Anda di halaman 1dari 38

TANAMAN OBAT SEBAGAI

ANTIOKSIDAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Fitoterapi

Disusun Oleh:

Kelompok 10:
Nama NPM

Alsya Utami Rahayu 260112170020

Inayah Noviandari 260112170050

Hasby Mahmassani Jamaludin 260112170080

Isma Roslianna Handiana 260112170110

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...............................................................................................................iv
BAB I ANTIOKSIDAN ..................................................................................................... 5
1. 1. Definisi ................................................................................................................ 5
1. 2. Aktivitas Antioksidan ......................................................................................... 8
1. 3. Oksidan dan Radikal Bebas ................................................................................ 8
1. 4. Mekanisme Penyakit Akibat Kurangnya Antioksidan ...................................... 11
1. 5. Mekanisme Antioksidan Endogen sebagai Pertahanan Tubuh ......................... 12
1. 6. Sumber Senyawa yang Mengandung Antioksidan ........................................... 13
BAB II TANAMAN-TANAMAN SEBAGAI ANTIOKSIDAN ..................................... 16
2. 1. Manggis (Garcinia mangostana L.) ................................................................... 16
2. 2. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff]. Boerl.) .................................... 19
2. 3. Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) ................................................................. 22
2. 4. Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)................................................... 24
2. 5. Bawang Putih (Allium sativum L.) ................................................................... 27
2. 6. Goji Berry (Lycium barbarum L.) ..................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 33

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penghambatan radikal bebas oleh antioksidan dalam sel tubuh ........... 6
Gambar 2. Mekanisme oksidasi lipida .................................................................... 8
Gambar 3. Sumber radikal bebas ............................................................................ 9
Gambar 4. Mekanisme antioksidan endogen sebagai pertahanan tubuh............... 12
Gambar 5. Manggis (Garcinia mangostana L.) ..................................................... 16
Gambar 6. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff]. Boerl.) ...................... 19
Gambar 7. Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) ................................................... 22
Gambar 8. Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum) ..................................... 24
Gambar 9. Bawang Putih (Allium sativum L.) ..................................................... 27
Gambar 10. Goji Berry (Lycium barbarum L.) ..................................................... 30
Gambar 11. Mekanisme Karotenoid Sebagai Antioksidan ................................... 32

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sumber Antioksidan ................................................................................ 13


Tabel 2. Senyawa Mengandung Antioksidan........................................................ 14
Tabel 3. Daftar Tanaman yang Mengandung Antioksidan ................................... 15

iv
BAB I
Indonesia dikenal sebagai gudangnya tanaman obat sehingga mendapat julukan live
laboratory. Sekitar 30.000 jenis tanaman obat dimiliki Indonesia. Dengan kekayaan
flora tersebut, tentu Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan produk herbal
yang kualitasnya setara dengan obat modern. Akan tetapi, sumber daya alam tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Baru sekitar 1200
species tanaman obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional.
Beberapa spesies tanaman obat yang berasal dari hutan tropis Indonesia justru
digunakan oleh negara lain. Sebagai contoh adalah para peneliti Jepang yang telah
mematenkan sekitar 40 senyawa aktif dari tanaman yang berasal dari Indonesia.
Bahkan beberapa obatobatan yang bahan bakunya dapat ditemukan di Indonesia telah
dipatenkan dan diproduksi secara besar-besaran di negara lain sehingga memberi
keuntungan yang besar bagi negara tersebut (Johnherf , 2007).
Sejak dahulu bangsa Indonesia telah mengenal dan memanfaatkan tumbuhan
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi masalah kesehatan
salah satunya untuk gangguan pada sistem gastroenterologi jauh sebelum pelayanan
kesehatan formal dengan obat-obatan modernnya dikenal masyarakat. Pengetahuan
tentang pemanfaatan tanaman obat tersebut merupakan warisan budaya bangsa
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun
hingga ke generasi sekarang, sehingga tercipta berbagai ramuan tumbuhan obat yang
merupakan ciri khas pengobatan tradisional Indonesia (Jhonherf, 2007).
Penyakit gastroenterologi diantaranya adalah gastritis, kontripasi, diare, IDB,
hepatitis, dll. Oleh karena itu, perlu meninjau jenis herbal yang dapat digunakan
untuk mengatasi berbagai gangguan saluran pernafasan tersebut. ANTIOKSIDAN

1. 1. Definisi
Oksidasi merupakan proses degeneratif yang dipacu oleh radikal bebas
(Watanabe et al., 2005). Dalam mengangkal radikal bebas, diperlukan senyawa
penangkal yang dimanakan antioksidan. Antioksidan adalah molekul yang
berkemampuan memperlambat ataupun mencegah oksidasi molekul lain.
Kandungan antioksidan yang rendah dapat menyebabkan stres oksidatif dan
merusak sel-sel tubuh.

5
Gambar 1. Penghambatan radikal bebas oleh antioksidan dalam sel tubuh

Antioksidan merupakan senyawa penting dalam menjaga kesehatan tubuh


karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak terbentuk dalam
tubuh. Antioksidan dapat menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat
radikal bebas dan molekul yang reaktif, pembentukan senyawa oksigen reaktif
disebut radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh beberapa
faktor (Winarsi,2007). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya kepada senyawa yang memiliki sifat oksidan sehingga aktivitas
senyawa oksiden dapat dihambat.
Fungsi antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya
oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam

6
7

makanan, serta memperpanjang massa pemakaian bahan dalam industri makanan.


Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara
lain radiasi baik sinar matahari (UV) atau sinar X, polusi lingkungan, asap rokok
maupun asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik,
residu pestisida, dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk
obat-obatan. Diet (pola makan sehari-hari) juga dapat menjadi penyebab
terbentuknya radikal bebas. Untuk menangkal serangan radikal bebas, adalah
dengan mengkonsumsi antioksidan alami yang cukup setiap hari. Salah satu
antioksidan alami yang banyak terdapat dalam bunga rosela adalah antosianin.
Antioksidan penting dalam menjaga kesehatan tubuh karena berfungsi sebagai
penangkal radikal bebas yang banyak terbentuk dalam tubuh (Raharjo, 2005).
Antiradikal bebas adalah senyawa yang dalam jumlah kecil dibanding substrat
mampu menunda atau menjaga terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah
teroksidasi (Halliwel, 1995).
Pada tubuh antioksidan diharapkan juga mampu menghambat proses
oksidasi. Proses oksidasi yang terjadi secara terus menerus dapat menimbulkan
berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini. Jenis antioksidan terdiri dari dua
macam yaitu antioksidan alam dan antioksidan sintetik, antioksidan alam banyak
terdapat ditumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran dan buah buahan, yang termasuk
antioksidan sinteteik yaitu butyl hidroksilanisol (BHA), butyl hidroksittoluen
(BHT), propilgallat dan etoksiquin, antioksidan alam dapat memberikan
keuntungan pada bahan pangan karena derajat toksisitasnya rendah
(Cahyadi,2006).
8

Gambar 2. Mekanisme oksidasi lipida

1. 2. Aktivitas Antioksidan
Pengujian kapasitas penangkapan radikal biasa diukur dengan menggunakan
suatu senyawa radikal DPPH (1,1-Diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang bersifat stabil
dan dapat menerima elektron atau radikal hidrogen menjadi senyawa yang secara
diamagnetik stabil. Kemampuan radikal DPPH untuk direduksi atau distabilisasi
oleh antioksidan diukur dengan mengukur penurunan absorbansi pada panjang
gelombang 517 nm. Oleh karena itu DPPH biasa digunakan untuk mengkaji
kapasitas penangkapan radikal. Daya reduksi merupakan indikator potensi suatu
senyawa sebagai antioksidan (Kim, 2005). Dalam sistem dimana terdapat ion ferri
(Fe3+) daya reduksi menunjukkan sifat sebagai prooksidan. Ion ferri (Fe3+) dapat
diubah oleh suatu antioksidan menjadi ion ferro (Fe2+ ) melalui reaksi reduksi.

1. 3. Oksidan dan Radikal Bebas


Oksidan dalam pengertian ilmu kimia, adalah senyawa penerima elektron,
(electron acceptor), yaitu senyawa-senyawa yang dapat menarik elektron. Ion
ferri (Fe+++), misalnya, adalah suatu oksidan :
Fe+++ + e- Fe++
9

Oksidan dapat mengganggu integritas sel karena dapat bereaksi dengan


komponen-komponen sel yang penting untuk mempertahankan kehidupan sel,
baik komponen struktural (misalnya molekul-molekul penyusun membran)
maupun komponen-komponen fungsional (misalnya enzim-enzim dan DNA).
Oksidan yang dapat me-rusak sel berasal dari berbagai sumber, yaitu:
a. yang berasal dari tubuh sendiri, yaitu senyawa-senyawa yang sebenarnya
berasal dari proses-proses biologik normal (fisiologis), namun oleh suatu
sebab terdapat dalam jumlah besar
b. yang berasal dari proses-proses peradangan.
c. yang berasal dari luar tubuh, seperti misalnya obat-obatan dan senyawa
pencemar (polutant)
d. yang berasal dari akibat radiasi
Radikal bebas adalah merupakan senyawa yang mengandung elektron yang
tidak berpasangan yang dapat bertindak sebagai akseptor elektron. Elektron yang
tidak berpasangan menyebabkan radikal bebas tidak stabil dan sangat reaktif,
selalu berusaha untuk mencari pasangan baru, sehingga mudah bereaksi dengan
zat lain (protein, lemak, maupun DNA) dalam tubuh (Raharjo dkk., 2005).
Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat mudah menarik
elektron dari molekul lainnya sehingga radikal bebas tersebut menjadi lebih
reaktif. Oleh karena sangat reaktif, radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel
yang sehat dalam tubuh. Bila tidak ada pertahanan yang cukup optimal sel-sel
sehat tersebut menjadi tidak sehat/ sakit. Lipid peroksidase merupakan salah satu
faktor yang cukup berperan dalam kerusakan makanan selama dalam
penyimpanan dan peengolahan makanan (Raharjo dkk., 2005).

Gambar 3. Sumber radikal bebas


10

Radikal bebas lebih berbahaya dibanding dengan oksidan yang bukan


radikal. Hal ini disebabkan oleh kedua sifat radikal bebas diatas, yaitu reaktifitas
yang tinggi dan kecenderungannya membentuk radikal baru, yang pada gilirannya
apabila menjumpai molekul lain akan membentuk radikal baru lagi, sehingga
terjadilah rantai reaksi (chain reaction) Reaksi rantai tersebut baru berhenti
apabila radikal bebas tersebut dapat diredam (quenched). Contohnya adalah reaksi
radikal hidroksil dengan glutation. Reaksi akan berhenti karena dua radikal
glutation (GS) akan bereaksi membentuk glutation teroksidasi (GSSG). Seluruh
reaksi radikal bebas dapat dijabarkan menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :
1. tahap inisiasi
2. tahap propagasi
3. tahap terminasi
Sebagai contoh marilah kita perhatikan reaksi-reaksi yang menyangkut reaksi
radikal hidroksil sebagai berikut :
1. Tahap inisiasi
Fe++ + H2O2 Fe+++ + OH- + OH .
R1H + OH R1 + H2O

2. Tahap propagasi :
R2H + R1 R2 + R1H

R3H + R2 R3 + R2H

3. Tahap terminasi :

R1 + R1 R1R1

R2 + R1 R2 R1

R2 + R2 R2 R2 dan seterusnya
11

1. 4. Mekanisme Penyakit Akibat Kurangnya Antioksidan


Antioksidan merupakan substansi yang diperlukan tubuh untuk
menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal
bebas terhadap sel normal, protein, dan lemak. Antioksidan menstabilkan radikal
bebas dengan cara melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki radikal bebas.
Radikal bebas merupakan suatu molekul atau bagian molekuler yang mempunyai
satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan serta dapat tereksitasi
sendiri. Radikal bebas apabila berikatan satu sama lain akan membentuk ikatan
kovalen antar elektron yang dipakai bersama. Antioksidan juga menghambat
terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang dapat
menimbulkan stress oksidatif ( Power dan Jackson, 2008).
Stress oksidatif terjadi akibat kurangnya antioksidan. Stress oksidatif
merupakan suatu keadaan dimana di dalam tubuh tidak terdapat keseimbangan
antara pro oksidan (radikal bebas) dan antioksidan ( Power dan Jackson, 2008).
Stress oksidatif dapat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara produksi
radikal bebas dengan sistem pertahanan antioksidan di dalam tubuh. Stress
oksidatif dipicu oleh dua keadaan yaitu kurangnya antioksidan dan produksi
radikal bebas yang berlebihan. Stress Oksidatif dapat disebut juga pada keadaan
terjadi peningkatan Reactive Oxygen Species (ROS) (Paravicini dan Touyz, 2008).
Stress oksidatif berperan penting dalam patofisiologi terjadinya proses
menua dan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes mellitus, dan
komplikasinya serta aterosklerosis. Radikal bebas dapat berasal dari hasil
metabolisme tubuh, polusi udara, cemaran makanan, sinar matahari, dll. Radikal
bebas bersifat tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul
disekitarnya sehingga radikal bebas bersifat sangat toksik terhadap sel. Radikal
bebas dapat menganggu produksi DNA, protein, lapisan lipid pada dinding sel,
pembentukan prostaglandin serta mempengaruhi pembuluh darah (Werdhasari,
2014).
Radikal bebas dapat menimbulkan penyakit kanker karena antioksidan
dapat mengambil elektron dari DNA yang dapat menyebabkan perubahan struktur
DNA sehingga menimbulkan sel-sel mutan. Mutasi yang berlangsung terus
12

menerus ini akan menyebabkan kanker. Radikal bebas juga dapat menyebabkan
proses menua yang disebabkan karena reaksi inisiasi radikal bebas di mitokondria
menyebabkan diproduksinya Reactive Oxygen Species (ROS) yang bersifat reaktif
(Werdhasari, 2014).

1. 5. Mekanisme Antioksidan Endogen sebagai Pertahanan Tubuh

Gambar 4. Mekanisme antioksidan endogen sebagai pertahanan tubuh

Enzim superoksida dismutase(SOD) akan mengubah radikal superoksida


(O2-) yang dihasilkan dari respirasi serta yang berasal dari lingkungan menjadi
hidrogen peroksida (H2O2) yang bersifat reaktif. SOD terdapat di dalam sitosol
dan mitokondria. Peroksida dikatalisis oleh enzim katalase dan glutation
peroksidase (GPx). Katalase dapat menggunakan satu molekul hydrogen
peroksida sebagai substrat elektron donor dan satu molekul hydrogen peroksida
menjadi substrat elektron aseptor sehingga 2 molekul hydrogen peroksida akan
menjadi 2H2O dan O2. Di dalam eritrosit dan jaringan lain, enzim glutation
peroksidase (GPx) mengkatalisis destruksi H2O2 dan lipid hidroperoksida dengan
menggunakan glutation tereduksi (GSH), melindungi lipid membrane dan
hemoglobin dari serangan oksidasi oleh H2O2 sehingga mencegah terjadinya
hemolysis yang disebabkan oleh serangan peroksida. GSH akan dioksidasi
menjadi GS-SG. Agar GSH terus tersedia untuk membantu kerja enzim GPx,
maka GS-SG ini harus direduksi lagi menjadi GSH yang diperankan oleh enzim
13

glutation reductase (GRed). H2O2 yang tidak dikonversi menjadi H2O dapat
membentuk hidroksil reaktif (OH+) apabila bereaksi dengan ion logam transisi
(Fe2+/ Cu+) , OH+ bersifat lebih reaktid dan berbahaya karena dapat
menyebabkan kerusakan sel melalui peroksidasi lipid, protein, dan DNA. Dan
juga tubuh tidak mempunyai enzim yang dapat mengubah OH+ menjadi molekul
yang aman bagi sel. Mekanisme ini menunjukkan bahwa kekurangan antioksidan
dalam tubuh dapat menimbulkan stress oksidatif (Werdhasari, 2014).

1. 6. Sumber Senyawa yang Mengandung Antioksidan


Tabel 1. Sumber Antioksidan
14

Tabel 2. Senyawa Mengandung Antioksidan


15

Tabel 3. Daftar Tanaman yang Mengandung Antioksidan


BAB II
TANAMAN-TANAMAN SEBAGAI ANTIOKSIDAN

2. 1. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Gambar 5. Manggis (Garcinia mangostana L.)

1. Klasifikasi Tanaman
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Theales
Suku : Clusiaceae / Guttiferae
Marga : Garcinia L.
Jenis : Garcinia mangostana L.
(USDA, 2016)
2. Deskripsi Tanaman
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh
secara alami pada hutan tropis di kawasan Asia Tenggara, seperti di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Pohon manggis mampu tumbuh
dengan baik pada ketinggian 0-600 m dpl, suhu udara rata-rata 20-30C,

16
pH tanah berkisar 5-7. Lahan dengan pH asam seperti di lahan gambut,
manggis tetap

17
18

mampu tumbuh dengan baik. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan
manggis berkisar 1500- 300 mm/tahun yang merata sepanjang tahun.
Pohon manggis memiliki cabang yang teratur, berkulit cokelat, dan
bergetah. Bentuk buahnya khas, kulitnya berwarna merah keunguan.
Ketika matang, terdapat varian warna lain di kulit, yakni merah cerah.
Buah manggis memiliki beberapa ruang atau segmen dengan satu biji pada
tiap segmennya, namun yang dapat menjadi biji sempurna hanya 1-3 biji.
Setiap biji diselubungi oleh selaput berwarna putih bersih, halus, disertai
rasa segar. Secara organoleptik, rasa manggis cenderung seragam, yaitu
manis, asam, sedikit sepat (Mardiana, 2012).

3. Khasiat Tanaman
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kulit buah manggis dapat
menghambat sel leukemia HL-60 pada manusia dan menurunkan kadar
glukosa darah (Dyahnugra dan Simon, 2015), mengobat penyakit disentri,
infeksi pada kulit dan diare (Jung et al., 2006), antimikroba dan sitotoksik
(Saputri dan Guntarti, 2014), dan sebagai antioksidan (Dungir et al, 2012;
Arsana et al, 2014; Sie, 2013). Buah manggis berkhasiat untuk penyakit
jantung, kanker hati, kanker lambung, dan kanker paru, dan menghambat
bakteri TBC. Di samping itu, pericarp buah manggis terbukti efektif
melawan kanker payudara (Yatman, 2012).

4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang berhasil diidentifikasi dari kulit buah manggis
berupa sejumlah besar senyawa xanthone, diantaranya 8-
hydroxycudraxanthone G mangostingone [7-methoxy-2-(3-methyl-2-
butenyl)-8-(3-methyl-2-oxo-3-butenyl)-1,3,6-trihydroxyxanthone;
cudraxanthone G; 8-deoxygartanin; garcimangosone B; garcinone D;
garcinone], l-isomangostin; -mangostin, g-mangostin (Arsana et al.,
2014). Selain itu kulit buah manggis duga mengandung senyawa fenolik
19

seperti antosianin, tanin, flavonoid (Sutono, 2013), triterpenoid, polifenol,


dan saponin (Dewi et al., 2013).

5. Mekanisme sebagai Antioksidan


Senyawa fenolik dan polifenolik memiliki kemampuan untuk menangkap
radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan dari penelitian
yang telah dilakukan senyawa-senyawa fenolik dapat bereaksi dengan
senyawa oksigen reaktif, hal tersebut disebabkan satu/dua gugus hidroksil
pada cincin aromatik yang bisa berperan sebagai donor hidrogen. Proses
penangkalan radikal bebas ini melalui reaksi senyawa antioksidan yang
menyumbangkan elektron pada DPPH sehingga menghasilkan warna
kuning yang merupakam ciri spesifik dari reaksi radikal DPPH (Kiay et
al., 2011).

2. 2. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff]. Boerl.)

Gambar 6. Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff]. Boerl.)

1. Klasifikasi Tanaman
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
20

Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Thymelaecceae
Marga : Phaleria
Jenis : Phaleria macrocarpa [Scheff]. Boerl
(Cronquist, 1981)
2. Deskripsi Tanaman
Mahkota dewa merupakan tumbuhan yang memiliki akar jenis akar
tunggang, batangnya berbentuk bulat dengan percabangan simpodial,
permukaan kasar, kulit berwarna cokelat kehijauan. Daunnya berupa daun
tunggal yang saling berhadapan, tangkai bulat, helaian daun berbentuk
lanset atau lonjong, ujung dan pangkal daun runcing, permukaan licin,
tidak berbulu, pertulangan daun menyirip, serta panjang daun sekitar 7-10
cm dan lebar daun sekitar 3-5 cm. Bunga mahkota dewa termasuk bunga
majemuk, tersebar di batang atau pada ketiak daun, tersusun dalam
kelompok 2-4 bunga, tanpa kelopak, berbentuk tabung, ujung lepas, dan
panjang 1,5-2 cm. Buah mahkota dewa berbentuk bulat dengan panjang 4-
6 cm, diameter 3-5 cm, buah muda berwarna hijau dan buah tua berwarna
merah, daging buah berwarna putih, berserat, ketebalan kulit buah berkisar
0,5-1 mm. Cangkang buahnya berwarna putih dengan ketebalan mencapai
2 mm. Dalam buah mahkota dewa terdapat biji yang beracun dengan
bentuk pipih berdiameter sekitar 1 cm (Backer and Van den Brink, 1963).

3. Khasiat Tanaman
Penelitian telah menunjukkan bahwa daun mahkota dewa berkhasiat untuk
menyembuhkan penyakit disentri, alergi, dan tumor. Buah mahkota dewa
digunakan untuk mengobati flu, rematik, sirosis hati, sedangkan biji
mahkota dewa dapat berkhasiat untuk mengobati penyakit kulit, dan
batang tanaman mahkota dewa yang bergetah digunakan untuk mengobati
penyakit kanker tulang (Soeksmanto et al., 2007). buah mahkota dewa
21

juga berkhasiat sebagai antioksidan (Septiana dan Dwiyanti, 2009;


Hasnirwan et al., 2013; Yulianti dan Arijana, 2016; Alfath, 2012).

4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang berhasil diidentifikasi dari kulit buah mahkota
dewa terdiri dari tanin, fenol, lignan, minyak asiri, dan sterol (Rosari et al.,
2014), alkaloid, terpenoid, saponin, flavonoid (Gusni dan Suwirmen,
2015), dan zat antihistamin (Djamil dan Wiwi, 2014).

5. Mekanisme sebagai Antioksidan


Senyawa dinyatakan sangat aktif sebagai antioksidan apabila IC50 yang
dimiliki 100 g/mL. Berdasarkan batasan ini, bagian kulit biji dengan
IC50 94,89 g/mL, fraksi polar termasuk ke dalam senyawa sangat aktif
sebagai antioksidan. Nilai IC50 untuk fraksi polar mengandung fenol,
flavonoid, dan saponin. Golongan senyawa tersebut memiliki gugus fungsi
yang bersifat antioksidan sebagai pendonor hidrogen dan menangkap
radikal bebas yang ada. penangkapan radikal bebas pada metode DPPH
menggunakan prinsip kalorimetri, dimana pemudaran warna DPPH
berdasarkan reaksi penangkapan radikal bebas menyediakan donor
hidrogen yang membantu radikal bebas mencapai kondisi stabil. Hidrogen
donor dimiliki oleh golongan senyawa fenol dan asam lemak, dimana kulit
buah mahkota dewa merupakan sumber penangkap radikal di alam
(Lisdawati dan Kardono, 2006).
22

2. 3. Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze)

Gambar 7. Teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze)

1. Klasifikasi Tanaman
Dunia : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Theales
Suku : Theaceae
Marga : Camellia L.
Jenis : Camellia sinensis (L.) Kuntze
(USDA, 2016)
2. Deskripsi Tanaman
Tanaman teh merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki tinggi 10 -
15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika dibudayakan sendiri.
Daun dari tanaman ini berbentuk tunggal yang tersebar, helaian daunnya
tipis memanjang dengan pangkal daun meruncing dan tepi daun bergerigi.
Daun berwarna hijau muda dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4
cm. Tanaman ini memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter
2,5 - 4 cm dan biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua.
Kelopak bunganya memiliki 5-6 buah dengan ukuran yang tidak sama.
Benangsari membentuk lingkaran yang banyak, pada bagian terluar
pangkalnya bersatu dan melekat pada mahkota, sedangkan bagian akan
terlepas. Putik teh bercabang tiga. Buahnya berbentuk pipih, bulat, dan
23

terdapat satu biji dalam masing-masing buah dengan ukuran sebesar


kacang (Van Steenis, 2008).

3. Khasiat Tanaman
Penelitian telah menunjukkan bahwa tanaman teh berkhasiat sebagai
antibakteri, pencegah aterosklerosis, menjaga kesehetan jantung,
antidiabetes, mencegah parkinson, mencegah karies gigi, dan menurunkan
tekanan darah (Noriko, 2013), antikanker (Tabaga et al., 2015),
antioksidan dan penghambatan radikal bebas (Siburian et al., 2015),
mencegah senyawa oksigen reaktif pada tubuh (Sumaray et al., 2012),
antimutagenik, antihipertensi, antitumorigenik (Martono et al., 2013),
osteoporosis, meningkatkan kekebalan tubuh, obat pelangsing (Kusmiyati
et al., 2015)

4. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terkandung dalam teh diantaranya theaflavin dan
thearubigin (Martinus et al., 2014), kafein, teobromin, teofilin, tanin,
saponin, kuersetin, dan minyak atsiri (Sekarini, 2011), fenolik dan
flavonoid (Siburian et al., 2015), polifenol (Sumaray et al., 2012), flavanol
dan flavonol (Martono et al., 2013), asam fenolat bebas, asam fenolat
berikatan ester, dan asam fenolat berikatan glikosida (Martono et al.,
2013).

5. Mekanisme sebagai Antioksidan


Komponen fenolik yang diekstrak dari teh hijau (kafein) dan teh hitam
(theaflavin) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dalam beberapa lipid
dan bahan-bahan yang mengandung lipid. Katekin juga memperlihatkan
kemampuan aktivitas antioksidan yang kuat dalam pencegahan oksidasi
minyak nabati. Katekin dengan grup hidroksil bebas dapat bereaksi
sebagai akseptor radikal bebas dan juga menghambat pembentukan
radikal. Katekin memiliki banyak grup hidroksil yang berperan dalam
24

penangkapan ion logam. EGCG dan ECG yang merupakan senyawa utama
kafein dalam teh memiliki aktivitas penangkapan radikal seperti
peroksinitrit, superoksida, hidrogen peroksida maupun DPPH (Rohdiana,
2001).

2. 4. Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)

Gambar 8. Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)

1. Klasifikasi jahe merah


Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Famili : Zingiberales
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale var. rubrum
(Tjitrosoepomo, 1994).

2. Morfologi
Tanaman ini merupakan tanaman tahunan, berbatang semu, dan berdiri
dengan tegak dengan ketinggian mencapai 0,75 m. Tanaman ini memiliki
akar tunggal yang semakin membesar hingga membentuk rimpang serta
tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Akar tanaman tumbuh
dari bagian rimpang sedangkan tunas tumbu dari bagian atas rimpang.
Akar tanaman ini memiliki warna kecoklatan, jika sudah menjadi rimpang
akan berwarna kemerahan atau sesuai dengan variaetes (Santoso, 1991).
25

Tanaman ini memiliki batang yang semu dan tumbuh tegak, berbentuk
bulat pipih, tidak memiliki cabang tersusun ruas, dan pelapah daun saling
menutup sehingga membentuk seperti batang. Bagian luar batang licin dan
mengkilap, serta banyak mengandung air, berwarna hijau pucat dan di
bagian pangkal berwarna kemarahan. Batang bagian bawah tanah
berbuku-buku, dan memilki struktur yang bercabang (Santoso, 1991).
Tanaman ini memiliki rimpang jahe yang tidak beraturan, bagian luar di
tutupi dengan daun yang terbentuk sisik tipis, tersusun melingkar.
Rimpang merupakan bagian tanaman jahe yang memiliki manfaat yang
besar dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Rimpang tanaman jahe
memiliki warna yang sangat bervariasi dan beragam berupa warna putih,
kemerahan dan kekuningan. Tergantung dengan varietes. Bunganya
terletak di bagian ketiak daun pelindung. Bentuk bunga jahe sangat
bervariasi : panjang, bulat telur, lonjong, runcing atau tumpul dan lainnya.
Bunga ini memiliki ukuran 2-2.5 cm dan lebar 1-1.5 cm. Bunga tanaman
jaeh memiliki panjang 30 cm berbentuk spika, bungan berwrna putih
kekuningan dengan bercak ungu merah (Santoso, 1991).

3. Ekologi, Penyebaran dan Budidaya


Tanaman ini dapat dibudidaya dengan persyaratan iklim dan lahan antara
lain iklim tipe A, B dan C dengan ketinggian 300 900 m dpl, temperatur
rata rata 25 oC hingga 30 oC, jumlah bulan basah ( > 100 mm/bl) 7 9
bulan per tahun, curah hujan per tahun 2.500 4.000 mm, intensitas
cahaya 70% - 100% atau sedikit ternaungi sampai terbuka, drainase tanah
baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 -
7,4. Pada lahan dengan pH rendah dapat diberikan kapur pertanian 1 3
ton/ha atau dolomit 0,5 2 ton/ha untuk meningkatkan pH tanah (Santoso,
1991).

4. Kandungan Kimia
26

Jahe mengandung senyawa aktif non volatil fenol seperti gingerol, shogaol
dan zingeron yang terbukti berkhasiat sebagai antioksidan. Gingerol dan
shogaol dapat bertindak sebagai antioksidan primer terhadap radikal lipida.
Kedua senyawa ini memiliki aktivitas sebagai antioksidan karena
mengandung gugus fenol. Jahe juga mengandung komponen volatile yang
sebagian besar terdiri dari derivat seskuiterpen dan monoterpen.
Komponen ini bertanggung jawab dalam aroma jahe, dengan konsentrasi
yang cukup konstan yaitu 1% 3%. Derivat seskuiterpen yang terkandung
antara lain zingiberen (20% 30%), ar curcumene (6% - 9%),
sesquiphelandrene (7% - 12%) dan bisabolene (5% - 12%). Sedangkan
derivate monoterpen yang terkandung diantaranya pinene, farnesene,
phelandrene, geraniol, limonene, bornil asetat, borneol, camphene,
cymene, cineol, citral, cumene, linalool, myrcene, pynene dan sabinene
(Zakaria, 2000).

5. Mekanisme Jahe Merah Sebagai Antioksidan


Senyawa fenol merupakan senyawa yang memiliki cincin aromatik dengan
satu atau lebih gugus hidroksil yang berfungsi sebagai antioksidan.
Kemampuannya dalam menstabilkan radikal bebas, yaitu dengan
memberikan atom hidrogen secara cepat kepada radikal bebas, sedangkan
radikal yang berasal dari antioksidan senyawa fenol akan lebih stabil
daripada radikal bebasnya (Hernani dan E. Hayani, 2001). Senyawa fenol
dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuan meniadakan
radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam menghambat
oksidasi lipida (Rehman dkk., 2011).
27

2. 5. Bawang Putih (Allium sativum L.)

Gambar 9. Bawang Putih (Allium sativum L.)

1. Klasifikasi bawang putih


Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Famili : Liliaceae
Genus : Allium L.
Spesies : Allium sativum L.
(Tjitrosoepomo, 1994).

2. Morfologi
Bawang putih merupakan tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang
bersusun, memiliki batang semu yang terbentuk dari pelepah daun dan
termasuk dalam genus Allium. Akar bawang putih terdiri dari serabut-
serabut kecil, setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak bawang
(siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih.
Bawang putih termasuk tumbuhan daerah dataran tinggi, namun di
Indonesia jenis tersebut juga dibudidayakan di dataran rendah. Bawang
putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250 meter di
atas permukaan laut (Savitri dkk., 2008).
28

Bawang putih termasuk klasifikasi tumbuhan berumbi lapis atau siung


yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak
sampai setinggi 30-75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari
pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan
memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang
bejumlah banyak. Setiap umbi bawang putih terdiri dari sejumlah anak
bawang (siung) yang setiap siungnya terbungkus kulit tipis berwarna putih.
Bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran tinggi,
sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah.
Bawang putih berkembang baik pada ketinggian tanah berkisar 200-250
meter di atas permukaan laut.
Menurut Kartasapoetra (1992), ciri-ciri bawang putih sebagai berikut :
a) Merupakan umbi majemuk dengan bentuk rata-rata hampir bulat,
bergaris tengah sekitar 4 sampai 6 cm.
b) Berwarna putih, terdiri dari beberapa siung (8-20 siung), yang
seluruhnya terbungkus oleh 3-5 selaput tipis berwarna putih.
c) Tiap siungnya diliputi atau terbungkus pula dalam selaput tipis,
selaput luar berwarna mendekati putih dan agak longgar,
sedangkan selaput dalam membungkus ketat-melekat pada bagian
luar daging siung, berwarna merah jambu yang mudah dilepas atau
dikupas.

3. Ekologi, Penyebaran dan Budidaya


Bawang putih tersebar dibeberapa Negara, antara lain Spanyol, Mesir,
Rumania, Bulgaria, Brazilia, Kalifornia, Meksiko, Jepang, Filipina dan
Indonesia (Rukmana, 2010). Di Indonesia, bawang putih dibudidayakan
didataran rendah. Kendala yang dapat dialami saat budidaya bawang putih
adalah budidaya bawang putih harus di cuaca yang sejuk dan kering saat
pembentukan umbi. Untuk mengakalinya, bawang putih ditanam di bulan
Mei, Juni atau Juli. Menanam pada musim hujan tidak dianjurkan karena
tanah menjadi terlalu basah dan temperaturnya tidak baik untuk
29

pertumbuhan umbi. Tanah yang ditanami bawah putih harus memiliki pH


6,5 7,5, sehingga apabila pH tanah asam harus diberi kapur terlebih
dahulu hingga mendekati netral.

4. Kandungan Kimia
Bawang putih mengandung scordinin, vitamin C, selenium, allicin,
senyawa polar fenolik, tanin, alkaloid, saponin, flavonoid (kaempferol3
O--D-glukopiranosa dan isorhamnetin-3-O--D-glukopiranosa) yang
berfungsi sebagai antioksidan (Gritter et al., 1991).

5. Mekanisme Bawang Putih Sebagai Antioksidan


Flavonoid dapat bekerja sebagai antioksidan karena dapat menangkap
radikal bebas dengan membebaskan atom hidrogen dari gugus
hidroksilnya. Flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan melalui dua
mekanisme, yaitu flavonoid menghambat kerja enzim yang terlibat dalam
reaksi produksi anion superoksida, dan mengikat logam kelumit yang
terlibat dalam reaksi yang menghasilkan radikal bebas. Dengan potensial
reduksi yang rendah, flavonoid memadamkan radikal dengan jalan
mereduksi radikal superoksida, peroksil, alkoksil, dan hidroksil. Radikal
aroksil saling bereaksi menghasilkan quinon yang stabil. Stabilnya aroksil
ditentukan oleh adanya delokalisasi elektron pada 2,3-ikatan ganda
terkonyugasi dengan 4-okso. Mekanisme lain yang dijalankan flavonoid
dalam memadamkan radikal adalah dengan cara menyediakan sisi
pengikatan untuk radikal radikal tersebut. Sisi ini adalah gugus katekol
pada cincin B yang merupakan donor elektron yang baik. Aktivitas
antioksidan flavonoid sangat bergantung pada substituen pada cincin B.
Yang akan meningkatkan aktivitas antioksidan flavonoid adalah
ortohidroksilasi dan adanya katekol pada cincin B. Quercetin memiliki
aktivitas paling besar karena didalam strukturnya terdapat O-hidroksi
dalam cincin B yang akan meningkatkan kestabilan bentuk radikal aroksil.
Aktivitas akan lebih meningkat apabila ada subsitusi 3-OH dengan galoil
seperti padakatekin galat.
30

2. 6. Goji Berry (Lycium barbarum L.)

Gambar 10. Goji Berry (Lycium barbarum L.)

1. Klasifikasi Goji Berry


Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Genus : Lycium
31

Spesies : Lycium barbarum L.


(Tjitrosoepomo, 1994).

2. Morfologi
Goji berry adalah tanaman dengan tinggi 1-3 m. Goji berry memiliki daun
berbentuk bulat atau oval dengan panjang 7 cm dan lebar daun 3,5 cm dan
relatif tipis. Kelopak bunga berbetuk lonceng atau tubular yang pendek.
Korollanya berwarna ungu, lebarnya 9-14 mm dengan jumlah 5-6 helai.
Goji berry memiliki buah berwarna merah terang dengan panjang 1-2 cm.
Jumlah bijinya bervariasi antara10-60 biji dan berwarna kuning-jingga

3. Ekologi, Penyebaran dan Budidaya


Mayoritas goji berry diproduksi secara komersil berasal dari daerah
otonomi Ningxia Hui Cina utara-tengah dan daerah otonomi Uighur
Xinjiang Cina barat, dimana goji berry dijadikan sebagai tanaman
perkebunan. Dalam Zhongning Country, Ningxia, perkebunan go ji berry
biasanya berkisar antara 100-1000 hektar. Goji berry juga dibudidayakan
di sepanjang dataran subur Sungai Kuning. Daerah lain meliputi Gansu,
Qinghai, Mongo lia, dan Xinjiang (Dharmananda, 2007). Tanaman ini
dapat dibudidayakan dirumah yaitu dengan diletakkan didalam pot.
Tanaman ini harus cukup cahaya matahari agar tumbuh dengan baik,
sehingga goji berry dianjurkan untuk ditanam diluar ruangan. Tanaman ini
hanya membutuhkan air yang sedikit hingga tanah menjadi lembab. Jika
terlalu banyak, maka tanaman ini akan mati.

4. Kandungan Kimia
Goji berry mengandung makronutrien berupa karbohidrat 68%, protein
12%, lemak 10%, dan serat makanan. Kandungan mikronutrien goji berry
adalah asam amino, vitamin dan mineral penting, asam lemak tak jenuh,
betasitosterol dan fitositosterol, karotenoid (betakaroten, zeaxanthin,
likopen dan xantofil sebagai antioksidan) dan senyawa fenolik.
32

5. Mekanisme Goji Berry Sebagai Antioksidan


Karotenoid berperan sebagai antioksidan dengan cara mendonorkan
elektron dari atomnya kepada radikal bebas untuk berikatan dengan
elektron yang tidak berpasangan (tunggal) dari radikal bebas tanpa
menjadi radikal bebas baru (Kartawiguna, 1998).

Gambar 11. Mekanisme Karotenoid Sebagai Antioksidan

Karotenoid dapat berfungsi sebagai pemadam (quencher) singlet oksigen


dengan cara memadamkan potensi berbahaya singlet oksigen dan
mengubahnya menjadi triplet oksigen. Karotenoid yang tereksitasi tersebut
akan melepaskan panas kemudian kembali menjadi karotenoid yang stabil.
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara mengikat singlet oksigen dan
mengubahnya ke bentuk triplet oksigen. karotenoid juga dapat
digolongkan sebagai antioksidan tersier karena dapat memperbaiki
kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas (Kurniawati, dkk.,
2007).
DAFTAR PUSTAKA

Alfath, Aulia R. 2012. Formulasi Krim Ekstrak Etanolik Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.) Dengan Basis A/M dan M/A.
Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Arsana, I. N., I. B. Oka, dan N. K. A. Juliasih. 2014. Aktivitas Antioksidan


Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Prosiding
Seminar Nasional: Integrasi Keaneakaragaman Hayati dan Kebudayaan
dalam Pembangunan Berkelanutan. Prodi Biologi F. MIPA UNHI. 206-
212.

Backer, C. A., Bakhuizen ban den Brink. 1963. Flora of Java (Spermatophytes
Only) Vol 1. Wolter-Noordhoff. NVP: Groningen.

Cronquist, A. 1981. An Integrated System of Classification of Flowering Plants.


New York: Columbia University Press.

Dewi, I. D. A. D. Y., A. K. W. dan W. N. K. 2013. Identifikasi Kandungan Kimia


Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi
Udayana. 2(4): 13-18.

Djamil, R. dan W. Winarti. 2014. Identifikasi Senyawa Flavonoid Dalam Fase n-


butanol Dari Ekstrak Metanol Daun Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl. Perhipba Universitas Sebelas Maret Solo 23-24 April
2014. 1-7.

Dungir, S. G., D. G. Katja., dan V. S. Kamu. 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Fenolik dari Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Mipa
Unsrat Online. 1(1): 11-15.

Dyahnugra, A. A. dan S. B. Widjanarko. 2015. Pemberian Ekstrak Bubuk


Simplisia Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Menurunkan Kadar
Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar Jantan
Kondisi Hiperglikemik. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(1): 113-123.

Gembong Tjitrosoepomo. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Gritter, R. J., M. B James dan E. S. Arthur. 1991. Pengantar Kromatografi.


Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Gusni, W. R., Suwirmen, dan Z. A. Noli. 2015. Peningkatan Kandungn Alkaloid


Kalus Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.] Boerl.) Dengan

33
Pemberian Prekursor Triptofan pada Medium Murashige&Skoog. Jurnal
Biologi Universitas Andalas. 4(1): 4-8.

34
35

Hasnirwan, S. Ibrahim, dan M. Yanti. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Pada Fraksi
Aktif Antioksidan dari Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl). Prosiding Semirata FMIPA Universitas
Lampung.

Hernani dan E. Hayani. 2001. Identification of chemical components on red


ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International
Seminar on natural products chemistry and utilization of natural resources.
UI-Unesco, Jakarta: 501-505

Hernani, Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta: Penebar


Swadya.

Jung, et al. 2006. Antioxidant Xanthones from The Pericarp of Garcinia


mangostana (MAngosteen). J Agric Food Chem. 54(6): 2077-2082.

Kartasapoetra, G. 1992. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka


Cipta.

Kartawiguna, 1998. Vitamin E yang Dapat Berfungsi Sebagai Antioksidan.


Maj.Ilm.Fak.Kedokt : USAKTI

Kiay, N., S. E., dan M. L. 2011. Efek Lama Perendaman Ekstrak Kalamansi
(Citrus microcarpa) terhadap Aktivitas Antioksidan Tepung Pisang
Goroho (Musa spp.). Chem. Prog. 4: 27-33.

Kurniawati, Pipin T., Soetjipto, and Leenawati Limantara. 2007. Aktivitas


Antioksidan dan Antibakteri Pigmen Bixin Selaput Biji Kesumba (Bixa
Orellana L.). Indo. J. Chem. 7 (1) : 88 92

Kusmiyati, M., Y. Sudaryat, I. A. Lutfiah, A. Rustamsyah et al. 2015. Aktivitas


Antioksidan, Kadar Fenol Total, dan Flavonoid Total dalam Teh Hijau
(Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) Asal Tiga Perkebunan Jawa Barat.
Jurnal Penelitian Teh dan Kina. 18(2): 101-106.

Lisdawati, V. dan B. S. Kardono. 2006. Aktivitas Antioksidan Dari Berbagai


Fraksi Ekstrak Daging Buah dan Kulit Biji Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa). Litbang Kesehatan XVI. 4: 1-7.

Mardiana, L. 2012. Ramuan dan Khasiat Kulit Manggis. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Martinus, B. A., A. Arel, dan A. Gusman. 2014. Perbandingan Kadar Fenolat


Total dan Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Daun Teh (Camelia sinensis
[L.] O. K.) Dari Kayu Aro dengan Produk Teh Hitamnya yang Telah
Beredar. Scientia. 4(2): 75-80.
36

Martono, Y., C. A. Ratueda, dan J. Hindarto. 2013. Aktivitas Antioksidan dan


Kadar Fenolik Total dari Asam Fenolat Ampas Teh Hitam Industri.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII FMIPA
UKSW Salatiga 15 Juni 2013. 4(1): 443-450.

Noriko, N. 2013. Potensi Daun Teh (Camelia sinensis) dan Daun Anting-anting
Acalypha indica L. Dalam Menghambat Pertumbuhan Salmonella typhii.
Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi. 2(2): 104-110.

Paravicini TM dan Touyz RM. 2008. NADPH Oxidase, Reactive Oxygen Species,
and Hypertension. Journal Diabetes Care 31(2): 170-180.

Power SK dan Jackson MJ. 2008. Exercise Induced Oxidative Stress Cellular
Mechanisms and Impact on Muscle Force Production. Journal Physiol Rev
88: 1243-1276.

Rehman, R., M. Akram, N. Akhtar, Q. Jabeen, T. Saeed, S.M.A. Shah, K. Ahmed,


G.Shaheen dan H.M. Asif. 2011. Zingiber officinale Roscoe
(pharmacological activity). Journal of Medicinal Plants Research. 5: 344-
348

Rohdiana, D. 2001. Aktivitas Penangkapan Radikal Polifenol Dalam Daun Teh.


Majalah Farmasi Indonesia. 1: 52-58.

Rosari, M. I., W. F. Maaruf, dan T. W. Agustini. 2014. Pengaruh Ekstrak Kasar


Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Sebagai Antioksidan Pada
Fillet Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) Segar. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(2): 34-43.

Rukmana, Rahmat. 2010. Budidaya Bawang Putih. Jakarta: Rineka Cipta.

Santoso, Hieronymus Budi. 1991. Jahe.Yogyakarta: Kanisius.

Saputri, O. J. D. dan A. Guntarti. 2014. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kulit Buah


Manggis Pada Minyak Goreng Curah Kelapa Sawit. Farmasains. 2(3): 1-
7.

Savitri, dkk. 2008. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan Tumbuhan


(Anatomi Tumbuhan). Malang: UIN Press.

Sekarini. G. A. 2011. Kajian Penambagan Gula dan Suhu Penyajian Terhadap


Kadar Total Fenol, Kadar Tannin (Katekin) dan Aktivitas Antioksidan
Pada Minuman Teh Hijau (Camelia sinensis L.). [skripsi]. Surakarta:
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian UNS.
37

Septiana, A. T. dan Hidayah, D. 2009. Aktivitas Antioksidan Minuman


Fungsional Dari Irisan Buah Kering Mahkota Dewa. Agritech. 29(1): 16-
21.

Siburian, R. Br., C. Jose, dan G. F. Kartika. 2015. Total Fenolik, Flavonoid, dan
Aktivitas Antioksidan Produk Teh Hijau dan Teh Hitam Tanaman
Bangun-bangun (Coleus amboinicus) Dengan Perlakuan ETT Rempah-
rempah. Jom FMIPA. 2(1): 15-22.

Sie, J. O. 2013. Daya Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana Linn.) Hasil Pengadukan dan Reflux. Calyptra 2(1): 1-10.

Soeksmanto, A., Y. Hapsari, dan P. Simanjuntak. 2007. Kandungan Antioksidan


pada Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa
(Scheff) Boerl. (Thymelaceae). Biodiversitas. 8(2): 92-95.

Sumarny, R., T. Permadi, dan L. Sugiarti. 2012. Pengaruh Penambahan Seduhan


Teh Hijau [Camelia sinensis (Linn.) Kunze] Terhadap Aktivitas
Antioksidan Sari Buah Apel (Pyrus mallus L.). Jurnal Sains dan
Teknologi. 17(1): 80-83.

Sutono, T. 2013. Efficacy of Garcinia mangostana L. (Mangosteen rind extract)


to Reduce Acne Severity. Med. J. Indonesia 22(3): 167-172.

Syahid, S. F. 2012. Pemanfaatan Tanaman Obat Susuruhan (Peperomia pellucida)


Sebagai Obat Anti Radang. Warta Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri. 18(2): 14-16.

Tabaga, K. D., M. F. Durry, dan C. Kairupan. 2015. Efek Seduhan Teh Hijau
(Camelia sinensis) Terhadap Gambaran Histopatologi Payudara Mencit
yang Diinduksi Benzo ()pyrene. Jurnal e-Biomedik. 3(2): 544-548.

Tahir, I., Wijaya, K., Widianingsih, D. 2003. Terapan Analisis Hansch Untuk
Aktivitas Antioksidan senyawa Turunan Flavon/Flavonol. Yogyakarta:
UGM.

Tamat, S. R., T. Wikanta dan L. S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan


Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva
reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 5(1): 31-36.

USDA, NRCS. 2016. The PLANTS Database. Greensboro: National Plant Data
Team. Tersedia di http://plants.usda.gov [Diakses 29 Oktober 2017].

Van Steenis. 2008. Flora Cetakan ke-12. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
38

Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Winarti, Sri. 2010. Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Werdhasari, A. 2014. Peran Antioksidan Bagi Kesehatan. Jurnal Biotek
Medisiana Indonesia 3(2): 59-68.

Yatman, Eddy. 2012. Kulit Buah Manggis Mengandung Xanton yang Berkhasiat
Tinggi. Wawasan. 324: 2-9.

Yulianti, N. W. D. dan I. G. K. N. Arijana. 2016. Pengaruh Ekstrak Etanol Daging


Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Terhadap Viabilitas Sel
Limfosit Pada Kultur PBMC Yang Dipapar H2O2 3%. E-Jurnal Medika.
5(8): 1-5.

Zakaria, 2000. Pengaruh Konsumsi Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Terhadap


Kadar Malonaldehida dan Vitamin E Plasma Pada Mahasiswa Pesantren
Ulil Albaab Kedung Badak, Bogor. BuletinTeknologi dan Industri Pangan,
Vol. XI (1) : Bogor

Anda mungkin juga menyukai