SEMESTER VI
dIABETES MELITUS
POLIHIDRAMNION
OLIGOHIDRAMNIO
N
Medan,
Direktur
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Dr.Ida Nurhayati,Mkes
NIP.196711101993032002
2
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan berkah
dan karunia-Nyalah penyusunan dapat menyelesaikan modul mata kuliah Asuhan
Kebidanan.
Modul ini disusun dengan sebagai referensi dan bahan belajar untuk
mahasiswa program pendidikan DIV Kebidanan.
Mudah-mudahan modul ini dapat digunakan secara efektif dan dapat menjadi
media yang dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan memberikan
Keterampilan Dasar Kebidanan bagi mahasiswa program DIV Kebidanan.
Tim
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………........…………......……………………..3
DAFTAR ISI…..………………………………………………………………….4
PENDAHULUAN…………………..…………………………………………….5
PETUNJUK BELAJAR…………………………………......…………………...6
KEGIATAN BELAJAR 1 : DIABETES MELITUS………………............……
8
Tujuan Pembelajaran Umum………………………………………......…..8
Tujuan Pembelajaran Khusus………………………………………......….8
Pokok-Pokok
Materi………………………………………………….........8
Uraian Materi………………………………………………………….......9
Tujuan Mandiri………………......……………………………………….23
KEGIATAN BELAJAR 2 : POLIHIDRAMNION………….......
……………...5
Tujuan Pembelajaran Umum……………………………………................5
Tujuan Pembelajaran Khusus………………………………………….......5
Pokok-Pokok Materi…….......
……………………………………………..5
Uraian Materi…………………......……………………………………….5
Tujuan Mandiri…………………..........…………………………………...5
KEGIATAN BELAJAR 3 : OLIGOHIDRAMNION………….......
…………...5
Tujuan Pembelajaran Umum………………………………........................5
Tujuan Pembelajaran Khusus…………………………...............................5
Pokok-Pokok
Materi……………………………………….........................5
Uraian Materi…………..................……………………………………….5
4
Tujuan Mandiri……..........………………………………………………...5
TES FORMATIF 11
DAFTAR PUSTAKA
5
Modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar dan setiap kegiatan belajar sedikit
dibutuhkan waktu 60 menit untuk mempelajarinya.
Petunjuk belajar
1. Bacalah uraian dan contoh pada kegiatan belajar secara global. Tujuan
untuk mengetahui pokok-pokok pikiran yang diuraikan dalam kegiatan
belajar ini.
2. Setelah anda mengetahui garis besar pokok-pokok pikiran dalam materi
uraian ini, baca sekali lagi secara lebih cermat. Membaca secara cermat
bertujuan untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dari setiap sub pokok
bahasan.
3. Untuk memudahkan anda mencari kembali hal-hal penting seperti prinsip
dan konsep essensial, beri tanda pada konsep dan prinsip penting.
Kemudian anda cari hubungan antara konsep tersebut, sehingga anda
memiliki konsep
4. Bila anda merasa belom yakin dalam membaca uraian pada kegiatan
belajar ini, ulangi lagi membaca materi kegiatan belajar sekali lagi
5. Pelajari cara menyelesaikan soal pada contoh-contoh soal yang diberikan
pada kegiatan belajar ini,caranya adalah sebagai berikut inu :
a. Baca soal yang anda kerjakan
b. Analisis materi dalam soal ini dengan menuliskan apa – apa saja yang
diketahui dalam soal ini.
c. Cari permasalahan atau pertanyaan dari soal tersebut
6
d. Buat kerangka rencana soal tersebut dengan menuliskan konsep yang
diperlukan dan cari hubungan antarkonsep tersebut.
e. Tuliskan hasil jawaban anda pada akhir penyelesaian soal.
7
Kegiatan Belajar 1
DIABETES MELITUS
Pokok-pokok Materi
1. Diabetes Melitus
8
DIABETES MELITUS
I. FISIOLOGI KEHAMILAN
Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari
perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan
yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan ke-4 sampai ke-6, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai
kesembilan
Selama awal kehamilan, toleransi glukosa normal atau sedikit meningkat
dan sensitivitas perifer (otot) terhadap insulin serta produksi glukosa basal
hepatik normal akibat peningkatan hormon estrogen dan progesteron maternal
pada awal kehamilan yang meningkatkan hiperplasia sel β pankreas, sehingga
meningkatkan pelepasan insulin. Hal ini menjelaskan peningkatan cepat insulin
di awal kehamilan sebagai respons terhadap resistensi insulin.
Pada trimester kedua dan ketiga, peningkatan hubungan fetomaternal akan
mengurangi sensitivitas insulin maternal sehingga akan menstimulasi sel-sel
ibu untuk menggunakan energi selain glukosa seperti asam lemak bebas,
glukosa maternal selanjutnya akan ditransfer ke janin. Dalam kondisi normal
kadar glukosa darah fetus 10-20% lebih rendah daripada ibu, sehingga transpor
glukosa dari plasenta ke darah janin dapat terjadi melalui proses difusi
sederhana ataupun terfasilitasi
Selama kehamilan, resistensi insulin tubuh meningkat tiga kali lipat
dibandingkan keadaan tidak hamil. Pada kehamilan, penurunan sensitivitas
insulin ditandai dengan defek post-reseptor yang menurunkan kemampuan
insulin untuk memobilisasi SLC2A4 (GLUT 4) dari dalam sel ke permukaan
sel. Hal ini mungkin disebabkan oleh peningkatan hormon yang berkaitan
dengan kehamilan. Meskipun kehamilan dikaitkan dengan peningkatan massa
9
sel β dan peningkatan kadar insulin, beberapa wanita tidak dapat meningkatkan
produksi insulinnya relatif terhadap peningkatan resistensi insulin, sehingga
menjadi hiperglikemik dan menderita DMG
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit kronis dimana ketika pankreas tidak
bias menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkan. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar
gula di dalam darah merupakan efek umum dari diabetes yang tidak terkontrol
dari waktu ke waktu, sehingga dapat menyebabkan masalah serius pada sistem
tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah (WHO, 2012). Secara umum,
klasifikasi diabetes mellitus dibagi menjadi Diabetes Mellitus tipe 1, Diabetes
Mellitus tipe 2, Diabates Mellitus Gestasional (kehamilan), dan Diabetes Mellitus
tipe lain
10
Diabetes gestasional adalah diabetes tipe 2 yang terungkap atau ditemukan
selama kehamilan. Karena insiden tipe 2 meningkat seiring dengan usia dan
dipengaruhi oleh faktor diabetogenik lain, yaitu obesitas, maka besar
kemungkinannya bahwa baik pengaruh kehamilan maupun insulinopenia
berperan. Ibu dari kelompok diabetes gestasional memperlihatkan kelainan dalam
metabolisme glukosa yang merupakan tanda utama diabetes tipe 2
11
Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana jumlah/ fungsi
insulin menjadi tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin atau resistensi
terhadap efek insulin. Sehingga mengakibatkan jumlah sumber energy dalam
plasma ibu semakin meningkat dalam artian bahwa kadar glukosa menjadi
tinggi, namun kadar insulin pun tetap tinggi
Kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi kebutuhan janin dan persiapan untuk
menyusui. Glukosa dapat tetap berdifusi melalui plasenta kepada janin,
sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai kadar glukosa darah sang ibu.
Kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin, dan juga beberapa
hormone lain seperti esterogen, steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga
mengakibatkan proses reabsorpsi makanan menjadi lambat sehingga dapat
menimbulkan efek hiperglikemia yang relatif lama dan secara otomatis hal
tersebut memberikan efek terhadap meningkatnya kebutuhan insulin.
12
Kebutuhan insulin akan meningkat 3 kali lipat dari keadaan normal menjelang
proses persalinan.
Tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologi, telah terjadi
perubahan menjadi resistensi insulin, yaitu ketika dilakukan penambahan
insulin eksogen sehingga mengakibatkan tidak mudah mengalami hipoglikemi.
Tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin, akan tetap
mengalami hipoinsulin yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia atau
diabetes kehamilan
13
pembebanan glukosa >140 mg/dL* (7,8 mmol/L), dilanjutkan dengan tes
toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa.
Step 2: Tes toleransi glukosa oral dengan 100 gram glukosa dilakukan pada
pasien dalam keadaan puasa.
Diagnosis DMG ditegakkan apabila setidaknya dua dari empat hasil
pengukuran glukosa plasma memenuhi kriteria berikut
Carpenter/Coustan NDDG
Puasa 95 mg/dL (5,3mmol/L) >105 mg/dL (5,8
mmol/L)
1 jam 180 mg/dL (10 mmol/L) >190 mg/dL (10,6
mmol/L)
2 jam 155 mg/dL (8,6 mmol/L) >165 mg/dL (9,2
mmol/L)
3 jam 140 mg/dL (7,8 mmol/L >145 mg/dL (8
mmol/L)
NDDG, National Diabetes Data Group
14
V. FAKTOR RESIKO DIABETES MELLITUS GESTASIONAL
1. Usia saat hamil yang lebih tua
Penyakit diabetes melitus gestasional dapat menyerang semua jenis
umur, dan umur yang paling dominan terkena penyakit ini adalah lebih
dari 35 tahun. Secara umum diketahui bahwa pada periode ini, kebanyakan
ibu hamil cenderung melakukan sedikit aktivitas tetapi suplai nutrisi tidak
mengalami penurunan, bahkan seringkali mengalami kelebihan.
Diabetes mellitus merupakan penyakit yng teradi akibat penurunan
fungsi organ tubuh (degeneratif) terutama gangguan organ pankreas dalam
menghasilkan hormon insulin, sehingga DM akan meningkat khususnya
sejalan dengan pertambahan usia. Pada usia lanjut terjadi gaya hidup,
mulai dari pola makan/jenis makanan yang dikonsumsi sampai
berkurangnya kegiatan jasmanni. Hal ini terjadi terutama pada kelompok
usia dewasa ke atas pada seluruh status sosial ekonomi. Semakin tinggi
usia maka semakin berisiko untuk menderita diabetes mellitus gestasional.
Oleh karena itu, ibu perlu menghindari kehamilan pada usia risiko tinggi
2. Kegemukan (Obese/overweight)
Overweight merupakan faktor risiko pada gangguan toleransi
glukosa baik sebelum atau dalam kehamilan. Overweight merupakan
manifestasi dari obesitas dengan kata lain overweight merupakan suatu
tahap sebelum terjadi obesitas. Hal ini dapat dijelaskan dengan mekanisme
dimana saat terjadi obesitas maka sel-sel lemak yang menggemuk akan
15
menghasilkan beberapa zat yang digolongkan sebagai adipositokin yang
jumlahnya lebih banyak daripada keadaan tidak gemuk. Zat-zat itulah
yang men ke dalam sel keadaan ini membuat glukosa darah tetap tinggi
(hiperglikemi) dan terjadilah diabetes. Selain itu, saat hamil bisanya terjadi
penambahan berat badan dan peningkatan konsumsi makanan sehingga
keadaan ini dapat berdampak pada meningkatnya gula darah di atas
normal. Oleh karena itu, sebelum hamil ibu perlu mejaga pola makanan
sebelum terjadi peningkatan berat badan berlebih saat kehamilan.
menyebabkan resistensi insulin. Akibat resistensi insulin inilah glukosa
sulit masuk
16
insulin dengan kadar tinggi pada rahim yang dapat mempercepat
pertumbuhan janin.
17
6. Pertumbuhan janin terhambat
7. Hipoglikemia (GD rendah saat lahir)
8. Hiperbilirubinemia (kuning setelah lahir)
Banyak terjadi pemecahan sel darah merah, sehingga menyebabkan
bayi menjadi kuning.
9. Hipokalsemia
Keadaan dimana kadar kalsium menjadi rendah. Hal ini dapat
terjadi karena persalinan yang premature. Bayi akan mengalami kejang.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pembrian suntikan kalsium.
1. Penerapan pola hidup sehat dari sejak sebelum hamil yakni seperti :
Pengaturan diet, perbanyak konsumsi serat (sayur & buah-buahan) Selalu
aktif untuk berolahraga
2. Penurunan berat badan bila overweight/obese
18
3. Persiapan kehamilan yang baik seperti : Usia kehamilan dan Pemeriksaan
GD sebelum hamil
4. Menjaga peningkatan berat badan selama hamil
5. Menurunkan berat badan sebelum konsepsi dengan pengaturan diet.
Menurunkan berat badan 4,5 kg di antara kehamilan terdahulu dan
kehamilan berikutnya dapat menurunkan risiko DMG pada kehamilan
selanjutnya hingga 40%.
6. Aktivitas fisik yang intens, moderat dan reguler. Olah raga terbukti dapat
memperbaiki kontrol glikemik pada wanita dengan DMG. Olah raga
sebelum dan selama masa awal kehamilan menurunkan risiko DMG
masing-masing 51% dan 48%.
Non Farmakologis :
Terapi Medis :
19
Inferior dibanding insulin & metformin, ↑ risiko hipoglikemia pada bayi &
makrosomia dan Blm ada data keamanan jangka panjang
XI. PERSALINAN DAN KONTRASEPSI PADA PEREMPUAN DENGAN
GDM
1. Persalinan pada Penderita GDM
Selama gula darah normal dan tidak ada komplikasi pada ibu dan janin,
persalinan spontan melalui vagina dapat dilakukan dengan pengawasan
dokter. Selama proses persalinan, pemeriksaan gula darah ibu harus
dilakukan lebih sering karena dikhawatirkan gula darah belum stabil, dapat
turun maupun naik Bila terjadi komplikasi saat persalinan, maka dokter
akan menyarankan untuk dilakukan operasi Sectio Caesaria.
20
4. Kontrasepsi Untuk Ibu dengan Diabetes
Perempuan dengan diabetes dianjurkan untuk tidak terlalu banyak
memiliki anak mengingat komplikasi yang dapat terjadi sehingga
disarankan untuk mengikuti program KB. Tidak ada satu pun alat
kontrasepsi yang sesuai bagi ibu penderita diabetes. Semua ada untung dan
ruginya. Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter untuk
menentukan kontrasepsi yang sesuai kondisi kesehatan Anda. Berikut ini
pilihan kontrasepsi yang dapat Anda pertimbangkan:
a. Pil kb
Pil KB mengandung hormon estrogen dan progesteron atau progesteron
saja. Hormon ini bisa menaikkan tekanan darah dan meningkatkan
kebutuhan insulin tubuh. Estrogen cenderung meningkatkan risiko
penggumpalan darah di vena. Datanglah ke dokter untuk memilih pil
KB apa yang sebaiknya dipakai
d. Kondom
Kondom mengandung spermicide (pembunuh spreman) yang cukup
efektif untuk KB bila dipakai dengan benar. Kerugiannya adalah
merepotkan dan sering menggangu
e. Sistem Kalender
21
Sistem kalender cocok hanya bagi wanita yang siklus haidnya teratur
dengan tingkat keberhasilan 75-80%
f. Sterilisasi
Bila jumlah ana dirasa sudah cukup, bias dipilih cara permanen ini
dengan mengikat saluran telur (tubektomi) atau operasi vasektomi pada
pasangannya. Pada penderita diabetes yang sidah terkena komplikasi,
misalnya ginjal dan saraf, cara KB dengan sterilisasi adalah pilihan
utama.
RANGKUMAN
Diabetes Mellitus Gestasional terjadi suatu keadaan dimana jumlah/ fungsi insulin menjadi
tidak optimal. Terjadi perubahan kinetika insulin atau resistensi terhadap efek insulin.
Sehingga mengakibatkan jumlah sumber energy dalam plasma ibu semakin meningkat dalam
artian bahwa kadar glukosa menjadi tinggi, namun kadar insulin pun tetap tinggi
Kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasokan makanan bagi kebutuhan janin dan persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat tetap
berdifusi melalui plasenta kepada janin, sehingga kadar glukosa darah janin menyerupai
22 kadar
glukosa darah sang ibu. Kadar glukosa darah dikendalikan oleh hormon insulin, dan juga
beberapa hormone lain seperti esterogen, steroid, dan plasenta laktogen. Sehingga
1. Peningkatan glukosa darah yang diakiatkan produksi insulin yang tidak adekuat
atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkatan seluler, disebut . . . .
a. Diabetes Melitus
b. Asam Urat
c. Kolesterol
d. Hipoglikemi
Jawaban:
a. Diabetes Melitus
a. Eklamsia
b. Preelamsia
c. Rubella
d. Diabetes Melitus
Jawaban:
d. Diabetes Melitus
3. Suatu Kelainan Endokrin yang banyak dijumpai pada ibu hamil yakni . . . .
a. Gagal Jantung
23
b. Dispepsia
c. Hepatitis
d. Diabetes Melitus
Jawaban:
d. Diabetes Melitus
a. DM ditandai dengan anda tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif
Jawaban :
a. DM ditandai dengan anda tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif
5. Diabetes yang disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi kurang sensitif
terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan
dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin)....
a. tipe 1
b. tipe 2
c. tipe 3
d. tipe 4
24
Jawaban:
b. tipe 2
b. Preeklampsi
d. Hidramnion
Jawaban:
a. Cacat bawaan
b. Sesak nafas
c. Insufisensi plasenta
d. Infeksi
Jawaban:
a. Cacat bawaan
25
d. Kelainan metabolism karbohidrat, dimana glukosa darah tidak sanggup
berfungsi dengan baik, sehingga menimbulkan hiperglikemia
Jawaban:
9. Dibawah ini yang tidak menjadi pemicu resiko DM menjadi bertambah tinggi
yaitu . . . .
Jawaban:
a. Penyakit kardiovaskuler
b. Asam urat
d. Kerusakan retina
Jawaban:
b. Asam urat
26
POLIHIDRAMNION
KEGIATAN BELAJAR 2
Pokok-pokok Materi
1. Polihidramnion
27
POLIHIDRAMNION
I. DEFINISI POLIHIDRAMNION
Polihidamnion atau biasa disebut hidramnion adalah suatu keadaan dimana
jumlah jumlah cairan amnion le amnion lebih banyak bih banyak dari normal
yaitu le yaitu lebih dari 2000 ml. 2000 ml. 1,3,4 Cairan amnion yang
berlebihan jika diukur dari 4 kuadran yang disebut Indeks Cairan amnion
(ICA) / Amniotic Amniotic Fluid Index (AFI) lebih dari 25 cm atau satu poket
cairan amnion diatas 8 cm. Batasan lain menyebutkan bahwa jika air ketuban
melebihi persentil ke-95 atau hampir dua kali lipat jumlah normal.
Gambar polihidramnion
Polihidramnion dibagi dalam beberapa tingkat keparahan yaitu ringan jika AFI
adalah 25 hingga 29,9 cm, sedang jika 30 hingga 34,9 cm, dan berat jika 35 cm
atau lebih. Polihidramnion ringan adalah yang paling umum, terdiri dari sekitar
dua pertiga pertiga kasus. Polihidramnion Polihidramnion moderat moderat
sekitar sekitar 20 persen, persen, dan hidramnion hidramnion berat sekitar 15
persen. Dengan menggunakan satu poket cairan amnion, polihidramnion ringan
didefinisikan sebagai 8 hingga 9,9 cm, sedang 10 hingga 1 1,9 cm, dan
hidramnion berat 12 cm atau lebih. Secara umum, polihidramnion yang berat jauh
lebih mungkin untuk memiliki etiologi yang mendasari dan memiliki konsekuensi
28
untuk kehamilan daripada polihidramnion ringan, yang polihidramnion ringan,
yang sering idiopatik dan j sering idiopatik dan jinak.
29
biasanya terjadi terjadi pada kehamilan kehamilan lanjut. Diagnosis pasti bisa
didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).
III. EPIDEMIOLOGI
30
persen dengan polihidramnion polihidramnion sedang, sedang, dan lebih dari
30 persen dengan polihidramnion berat. Bahkan jika tidak ada kelainan yang
terdeteksi dengan sonografi target, kemungkinan besar anomali yang
diidentifikasi saat lahir adalah 1 hingga 2 persen jika polihidramnion ringan
atau sedang dan 10 persen jika polihidramnion berat. Secara keseluruhan risiko
bahwa kelainan bahwa kelainan yang mendasari yang mendasari akan
ditemukan akan ditemukan setelah setelah persalinan te persalinan telah
berkisar berkisar dari 9 persen pada periode neonatal hingga 28 persen di
antara bayi yang diikuti 1 tahun.
31
amnion lebih tinggi pada wanita diabetes dibandingkan pada mereka yang tidak
diabetes, dan AFI dapat berkorelasi dengan konsentrasi glukosa cairan amnion.
Temuan semacam itu mendukung hipotesis bahwa hiperglikemia ibu
menyebabkan hiperglikemia janin, yang mengakibatkan diuresis osmotik janin
ke dalam kompartemen cairan amnion. Pemeriksaan ulang untuk diabetes
gestasional pada kehamilan dengan polihidramnion tampaknya tidak
menguntungkan, asalkan hasil tes toleransi glukosa trimester kedua adalah
normal.
V. IDIOPATIK
32
biasanya baik. e. Penyebab lainnya Infeksi kongenital, alloimunisasi sel darah
merah, dan korioangioma plasenta adalah etiologi yang lebih jarang. Infeksi
yang muncul pada polihidramnion meliputi citomegalovirus, toksoplasmosis,
sifilis, dan parvovirus. Polihidramnion merupakan komponen hidrops fetalis,
dan beberapa anomali, infeksi, dan alloimunisasi dapat menyebabkan janin
hidropik.
VI. PATOFISIOLOGI
33
belakang. Selain itu anak anencephalus tidak menelan dan pertukaran
air terganggu karena pussatnya kurang sempurna hingga anak ini
kencing berlebihan. Pada atresia esophagus polihidramnion terjadi
karena adanya obstruksi gastrointestinal sehingga anak tidak menelan.
34
cepat maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan
karena tekanan pada organ
9. Pada proses akut dan perut besar sekal bisa syok dan berkeringat
dingin dan sesak
Pemeriksaaan fisik
Inspeksi :
1. Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-
retak kulit jelas, dan kadang-kadang umbilikus mendatar
35
Pemeriksaan penunjang
1. USG abdomen
Penilaian USG digunakan untuk mengevaluasi volume cairan
amnion. Selain itu dengan USG kelainan bawaan seperti anencephali,
spina bifida dan beberapa kelainan lain yang memicu terjadinya
polihidramnion dapat diketahui, dan juga USG bermanfaat untuk
membedakan polihidramnion, ascites atau kista ovarium yang besar.
Pemeriksaan USG sudah banyak tersedia dan tidak invasif.
2. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur caitan amnion yaitu
dengan Amnion Fluid Index (AFI) adalah perkiraan atau perhitungan
kasar terhadap jumlah cairan amnion dan merupakan bagian dari profil
biofisik. Pengukuran indeks cairan amnion (ICA) / AFI dilakukan
melalui pemeriksaan USG dengan cara penilaian semikuantitatif. Cara
pengukuran AFI :
36
IX. PEMBAGIAN POLIHIDRAMNION
1. Polidramnion menahun. Terapi yang diberikan adalah obat oral:
a. Indometasin 25-50 mg tiga kali/hariKeuntungannya:
Menurunkan produksi urin janin sehingga menurunkan
jumlah cairan amnion. Kerugiannya: Dapat menimbulkan
vasokonstriksi umum pembuluh darah termasuk yang menuju SSP dan
mempercepat tertutupnya duktus arteriosus Bothali sehingga terjadi
perubahan hemodinamik setelah lahir.
b. Pemberian obat Indometasin harus diikuti dengan pemeriksaan USG
untuk menerapkan AFI atau poket vertikal dalam kantong amnion.
Dengan demikian dapat dihindari terjadi oligohidramnion.
37
b. Memecahkan ketuban
Pada pemeriksaan ultrasonografi usia kehamilan kurang dari 35 minggu,
tetapi memiliki kelainan kongenital yang fatal, maka dilakukan amniotomi.
Amniotomi dengan pertimbangan untuk melakukan induksi persalinan dan
mengharapkan “eutanasia” terhadap janin yang tidak mungkin bertahan hidup,
karena kelainan kongenitalnya bersifat fatal.
amniotomi dilakukan pada hasil USG dengan kelainan kongenital yang
berat, tanpa memandang usia kehamilannya. Sudah tentu dipertimbangkan ini
di ambil setelah mendapat persetujuan keluarga dalam bentuk“Informed
Consent” sehingga jika terjadi masalah akan terbebas dari tuntutan hukum.
38
b. Bahwa dengan usia di atas 35 minggu, dapat diperkirakan kemungkinan
janin akan dapat diselamatkan dengan kemampuan perawatan dan pelayanan
prematuritas.
rangkuman
39
berlangsung lebih lama dari 14 hari. Keluhan tidak terlalu berat dan mendadak.
Ibu yang bersangkutan bersangkutan mungkin mungkin mentoleransi
mentoleransi distensi distensi abdomen abdomen yang berlebihan berlebihan
tanpa banyak banyak mengalami mengalami rasa yang tidak nyaman.
nyaman. biasanya biasanya terjadi terjadi pada kehamilan kehamilan lanjut.
Diagnosis pasti bisa didapatkan dari pemeriksaan ultrasonografi (USG).
40
1. Dibawah ini gejala dan tanda klinis polahidramnion yaitu...
a. Sesak nafas
c. Oligouria
e. Semua benar
a. Tujuan amniosentesis
b. Istilah amniosentesis
c. Ciri amniosentesis
d. Dampak amniosentesis
e. Semua salah
a. Podlihidramniom menahun
b. Polihidramnion akut
d a,b,c benar
41
e. 1 dan 2 benar
e. Semua salah
Jawaban :
a. Tujuan USG
b. Istilah Polihidramnion
c. Penilaian usg
d. Tujuan amniosentesis
e. Pengwrtian amniosentesis
42
Kegiatan Belajar 3
OLIGOHIDRAMNION
Pokok-pokok Materi
1. Oligohidramnion
43
OLIGOHIDRAMNION
I. PENGERTIAN OLIGOHIDRAMNION
Oligohidramnios atau
oligohidramnion adalah kondisi saat
cairan ketuban berada pada kadar terlalu
rendah, dan dapat menyebabkan
gangguan saat persalinan hingga
kematian bayi.
Cairan ketuban berperan penting
melindungi bayi dari guncangan dan
infeksi, membantu menjaga suhu dalam
rahim, mencegah tekanan pada tali pusat
yang mengganggu pasokan oksigen pada
bayi, membantu sistem pernapasan dan
pencernaan janin, serta memungkinkan bayi untuk bergerak guna perkembangan
tulang dan ototnya.
Oligohidramnios atau kurangnya cairan ketuban dalam tubuh dapat
menghambat berbagai fungsi di atas, menyebabkan cacat janin, tekanan pada tali
pusar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, kadar cairan ketuban yang
sangat rendah berisiko menyebabkan kontraksi rahim atau pun pergerakan bayi
yang dapat menekan tali pusar.
44
Risiko keguguran pada kehamilan akan meningkat jika ibu hamil
mengalami oligohidramnios. Sekitar 80-90% kehamilan dengan kondisi
oligohidramnios dilaporkan mengalami keguguran akibat cacat bawaan pada
janin. Jika kondisi ini baru terdiagnosis saat menjelang trimester akhir
kehamilan, maka risiko kelahiran prematur dan kemungkinan harus dilahirkan
dengan prosedur Caesar akan lebih tinggi.
II. CIRI – CIRI IBU HAMIL YANG MEMILIKI AIR KETUBAN SEDIKIT
1. Ada cairan merembes dari vagina
2. Rahim tidak bertambah besar sesuai dengan perkiraan
3. Gerakan bayi berkurang
4. Berat badan ibu tidak bertambah seiring dengan usia kehamilan
5. Detak jantung bayi tiba-tiba anjlok
Beberapa ciri itu mungkin tidak selalu menandakan kurangnya air ketuban.
Namun lebih baik waspada ketimbang lengah dan akhirnya komplikasi tak bisa
dicegah.
45
IV. DAMPAK OLIGOHIDRAMNION
Air ketuban yang sedikit dalam waktu lama bisa menyebabkan
perkembangan janin jadi abnormal. Studi dalam Australasians Journal of
Ultrasound in Medicine mengungkapkan, salah satu dampak kurangnya air
ketuban adalah terjadi masalah pada paru-paru yang disebut dengan hipoplasia
paru. Tidak hanya itu, dampak kekurangan air ketuban dapat meningkatkan
risiko komplikasi saat persalinan.
Volume cairan ketuban yang rendah bisa membatasi pergerakan janin.
Alhasil, janin bisa tertekan karena ruang yang sempit. Nah, hal ini yang
menyebabkan kelainan pada janin.
Sedangkan kekurangan cairan ketuban terjadi dekat dengan waktu
kelahiran, mungkin janin akan mengalami kelahiran prematur. Apalagi bila ibu
mengidap preeklampsia dan berat atau janin enggak berkembang di dalam
rahim.
V. GEJALA OLIGOHIDRAMNION
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam Rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan
tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.
3. Ibu merasa nyeri setiap gerakan yang ditimbulkan janin.
4. Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih
jelas seiring berjalannya usia kehamilan.
5. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen. 6.
Sering berakhir dengan partus prematurus.
6. Persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
7. Saat ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
8. Ibu merasa sakit yang amat sangat saat kontraksi.
46
2. Janin perlu mendapat pemantauan ketat melalui USG untuk melihat
aktivitas dan kondisinya.
3. Ibu hamil akan dianjurkan untuk mengonsumsi banyak cairan.
4. Pada kasus tertentu, seperti pertumbuhan bayi dalam rahim terhambat atau
pun preeklamsia, oligohidramnios mungkin perlu ditangani melalui
persalinan yang diinduksi jika usia kehamilan sudah mendekati waktu
persalinan.
5. Saat persalinan, dokter mungkin akan memberikan cairan ketuban melalui
kateter yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mengurangi risiko tekanan
pada tali pusat.
6. Pertimbangan untuk melahirkan dengan operasi Caesar.
7. Dengan memeriksakan kandungan secara teratur, risiko oligohidramnios
dapat dideteksi lebih dini dan penanganan yang tepat bisa segera diupayakan
oleh dokter. Namun, segera periksakan diri ke bidan maupun dokter jika
bayi terasa tidak begitu aktif seperti biasa selama kehamilan.
47
VII. PENGARUH OLIGOHIDRAMNION TERHADAP JANIN
1. Air ketuban tempat berendamnya janin dalam rahim penting untuk menjaga
pertumbuhan dan perkembangan janin. Kurangnya jumlah air ketuban akan
berpengaruh buruk pada janin dan berpotensi membuat persalinan
bermasalah.
2. Terdapat setidaknya tujuh fungsi air ketuban dalam kaitan dengan
perkembangan janin, yakni:
a. Melindungi bayi dari risiko terluka atau terhantam ketika ibu
menggerakkan tubuhnya
b. Menjaga suhu janin tetap hangat sehingga merasa nyaman
c. Membantu janin bergerak dalam kandungan tanpa terpengaruh gravitasi
sembari mendorong perkembangan tulang dan otot
d. Menyediakan nutrisi yang dibutuhkan janin untuk berkembang
e. Melawan infeksi dengan antibodi yang terkandung di dalamnya
f. Melatih sistem otot dengan cara bernapas dan menelan air ketuban
g. Mencegah perlengketan organ, seperti jari tangan dan kaki, berkat
pelumas dari air ketuban.
48
Oligohidramnios atau oligohidramnion adalah kondisi saat cairan ketuban
berada pada kadar terlalu rendah, dan dapat menyebabkan gangguan saat
persalinan hingga kematian bayi.
Oligohidramnios atau kurangnya cairan ketuban dalam tubuh dapat
menghambat berbagai fungsi di atas, menyebabkan cacat janin, tekanan pada tali
pusar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, kadar cairan ketuban yang
sangat rendah berisiko menyebabkan kontraksi rahim atau pun pergerakan bayi
yang dapat menekan tali pusar.
Air ketuban yang sedikit dalam waktu lama bisa menyebabkan
perkembangan janin jadi abnormal. Studi dalam Australasians Journal of
Ultrasound in Medicine mengungkapkan, salah satu dampak kurangnya air
ketuban adalah terjadi masalah pada paru-paru yang disebut dengan hipoplasia
paru. Tidak hanya itu, dampak kekurangan air ketuban dapat meningkatkan
risiko komplikasi saat persalinan.
Oligohidramnios dapat terjadi kapan pun, tapi paling umum terjadi di
trimester ketiga kehamilan. Selain itu, orang yang mengandung lebih dari satu
anak atau bayi kembar juga lebih berisiko mengalami oligohidramnios.
Oligohidramnios dapat menyebabkan komplikasi pada sekitar 12% kehamilan
yang berusia 41 minggu ke atas.
Risiko keguguran pada kehamilan akan meningkat jika ibu hamil
mengalami oligohidramnios. Sekitar 80-90% kehamilan dengan kondisi
oligohidramnios dilaporkan mengalami keguguran akibat cacat bawaan pada
janin. Jika kondisi ini baru terdiagnosis saat menjelang trimester akhir
kehamilan, maka risiko kelahiran prematur dan kemungkinan harus dilahirkan
dengan prosedur Caesar akan lebih tinggi.
49
TES FORMATIF
50
51