Anda di halaman 1dari 15

Penanganan Gagal Ginjal Akut

Alsya Utami Rahayu


260112170020
Pencegahan GGA
Tujuan pencegahan : Untuk memilih dan mengidentifikasi pasien yang beresiko,
monitor pasien beresiko tinggi, dan menerapkan strategi pencegahan yang sesuai.

Terapi Non Farmakologi


Menghindari penggunaan agen nefrotoksik
Apabila penggunaan agen nefrotoksik tidak
bisa dihindari dapat diberikan terapi non
farmakologi, contoh:
Hidrasi secara rutin untuk mencegah
nefropati
Pedoman KDIGO merekomendasikan infus
salin normal.
Infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5% dengan
NaCl 0,45% (154 mmol/L) diberikan dengan
kecepatan 1 mL/kg/jam dimulai pada pagi
hari.
Terapi Pencegahan Farmakologi
Asam askorbat (2-3 gram dua kali sehari)
Teofilin iv 200 mg per 30 menit
N-asetilsistein (600-1200 mg setiap 12 jam untuk 2-3 hari) Pemberian
asetilsistein oral sebelum pemberian radiokontras telah banyak dibuktikan
dalam beberapa penelitian mampu menurunkan angka munculnya GGA
diduga akibat efek antioksidan (Mueller, 2005).

Pedoman KDIGO saat ini menyarankan


untuk mengontrol kadar glukosa darah yang
moderat ke tingkat 110-149 mg/dL (6,1-8,3
mmol/L) dengan insulin
Pedoman KDIGO merekomendasikan untuk
membatasi penggunaan diuretik kuat
Pedoman KDIGO tidak mendukung
penggunaan dopamin dosis rendah,
eritropoietin, atau fenoldopam untuk
pencegahan atau perawatan AKI
Tujuan Penanganan GGA
Tiga sasaran dalam penatalaksanaan GGA, yaitu:

Mencegah perluasan
kerusakan ginjal

Mengatasi perluasan
kerusakan ginjal

Mempercepat
pemulihan ginjal
Terapi Non Farmakologi
Terapi suportif berupa pengelolaan cairan, pemeliharaan
curah jantung, dan tekanan darah untuk mengoptimalkan
perfusi jaringan dan mengembalikan fungsi ginjal
Pada AKI berat, terapi pengganti ginjal (RRT), seperti
hemodialisis dan peritoneal dialisis.
Hemodialisis intermiten (IHD) adalah RRT yang paling sering
digunakan.
Terapi Farmakologi
Pemberian terapi obat pada pasien GGA masih kontroversial

Diuretik

Diuretik Diuretik Diuretik hemat


Diuretik kuat
Osmotik tiazid kalium

Manitol Furosemid Metolazone Amilorida

Bumetamid Triamteren

Torsemid Spironolakton

Asam
etakrinat
Manitol 20% dosis awal 12,5-25 gram
IV selama 3-5 menit. Manitol juga bisa
menyebabkan GGA, sehingga penggunaan pada
pasien GGA harus dimonitor dengan hati-hati
dengan melihat output urin, osmolalitas serum,
dan elektrolit (Mueller, 2005).

Diuretik kuat
Secara efektif mengurangi kelebihan
cairan, namun dapat memperburuk AKI.
Furosemid merupakan diuretik kuat
yang paling sering digunakan karena
harganya murah, aman dan juga bisa
digunakan secara oral atau parenteral. Asam
etakrinat digunakan pada pasien yang alergi
terhadap komponen sulfa. Torsemid dan
Bumetamid memiliki bioavailabilitas oral
yang lebih baik dibandingkan furosemid
(Mueller, 2005)
Infus berulang diuretik kuat tampaknya mengatasi resistensi
diuretik dan memiliki efek samping daripada bolus intermiten.
Dosis awal IV (setara dengan furosemid 40-80 mg) harus
diberikan sebelum memulai infus kontinyu (setara dengan
furosemid 10-20 mg/jam).
Strategi untuk mengatasi resistensi diuretik. Administrasi agen
dari kelas farmakologis yang berbeda, seperti diuretik yang
bekerja di tubulus distal (tiazid) atau saluran pengumpul
(amilorida, triamteren, spironolakton).
Metolazone biasa digunakan karena, tidak seperti thiazides
lainnya, ia menghasilkan efektif diuresis pada GFR kurang dari
20 mL / menit (0,33 mL / s)
Intervensi Nutrisi
Nutrisi enteral meningkatkan outcomes
Manajemen cairan & elektrolit
Pembatasan K, Na
Komplikasi pada GGA dan penatalaksanaannya
Komplikasi Penatalaksanaan
Ketidakseimbangan air dan natrium Manitol 20% Furosemid Dopamin

Ketidakseimbangan asam basa Natrium bikarbonat

Ketidakseimbangan kalium Hiperkalemia


Kalsium klorida
Natrium bikarbonat
Glukosa dan insulin
Hipokalemia
Garam kalium (KCl)
Abnormalitas kalsium dan fosfat Hiperkalsemia
Antasida
Hipokalsemia
Suplemen kalsium
Anemia Suplemen zat besi Suplemen asam folat
Komplikasi kardiovaskular Furosemid
Antagonis kalsium
ACE inhibitor
Komplikasi gastrointestinal Antasida
Sukralfat antagonis H2
Penatalaksanaan GGA
Individu yang mengalami syok (penurunan tekanan darah) cepat diterapi
a. dengan penggantian cairan untuk memulihkan tekanan darah

b. Memperbaiki keseimbangan elektrolit

Tindakan pencegahan fase oligurik untuk menghasilkan prognosis yang baik, antara lain : 1) Ekspansi

c. volume plasma secara agresif 2) Pemberian diuretik untuk meningkatkan pembentukan urin. 3)
Vasodilator, terutama dopamin, yang bekerja secara spesifik sebagai vasodilator ginjal untuk
meningkatkan aliran darah ginjal

Pembatasan asupan protein dan kalium. Selain itu, asupan karbohidrat tinggi
d. akan mencegah metabolisme protein dan mengurangi pembentukan zat-zat
sisa bernitrogen

Terapi antibiotik untuk mencegah atau mengobati infeksi karena tingginya


e. angka sepsis pada GGA dengan obat non nefrotoksik

f. Memperbaiki keseimbangan asam basa dengan Na-HCO3 po/iv

Dialisis selama stadium oliguria GGA, untuk memberi waktu pada ginjal untuk
g. memulihkan diri. Dialisis juga mencegah penimbunan zat-zat bernitrogen,
dapat menstabilkan elektrolit, dan mengurangi beban cairan
(Corwin, 2000).
Daftar Pustaka
Corwin, Elizabeth J. 2000 .Buku Saku Patofisiologi.
Jakarta: EGC.
Dipiro et al. 2012. Pharmacotheraphy Handbook
Ninth Edition. USA: McGraw-Hill Company.
Mueller. B.A. 2005. Acute Renal Failure dalam
Dipiro, J.T, Talbert, RL., Yee, GC., Wells, BG., Posey,
ML. Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Aprroach, 6th Edition, 781-796, Apleton and
lange, Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai