ABSTRAK
Ginjal termasuk salah satu organ tubuh manusia yang vital. Organ ini berperan penting dalam metabolisme tubuh seperti fungsi ekskresi,
keseimbangan air dan elektrolit, serta endokrin. Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan oleh fungsi nefron dan gangguan fungsi ginjal
disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Penyakit ginjal sering disertai penyakit lain yang mendasarinya seperti diabetes melitus, hipertensi,
dislipidemia, dan lain-lain. Gejala gangguan ginjal stadium dini cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis hanya dengan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laboratorium dapat mengidentifi kasi gangguan fungsi ginjal lebih awal. Pemeriksaan antara lain kadar kreatinin, ureum, asam
urat, cystatin C, β2 microglobulin, inulin, dan juga zat berlabel radioisotop. Hal ini dapat membantu dokter klinisi dalam mencegah dan
tatalaksana lebih awal untuk mencegah progresivitas gangguan ginjal menjadi gagal ginjal.
ABSTRACT
Kidney is one of the vital organs in the human body. It is important for body metabolism with excretion, water and electrolyte balance, endocrine
functions. Overall, kidney’s function is based on nephron and renal function impairment is due to decrease of nephron function. Kidney disease
is mostly accompanied by other underlying diseases such as diabetes mellitus, hypertension, dyslipidemia, etc. The early symptoms tend to be
mild, thus it is difficult to diagnose using only clinical examination. Laboratory examinations can identify renal function impairment earlier. They
are measurement of creatinine, urea, uric acid, cystatin C, β2 microglobulin, inulin, and radioisotope labeled compound levels. These
examinations help clinicians prevent dan manage early to prevent progression to renal failure. Verdiansah.
Renal Function Tests.
PENDAHULUAN awal. Hal ini dapat membantu klinisi Terdapat kurang lebih satu juta nefron
Ginjal terletak retroperitoneal dalam untuk melakukan pencegahan dan yang merupakan unit fungsional ginjal
rongga abdomen dan berjumlah sepasang penatalak-sanaan lebih awal agar dalam setiap ginjal.4 Nefron terdiri dari
dan merupakan organ vital bagi manusia. mencegah progre-sivitas gangguan glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
Kurangnya pengetahuan masyarakat ginjal menjadi gagal ginjal.1-3 lengkung Henle, tubulus kontortus distalis
mengenai kesehatan menyebabkan gang- dan tubulus kolektivus.4,5 Glomerulus
guan ginjal sering terlambat terdeteksi. ANATOMI GINJAL merupakan unit kapiler yang disusun dari
Penyakit ginjal sering disertai penyakit lain Setiap manusia mempunyai dua ginjal tubulus membentuk kapsula Bowman. 4,5
yang mendasarinya seperti diabetes melitus, dengan berat masing-masing ± 150 gram. 4 Setiap glomerulus mempunyai pembuluh
hipertensi, dan dislipidemia. Gejala dan Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal darah arteriola afferen yang membawa
keluhan pada gangguan ginjal stadium dini kiri, karena adanya lobus hepatis dekstra darah masuk glomerulus dan pembuluh
cenderung ringan, sehingga sulit didiagnosis yang besar.4 Setiap ginjal terbungkus oleh darah arteriola efferen yang membawa
hanya dengan pemeriksaan klinis. 1-3
selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa.4 darah keluar glomerulus.5 Pembuluh darah
Korteks renalis terdapat di bagian luar yang arteriola efferen bercabang menjadi kapiler
Fungsi ginjal secara keseluruhan didasarkan berwarna cokelat gelap dan medula renalis di peritubulus yang memperdarahi tubulus. 5
oleh fungsi nefron dan gangguan fungsinya bagian dalam berwarna cokelat lebih terang. 4
Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
disebabkan oleh menurunnya kerja nefron. Bagian medula berbentuk kerucut disebut terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriola
Beberapa pemeriksaan laboratorium telah pelvis renalis, yang akan terhubung dengan yang membawa darah dari dan menuju
dikembangkan untuk mengevaluasi fungsi ureter sehingga urin yang terbentuk dapat glomerulus, serta kapiler peritubulus yang
ginjal dan identifikasi gangguannya sejak lewat menuju vesika urinaria.4 memperdarahi jaringan ginjal.1,6
FUNGSI GINJAL dapat digunakan untuk mengevaluasi ammonium yang kemudian diukur. Ada
Pembuangan Non-protein fungsi ginjal. Metode pemeriksaan yang metode yang menggunakan dua enzim,
Nitrogen Compound (NPN) dilakukan dengan mengukur zat sisa yaitu enzim urease dan glutamat
dehidrogenase. Jumlah nicotinamide
Fungsi ekskresi NPN ini merupakan metabolisme tubuh yang diekskresikan
adenine dinucleotide (NADH) yang
fungsi utama ginjal. NPN adalah sisa melalui ginjal seperti ureum dan kreatinin. berkurang akan diukur pada panjang
hasil metabolisme tubuh dari asam
nukleat, asam amino, dan protein. Tiga 1. Pemeriksaan Kadar Ureum gelombang 340 nm.1,10
zat hasil ekskresinya yaitu urea, Ureum adalah produk akhir katabolisme
kreatinin, dan asam urat.1-3,6 protein dan asam amino yang diproduksi Beberapa metode yang digunakan untuk
oleh hati dan didistribusikan melalui cairan mengukur ureum antara lain dapat
Pengaturan Keseimbangan Air intraseluler dan ekstraseluler ke dalam dilihat pada tabel 1.
Peran ginjal dalam menjaga keseimbangan darah untuk kemudian difiltrasi oleh
air tubuh diregulasi oleh ADH (Anti-diuretik glomerulus.9 Pemeriksaan ureum sangat Ureum dapat diukur dari bahan
Hormon). 1,6
ADH akan bereaksi pada membantu menegakkan diagnosis gagal pemeriksaan plasma, serum, ataupun urin.
perubahan osmolalitas dan volume cairan ginjal akut.9 Klirens ureum merupakan Jika bahan plasma harus menghindari
intravaskuler. 1,6
Peningkatan osmolalitas indikator yang kurang baik karena penggunaan antikoagulan natrium citrate
plasma atau penurunan volume cairan sebagian besar di-pengaruhi diet.9 dan natrium fl uoride, hal ini disebabkan
intravaskuler menstimulasi sekresi ADH oleh karena citrate dan fl uoride menghambat
hipotalamus posterior, selanjutnya ADH akan Pengukuran ureum serum dapat di- urease. Ureum urin dapat dengan mudah
meningkatkan permeabilitas tubulus kontortus pergunakan untuk mengevaluasi fungsi ginjal, terkontaminasi bakteri. Hal ini dapat diatasi
distalis dan duktus kolektivus, sehingga status hidrasi, menilai keseimbangan dengan menyimpan sampel di dalam
reabsorpsi meningkat dan urin menjadi lebih nitrogen, menilai progresivitas penyakit ginjal, refrigerator sebelum diperiksa.3,11,12
1,6,7
pekat. Pada keadaan haus, ADH akan dan menilai hasil hemodialisis. Kadar urea
disekresikan untuk meningkatkan reabsorpsi nitrogen dapat dikonversi menjadi ureum Peningkatan ureum dalam darah disebut
air.1,6 Pada keadaan dehidrasi, tubulus ginjal perhitungan perkalian 2,14 yang melalui azotemia. Kondisi gagal ginjal yang ditandai
akan memaksimalkan reabsorpsi air sehingga persamaan.1 dengan kadar ureum plasma sangat tinggi
dihasilkan sedikit urin dan sangat pekat dikenal dengan istilah uremia. Keadaan ini
dengan osmolalitas mencapai 1200 dapat berbahaya dan memerlukan
mOsmol/L.1,6 Pada keadaan cairan berlebihan hemodialisis atau tranplantasi ginjal.
akan dihasilkan banyak
urin dan encer dengan osmolalitas Peningkatan ureum dikelompokkan
menurun sampai dengan 50 mOsmol/L.1,6 Beberapa metode telah dikembangkan dalam tiga kelompok, yaitu pra-renal,
untuk mengukur kadar ureum serum, yang renal, dan pasca-renal.1,6,13
Pengaturan Keseimbangan Elektrolit sering dipilih/digunakan adalah metode
Beberapa elektrolit yang diatur keseim- enzimatik. Enzim urease menghidrolisis Azotemia pra-renal adalah keadaan
bangannya antara lain natrium, kalium, ureum dalam sampel menghasilkan ion peningkatan kadar ureum yang disebabkan
klorida, fosfat, kalsium, dan magnesium.5,6
Tabel 1. Metode pemeriksaan kadar ureum1
asam karbonat, asam laktat, keton, dan Enzimatik GLDH coupled GLDH Digunakan pada banyak peralatan
lainnya harus diekskresikan.1,6 Ginjal otomatis sebagai pengukuran kinetik
me-ngatur keseimbangan asam basa Indikator perubahan warna NH + + indikator pH perubahan warna Digunakan pada sistem otomatis, reagen
4
film berbagai lapisan, dan reagen kering
melalui pengaturan ion bikarbonat, dan
pem-buangan sisa metabolisme yang Konduktimeter Konversi urea tidak terinonisasi Spesifik dan cepat
menjadi NH + dan CO 2- menghasilkan
4
Metode Lain
Fungsi Endokrin
Spektrometri massa Deteksi karakteristik fragmen setelah Metode referensi yang disarankan
Ginjal juga berfungsi sebagai organ pengenceran isotop ionisasi; kuantifikasi menggunakan
endokrin. Ginjal mensintesis renin, senyawa yang dilabel isotop
eritropoietin, 1,25 dihydroxy vitamin D3, Tabel 2. Nilai rujukan kadar ureum1
dan prostaglandin.1,2,6-8
Spesimen Nilai Rujukan
JENIS PEMERIKSAAN Plasma atau Serum 6-20 mg/dL (2,1-7,1 mmol urea/hari)
Beberapa metode pemeriksaan laboratorium Urin 24 jam 12-20 g/hari (0,43-0,71 mmol urea/hari)
11-13
PRAKTIS
Tabel 6. Metode pemeriksaan kadar asam urat1 ditemukan pada keadaan penyakit hati
Metode Kimia yang berat, gangguan pada reabsorpsi
Phosphotungstic acid Na COOH- Nonspesifik; memerlukan tubuler seperti yang ditemukan pada
sindrom Fanconi. Pemberian kemoterapi
2 3
kadar kreatinin serum (86,8%) dalam Proteinuria juga dapat digunakan untuk 24 jam memberikan informasi terjadinya
menentukan laju filtrasi glomerulus pada memonitor perkembangan penyakit ginjal dan nefropati diabetik. Perbandingan albumin dan
fungsi ginjal normal. Cystatin C telah menilai respons terapi. Proteinuria yang lebih kreatinin 20-30 mg/g mengindikasikan
menunjukkan peningkatan pada laju filtrasi dari 3,5 gr/hari dapat ditemukan pada sindrom mikroalbuminuria. Metode pemeriksaan urin
glomerulus sebesar 88 mL/min/1,73m 2, nefrotik. Panel pengukuran protein meliputi dipstik telah tersedia untuk pemeriksaan yang
sedangkan kadar kreatinin serum baru albumin, α2-macroglobulin, IgG, dan α2- spesifik untuk albumin, yaitu 3’3’5’5’
meningkat setelah laju filtrasi glomerulus microglobulin dapat membantu membedakan tetrachlorophenol - 3,4,5,6 tetrabromosulfo-
75 mL/min/1,73m2.22 Terdapat hubungan penyakit pra-renal dan pasca-renal. Rasio phthalein (buffer) dengan protein akan
yang signifi kan antara cystatin C dengan albumin/kreatinin dari urin 24 jam juga telah membentuk senyawa berwarna hijau muda
gang-guan ginjal yang disertai peningkatan digunakan untuk penanda fungsi ginjal. Pada sampai hijau tua.1,9,11,14
risiko untuk penyakit jantung dan pembuluh pasien diabetes melitus dengan komplikasi
darah. Kadar cystatin C diukur penyakit ginjal mempunyai prevalensi 5. Pemeriksaan Inulin
menggunakan metode immunoturbidi- proteinuria yang tinggi. Salah satu cara Fructose polymer inulin dengan berat molekul
metry atau immunonephelometric.9 pengukuran semikuantitatif dipstick urinalisis 5.200 Da merupakan penanda yang ideal
termasuk pemeriksaan yang efektif dan untuk glomerular fi ltration rate.9 Inulin
3. Pemeriksaan β2 Microglobulin efisien untuk menilai proteinuria. 2,19,23
bersifat inert dan dibersihkan secara
β2 microglobulin adalah small menyeluruh oleh ginjal. Klirens inulin
nonglycosylated peptide dengan berat menggambarkan fungsi filtrasi ginjal karena
molekul 11.800 Da yang ditemukan pada Pemeriksaan mikroalbuminuria penting di- inulin merupakan zat yang difiltrasi bebas,
permukaan sel berinti. Membran plasma β2 lakukan pada pasien diabetes melitus yang tidak direabsorpsi, dan tidak disekresikan
microglobulin berikatan erat dengan cairan dicurigai mengalami nefropati diabetik. oleh tubulus ginjal. Pasien berpuasa terlebih
ekstraseluler. Kadar β2 microglobulin stabil Pada stadium awal terjadi hipertrofi ginjal, dahulu sebelum pemeriksaan kliren inulin
pada orang normal. Peningkatan kadar β2 hiperfungsi, dan penebalan dari membran dilakukan. Adapun cara pemeriksaan kliren
microglobulin menunjukkan adanya glomerulus dan tubulus. Pada stadium ini inulin yaitu 25 mL inulin 10% diinjeksi
peningkatan meta-bolisme seluler yang belum ada gejala klinis yang mengarah intravena diikuti dengan pemberian 500 mL
sering terjadi pada penyakit mieloproliferatif kepada gangguan fungsi ginjal, namun inulin 1,5% dengan kecepatan 4 mL/menit.
dan limfo-proliferatif, inflamasi, dan gagal proses glomerulosklerosis terus terjadi Pemasangan kateter urin diperlukan untuk
ginjal. β2 microglobulin mempunyai ukuran selama 7-10 tahun ke depan dan berakhir mengumpulkan urin setiap 20 menit
yang kecil, sehingga dapat dengan mudah dengan peningkatan permeabilitas dari sebanyak 3 kali. Pengambilan darah vena
difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 99% β2 glomerulus. Peningkatan permeabilitas ini untuk pemeriksaan inulin juga dilakukan pada
microglobulin direabsorpsi oleh tubulus menyebabkan albumin dapat lolos dari fi awal dan akhir periode pengumpulan urin.
proksimal dan dikatabolisme. Pengukuran ltrasi glomerulus dan ditemukan pada urin. Penggunaan inulin untuk menilai fungsi ginjal
kadar β2 microglobulin serum memberikan Jika hal ini dapat terdeteksi lebih awal dan membutuhkan laju infus intravena yang
informasi gangguan fungsi tubulus pada dilakukan pemberian terapi yang adekuat konstan untuk mempertahankan tingkat
pasien transplantasi ginjal dan adanya untuk mengontrol glukosa darah serta plasma dan kadar puncak yang telah dicapai.
peningkatan kadar β2 microglobulin me- pemantauan tekanan darah yang baik Pengukuran Inulin saat ini lebih sering
nunjukkan adanya penolakan organ maka gagal ginjal dapat dicegah. Kadar dilakukan dengan menggunakan inulinase.
tersebut. β2 microglobulin merupakan albumin 50-200 mg/24 jam pada urin Inulinase adalah
penanda yang lebih efektif dibandingkan
dengan kreatinin serum dalam menilai Tabel 8. Nilai normal klirens inulin25
keberhasilan transplantasi ginjal karena β2 mL/menit (rata2)
microglobulin tidak dipengaruhi oleh massa Umur Jenis Kelamin (terkoreksi terhadap 1,73m2 luas μmol/dL (rata2)
otot. Pemeriksaan β2 microglobulin permukaan tubuh)
dilakukan dengan menggunakan metode 20 – 29 Pria 90 – 174 (132) 0,87 – 1,68 (1,27)
Enzyme-linked Immunosorbent Assay Wanita 84 – 156 (119) 0,81 – 1,50 (1,15)
(ELISA). Protein ini difiltrasi glomerulus dan 30 – 39 Pria 88 – 168 (128) 0,85 – 1,62 (1,23)
diabsorpsi oleh tubulus proksimal atau Wanita 82 – 150 (116) 0,79 – 1,44 (1,12)
diekskresikan ke dalam urin, sehingga 40 – 49 Pria 78 – 162 (120) 0,75 – 1,56 (1,16)
protein ini dapat digunakan sebagai Wanita 82 – 146 (114) 0,79 – 1.41 (1,10)
50 – 59 Pria 68 – 152 (110) 0,65 – 1,46 (1,06)
penanda untuk menilai GFR.1,9,11,12
Wanita 66 – 142 (104) 0,63 – 1,37 (1,00)
60 – 69 Pria 57 – 137 (97) 0,55 – 1,32 (0,93)
4. Pemeriksaan Mikroalbuminuria Wanita 58 – 130 (94) 0,56 – 1,25 (0,91)
Mikroalbuminuria merupakan suatu keadaan 70 – 79 Pria 42 – 122 (82) 0,40 – 1,17 (0,79)
ditemukannya albumin dalam urin sebesar Wanita 45 – 121 (83) 0,43 – 1,17 (0,80)
30-300 mg/24 jam. Keadaan ini dapat 80 – 89 39 – 105 (67) 0,38 – 1,01 (0,65)
memberikan tanda awal dari penyakit ginjal.
suatu enzim yang mengubah inulin menjadi toksik. Kekurangan metode ini adalah Pemeriksaan laboratorium tersebut antara
fruktosa. Kadar fruktosa kemudian ditentu- terpajan radiasi, biaya mahal, lain pemeriksaan kadar kreatinin, ureum,
kan dengan bantuan sorbitol dehydrogenase dibutuhkan alat kamera gamma dan asam urat, Cystatin C, β2 microglobulin, inulin
dan pengukuran kadar dilakukan secara tenaga ahli sehingga tidak dapat dan juga zat berlabel radioisotop.
fotometris pada panjang gelombang 340 nm. digunakan secara rutin.9,18 Pemeriksaan zat-zat di atas bertujuan untuk
Namun pemeriksaan inulin membutuhkan menilai GFR ginjal. Penentuan GFR dapat
prosedur khusus yang membutuhkan waktu, RINGKASAN memberikan informasi mengenai fungsi ginjal
observasi, harganya cukup mahal dan tidak Ginjal merupakan organ vital yang berfungsi pasien. Pemilihan pemeriksaan laboratorium
dapat dilakukan untuk pasien rawat jalan.9,24 untuk melakukan beberapa fungsi penting yang tepat dapat memberi-kan informasi
dalam metabolisme tubuh. Pemeriksaan yang akurat mengenai fungsi ginjal pasien.
6. Pemeriksaan Zat Berlabel Radioisotop laboratorium sangat membantu dalam Hal ini dapat membantu dokter klinisi dalam
Beberapa zat berlabel radioisotop telah di- mengidentifikasi dan mengevaluasi fungsi melakukan pencega-han dan
gunakan untuk menilai GFR pada manusia ginjal. Pada saat ini telah dikembangkan penatalaksanaan lebih awal untuk mencegah
yaitu [51Cr] EDTA, [125I] Iothalamate, [99Tc] beberapa pemeriksaan laboratorium yang progresivitas gangguan ginjal menjadi gagal
DTPA, [131I]9; dalam jumlah sedikit tidak bertujuan untuk menilai fungsi ginjal. ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Edmund L. Kidney function tests. Clinical chemistry and molecular diagnosis. 4 th ed. America: Elsevier; 2010. p.797-831.
2. Kara A. Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia: Wolters Kluwer; 2012.
3. Toussaint N. Screening for early chronic kidney disease. The CARI guidelines. Australia: Saunder; 2012. p.30-55.
4. Anatomy of the kidney. MD Consult [Internet]. 2014 [cited 2015 July 1]. Available from: http://jpck.zju.edu.cn/jcyxjp/files/ge/07/MT/071A.pdf
5. Renal physiology. Physiology II [Internet]. 2012 [cited 2015 July 1]. Available from: http://people.upei.ca/bate/6b.pdf
6. Dine A. Renal physiology anatomy and physiology. USA: Addison Weisley; 2012. p.78-90.
7. The kidneys and regulation of water and organic ions. Human physiology [Internet]. 2001 [cited 2015 July 1]. Available from: http://m-
learning.zju.edu.cn/G2S/eWebEditor/ uploadfile/20130409163846476.pdf
8. Saund. Renal pathophysiology. San Fransisco: Prosono; 2009. p.1-35.
9. Gowda S, Desai PB, Kulkarni SS, Hull VV, Math AAK, Vernekar SN. Markers of renal function tests. N Am J Med Sci. 2010; 2(4): 170-3.
10. Frank C. Biomarkers of impaired renal function. Wolters Kluwer Health. 2010: 525-37.
11. Weanen. New marker for kidney disease. Clinical Chemistry. 3 rd ed. USA: Elsevier; 2002. p.1375-89.
12. Myers G. Markers of renal function and cardiovascular disease risk. Cardiovascular. 2012: 43-50.
13. Gaedeke. Renal function test. Laboratory and diagnostic test handbook. New York: Ad; 2000. p.706-15.
14. Rosner M. Renal function testing. Am J Kidney Dis. 2006; 47: 174-83.
15. Miller G, Myers GL, Ashwood ER, Killeen AA, Wang E, Thienpont LM, et al. Creatinine measurement. Arch Pathol Lab Med. 2005; 129: 297-304.
16. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assessing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med. 2006; 354: 2473-83.
17. Stain M. Renal disease. Canada: Citizenship and Immigration; 2010. p.1-76.
18. Irshad. Estimation of glomerular filtration rate. Nephrology 2011: 121-8.
19. Chadban. National evidence based guideline for diagnosis, prevention, and management of chronic kidney disease. National Health and Medical Council. 2009: 1-34.
20. Westhuyzen J. Cystatin C: A promising marker and predictor for impaired renal function. Ann Clin Lab Sci. 2006; 36: 387-94.
21. Dharnidharka VR, Kwon C, Stevens G. Serum cystatin C is superior to serum creatinine as a marker of kidney function: A meta-analysis. Am J Kidney Dis. 2002; 40: 221-6.
22. Coll E, Botey A, Alvarez L, Poch E, Quinto L, Saurina A, et al. Serum cystatin C as a new marker for noninvasive estimation of glomerular filtration rate and as a
marker for early renal impairment. Am J Kidney Dis. 2000; 36: 29-34.
23. Kut M. Diagnosis and management of chronic kidney disease. USA: NHS; 2008. p.10-98.
24. Frund M. Clinical practice guideline for management of chronic kidney disease in primary care. USA: Department of Veterans Affairs; 2011. p.12-45.
25. Wu A. Tietz clinical guide to laboratory tests. 4th ed. Missouri: Saunders Elsevier; 2006.