Diagnosis hipertensi ditegakkan bila TDS ≥140 mmHg dan/atau TDD ≥90mmHg pada pengukuran di
klinik atau di fasilitas layanan kesehatan
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
PERSIAPAN PASIEN
Tidak mengonsumsi kafein, merokok, atau berolahraga minimal 30 menit sebelum pemeriksaan.
Pasien juga tidak sedang menggunakan stimulan adrenergik
02
Pasien tidak sedang menggunakan pakaian ketat terutama di lengan. Pasien juga tidak sedang
menahan BAK atau BAB
03
SPIGMOMANOMETER
Ukuran ideal :
Panjang balon manset 80-100% LLA, dan lebar 40% LLA
04
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
POSISI PASIEN
- Gunakan meja untuk menopang lengan dan kursi bersandar untuk meminimalisasi kontraksi
otot isometrik.
- Posisi fleksi lengan bawah dengan siku setinggi jantung
- Kedua kaki menyentuh lantai dan tidak disilangkan.
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
CATATAN KHUSUS
Pada pasien baru, ukur pada kedua lengan. Ambil data yang lebih tinggi sebagai referensi
01
Untuk pasien yang dicurigai memiliki hipotensi ortostatik (geriatri, penderita DM, dll) dilakukan
pemeriksaan ulang 1 menit dan 3 menit setelah posisi berdiri.
03
Hipotensi ortostatik jika terdapat penurunan TDS ≥20 mmHg atau TDD ≥10 mmHg setelah
berdiri selama 3 menit
PENAPISAN TEKANAN DARAH
Tujuan
1. Menegakkan diagnosis dan derajat hipertensi
2. Menapis kemungkinan penyebab sekunder hipertensi
3. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi (gaya hidup,
Pembatasan Konsumsi
Garam
Berhenti Merokok
Rekomendasi konsumsi
Edukasi pasien untuk
Natrium (Na) : Tidak lebih
berhenti merokok
dari 2 gram/hari
Penatalaksanaan
Hipertensi
(Inisiasi Obat)
Pada Konsensus PERHI (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia) Penatalaksanaan Hipertensi 2021,
disepakati target tekanan darah seperti tercantum pada diagram berikut ini:
Penatalaksanaan Hipertensi
(Obat Hipertensi Oral)
Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan, yaitu ACE-
inhibitor, ARB, Beta Blocker, CCB, dan Diuretik
Penatalaksanaan
Hipertensi
(Kontraindikasi Obat Hipertensi Oral)
Penatalaksanaan Hipertensi
(Efek Samping Obat Hipertensi)
Penatalaksanaan Hipertensi
(Algoritma Terapi Obat Hipertensi)
Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat
Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin system blocker), yakni ACEi
atau ARB, dengan CCB atau diuretik
Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila ada indikasi spesifik,
misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol denyut jantung.
Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah (TDS <150mmHg), pasien
dengan tekanan darah normal-tinggi dan berisiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau
ringkih.
Penatalaksanaan Hipertensi
(Algoritma Terapi Obat Hipertensi)
Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB), CCB, dan diuretic jika TD
tidak terkontrol oleh kombinasi dua obat.
Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali dengan kombinasi obat golongan
di atas.
Pasien dengan diabetes mellitus monitor ketat dalam mengantisipasi terjadinya injuri
miokard dan trombosis arteriovenous
Saturasi oksigen harus dipantau ketat. Jika saturasi oksigen <94% pertimbangkan infeksi
COVID-19 masuk dalam kategori berat
Obat-obat antihipertensi golongan ACE-I atau ARB pada pasien dengan COVID-19 : lanjutkan
secara hati-hati. Pantau ada tidaknya hipotensi dan injuri renal
Tatalaksana Hipertensi Selama Pandemi COVID-
19
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
Is a silent condition
Is becoming incraeasingly common due to ageing and a rising
incidence of DM and hypertension
Is a potent independent risk factor for CVD
Etiologi PGK = CKD
Gejala PGK
Michels WM et al. Performance of the Cockcroft-Gault, MDRD, and New CKD-EPI Formulas in Relation to GFR,
Age, and Body Size. Clin J Am Soc Nephrol. 2010 Jun; 5(6): 1003–1009.
39
STADIUM PGK - LFG
KDIGO 2012
Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease
Some studies show that serum levels of cystatin C estimate GFR better than
serum creatinine alone.
Madero M, Sarnak MJ, Stevens LA. Serum cystatin C as a marker of glomerular ltration rate. Curr Opin Neph Hypertens. 2006;15(6):610-616.
Sarnak MJ, Katz R, Stehman-Breen CO, et al. Cystatin C concentration as a risk factor for heart failure in older adults. Ann Intern Med. 2005;142(7):497-505.
Shlipak MG, Sarnak MJ, Katz R, et al. Cystatin C and the risk of death and cardiovascular events among elderly persons. N Engl J Med. 2005;352(20):2049-2060.
How often should GFR be monitored in
CKD?
Arici M. Clinical assessment of a patient with chronic kidney disease. In: M. Arici (ed.), Management of Chronic Kidney Disease,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2014.
URINALYSIS AND ALBUMINURIA IN CKD
Arici M. Clinical assessment of a patient with chronic kidney disease. In: M. Arici (ed.), Management of Chronic Kidney Disease,
Springer-Verlag Berlin Heidelberg 2014.
URINALYSIS
A complete urinalysis should be carried out in the first examination of all CKD patients.
Floege J, Johnson RJ, Feehally J. Comprehensive Clinical Nephrology, 4 th Ed. Saunders Elseviers. 2010
MANAGEMENT
≥35 kcal/kg/day; if the body weight is greater than 120 percent of normal or the patient
is greater than 60 years of age a lower amount may be prescribed
Kelebihan PD
Penurunan RRF lebih lambat Kekurangan PD
Dapat hidup lebih normal Risiko malnutrisi
Survival di tahun awal lebih baik Tidak cocok untuk orang tertentu
Kebutuhan Epo/Fe IV berkurang Risiko peritonitis / infeksi exit-site
Pemberian antibiotik dan insulin Peluang masalah teknik masih tinggi
Cocok untuk anak dan lansia Pemberian Fe IV tidak bisa
Tidak perlu heparinisasi Butuh ketelatenan tinggi
Hemodinamik lebih stabil Risiko hiperglikemia dan obesitas
Floege J, Johnson RJ, Feehally J. Comprehensive Clinical Nephrology, 4 th Ed. Saunders Elseviers. 2010