada pagi hari setelah
puasa semalaman setidaknya selama 8 jam.
Diagnosis DMG ditegakkan apabila hasil kadar glukosa plasma nilainya
memenuhi setidaknya satu kriteria di bawah ini:

Puasa 92 mg/dL (5,1 mmol/L)


1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L)
2 jam 153 mg/dL (8,5 mmol/L)

2. “Two-step” approach menggunakan 50 gram glukosa (tanpa puasa) diikuti


dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) menggunakan 100 gram glukosa
jika skrining awal memberikan hasil positif
Step 1: Lakukan tes pembebanan glukosa 50 gram (tanpa puasa), kadar
glukosa plasma diukur 1 jam setelah pembebanan glukosa, dilakukan pada
wanita dengan usia kehamilan 24-28 minggu yang belum pernah
terdiagnosis diabetes melitus. Jika kadar glukosa plasma 1 jam setelah

13
pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L), dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada
pasien dalam keadaan puasa.
Diagnosis DMG ditegakkan apabila setidaknya dua dari empat hasil
pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria berikut

Carpenter/Coustan NDDG
Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8
mmol/L)
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6
mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L) >165 mg/dL (9,2
mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L >145 mg/dL (8
mmol/L)
NDDG, National Diabetes Data Group

One-step strategy digunakan untuk mengantisipasi meningkatnya insidens


DMG (dari 5-6% menuju 15-20%) karena hanya diperlukan satu hasil
abnormal untuk diagnosis. Kekurangan strategi ini adalah kemungkinan over
diagnosis sehingga meningkatkan biaya medikasi.

Two-steps strategy lebih umum digunakan di Amerika Serikat. Hal ini


karena kurangnya percobaan klinis yang mendukung keefektifan dan
keuntungan one-step strategy dan potensi konsekuensi negatif akibat risiko
over sensitif berupa peningkatan intervensi ataupun biaya medis selama
kehamilan. Two-steps strategy juga mudah karena hanya diberi pembebanan 50
gram glukosa tanpa harus puasa pada tahap awal skrining

14
V. FAKTOR RESIKO DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
1. Usia saat hamil yang lebih tua
Penyakit diabetes melitus gestasional dapat menyerang semua jenis
umur, dan umur yang paling dominan terkena penyakit ini adalah lebih
dari 35 tahun. Secara umum diketahui bahwa pada periode ini, kebanyakan
ibu hamil cenderung melakukan sedikit aktivitas tetapi suplai nutrisi tidak
mengalami penurunan, bahkan seringkali mengalami kelebihan.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yng teradi akibat penurunan
fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pankreas dalam
menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat khususnya
sejalan dengan pertambahan usia. Pada usia lanjut terjadi gaya hidup,
mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai
berkurangnya kegiatan jasmanni. Hal ini terjadi terutama pada kelompok
usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Semakin tinggi
usia maka semakin berisiko untuk menderita diabetes mellitus gestasional.
Oleh karena itu, ibu perlu menghindari kehamilan pada usia risiko tinggi

2. Kegemukan (Obese/overweight)
Overweight merupakan faktor risiko pada gangguan toleransi
glukosa baik sebelum atau dalam kehamilan. Overweight merupakan
manifestasi dari obesitas dengan kata lain overweight merupakan suatu
tahap sebelum terjadi obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme
dimana saat terjadi obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan

15
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang
jumlahnya lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat itulah
yang men ke dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi
(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil bisanya terjadi
penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan sehingga
keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas
normal. Oleh karena itu, sebelum hamil ibu perlu mejaga pola makanan
sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih saat kehamilan.
menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa
sulit masuk

3. Kenaikan berat badan yang berlebih pada saat hamil


4. Riwayat DM di keluarga
hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih
besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk
menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara
kembar identik. Bagi masyarakat yang memiliki keluarga yang menderita
DM, harus segera memeriksa kadar gula darahnya karena risiko untuk
menderita DM besar.

5. Riwayat DMG pada kehamilan sebelumnya


6. Riwayat stillbirth (kematian bayi dalam kandungan)
7. Glukosuria (kadar gula berlebih dalam urin) saat hamil
8. Riwayat melahirkan bayi dengan kelainan kongenital

9. Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram)


Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, berisiko 5-10 kali
lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi mekrosomia dibandingakan
ibu yang belum pernah melahirkan bayi makrosomia. Ibu dengan
keturunan diabetes melitus gestasional yang memiliki kontrol glikemik
yang buruk secara terus menerus akan terpapar terhadap glukosa dan

16
insulin dengan kadar tinggi pada rahim yang dapat mempercepat
pertumbuhan janin.

VI. GEJALA DAN TANDA DIABETES MELITUS GESTASIONAL


1. Sering merasa lapar
2. Sering merasa haus
3. Sering buang air kecil
4. Penurunan berat badan
5. Infeksi pada vagina
6. Mudah merasa lelah
7. Kesemutan pada tangan dan kaki
8. Penglihatan kabur
9. Proses penyembuhan luka lama
10. Permasalahan dalam hubungan seksual

VII. KOMPLIKASI DAN RESIKO DIABETES MELITUS GESTASIONAL


Komplikasi dan resiko pada ibu yakni :
1. Preeklamsia/ Eklamsia
2. Komplikasi proses persalinan
3. Risiko DM tipe 2 di kemudian hari

Komplikasi dan resiko pada bayi yakni :


1. Makrosomia (ukuran bayi besar)
diabetes yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan large baby atau
bayi lahir besar
2. Distosia bahu
3. Stillbirth (kematian bayi dalam kandungan)
4. Kelainan kongenital
5. Lahir prematur
bahwa kehamilan yang sudah lebih dari 3 bulan, apabila terjadi
kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengakibatkan persalinan prematur
atau kematian janin di dalam kandungan

17
6. Pertumbuhan janin terhambat
7. Hipoglikemia (GD rendah saat lahir)
8. Hiperbilirubinemia (kuning setelah lahir)
Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga menyebabkan
bayi menjadi kuning.
9. Hipokalsemia
Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat
terjadi karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium.

VIII. MANAJEMEN RESIKO DIABETES MELITUS GESTASIONAL


1. Wanita hamil dengan faktor resiko
Tes untuk mengetahui adanya DM tipe 2 yang tidak terdiagnosis
sebelumnya pada kunjungan antenatal pertama
2. Wanita hamil tanpa riwayat DM sebelumnya dan tanpa faktor resiko
Tes untuk DMG pada usia kehamilan 24-28 minggu
3. Wanita dengan DMG
Skrining untuk DM yang persisten pada 6-12 minggu setelah
melahirkan
4. Wanita dengan riwayat DMG
Skrining untuk diabetes/prediabetes setiap 3 tahun
5. Wanita dengan riwayat DMG dan intoleransi glukosa (prediabetes)
Intervensi gaya hidup dan pertimbangan pemberian metformin utk
pencegahan

IX. PENCEGAHAN DIABETES MELITUS GESTASIONAL

1. Penerapan pola hidup sehat dari sejak sebelum hamil yakni seperti :
Pengaturan diet, perbanyak konsumsi serat (sayur & buah-buahan) Selalu
aktif untuk berolahraga
2. Penurunan berat badan bila overweight/obese

18
3. Persiapan kehamilan yang baik seperti : Usia kehamilan dan Pemeriksaan
GD sebelum hamil
4. Menjaga peningkatan berat badan selama hamil
5. Menurunkan berat badan sebelum konsepsi dengan pengaturan diet.
Menurunkan berat badan 4,5 kg di antara kehamilan terdahulu dan
kehamilan berikutnya dapat menurunkan risiko DMG pada kehamilan
selanjutnya hingga 40%.
6. Aktivitas fisik yang intens, moderat dan reguler. Olah raga terbukti dapat
memperbaiki kontrol glikemik pada wanita dengan DMG. Olah raga
sebelum dan selama masa awal kehamilan menurunkan risiko DMG
masing-masing 51% dan 48%.

X. TATALAKSANA DIABETES MELITUS GESTASIONAL

Non Farmakologis :

1. Terapi nutrisi medis (pengaturan diet)


Kebutuhan kalori = 35 kkal/kg x BBI BBI = (TB – 100) – 10% (TB –
100), IMT 25 kkal/kg> 30 kg/m2 Karbohidrat 30-35% dari kalori
total
2. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik intensitas sedang 150 menit/minggu
3. Menjaga berat badan
Peningkatan BB ~7 kg or ~18 kg jika IMT < 18.5 kg/m2 Wanita obese
↑ BB tidak boleh melebihi 11,4 kg

Terapi Medis :

1. Insulin (first line)


Perlu disesuaikan dosisnya utk mencapai target GD dan Dokter yang
terlatih
2. Metformin
Lebih dipilih terutama bila GD dpt terkontrol, Risiko GD ↓ (hipoglikemia)
dan ↑ BB lebih kecil
3. Sulfonilurea

19
Inferior dibanding insulin & metformin, ↑ risiko hipoglikemia pada bayi &
makrosomia dan Blm ada data keamanan jangka panjang
XI. PERSALINAN DAN KONTRASEPSI PADA PEREMPUAN DENGAN
GDM
1. Persalinan pada Penderita GDM
Selama gula darah normal dan tidak ada komplikasi pada ibu dan janin,
persalinan spontan melalui vagina dapat dilakukan dengan pengawasan
dokter. Selama proses persalinan, pemeriksaan gula darah ibu harus
dilakukan lebih sering karena dikhawatirkan gula darah belum stabil, dapat
turun maupun naik Bila terjadi komplikasi saat persalinan, maka dokter
akan menyarankan untuk dilakukan operasi Sectio Caesaria.

2. Pasca Bersalin pada Penderita GDM


Pada penderita diabetes gestasional, “melahirkan” biasanya akan membuat
kondisi ini “sembuh” seketika. Namun bukan berarti anda sudah terbebas.
Lakukan medical check up secara rutin, 4-12 minggu setelah bersalin dan
pemeriksaan ulang dilakukan paling sedikit setiap 3 tahun . Diabetes
gestasional dapat sembuh total jika anda menjalani gaya hidup sehat
setelah melahirkan. Termasuk mengontrol berat badan sebelum, selama,
dan setelah kehamilan dengan makan makanan sehat dan aktivitas fisik
yang rutin. Sekitar 6-12 bulan setelah bersalin, berat badan anda harus
kembali pada berat badan anda sebelum hamil.

3. Riyawat GDM bolehkah memberikan ASI


Walaupun Anda mengalami diabetes, akan tetap aman untuk menyusui
bayi Anda. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. American Diabetes
Association menjelaskan bahwa ibu dengan riwayat diabetes gestasional
diperbolehkan untuk menyusui bayinya, justru sangat dianjurkan.
Pemberian ASI eksklusif setelah melahirkan terbukti menurunkan risiko
diabetes setelah melahirkan karena membantu menurunkan berat badan
secara alami.

20
4. Kontrasepsi Untuk Ibu dengan Diabetes
Perempuan dengan diabetes dianjurkan untuk tidak terlalu banyak
memiliki anak mengingat komplikasi yang dapat terjadi sehingga
disarankan untuk mengikuti program KB. Tidak ada satu pun alat
kontrasepsi yang sesuai bagi ibu penderita diabetes. Semua ada untung dan
ruginya. Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter untuk
menentukan kontrasepsi yang sesuai kondisi kesehatan Anda. Berikut ini
pilihan kontrasepsi yang dapat Anda pertimbangkan:
a. Pil kb
Pil KB mengandung hormon estrogen dan progesteron atau progesteron
saja. Hormon ini bisa menaikkan tekanan darah dan meningkatkan
kebutuhan insulin tubuh. Estrogen cenderung meningkatkan risiko
penggumpalan darah di vena. Datanglah ke dokter untuk memilih pil
KB apa yang sebaiknya dipakai

b. Kb suntik dan implant


KB suntik 1 bulan maupun 3 bulan serta implant memilki kerugian haid
yang tidak teratur dan kebutuhan insulin dapat berubah

c. IUD (Intra Uterine Device)


IUD atau sering dikenal dengan spiral, alat kontrasepsi yang dipasang
di dalam rahim. Angka kegagalan lebih besar pada wanita dengan
diabetes daripada yang tidak menderita diabetes. Selain itu wanita
dengan diabetes memiliki risiko lebih besar terjadi perdarahan, infeksi
dan luka saat menggunakan IUD

d. Kondom
Kondom mengandung spermicide (pembunuh spreman) yang cukup
efektif untuk KB bila dipakai dengan benar. Kerugiannya adalah
merepotkan dan sering menggangu

e. Sistem Kalender

21
Sistem kalender cocok hanya bagi wanita yang siklus haidnya teratur
dengan tingkat keberhasilan 75-80%

f. Sterilisasi
Bila jumlah ana dirasa sudah cukup, bias dipilih cara permanen ini
dengan mengikat saluran telur (tubektomi) atau operasi vasektomi pada
pasangannya. Pada penderita diabetes yang sidah terkena komplikasi,
misalnya ginjal dan saraf, cara KB dengan sterilisasi adalah pilihan
utama.

RANGKUMAN

Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana jumlah/ fungsi insulin menjadi
tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin atau resistensi terhadap efek insulin.
Sehingga mengakibatkan jumlah sumber energy dalam plasma ibu semakin meningkat dalam
artian bahwa kadar glukosa menjadi tinggi, namun kadar insulin pun tetap tinggi
Kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasokan makanan bagi kebutuhan janin dan persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat tetap
berdifusi melalui plasenta kepada janin, sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai
22 kadar
glukosa darah sang ibu. Kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin, dan juga
beberapa hormone lain seperti esterogen, steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga
1. Peningkatan glukosa darah yang diakiatkan produksi insulin yang tidak adekuat
atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkatan seluler, disebut . . . .

a. Diabetes Melitus

b. Asam Urat

c. Kolesterol

d. Hipoglikemi

Jawaban:

a. Diabetes Melitus

2. Polyuria, polidydsia, penurunan BB, Polyphagia, Letih, Lesu, Lemah Badan,


Gatal, Pandangan kabur, Pusing, Mual, dan gampang nanah yakni tanda dan
tanda-tanda dari . . . .

a. Eklamsia

b. Preelamsia

c. Rubella

d. Diabetes Melitus

Jawaban:

d. Diabetes Melitus

3. Suatu Kelainan Endokrin yang banyak dijumpai pada ibu hamil yakni . . . .

a. Gagal Jantung

23
b. Dispepsia

c. Hepatitis

d. Diabetes Melitus

Jawaban:

d. Diabetes Melitus

4. Pernyataan yang benar dibawah ini yakni . . . .

a. DM ditandai dengan anda tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif

b. DM ditandai dengan produksi insulin yang adekuat dan mengakibatkan naiknya


berat badan

c. DM ditandai dengan adanya gangguan sistemik pada metabolism glukosa

d. DM ditandai dengan peningkatan glukosa darah yang diakibatkan produksi


insulin yang adekuat.

Jawaban :

a. DM ditandai dengan anda tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif

5. Diabetes yang disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin)....

a. tipe 1

b. tipe 2

c. tipe 3

d. tipe 4

24
Jawaban:

b. tipe 2

6. Pengaruh diabetes mellitus dalam persalinan sanggup menimbulkan . . . .

a. Distosia pundak karna anak besar

b. Preeklampsi

c. Abortus dan partus prematurus

d. Hidramnion

Jawaban:

a. Distosia pundak karna anak besar

7. Pengaruh diabetes mellitus pada bayi yaitu . . . .

a. Cacat bawaan

b. Sesak nafas

c. Insufisensi plasenta

d. Infeksi

Jawaban:

a. Cacat bawaan

8. Apakah pengertian diabetes mellitus berdasarkan anda . . . .

a. Kelainan metabolism glukoslukosa, dimana glukosa darah todak sanggup


dipakai dengan baik

b. Kelainan glukosa yang menimbulkan hiperbilirubin

c. Suatu keadaan dimana badan mengalami kelainan metabolism

25
d. Kelainan metabolism karbohidrat, dimana glukosa darah tidak sanggup
berfungsi dengan baik, sehingga menimbulkan hiperglikemia

Jawaban:

d. Kelainan metabolism karbohidrat, dimana glukosa darah tidak sanggup


berfungsi dengan baik, sehingga menjadikan hiperglikemia

9. Dibawah ini yang tidak menjadi pemicu resiko DM menjadi bertambah tinggi
yaitu . . . .

a. Minum soda dalam keadaan perut kosong

b. Minum sirup dengan keadaan fruktosa tinggi

c. Pemanis buatan yang terdapat pada minuman

d. Menggunakan gula rendah kalori

Jawaban:

d. Menggunakan gula rendah kalori

10. Dibawah ini yakni komplikasi pada DM kecuali . . . .

a. Penyakit kardiovaskuler

b. Asam urat

c. Kegagalan kronis ginjal

d. Kerusakan retina

Jawaban:

b. Asam urat

26
POLIHIDRAMNION
KEGIATAN BELAJAR 2

Tujuan Pembelajaran Umum

Selamat anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1, sikahkan


anda teruskan untuk mempelajari materi pada Kegiatan Belajar 2,
Setelah mempelajari materi pada KB 2 ini, anda diharapkan dapat
menjelaskan tentang Polihidramnion

Tujuan Pembelajaran Khusus

Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan tentang :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian polihidramnion

2. Mahasiswa mampu mengenali tanda-tanda polihidramnion

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala polihidramnion

4. Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi pada ibu


yang menderita polihidramnion

Pokok-pokok Materi

1. Polihidramnion

27
POLIHIDRAMNION

I. DEFINISI POLIHIDRAMNION
Polihidamnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan dimana
jumlah  jumlah cairan amnion le amnion lebih banyak bih banyak dari normal
yaitu le yaitu lebih dari 2000 ml. 2000 ml. 1,3,4 Cairan amnion yang
berlebihan jika diukur dari 4 kuadran yang disebut Indeks Cairan amnion
(ICA) / Amniotic  Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 cm atau satu poket
cairan amnion diatas 8 cm. Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban
melebihi  persentil ke-95 atau hampir dua kali lipat jumlah normal.

Gambar polihidramnion

Polihidramnion dibagi dalam beberapa tingkat keparahan yaitu ringan jika AFI
adalah 25 hingga 29,9 cm, sedang jika 30 hingga 34,9 cm, dan berat jika 35 cm
atau lebih. Polihidramnion ringan adalah yang paling umum, terdiri dari sekitar
dua  pertiga  pertiga kasus. Polihidramnion Polihidramnion moderat moderat
sekitar sekitar 20 persen, persen, dan hidramnion hidramnion berat sekitar 15
persen. Dengan menggunakan satu poket cairan amnion, polihidramnion ringan
didefinisikan sebagai 8 hingga 9,9 cm, sedang 10 hingga 1 1,9 cm, dan
hidramnion berat 12 cm atau lebih. Secara umum, polihidramnion yang berat jauh
lebih mungkin untuk memiliki etiologi yang mendasari dan memiliki konsekuensi

28
untuk kehamilan daripada  polihidramnion ringan, yang  polihidramnion ringan,
yang sering idiopatik dan j sering idiopatik dan jinak.

Gambar Polihidramnion berat dengan jumlah cairan amnion 5500 ml.

II. KATEGORI POLIHIDRAMNION

Polidramnion dikategorikan menjadi dua yaitu poihidramnion akut dan


kronik. Polidramnion akut/mendadak : penambahan air ketuban terjadi dalam
waktu yg cepat, terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau
berlangsung dalam waktu 14 hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
usia kehamilan 16-20 minggu. Sumber lain mengatakan dapat terjadi pada usia
18-20 minggu, dengan lingkar perut ibu yang meningkat pesat. Terdapat
keluhan seperti rasa tidak nyaman, sesak napas, dan dapat terjadi takikardi.
Polidramnion akut  biasanya  biasanya akan menyebabkan menyebabkan
persalinan persalinan sebelum sebelum usia gestasi gestasi 28 minggu. minggu.
Memerlukan terapi segera untuk mengurangi keluhan penderita 2.
Polidramnion kronis : penambahan air ketuban perlahan-lahan, berangsur-
angsur. Ini bentuk yang paling umum / sering terjadi. Kejadiannya berlangsung
lebih lama dari 14 hari. Keluhan tidak terlalu berat dan mendadak. Ibu yang
bersangkutan  bersangkutan mungkin mungkin mentoleransi mentoleransi
distensi distensi abdomen abdomen yang berlebihan berlebihan tanpa  banyak
banyak mengalami mengalami rasa yang tidak nyaman. nyaman. biasanya

29
biasanya terjadi terjadi pada kehamilan kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa
didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).

III. EPIDEMIOLOGI

Menurut WHO polihidramnion terjadi pada sekitar 1 dari 250


kehamilan, angka kejadian polihidramnion yaitu 1,1% sampai 2,8% dari
seluruh kehamilan disebabkan oleh komplikasi pada kehamilan dan 8% sampai
18% dengan kelainan janin. Insiden  polihidramnion  polihidramnion yang
dilaporkan dilaporkan oleh Mueller Mueller adalah 1 dalam 12.448 persalinan.
persalinan. Sementara itu Barry melaporkan bahwa insiden hidramnion adalah
1 : 5000  persalinan.  persalinan. Brown melaporkan melaporkan bahwa
ditemukan ditemukan 2 kasus dalam 7230 persalinan, persalinan, selain itu
Macafee melaporkan ditemukan 2 kasus dalam 12.021 persalinan. Jika melihat
angka tersebut diatas, maka dapat disimpulkan keadaan ini sangat jarang,
namun tetap menjadi komplikasi kehamilan yang harus di deteksi dan
didiagnosa secara tepat agar dapat mencegah komplikasi lain yang lebih berat
baik bagi ibu maupun janin. Pada kehamilan kembar dua, Orhan dkk
melaporkan bahwa kasus polihidramnion pada kehamilan kembar dua kembar
dua /twin 12  pregnancy sebesar 7-14%. Yang sering dijumpai adalah
polihidramnion yang ringan dengan jumlah cairan 2-3 liter sebanyak 80-85 %,
kemudian yang sedang sebanyak 17 %, dan yang berat sebanyak 5 %. Cairan
ketuban paling banyak dihasilkan oleh proses urinasi atau  produksi air seni
janin. Pada kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban sekitar 1-1,5 liter
yang berangsur berkurang hingga keha 1-1,5 liter yang berangsur berkurang
hingga kehamilan cukup bulan (40 minggu). an cukup bulan (40 minggu).

IV. ETILOGI POLIHIDRAMNION

Etiologi polihidramnion sangat bervariasi, diantaranya : a. Anomali


kongenital Derajat polihidramnion berkorelasi dengan kemungkinan bayi yang
anomali. Di Rumah Sakit Parkland, prevalensi anomali neonatus adalah sekitar
8  persen  persen dengan polihidramnion polihidramnion ringan, ringan, 12

30
persen dengan polihidramnion polihidramnion sedang, sedang, dan lebih dari
30 persen dengan polihidramnion berat. Bahkan jika tidak ada kelainan yang
terdeteksi dengan sonografi target, kemungkinan besar anomali yang
diidentifikasi saat lahir adalah 1 hingga 2 persen jika polihidramnion ringan
atau sedang dan 10 persen jika polihidramnion berat. Secara keseluruhan risiko
bahwa kelainan  bahwa kelainan yang mendasari yang mendasari akan
ditemukan akan ditemukan setelah setelah persalinan te persalinan telah
berkisar berkisar dari 9 persen pada periode neonatal hingga 28 persen di
antara bayi yang diikuti 1 tahun.

Risiko anomali sangat tinggi dengan polihidramnion yang hidup


berdampingan  berdampingan dengan pembatasan pembatasan pertumbuhan
pertumbuhan janin. Meskipun Meskipun kelainan kelainan volume cairan
amnion berhubungan dengan malformasi janin, sebaliknya  biasanya tidak
demikian.

Dalam Spanish Collaborative Study of Congenital Malformations yang


mencakup lebih dari 27.000 bayi anomali, hanya 4 persen kehamilan yang
dipersulit oleh polihidramnion, dan 3 persen dipersulit oleh polihidramnion,
dan 3 persen lainnya dengan oligohidramnion. a dengan oligohidramnion.
Anomali kongenital dibagi dua yaitu sistem saraf pusat (anencephalus dan
spina bifida), dan traktus gastrointestinal (atresia esofagus)  b. Diabetes
mellitus Diabetes pada 15 hingga 20 persen. Konsentrasi glukosa cairan

31
amnion lebih tinggi pada wanita diabetes dibandingkan pada mereka yang tidak
diabetes, dan AFI dapat berkorelasi dengan konsentrasi glukosa cairan amnion.
Temuan semacam itu mendukung hipotesis bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin, yang mengakibatkan diuresis osmotik janin
ke dalam kompartemen cairan amnion. Pemeriksaan ulang untuk diabetes
gestasional pada kehamilan dengan polihidramnion tampaknya tidak
menguntungkan, asalkan hasil tes toleransi glukosa trimester kedua adalah

normal.

V. IDIOPATIK

Sekitar 70 persen dari kasus polihidramnion dan dengan demikian


diidentifikasi pada sebanyak 1 persen kehamilan. Idiopatik polihidramnion
jarang diidentifikasikan selama sonografi midtrimester dan sering terjadi pada
kehamilan  berikutnya. Usia kehamilan pada deteksi sonografi biasanya
terletak antara 32 dan 35 minggu. Meskipun ini merupakan diagnosis eksklusi,
kelainan janin yang mendasari kemudian dapat menjadi jelas dengan
bertambahnya usia kehamilan, terutama jika derajat polihidramnion menjadi
berat. Dengan tidak adanya etiologi,  polihidramnion  polihidramnion idiopatik
idiopatik ringan pada sekitar sekitar 80 persen kasus, dan resolusi resolusi
dilaporkan pada lebih dari sepertiga kehamilan yang terkena. Polihidramnion
idiopatik paling umum merupakan temuan jinak, dan hasil kehamilan terkait

32
biasanya baik. e. Penyebab lainnya Infeksi kongenital, alloimunisasi sel darah
merah, dan korioangioma plasenta adalah etiologi yang lebih jarang. Infeksi
yang muncul pada polihidramnion meliputi citomegalovirus, toksoplasmosis,
sifilis, dan parvovirus. Polihidramnion merupakan komponen hidrops fetalis,
dan beberapa anomali, infeksi, dan alloimunisasi dapat menyebabkan janin
hidropik.

VI. PATOFISIOLOGI

Selama kehamilan, cairan amnion dijaga keseimbangannya oleh


beberapa mekanisme yaitu :

1. T r a n s f e r dari plasma maternal melalui plasenta

2. Janin meminum cairan amnion dan reabsorbsinya melalui usus


(gastrointestinal)

3. Janin membuang cairan amnion melalui berkemih (urin janin)


Mekanisme terjadinya polihidramnion hanya sedikit yang kita
ketahui.

Secara teori polihidramnion terjadi karena produksi cairan amnion


bertambah, diduga yang menghasilkan cairan amnion adalah epitel
amnion, tetapi cairan amnion juga dapat bertambah karena cairan lain
masuk kedalam ruangan amnion, misalnya air kencing janin atau
cairan otak pada anencephalus. Selain itu karena pengaliran air
ketuban terganggu yaitu cairan amnion yang telah dibuat dialirkan dan
diganti dengan yang baru.
Salah satu jalan pengaliran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi
oleh usus dan dialirkan ke plasenta akhirnya masuk kedalam peredaran
darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau janin tidak menelan seperti
pada atresia esofagus, anencefalus, dan tumor-tumor plasenta. Pada
anencefalus dan spina bifida diduga bahwa polihidramnion terjadi
karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sum-sum tulang

33
belakang. Selain itu anak anencephalus tidak menelan dan pertukaran
air terganggu karena pussatnya kurang sempurna hingga anak ini
kencing berlebihan. Pada atresia esophagus polihidramnion terjadi
karena adanya obstruksi gastrointestinal sehingga anak tidak menelan.

Pada kehamilan kembar , dapat terjadi polihidramnion diduga


salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih
kuat , dan karena itu juga menghasilkan banyak
urine , selain itu penyebab polihidramnion pada kehamilan
kembar dapat disebabkan karena luas amnion lebih  polihidramnion
sering ditemukan plasenta yang lebih besar dari kehamilan normal.
Pada kasus ibu dengan diabetes mellitus peningkatan diuretik osmotik
pada kondisi hiperglikemia menjelaskan penambahan volume cairan
amnion.

VII. GEJALA DAN TANDA KLINIS

1. S e s a k napas, terutama dalam posisi tidur. Hal


ini terjadi akibat uterus menekan organ sekitar
2. Edema pada ekstremitas bawah ,  vulva dan dinding abdomen
akibat kompresi vena

3. oleh uterus yang besar

4. Oligouria akibat obstruksi ureter karena uterus yang besar.


5. Proteinuria dan preeklamsia

VIII. DIAGNOSIS DAN ANAMNESIS

1. Perut lebih besar dan terus lebih berat dari biasa

2. Perut yang ringan keluhan

3. keluhan subjektif tidak banyak

4. Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang

34
cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan
karena tekanan pada organ

5. terutama pada diafragma seperti sesak

6. nyeri uluhati dan Nyeri perut karena Tegangnya


uterus

7. mual dan muntah

8. Edema pada tungkai,vulva dan dinding perut

9. Pada proses akut dan perut besar sekal bisa syok dan berkeringat
dingin dan sesak

Pemeriksaaan fisik

Inspeksi :

1. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-
retak kulit jelas, dan kadang-kadang umbilikus mendatar

2. j i k a akut si ibu terlihat sesak dan sianosis, serta terlihat payah


membawa kandungannya Palpasi : Perut tegang dan nyeri tekan serta
terjadi edem pada dinding perut valve dan tungkai

3. F u n d u s uteri lebih tinggi dari tuannya kehamilan sesungguhnya

4. Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan

5. K a l a u pada letak kepala, kepla janin bisa diraba maka ballotement


jelas sekali Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir,
maka dapat terjadi kesalahn-kesalahan letak janin

6. Auskultasi : Denyut jantung janin tidak terdengar atau jika terdengar


sangat halus sekali

35
Pemeriksaan penunjang
1. USG abdomen
Penilaian USG digunakan untuk mengevaluasi volume cairan
amnion. Selain itu dengan USG kelainan bawaan seperti anencephali,
spina bifida dan beberapa kelainan lain yang memicu terjadinya
polihidramnion dapat diketahui, dan juga USG bermanfaat untuk
membedakan polihidramnion, ascites atau kista ovarium yang besar.
Pemeriksaan USG sudah banyak tersedia dan tidak invasif.
2. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur caitan amnion yaitu
dengan Amnion Fluid Index (AFI) adalah perkiraan atau perhitungan
kasar terhadap jumlah cairan amnion dan merupakan bagian dari profil
biofisik. Pengukuran indeks cairan amnion (ICA) / AFI dilakukan
melalui pemeriksaan USG dengan cara penilaian semikuantitatif. Cara
pengukuran AFI :

a. Membagi uterus menjadi empat kuadran menggunakan linea nigra


sebagai sumbu vertikal dan umbiliku sebagai sumbu horizontal
b. Kantong dengan dimensi verikal terbesar diukur disetiap kuadran
c.   Jumlah dari keempat pengukuran adalah AFI

 Nilai normal AFI adalah 5-24 cm. Jika <5 cm disebut


polihidramnion dan >24 cm disebut polihidramnion. Sedangkan
dengan pengukuran satu poket cairan amnion, bila terdapat <2 cm
dikatakan oligohidramnion dan jika terdapat >8 cm dikatakan
polihidramnion

36
IX. PEMBAGIAN POLIHIDRAMNION
1. Polidramnion menahun. Terapi yang diberikan adalah obat oral:
a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hariKeuntungannya:
Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan
jumlah cairan amnion. Kerugiannya: Dapat menimbulkan
vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju SSP dan
mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehingga terjadi
perubahan hemodinamik setelah lahir.
b. Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG
untuk menerapkan AFI atau poket vertikal dalam kantong amnion.
Dengan demikian dapat dihindari terjadi oligohidramnion.

2. Polidramnion akut/mendadak usia kehamilan kurang dari 35 minggu.


Penatalaksanaan untuk polihidramnion akut dapat dilakukan dengan dua
metode, yaitu:
a. Amniosentetis
1) D i n d i n g abdomen didesinfeksi -D i t u t u p dengan duk steril
sekitarnya
2) Jarum spiral no. 22 dimasukkan menembus dinding abdomen
langsung kekavum uteri dengan tuntunan USG
3) selanjutnya air ketuban dikeluarkan sekitar 500 cc setiap kali
tindakan
4) Amniosentesis dilakukan pada janin yang masih prematur dengan
usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
5) Amniosentesis tidak sulit dilakukan tetapi mempunyai komplikasi di
antaranya: Sebagai induksi persalinan premature, terjadi solusio
plasenta, trauma langsung pada janin, plasenta dan menimbulkan
perdarahan intrauteri, dan infeksi khoriomanionitis
Jika terjadi komplikasi yang serius, tindakan selanjutnya adalah operasi
profilaksis mortalitas maternal.

37
b. Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu,
tetapi memiliki kelainan kongenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi.
Amniotomi dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan
mengharapkan “eutanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup,
karena kelainan kongenitalnya bersifat fatal.
amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan kongenital yang
berat, tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu dipertimbangkan ini
di ambil setelah mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk“Informed
Consent” sehingga jika terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.

3. Polihidramnion mendadak dengan usia kehamilan di atas 35 minggu.


Amniotomi merupakan satu-satunya tindakan untuk dapat mencapai sasaran:
a. Mengurangi keluhan manifestasi klinis polihidramnion akut.

38
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan
janin akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan
prematuritas.

rangkuman

Polihidamnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan dimana


jumlah  jumlah cairan amnion le amnion lebih banyak bih banyak dari normal
yaitu le yaitu lebih dari 2000 ml. 2000 ml. 1,3,4 Cairan amnion yang
berlebihan jika diukur dari 4 kuadran yang disebut Indeks Cairan amnion
(ICA) / Amniotic  Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 cm atau satu poket
cairan amnion diatas 8 cm. Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban
melebihi  persentil ke-95 atau hampir dua kali lipat jumlah normal.

Polidramnion dikategorikan menjadi dua yaitu poihidramnion akut dan


kronik.

Polidramnion akut/mendadak : penambahan air ketuban terjadi dalam


waktu yg cepat, terjadi kenaikan fundus uteri sekitar 1 cm dalam sehari atau
berlangsung dalam waktu 14 hari. Biasanya terjadi pada kehamilan muda pada
usia kehamilan 16-20 minggu. Sumber lain mengatakan dapat terjadi pada usia
18-20 minggu, dengan lingkar perut ibu yang meningkat pesat. Terdapat
keluhan seperti rasa tidak nyaman, sesak napas, dan dapat terjadi takikardi.
Polidramnion akut  biasanya  biasanya akan menyebabkan menyebabkan
persalinan persalinan sebelum sebelum usia gestasi gestasi 28 minggu. minggu.
Memerlukan terapi segera untuk mengurangi keluhan penderita 2.

Polidramnion kronis : penambahan air ketuban perlahan-lahan,


berangsur-angsur. Ini bentuk yang paling umum / sering terjadi. Kejadiannya

39
berlangsung lebih lama dari 14 hari. Keluhan tidak terlalu berat dan mendadak.
Ibu yang  bersangkutan  bersangkutan mungkin mungkin mentoleransi
mentoleransi distensi distensi abdomen abdomen yang berlebihan berlebihan
tanpa  banyak  banyak mengalami mengalami rasa yang tidak nyaman.
nyaman. biasanya biasanya terjadi terjadi pada kehamilan kehamilan lanjut.
Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).

40
1. Dibawah ini gejala dan tanda klinis polahidramnion yaitu...

a. Sesak nafas

b. Edema pada ekstrimitas bawah

c. Oligouria

d. Proteinuria dan preeklamsia

e. Semua benar

Jawaban: e. Semua benar

2. Untuk mengembalikan volume cairan amnion ke kisaran normal, merupakan...

a. Tujuan amniosentesis

b. Istilah amniosentesis

c. Ciri amniosentesis

d. Dampak amniosentesis

e. Semua salah

Jawwban: a. Tujuan amniosentesis

3. Ada terdapat 3 jenis pengobatan podlihidramnion, yaituu...

a. Podlihidramniom menahun

b. Polihidramnion akut

c. Polihidramnion mendadak diatas usia 35 tahun

d a,b,c benar

41
e. 1 dan 2 benar

Jawaban : d a,b,c benar

4. AFI merupakan singkatan dari...

a. Amniotic Food Index

b. Amniotic Fluid Index

c. Amniotic Flawed Index

d. Amniotic Face Index

e. Semua salah

Jawaban :

b. Amniotic Fluid Index

5. digunakan untuk mengevaluasi volume cairan amnion, merupakan...

a. Tujuan USG

b. Istilah Polihidramnion

c. Penilaian usg

d. Tujuan amniosentesis

e. Pengwrtian amniosentesis

Jawaban: c. Penilaian usg

42
Kegiatan Belajar 3

OLIGOHIDRAMNION

Tujuan Pembelajaran Umum

Selamat anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 1 dan


Kegiatan Belajar 2, sikahkan anda teruskan untuk mempelajari materi
pada Kegiatan Belajar 3, Setelah mempelajari materi pada KB 3 ini,
anda diharapkan dapat menjelaskan tentang Oligohidramnion

Tujuan Pembelajaran Khusus

Secara khusus anda diharapkan dapat menjelaskan tentang :

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian oligohidramnion

2. Mahasiswa mampu mengenali tanda-tanda oligohidramnion

3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi gejala oligohodramnion

4. Mahasiswa mampu mendeteksi adanya komplikasi pada ibu


yang menderita oligohidramnion

Pokok-pokok Materi

1. Oligohidramnion

43
OLIGOHIDRAMNION

I. PENGERTIAN OLIGOHIDRAMNION

Oligohidramnios atau
oligohidramnion adalah kondisi saat
cairan ketuban berada pada kadar terlalu
rendah, dan dapat menyebabkan
gangguan saat persalinan hingga
kematian bayi.
Cairan ketuban berperan penting
melindungi bayi dari guncangan dan
infeksi, membantu menjaga suhu dalam
rahim, mencegah tekanan pada tali pusat
yang mengganggu pasokan oksigen pada
bayi, membantu sistem pernapasan dan
pencernaan janin, serta memungkinkan bayi untuk bergerak guna perkembangan
tulang dan ototnya.
Oligohidramnios atau kurangnya cairan ketuban dalam tubuh dapat
menghambat berbagai fungsi di atas, menyebabkan cacat janin, tekanan pada tali
pusar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, kadar cairan ketuban yang
sangat rendah berisiko menyebabkan kontraksi rahim atau pun pergerakan bayi
yang dapat menekan tali pusar.

Oligohidramnios dapat terjadi kapan pun, tapi paling umum terjadi di


trimester ketiga kehamilan. Selain itu, orang yang mengandung lebih dari satu
anak atau bayi kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.
Oligohidramnios dapat menyebabkan komplikasi pada sekitar 12% kehamilan
yang berusia 41 minggu ke atas.

44
Risiko keguguran pada kehamilan akan meningkat jika ibu hamil
mengalami oligohidramnios. Sekitar 80-90% kehamilan dengan kondisi
oligohidramnios dilaporkan mengalami keguguran akibat cacat bawaan pada
janin. Jika kondisi ini baru terdiagnosis saat menjelang trimester akhir
kehamilan, maka risiko kelahiran prematur dan kemungkinan harus dilahirkan
dengan prosedur Caesar akan lebih tinggi.

II. CIRI – CIRI IBU HAMIL YANG MEMILIKI AIR KETUBAN SEDIKIT
1. Ada cairan merembes dari vagina
2. Rahim tidak bertambah besar sesuai dengan perkiraan
3. Gerakan bayi berkurang
4. Berat badan ibu tidak bertambah seiring dengan usia kehamilan
5. Detak jantung bayi tiba-tiba anjlok

Beberapa ciri itu mungkin tidak selalu menandakan kurangnya air ketuban.
Namun lebih baik waspada ketimbang lengah dan akhirnya komplikasi tak bisa
dicegah.

III. PENYEBAB OLIGOHIDRAMNION

Penyebab oligohidramnion sendiri sesungguhnya tidak diketahui.


Beberapa penyebab yang diketahui ialah adanya masalah kesehatan seperti
tekanan darah tinggi atau diabetes yang sudah ada sebelumnya, obat-obatan
tertentu seperti yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, kehamilan
pasca-term (kehamilan yang melewati 2 minggu atau lebih setelah tanggal jatuh
tempo), cacat lahir, serta ketuban pecah dini.

Melansir Sitrarambhartia, anomali kongenital tertentu pada bayi dapat


menyebabkan oligohidramnion pada trimester kedua. sebaliknya, pada awal
kehamilan juga dapat menyebabkan beberapa cacat perkembangan bayi. hal ini
sendiri,dapat di diagnosis melalui USG.

45
IV. DAMPAK OLIGOHIDRAMNION
Air ketuban yang sedikit dalam waktu lama bisa menyebabkan
perkembangan janin jadi abnormal. Studi dalam Australasians Journal of
Ultrasound in Medicine mengungkapkan, salah satu dampak kurangnya air
ketuban adalah terjadi masalah pada paru-paru yang disebut dengan hipoplasia
paru. Tidak hanya itu, dampak kekurangan air ketuban dapat meningkatkan
risiko komplikasi saat persalinan.
Volume cairan ketuban yang rendah bisa membatasi pergerakan janin.
Alhasil, janin bisa tertekan karena ruang yang sempit. Nah, hal ini yang
menyebabkan kelainan pada janin.
Sedangkan kekurangan cairan ketuban terjadi dekat dengan waktu
kelahiran, mungkin janin akan mengalami kelahiran prematur. Apalagi bila ibu
mengidap preeklampsia dan berat atau janin enggak berkembang di dalam
rahim.

V. GEJALA OLIGOHIDRAMNION
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.
3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas seiring berjalannya usia kehamilan.
5. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen. 6.
Sering berakhir dengan partus prematurus.
6. Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
7. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
8. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.

VI. LANGKAH – LANGKAH PENANGANAN OLIGOHIDRAMNION


1. Penanganan oligohidramnios bergantung pada kondisi bayi, usia kehamilan,
dan ada tidaknya komplikasi selama kehamilan. Penanganan tersebut
dilakukan dengan cara:

46
2. Janin perlu mendapat pemantauan ketat melalui USG untuk melihat
aktivitas dan kondisinya.
3. Ibu hamil akan dianjurkan untuk mengonsumsi banyak cairan.
4. Pada kasus tertentu, seperti pertumbuhan bayi dalam rahim terhambat atau
pun preeklamsia, oligohidramnios mungkin perlu ditangani melalui
persalinan yang diinduksi jika usia kehamilan sudah mendekati waktu
persalinan.
5. Saat persalinan, dokter mungkin akan memberikan cairan ketuban melalui
kateter yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mengurangi risiko tekanan
pada tali pusat.
6. Pertimbangan untuk melahirkan dengan operasi Caesar.
7. Dengan memeriksakan kandungan secara teratur, risiko oligohidramnios
dapat dideteksi lebih dini dan penanganan yang tepat bisa segera diupayakan
oleh dokter. Namun, segera periksakan diri ke bidan maupun dokter jika
bayi terasa tidak begitu aktif seperti biasa selama kehamilan.

47
VII. PENGARUH OLIGOHIDRAMNION TERHADAP JANIN
1. Air ketuban tempat berendamnya janin dalam rahim penting untuk menjaga
pertumbuhan dan perkembangan janin. Kurangnya jumlah air ketuban akan
berpengaruh buruk pada janin dan berpotensi membuat persalinan
bermasalah.
2. Terdapat setidaknya tujuh fungsi air ketuban dalam kaitan dengan
perkembangan janin, yakni:
a. Melindungi bayi dari risiko terluka atau terhantam ketika ibu
menggerakkan tubuhnya
b. Menjaga suhu janin tetap hangat sehingga merasa nyaman
c. Membantu janin bergerak dalam kandungan tanpa terpengaruh gravitasi
sembari mendorong perkembangan tulang dan otot
d. Menyediakan nutrisi yang dibutuhkan janin untuk berkembang
e. Melawan infeksi dengan antibodi yang terkandung di dalamnya
f. Melatih sistem otot dengan cara bernapas dan menelan air ketuban
g. Mencegah perlengketan organ, seperti jari tangan dan kaki, berkat
pelumas dari air ketuban.

48
Oligohidramnios atau oligohidramnion adalah kondisi saat cairan ketuban
berada pada kadar terlalu rendah, dan dapat menyebabkan gangguan saat
persalinan hingga kematian bayi.
Oligohidramnios atau kurangnya cairan ketuban dalam tubuh dapat
menghambat berbagai fungsi di atas, menyebabkan cacat janin, tekanan pada tali
pusar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, kadar cairan ketuban yang
sangat rendah berisiko menyebabkan kontraksi rahim atau pun pergerakan bayi
yang dapat menekan tali pusar.
Air ketuban yang sedikit dalam waktu lama bisa menyebabkan
perkembangan janin jadi abnormal. Studi dalam Australasians Journal of
Ultrasound in Medicine mengungkapkan, salah satu dampak kurangnya air
ketuban adalah terjadi masalah pada paru-paru yang disebut dengan hipoplasia
paru. Tidak hanya itu, dampak kekurangan air ketuban dapat meningkatkan
risiko komplikasi saat persalinan.
Oligohidramnios dapat terjadi kapan pun, tapi paling umum terjadi di
trimester ketiga kehamilan. Selain itu, orang yang mengandung lebih dari satu
anak atau bayi kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.
Oligohidramnios dapat menyebabkan komplikasi pada sekitar 12% kehamilan
yang berusia 41 minggu ke atas.
Risiko keguguran pada kehamilan akan meningkat jika ibu hamil
mengalami oligohidramnios. Sekitar 80-90% kehamilan dengan kondisi
oligohidramnios dilaporkan mengalami keguguran akibat cacat bawaan pada
janin. Jika kondisi ini baru terdiagnosis saat menjelang trimester akhir
kehamilan, maka risiko kelahiran prematur dan kemungkinan harus dilahirkan
dengan prosedur Caesar akan lebih tinggi.

49
TES FORMATIF

50
51

Anda mungkin juga menyukai