Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

HIPERTENSI

1. Pengertian (Definisi) Hipertensi adalah tekanan darah (TD) > 140 mmHg sistolik
dan/atau > 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang makan obat antihipertensi.
2. Anamnesis - Tanpa gejala dan tidak spesifik, kadang disertai nyeri
kepala dan tegang ada leher. Gejala pada hipertensi
esensial tidak spesifik, sedangkan pada hipertensi sekunder
tergantung penyebab dasarnya.
- Faktor risiko kardiovaskuler dan tanda-tanda kerusakan
target organ.
- Riwayat pengobatan dan jenis obat yang dikonsumsi.
3. Pemeriksaan Fisik Pengukuran TD dengan menggunakan sphygmomanometer
air raksa atau aneroid.
- Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2
kali kunjungan atau lebih dengan menggunakan manset yang
meliputi minimal 80% lengan atas.
- Pengukuran pertama harus pada kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainan pembuluh darah perifer.
- Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan
pada pasien dengan risiko hipotensi postural (lanjut usia,
pasien DM, dll).

Cara pengukuran tekanan darah :


a. Menggunakan metode auskultasi dengan alat yang
sudah dikalibrasi dan divalidasi.
b. Pasien duduk tenang di kursi selama 5 menit dengan
kaki pada lantai dan lengan disanggah setinggi jantung.
c. Manset yang digunakan harus dapat melingkari lengan
minimal 80%.
d. Dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali.
e. Tekanan darah sistolik yaitu titik dimana bunyi pertama
terdengar, sedangkan TD diastolik adalah titik sebelum
bunyi menghilang.

4. Kriteria Diagnosis Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 (2003):

Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 <80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 >100
5. Diagnosis Kerja Hipertensi
6. Diagnosis Banding White coat hypertension, nyeri, peningkatan tekanan
intraserebral, ensefalitis, drug induced hypertension.
7. Pemeriksaan Rutin : analisa urin, tes fungsi ginjal, GDS, profil lipid, foto
Penunjang toraks, dan EKG. Sesuai penyakit penyerta : asam urat, USG
abdomen.
8. Tata Laksana  Non Farmakologi :
Modifikasi gaya hidup dengan target TD <140/90 mmHg
atau <130/80 mmHg pada pasien DM atau PGK. Bila
target tidak tercapai maka diberikan obat inisial.

 Farmakologi :
 Hipertensi tanpa compelling indication
- Pada hipertensi stadium 1 dapat diberikan
diuretik. Pertimbangkan pemberian penghambat
EKA, penghambat reseptor β, penghambat
kalsium, atau kombinasi.
- Pada hipertensi stadium 2 dapat diberikan
kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik
(tiazid) dan penghambat EKA atau antagonis
reseptor A-II, atau penghambat reseptor β atau
penghambat kalsium.

 Hipertensi dengan compelling indication


- Pada penggunaan penghambat EKA atau antagonis
reseptor A-II: evaluasi kreatinin dan kalium serum, bila
terdapat peningkatan kreatinin >30% dalam waktu 2
minggu atau timbul hiperkalemi harus dihentikan.
- Kondisi khusus lain:
 Obesitas dan sindrom metabolik : modifikasi gaya
hidup yang intensif dengan pilihan tata laksana utama
golongan penghambat EKA. Pilihan lain adalah
antagonis reseptor A-II, penghambat kalsium, dan
penghambat .
 Hipertrofi ventrikel kiri : tatalaksana tekanan darah
yang agresif termasuk penurunan BB, restriksi asupan
natrium, dan tata laksana dengan semua kelas
antihipertensi kecuali vasodilator langsung, hidralazin
dan minoksidil.
 Penyakit arteri perifer: semua kelas anti hipertensi,
tatalaksana faktor risiko lain, dan pemberian aspirin.
 Lanjut usia, termasuk pasien hipertensi sistolik
terisolasi : diuretika (tiazid) sebagai lini pertama,
dimulai dengan dosis rendah 12,5 mg/hari.
Penggunaan obat antihipertensi lain dengan
mempertimbangkan penyakit penyerta.
 Kehamilan : pilihan tata laksana adalah golongan
metildopa, penghambat reseptor , antagonis kalsium,
dan vasodilator. Penghambat EKA dan antagonis
reseptor A-II tidak boleh digunakan selama kehamilan.

9. Edukasi - Mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk
(Hospital Health - Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop
Promotion) Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium
- Diet rendah natrium - Aktifitas fisik : olahraga aerobik secara
teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu
- Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol

10 Prognosis Advitam : Bonam


. Ad Sanationam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
11 Komplikasi Hipertensi Pulmonal, Krisis Hipertensi, CKD, Stroke
.
12 Penelaah Kritis 1. SMF Penyakit Dalam
.
13 Indikator 1. Tekanan Darah Sistol dan Diastol dalam batas normal
. 2. Komplikasi dan efek samping teratasi
3. Rawat inap 5-7 hari sesuai dengan penyakit komorbid

14 Kepustakaan - Direktorat Penyakit Tidak Menular – Ditjen PP & PL, Pedoman


. Teknis Penemuan dan Tata Laksana Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Depkes RI; 2006. - Perhimpunan Dokter Hipertensi
Indonesia (InaSH). Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi.
Jakarta: InaSH; 2014 - Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit
Dalam Indonesia. Hipertensi. In: Rani AA, Soegondo S, Nazir A,
et.al., editors. Panduan Pelayanan Medik PB PAPDI. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006. - Yogiantoro M. Hipertensi
esensial. In Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et.al., editors.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 5th ed. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.

Anda mungkin juga menyukai