ANASTESI
PADA
HIPERTENSI
OLEH:
DEVI FERA
M. HAFIDZUL HAIRUL
RIZKA FEGI REFANAZ
PEMBIMBING:
Dr. Joan Willy Ansar, Sp.An
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2020
PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah gangguan system peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas normal
Tekanan darah tinggi secara konsisten yaitu tekanan sistolik lebih besar dari 150-
160 mmHg dan tekanan diastole lebih besar dari 90-95 mmHg.
EPIDEMIOLOGI
• Hipertensi umumnya dimulai pada usia muda, sekitar 5-10% pada 20-30
tahun. Bagi pasien yang berusia antara 40-70 tahun, setiap peningkatan
tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau tekanan darah diastolic
sebesar 10 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
• Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan
hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah.
• Amerika 30% penduduknya 50 jt jiwa menderita
hipertensi (>140/90mmhg)
• 2/3 -> negara berkembang
• 2/3 populasi Asia Tenggara -> hipertensi
• 1.5 juta orang meninggal /tahun
ETIOLOGI
Genetik
Janin
Jenis kelamin
Natrium
Hiperaktivitas simpatik
Resistensi insulin
Disfungsi endotel
DIAGNOSIS DAN KLASIFIKASI
HIPERTENSI
2. Hipertensi sekunder:
A. Hipertensi sistolik dengan tekanan nadi melebar:
Regurgitasi aorta, tirotoksikosis, PDA.
B. Hipertensi sistolik dan diastolik dengan peningkatan SVR:
Renal: glomerulonefritis akut dan kronis, pyelonefritis,
polikistik ginjal, stenosis arteri renalis.
Endokrin: Sindroma Chusing, hiperplasia adrenal congenital,
sindroma Conn (hiperaldosteronisme primer),
phaeochromacytoma, hipotiroidisme.
Neurogenik: peningkatan TIK, psikis (White Coat Hypertension),
porfiria akut, tanda-tanda keracunan.
Penyebab lain: coarctation dari aorta, polyarteritis nodosa,
hiperkalsemia, peningkatan volume intravaskuler (overload).
FARMAKOLOGI DASAR OBAT-OBAT
ANTIHIPERTENSI
1. Diuretik Menurunkan TD dengan cara mengurangi natrium tubuh dan
volume darah, sehingga CO berkurang. Contohnya: golongan
thiazide, loop diuretics
2. Penghambat adrenergik Sekelompok obat yg terdiri dri alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-
beta-blocker labetalol, yg menghambat efek system saraf
simpatis
3. ACE- Inhibitor Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri. Efektif diberikan kpd usia muda, penderita
gagal jantung, gagal ginjal
4. angiotensin- II-blocker Obat ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah dengan
suatu mekanisme yg mirip dengan ACE-inhibitor
5. Antagonis kalsium Nifedipin merupakan kalsium antagonis dgn kerja yg sangat cepat
dan bisa diberikan peroral, ttp obat ini bisa mnybbkan hipotensi,
sehingga pemberian harus diawasi scr ketat
6. vasodilator menurunkan TD dengan cara relaksasi otot-otot polos
vaskuler. Contoh: nitroprusside, hydralazine, calcium channel
blocker.
MANAJEMEN PERIOPERATIF PENDERITA
HIPERTENSI
Penilaian Preoperatif dan Persiapan Preoperatif Penderita Hipertensi
1. 1. EKG: minimal lead V5 dan II atau analisis multipel lead ST, karena pasien hipertensi
punya risiko tinggi untuk mengalami iskemia miokard.
• 2. TD: monitoring secara continuous TD adalah esensial kateter Swan-Ganz: hanya
digunakan untuk penderita hipertensi dengan riwayat CHF atau MCI
berulang.
• 3. Pulse oxymeter: digunakan untuk menilai perfusi dan oksigenasi jaringan
perifer.
• 4. Analizer end-tidal CO2: Monitor ini berguna untuk membantu kita
mempertahankan kadar CO2.
• 5. Suhu atau temperature.
PREMEDIKASI
• Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan goncangan hemodinamik pada
pasien hipertensi. Saat induksi sering terjadi hipotensi namun saat intubasi sering
menimbulkan hipertensi
• Hipotensi diakibatkan vasodilatasi perifer terutama pada keadaan kekurangan volume
intravaskuler sehingga preloading cairan penting dilakukan untuk tercapainya normovolemia
sebelum induksi. Disamping itu hipotensi juga sering terjadi akibat depresi sirkulasi karena efek
dari obat anestesi dan efek dari obat antihipertensi yang sedang dikonsumsi oleh penderita,
seperti ACE inhibitor dan angiotensin receptor blocker
• Hipertensi yang terjadi biasanya diakibatkan stimulus nyeri karena laringoskopi dan intubasi
endotrakea yang bisa menyebabkan takikardia dan dapat menyebabkan iskemia miokard.
• Pemilihan obat induksi untuk penderita hipertensi adalah bervariasi untuk masing-masing
klinisi. Propofol, barbiturate, benzodiazepine dan etomidat tingkat keamanannya adalah sama
untuk induksi pada penderita hipertensi. Untuk pemilihan pelumpuh otot vekuronium atau
cis-atrakurium lebih baik dibandingkan atrakurium atau pankuronium. Untuk volatile, sevofluran
bisa digunakan sebagai obat induksi secara inhalasi.
Beberapa teknik dibawah ini bisa dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-
intubasi untuk menghindari terjadinya hipertensi:
Anestesia dengan volatile (tunggal atau dikombinasikan dgn N20), anestesia imbang
(balance anestesia) dengan opioid+ N2O+Pelumpuh otot, atau anestesia total intravena
bisa digunakan untuk pemeliharaan anestesia
Dikatakan krisis hipertensi jika TD lebih tinggi dari 180/120 mmHg dan dapat
dikategorikan dalam hipertensi urgensi atau hipertensi emergensi, berdasarkan ada tidaknya
ancaman kerusakan target organ atau kerusakan target organ yang progresif. Hal-hal yang
paling sering menimbulkan krisis hipertensi adalah antara lain karena penggunaan
obat antihipertensi seperti clonidine, hiperaktivitas autonom, obat-obat penyakit kolagen-
vaskuler, glomerulonefritis akut, cedera kepala, neoplasia seperti pheokromasitoma,
preeclampsia dan eclampsia.
• Hipertensi emergensi adalah pasien dengan bukti adanya kerusakan target organ yang
sedang terjadi atau akut (ensefalopati, perdarahan intra serebral, kegagalan ventrikel
kiri akut dengan edema paru, unstable angina, diseksi aneurisme aorta, IMA, eclampsia,
anemia hemolitik mikro angiopati atau insufisiensi renal) yang memerlukan intervensi
farmakologi yang tepat untuk menurunkan TD sistemik
• Hipertensi urgensi adalah situasi dimana TD meningkat tinggi secara akut, namun
tidak ada bukti adanya kerusakan target organ. Gejala yang timbul dapat berupa sakit
kepala, epitaksis atau ansietas.
MANAJEMEN POSTOPERATIF
Hipertensi yang terjadi pada periode pasca operasi sering terjadi pada pasien yang menderita
hipertensi esensial. Hipertensi dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard
sehingga berpotensi menyebabkan iskemia miokard, disritmia jantung dan CHF.
Disamping itu bisa juga menyebabkan stroke dan perdarahan ulang luka operasi akibat
terjadinya disrupsi vaskuler dan dapat berkonstribusi menyebabkan hematoma pada
daerah luka operasi sehingga menghambat penyembuhan luka operasi.
Nyeri merupakan salah satu faktor yang paling berkonstribusi menyebabkan hipertensi
pasca operasi, sehingga untuk pasien yang berisiko, nyeri sebaiknya ditangani secara
adekuat, misalnya dengan morfin epidural secara infus kontinyu.
Hipertensi pasca operasi sebaiknya diterapi dengan obat antihipertensi secara parenteral
misalnya dengan betablocker yang terutama digunakan untuk mengatasi hipertensi dan
takikardia
MANAJEMEN POSTOPERATIF
Apabila penyebabnya karena overload cairan, bisa diberikan diuretika furosemid dan
apabila hipertensinya disertai dengan heart failure sebaiknya diberikan ACE-inhibitor
Pasien dengan iskemia miokard yang aktif secara langsung maupun tidak langsung
dapat diberikan nitrogliserin dan beta-blocker secara intravena sedangkan untuk
hipertensi berat sebaiknya segera diberikan sodium nitropurusside.
Apabila penderita sudah bisa makan dan minum secara oral sebaiknya antihipertensi
secara oral segera dimulai.
KESIMPULAN