Anda di halaman 1dari 63

HIPERTENSI

JNC 7
Dr. Ita Murbani H. MHKes. SpPD- KGH – Finasim
HIPERTENSI
 DEFINISI DAN KLASIFIKASI HIPERTENSI
The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
telah menetapkan kriteria untuk diagnosis dan klasifikasi hipertensi pada pasien
dewasa di atas 18 tahun sbb:
Klasifikasi Tekanan Tekanan Modifikasi Tx awal; Tx awal;
Tekanan Darah darah sistolik darah gaya hidup Tanpa penyakit lain Dengan penyakit lain
diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg dianjurkan Tidak diberikan Tx pasien dgn CKD atau
DM dengan target TD
<130/80 mmHg

Prehipertensi 120-139 80-89 mmHg ya Tidak diberikan Tx pasien dgn CKD atau
mmHg DM dengan target TD
<130/80 mmHg

Hipertensi St.I 140-159 90-99 mmHg ya Diuretika thiazide, bisa Tambahan obat
mmHg dipertimbangkan ACEI, antihipertensi lain
ARB, BB, CCB sebagaimana diperlukan

Hipertensi St.II ≥160 mmHg ≥100 mmHg ya Kombinasi 2 obat: Tambahan obat
Diuretika thiazide antihipertensi lain
dikombinasi dengan sebagaimana diperlukan
ACEI atau ARB atau BB
atau CCB
 Tekanan darah yang optimal120/80 mm Hg.
 Hipertensi: TD sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik ≥ 90
mmHg.
 Pre hipertensi: TD sistolik 120-139 mmHg atau diastolik
80-89 mmHg.
 Prehipertensi membutuhkan perubahan pola hidup untuk
mencegah penyakit kardiovaskuler. Beresiko 2x lebih
besar menjadi hipertensi dibandingkan TD yang normal.
 Klasifikasi TD didasarkan pada nilai rata-rata pengukuran
dua atau lebih TD pada dua kali kunjungan.
 Apabila TD berubah menjadi lebih rendah maka TD yang
lebih tinggilah yang dipakai sebagai dasar klasifikasi.
EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI

 Prevalensi seimbang antara laki-laki dan perempuan.


 Individu dengan obesitas lebih hipertensif dibandingkan individu
yang non obes.
 Bukti hubungan yang signifikan antara BB dan TD adalah bahwa
TD akan menurun dengan pengurangan BB.
 Pembatasan diet garam (Natriun Klorida) secara signifikan
mempengaruhi TD,khususnya pada pasien dengan faktor
predisposisi HT seperti usia tua, obesitas, DM yang muncul saat
dewasa, riwayat keluarga dengan HT, atau individu dengan
gangguan fungsi ginjal.
Hubungan Hipertensi dengan
Penyakit Kardiovaskular

 Hubungan antara TD dengan resiko penyakit


kardiovaskuler sifatnya kontiyu dan tidak
terpengaruh faktor resiko penyakit kardiovaskuler
yang lain.
 Mulai dari TD 115/75 mmHg: setiap kenaikan 20/10
mmHg akan meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskuler 2x lipat.

 Morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler pada


pasien dengan hipertensi tidak hanya ditentukan oleh
tingkat hipertensinya tapi dipengaruhi juga oleh faktor
resiko lain seperti merokok, hiperlipidemia, DM dan
adanya kerusakan organ target.
• Sebagian besar konsekuensi klinis dari hipertensi
merupakan akibat adanya injuri vaskuler yang progresif.

• Hipertensi memicu aterosklerosis vaskular dan


memperkuat efek vaskuler dari diabetes, merokok, dan
hiperlipidemia pada aorta maupun cabang-cabang
utamanya.
• Penyakit renal hipertensif merupakan akibat dari vaskulitis
yang diinduksi oleh hipertensi pada kasus hipertensi
maligna atau hipertensi essensial yang telah berlangsung
lama dengan nefrosklerosis hipertensi.

• Hipertensi juga merupakan kofaktor penting terhadap


perburukan penyakit ginjal, terutama nefropati diabetika.
• Hipertensi menyebabkan penyakit serebrovaskular dalam
bentuk infark lakunar atau perdarahan intraserebral.

• Hipertrofi ventrikel kiri dan gagal jantung kongestif sering


diakibatkan oleh disfungsi diastolik terisolasi, akibat
kenaikan resistensi vaskular
Patogenesis Hipertensi
 Hipotesis Guyton: hal terpenting dan paling mendasar dalam
mempertahankan tekanan darah adalah mekanisme umpan
balik dari ginjal terhadap pengaturan jumlah cairan.

 Penurunan kapasitas ginjal untuk mensekresi Natrium →


mencetuskan retensi garam dan air, meningkatkan volume
cairan ekstra seluler → pada akhirnya meningkatkan volume
sekuncup jantung.

 Keadaan peningkatan total volume cairan tubuh dan volume


sekuncup jantung memicu regulasi otomatis dari tubuh untuk
melakukan vasokonstriksi perifer agar preload berkurang.
Hal ini menyebabkan peningkatan resitensi vaskular
sistemik.
Patogenesis Hipertensi
 Pada pasien yang obes dan memiliki resistensi insulin, maka
hiperinsulinemia akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi
Natrium pada tubulus proksimal ginjal.

 Peningkatan kadar angiotensin II dan aktivitas saraf simpatis


juga meningkatkan reabsorpsi Natrium.

 Mineralokortikoid akan meningkatkan reabsrpsi Natrium pada


tubulus distal ginjal.

 Liddle’s syndrome: terjadi peningkatan absorpsi Natrium


pada tubulus distal akibat kerusakan kanal Natrium pada
nefron distal.
Patogenesis Hipertensi
 Munculnya hipertensi merupakan mekanisme alamiah tubuh
untuk meningkatkan ekskresi Natrium dan diuresis pada
ginjal sehingga terjadi keseimbangan Natrium dan jumlah
cairan ekstra selular kembali normal.

 Hal ini menjelaskan mengapa pada kasus hipertensi yang


sensitif garam, terjadi peningkatan resistensi vaskular
sistemik walaupun tidak didapatkan bukti nyata adanya
kelebihan cairan.

 Dengan demikian JNC 7 pun memaklumkan bahwa ekskresi


Natrium yang abnormal dari ginjal adalah hal utama dari
patogenesis semua bentuk hipertensi.
Evaluasi diagnostik dari hipertensi

 Deteksi adanya hipertensi berawal dari pengukuran


tekanan darah pada layanan kesehatan yang ada.

 Pengukuran tekanan darah berulang sangat


diperlukan untuk memastikan apakah tekanan darah
yang tinggi itu menetap sehingga memerlukan
perhatian khusus atau telah turun ke nilai normal
sehingga hanya memerlukan pemantauan.
Cara Pengukuran Tekanan Darah

 Pasien diistirahatkan selama 5 menit sebelum diukur.


 Pasien duduk di kursi dengan sandaran punggung,
salah satu lengan terbuka, diletakkan sejajar jantung,
dan pasien harus bebas rokok maupun kafein selama
30 menit sebelum pengukuran.
 TD lebih valid diukur dengan tensimeter air raksa.
 Pompa harus meliputi 80% lengan atas.
 Setidaknya dilakukan dua kali pengukuran.
Pengukuran Tekanan Darah Berkala di
Rumah
Penting untuk mengetahui adanya:
 White-coat hypertension
 Resistensi obat
 Hipotensi akibat obat anti hipertensi
 Hipertensi episodik
 Disfungsi otonom

Penderita hipertensi: mempunyai TD>135/85 mmHg selama


aktivitas dan TD>120/75 mmHg selama tidur.
TD akan menurun 10-20% pada malam hari, bila hal ini tidak
terjadi maka orang tersebut lebih beresiko terkena penyakit
kardiovaskular.
Pentingnya evaluasi pasien hipertensi

1. Merancang pola hidup yang sesuai dan mencari


faktor resiko penyakit kardiovaskular lain.
2. Mengetahui penyebab tingginya tekanan darah.
3. Mencari ada tidaknya kerusakan target organ dan
penyakit kardiovaskular.
Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular
Faktor resiko utama:
 Hipertensi*
 Merokok
 Obesitas* (Index Massa Tubuh ≥ 30 kg/m2)
 Inaktivitas
 Dislipidemia*
 Diabetes mellitus*
 Mikroalbuminuria atau perkiraan GFR < 60 mL/menit
 Usia (> 55 tahun untuk laki-laki, > 65 tahun untuk
perempuan)
 Riwayat penyakit kardiovaskular dini pada keluarga (laki-
laki < 55 tahun; perempuan < 65 tahun)

* komponen dari sindrom metabolik


Penyebab Hipertensi
 Sleep apnea
 Dipicu oleh obat atau terkait penyebab lain
 Penyakit ginjal kronik
 Hiperaldosteronisme primer
 Penyakit renovaskular
 Terapi steroid jangka panjang dan sindroma
Cushing
 Feokromositoma
 Koarktasio aorta
 Penyakit tiroid dan paratiroid
Kerusakan Organ Target Pada
Hipertensi
1. Jantung
• Hipertrofi ventrikel kiri
• Angina atau infark miokard
• Revaskularisasi pembuluh darah koroner
• Gagal jantung
2. Otak
• Stroke atau transient ischemic attack (TIA)
3. Penyakit ginjal kronis
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
Pemeriksaan Fisik Pasien dengan
Hipertensi

 Pengukuran TD, verifikasi dengan lengan sebelahnya


 Funduskopi
 Pengukuran Index Massa Tubuh
 Auskultasi bising karotis, abdominal, dan femoral
 Palpasi kelenjar tiroid→pembesaran?
 Pemeriksaan menyeluruh terhadap jantung dan paru
 Pemeriksaan abdomen: pembesaran ginjal, massa,
pulsasi aorta yang abnormal
 Palpasion ekstremitas bawah: edema and pulsasi arteri
 Pemeriksaan neurologis
Pemeriksaan penunjang pada
Pasien dengan Hipertensi
 Elektrokardiogram
 Urinalisa
 Gula darah dan hematokrit
 Kalium, Kalsium serum
 Kreatinin
 Profil lipid (Kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida)
setelah puasa 9-12 jam
 Pemeriksaan tambahan: ekskresi albumin urine

Catatan: pemeriksaan lain yang lebih ekstensif tidak


diperlukan, kecuali bila target TD sulit tercapai.
Target pengobatan hipertensi

 Target sosial:
Mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit
ginjal dan kardiovaskular pada masyarakat

 Target klinis:
TD < 140/90 mmHg
TD < 130/80 mmHg pada pasien yang disertai
penyakit ginjal dan DM
Modifikasi Pola Hidup
 Pola hidup sehat merupakan faktor utama dalam mencegah hipertensi
 Pola hidup sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
mengobatan pasien hipertensi

 Pola hidup sehat meliputi:


1. Penurunan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan
atau obesitas
2. Penerapan pola makan untuk hipertensi (Dietary Approaches to
Stop Hypertension/ DASH): tinggi Kalium dan Kalsium, rendah
Natrium
3. Peningkatan aktivitas fisik
4. Pengurangan konsumsi alkohol

 Kegunaan dari modifikasi pola hidup:


1. Menurunkan TD
2. Meningkatkan efektivitas obat antihipertensi
3. Menurunkan resiko penyakit kardiovaskular
Tabel Modifikasi Pola Hidup
Modifikasi Rekomendasi Rentang
penurunan
Penurunan pertahankan IMT 18,5-24,9 kg/m2 5-20 mmHg tiap
berat badan penurunan 10
kg bb
Pola makan perbanyak konsumsi buah, sayur, dan 8-14 mmHg
DASH produk unggas; kurangi lemak
Pembatasan < 100mmol/hari (2,4 g Na atau 6 g NaCl) 2-8 mmHg
garam
Aktivitas fisik jalan kaki setidaknya 30 menit/hari; pada 4-9 mmHg
sebagian besar hari dalam 1 minggu
Pembatasan ≤ 2 kali minum (laki-laki) 2-4 mmHg
konsumsi ≤ 1 kali minum (perempuan)
alkohol (1x setara 24 oz beer, 10 oz wine, 3 oz
whiskey)
Terapi Farmakologis

Menurut ALLHAT
 Diuretika Thiazide merupakan pilihan utama
 Antihipertensi lain bisa dikombinasikan:
1. Golongan ACEI (Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors)
2. CCB (Calsium Channel Blocker)
3. BB (Beta-Blocker)
4. ARB (Angiotensin Receptor Blocker)

 Perhatian: terapi kombinasi beresiko menyebabkan hipotensi


ortostatik pada pasien tua, DM, dan gangguan saraf otonom
Obat Antihipertensi
 Diuretik Thiazide: klorotiazid, hidroklortiazid, politiazid
 Diuretik Loop: furosemide
 Diuretik Sparing K: amilorid, triamteren
 Aldosteron receptor blocker: spironolactone
 Beta-blocker (BB): atenolol, bisoprolol, metoprolol
 BB dengan aktivitas simpatomimetik: pindolol, acebutolol
 Kombinasi alpha- dan BB: carvedilol
 ACEI: captopril, enalapril, lisinopril, ramipril
 Antagonis Angiotensin II: irbesartan, losartan, valsartan
 CCB non dihidroperidin: diltiazem, verapamil
 CCB dihidroperidin: amlodipin, nikardipin
 Alpha-1 blocker: prazosin, terazosin
 Agonis alpha-2 sentral: clonidin, metildopa, reserpin
 Vasodilator langsung: hidralazin, minoksidil
Kontrol Terapi

 Setelah mulai mengkonsumsi obat anti hipertensi →


kontrol tiap bulan sampai target TD tercapai
 Kontrol lebih sering pada pasien HT St.II atau dengan
komorbid
 Px. serum Kalium dan kreatinin tiap 6 bulan sekali
 Bila target TD tercapai: kontrol tiap 3 bulan sekali
 Aspirin hanya boleh diberikan bila TD terkontrol
Hipertensi yang Perlu Perhatian
Khusus

Penyakit jantung iskemik.


 Penyakit jantung iskemik: merupakan
kerusakan organ target yang paling sering.

 Pilihan terapi:
1. HT dgn angina pektoris stabil: BB/CCB.
2. HT dgn ACS (MI; angina pektoris tidak stabil): BB
dan ACEI.
3. HT dgn OMI: BB, ACEI, antagonis aldosteron, obat
hiperlipidemia, dan aspirin.
Hipertensi yang Perlu Perhatian
Khusus
Gagal Jantung
 akibat gangguan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel.
 paling sering karena hipertensi sistolik dan penyakit
jantung iskemik.
 Pilihan terapi:
1. pada yang asimtomatik: BB dan ACEI.
2. pada yang simtomatik: BB, ACEI, ARB, aldosteron
blocker, loop diuretic.
Hipertensi yang Perlu Perhatian
Khusus
Diabetik Hipertensi

 Kombinasi 2 atau lebih obat antihipertensi


diperlukan untuk mencapai target tekanan darah <
130/80 mmHg.
 Pilihan terapi: diuretika thiazide, ACEI, BB, CCB,
ARB.
 ACEI atau ARB mencegah progresifitas nefropati
diabetika dan mengurangi albuminuria.
 ARB mengurangi progresifitas makroalbuminuria.
Hipertensi yang Perlu Perhatian
Khusus
Penyakit Ginjal Kronik
 Pasien dengan PGK, yaitu: (1) GFR < 60 ml/menit per 1,73
m2, (2) albuminuria (>300 mg/hari atau 200 mg albumin/g
kreatinin), tujuan terapi: memperlampat penurunan fungsi
ginjal dan mencegah penyakit kardiovaskular.
 Hipertensi muncul pada sebagian besar kasus: terapi
agresif, target TD <130/80 mmHg.
 ACEI and ARB memberikan hambatan pada progresivitas
diabetic dan nondiabetic renal disease.
 Peningkatan kreatinin serum 35% dari batas normal
memerlukan terapi ACEI atau CCB.
 Bila GFR <30 ml/menit per 1.73 m2, dan kreatinin serum
2.5–3 mg/dL, pemberian loop diuretic dosis naik bertahap
dan kombinasi obat antihipertensi lain dapat diberikan.
Hipertensi yang Perlu Perhatian
Khusus
Penyakit Serebrovaskular

 Keuntungan dan resiko dari penurunan TD secara


cepat pada stoke akut masih belum jelas.
 Pengendalian TD pada tingkat 160/100 mmHg
masih sesuai, sampai kondisi lebih stabil.
 Stroke berulang dapat dicegah dengan terapi
kombinasi ACEI dan diuretika thiazide.
Kondisi-Kondisi Khusus
Ras Minoritas

 TD normal bervariasi pada populasi; paling rendah


pada ras Meksiko dan Indian.
 Pada umumnya terapi HT sama pada semua
kelompok, tetapi perlu diperhatikan keadaan
demografik dan sosial ekonomi.
 Prevalensi, keparahan, dan akibat hipertensi akan
memberat pada ras Afrika; mereka juga menunjukkan
respon lebih baik pada monoterapi dengan BB, ACEI,
atau ARB dibandingkan dengan diuretik atau CCB.
 Angioedema yang diinduksi ACEI terjadi 2–4 kali lebih
sering pada ras Afrika dibanding ras lain.
Kondisi-Kondisi Khusus
Obesitas dan Sindrom Metabolik

 Obesitas (BMI >30 kg/m2) merupakan faktor resiko hipertensi dan


penyakit kardiovaskular.
 The Adult Treatment Panel III guideline for cholesterol management
mendefinisikan sindrom metabolik sebagai: munculnya tiga atau lebih
kondisi berikut:
(1) obesitas sentral (lingkar perut >40 inci pada laki-laki atau >35
inci pada perempuan),
(2) intoleransi glukosa (gula darah puasa >110 mg/dL),
(3) BP >130/85 mmHg,
(4) hipertrigliseridemia (>150 mg/dL), atau
(5) HDLrendah (<40 mg/dL pada lak-laki atau <50 mg/dL pada
perempuan).
 Perubahan pola hidup harus ditekankan pada setiap pasien dengan
sindrom metabolik, demikian pula dengan pemberian obat
antihipertensi.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipertrofi Ventrikel Kiri

 Hipertrofi ventrikel kiri merupakan faktor resiko


independen yang meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular.
 Penurunan hipertrofi ventrikel kiri bisa terjadi
dengan penanganan hipertensi yang agresif,
termasuk penurunan berat badan, pembatasan
asupan garam, dan terapi obat antihipertensi
(kecuali golongan vasodilator).
Kondisi-Kondisi Khusus

Penyakit Arteri Perifer

 Penyakit arteri perifer merupakan faktor resiko untuk


penyakit jantung iskemik.
 Faktor resiko lain harus diterapi secara agresif dengan
obat antihipertensi dan bisa diberikan aspirin.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipertensi pada Manula

 Hipertensi terjadi pada dua pertiga pasien yang


berusia di atas 65 tahun.
 Rekomendasi terapi untuk pasien manula dengan
hipertensi termasuk hipertensi sistolik terisolasi,
mengikuti prinsip umum penanganan hipertensi.
 Pengobatan antihipertensi harus dimulai dengan
dosis rendah untuk menghindari hipotensi ortostatik.
 Pasien tua dengan hipertensi biasanya memerlukan
terapi kombinasi untuk mencapai target tekanan
darah.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipotensi Postural

 Definisi: penurunan tekanan darah sistolik >10 mmHg


saat berdiri, disertai dengan rasa pusing atau ingin
pingsan.
 Sering dijumpai pada: orang tua dengan hipertensi
sistolik terisolasi, diabetes, pasien yang
mengkonsumsi venodilator (nitrat, alpha-blocker), dan
pasien yang mengkonsumsi psikotropika.
Kondisi-Kondisi Khusus

Dimensia

 Dimensia dan gangguan kognitif lebih sering


terjadi pada pasien dengan hipertensi.
 Progresi gangguan kognisi bisa dihambat dengan
pengobatan hipertensi yang sesuai.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipertensi Terkait Kontrasepsi

 Kontrasepsi oral dapat menyebabkan hipertensi.


Semakin lama penggunaan, semakin besar resiko
menjadi hipertensi.
 Wanita dengan kontrasepsi oral harus diukur tekanan
darahnya secara berkala.
 Bila muncul hipertensi maka jenis kontrasepsi lain perlu
dipertimbangkan.
 Terapi sulih hormon pada pasien menopause tidak
menyebabkan hipertensi.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipertensi dan Kehamilan
 Wanita hipertensi yang sedang mengandung harus diperiksa
secara berkala karena beresiko terhadap ibu dan janin.
 Obat pilihan: metildopa, BB, dan vasodilator. ACEI dan ARB tidak
boleh diberikan pada wanita hamil maupun wanita yang
merencanakan kehamilan karena menyebabkan defek pada janin.
 Preeklamsia yang terjadi setelah minggu ke-20 kehamilan, ditandai
dengan hipertensi yang muncul tiba-tiba, albuminuria,
hiperurisemia, kadang disertai gangguan koagulasi.
 Pada beberapa pasien, preeklamsia bisa berkembang menjadi
hipertensi urgensi atau emergensi sehingga membutuhkan rawat
inap, pengawasan ketat, antihipertensi parenteral, dan anti
konvulsan. Ha tersebut serta bisa menyebabkan partus
prematurus.
Kondisi-Kondisi Khusus
Hipertensi Pada Remaja dan Anak-Anak
 Pada anak dan remaja hipertensi didefenisikan sebagai tekanan darah
≥ 95 percentil tekanan darah yang diukur berdasarkan usia,tinggi
badan, dan jenis kelamin.
 Dokter harus mewaspadai penyebab hipertensi pada anak seperti
penyakit ginjal dan koarktasio aorta.
 Modifikasi pola hidup dan terapi obat hipertensi harus dilakukan.
 Pilihan obat hipertensi pada anak sama dengan dewasa hanya beda
pada perhitungan dosis.
 ACEI dan ARB tidak boleh diberikan pada remaja yang hamil atau
remaja yang aktif secara seksual.
 Penggunaan obat steroid harus dipertimbangkan secara baik.
Hipertensi Urgensi dan Hipertensi
Emergensi

 Pasien hipertensi st. II dengan disertai kerusakan organ


target (misal: ensefalopati, miokard infark, angina pektoris
tidak stabil, edem pulmo, eklamsia, stroke, trauma kepala,
perdarahan arteri, atau diseksi aorta) membutuhkan rawat
inap dan obat antihipertensi parenteral.

 Pasien hipertensi st. II tanpa disertai kerusakan organ target


tidak memerlukan rawat inap tetapi membutuhkan obat
antihipertensi oral kombinasi dan harus dievaluasi dan
dimonitor secara ketat untuk melihat kemungkinan
munculnya kerusakan ginjal dan kardiovaskuler.
Potensial Efek Obat Antihipertensi

Potensial Efek yang Menguntungkan

 Diuretika tiazid: memprlambat demineralisasi pasien


osteoporosis.
 Beta-blocker: mengatasi takiaritmia/fibrilasi atrial,
migren, tirotoksikosis, tremor esensial, hipertensi
perioperatif.
 CCB: mengobati sindrom Raynaud dan aritmia.
 Alpha-blocker: mengobati hipertropi prostat.
Potensial Efek Obat Antihipertensi
Potensial Efek yang Merugikan

 Diuretika tiazid: hati-hati pada pasien dengan gout dan


hiponatremia.
 Beta-blocker: dihindari pada pasien asma, penyakit saluran
paru, atau AV blok derajat II-III.
 ACEI dan ARB: tidak boleh pada wanita hamil atau wanita
yang merencanakan kehamilan.
 ACEI: tidak boleh diberikan pada individu yang memilki
riwayat angioedema
 Antagonis aldesteron dan diuretik hemat Kalium:
menyebabkan hiperkalemia sehingga tidak boleh diberikan
pada pasien dengan kadar Kalium serum > 5 mEq/L.
Keberhasilan Terapi

 Sangat tergantung pada ketaatan pasien.


 Yang mempengaruhi ketaatan pasien:
1. Kepercayaan terhadap dokter .
2. Kesepahaman dalam target terapi antara dokter-pasien.
 Yang menyebabkan ketidaktaan pasien:
1. Ketidakpahaman pasien akan terapi yang diberikan .
2. Memungkiri penyakit karena tidak ada keluhan.
3. Ketidakpahaman pasien terhadap target terapi.
4. Efek samping dari pengobatan.
5. Mahalnya biaya pengobatan .
6. Kompleksitas pengobatan (transportasi, jadwal dokter,
kebutuhan hidup lain).
Hipertensi Resisten

 Pengertian: kegagalan mencapai tekanan darah target


pada pasien yang telah mengkomsumsi kombinasi 3
obat antihipertensi dosis makimal termasuk di dalamnya
diuretik.
 Penyebab hipertensi potensial harus dioklusi.
 Perhatian khusus diberikan pada jenis obat diuretik
yang diberikan.
 Konsultasi pada dokter konsultan ginjal hipertensi
apabila target tekanan darah tidak juga tercapai.
Penyebab Hipertensi Resisten

1. Pengukuran tekanan darah yang tidak tepat


2. Kelebihan cairan
 kelebihan asupan garam
 retensi cairan akibat penyakit ginjal
 terapi diuretik yang tidak adekuat
3. Terkait obat dan penyebab lain: ketidaktaatan, dosis tidak
adekuat, kombinasi obat tidak tepat, NSAID (inhibitor cox II),
kokain, amfetamin, simpatomimetik (dekongestan),
kontrasepsi oral, steroid, siklosporin dan takrolimus,
eritropoitin.
4. Obesitas
5. Konsumsi alkohol
6. Penyebab hipertensi yang bisa diidentifikasi
TERIMA KASIH
HIPERTENSI
JNC 8
Dr. Ita Murbani H. MHKes. SpPD- KGH – Finasim

Anda mungkin juga menyukai