Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN PRAKTIK KLINIK

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


9. HIPERNATREMIA

NAMA PENYAKIT Hipernatremia (E87.0)

DEFINISI Hipernatremia adalah peningkatan kadar natrium plasma > 145


mmol/L yang disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium atau
karena dehidrasi

ANAMNESIS Pasien dapat mengeluhkan rasa haus, kelelahan, iritabilitas atau


gelisah, disorientasi, mulut kering, demam, mual dan muntah
serta rasa haus yang menetap

PEMERIKSAAN  Demam ringan


FISIK  Kulit kemerahan
 Edema perifer
 Edema pulmonary
 Hipotensi
 Peningkatan tonus otot
 Tingkat kesadaran pasien dapat koma jika perjalanan
penyakit sudah progresif.
 Hipernatremia yang disertai hipovolemia dapat
menunjukkan tanda-tanda kekurangan cairan seperti
takikardia, hipotensi.

PEMERIKSAAN - Natrium serum


PENUNJANG - Osmolalitas serum
- Berat jenis urin
- Natrium urin
- Water Deprivation Test
- Antidiuretic Hormone (ADH) Stimulation
- CT Scan atau MRI

KRITERIA - Natrium serum > 147 mEq/L. Jika > 150-170 mEq/L biasanya
DIAGNOSIS karena dehidrasi, sedangkan jika > 170 mEqfL karena diabetes
insipidus. Natrium > 190 mEq/Lkarena asupan natrium yang
tinggi dan kronik.
- Osmolalitas serum: meningkat
- Berat jenis urin: meningkat. Menurun pada diabetes insipidus.
lika normal dapat terjadi pada pemakaian diuretik.
- Natrium urin
- Water Deprivation Test: pada diabetes insipidus, osmolalitas
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

urin tidak meningkatdengan hipernatremia


- Antidiuretic Hormone (ADH) Stimulation: diabetes insipidus
nefrogenik, osmolalitas urin tidak meningkat setelah pemberian
ADH [desmopressin].
- CT Scan atau MRI [Magnetic Resonance imaging] kepala:
melihat adanya tarikan pada vena duramater dan sinus yang
dapat menyebabkan perdarahan intracranial dan meningkatkan
kadar natrium

DIAGNOSIS KERJA Hipernatremia

DIAGNOSIS - Dehidrasi
BANDING - Diabetes insipidus

TERAPI 1. Tujuan: menghentikan kehilangan cairan yang sedang terjadi


dengan mengatasipenyakit penyebabnya dan mengoreksi defisit
cairan.
2. Tentukan defisit cairan
- Estimasi TBW
- Kalkulasifree-water deficit: {[[Na*]-140) / 140} x TBW
- Pemberian defisit dalam 48-7 jam tanpa menaikkan konsentrasi
natriumplasma > 10 mM/24 jam
3. Tentukan ongoing water losses
- Kalkulasi electrolyte-free water clearance

4.Tentukan insensible losses: 1 10 mL/kg/hari, berkurang jika


dalam ventilsimekanik, bertambah jika demam.
5. Menjumlahkan defisit cairan, ongoing water losses, dan
insensible losses. Pemberian dalam 48-72 jam dan maksimal 10
mM/hari.
6. Cairan diberikan secara oral atau melalui selang nasogastrik.
7. Pemberian intravena cairan hipotonik yang dapat diberikan:
dekstrosa 5%, NaCl0.2 %, atau 0.45 % NaCl. Semakin hipotonik
cairan yang diberikan, kecepatanpemberian juga semakin lambat
8. Dialisis

EDUKASI  Menjelaskan kondisi pasien dan penatalaksanaan yang akan


diberikan kepada pasien

PROGNOSIS - Resiko kematian akibat hipernatremia mencapai 40-60 %


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

kasus berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit


penyertanya, terbanyak terjadi pada usia tua.
- Pada hipernatremia akut dan kadar >180 mEq/L kerusakan
neurologik permanen terjadi pada 10-30 % kasus.
- Durasi perjalan penyakit yang lama (> 2 hari) akan
meningkatkan resiko kematian.

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. Siregar Parlindungan. Gangguan Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit. Dalam: Alwi I. Setiati S,Setiyohadi B,
Simadibrata M, Sudoyo AW. Buku Ajar llmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta:lnterna Publishing; 2015: Hal
2246-2247.
2. Aminoff M. Fluid and Electrolyte Disturbances . In: Fauci
A, Kasper D, Longo D, Braunwald E, HauserS, Jameson J,
Loscalzo J. editors. Harrison's principles oi internal
medicine. 19th ed. United States of America: The McGraw-
Hill Companies. 2015
3. Douglas Ivor. Cleveland Clinic Journal of Medicine vol 73.
supplement 3. 2006. Diunduh
darihttp://www.ccjm.org/content/73/Suppl_3/S4.full.pdf
pada tanggal 10 Mei 2012.
4. Androgue H. Madias N. Hyponatremia. Diunduh dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM2000052534221
07 pada tanggal 10 Mei 2012.
5. Alshayeb, Hala, Arif, Babar Fatima. Severe Hypernatremia
Correction Rate and Mortality inHospitalized Patients.
American Journal of the Medical Sciences; May 2011 -
Volume 341 - issue
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


10. HIPERTENSI

NAMA PENYAKIT Hipertensi (I10)

DEFINISI Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah (TD) sama


atau melebihi 140mmHg sistolik dan/atau sama atau lebih dari
90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak sedang minum
obat antihipertensi.

ANAMNESIS 1. Durasi hipertensi


2. Riwayat terapi hipertensi sebelumnya dan efek sampingnya
bila ada
3. Riwayat hipertensi dan kardiovaskular pada keluarga
4. Kebiasaan makan dan psikososial
5. Faktor risiko lainnya: kebiasaan merokok, perubahan berat
badan, dislipidemia, diabetes, inaktivitas fisik
6. Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan
penampilan, kelemahan otot (palpitasi, keringat berlebih,
tremor), tidur tidak teratur, mengorok, somnolen di siang hari,
gejala hipo- atau hipertiroidisme,
riwayat konsumsi obat yang dapat menaikkan tekanan darah
7. Bukti kerusakan organ target: riwayat TIA, stroke, buta
sementara, penglihatan kabur tiba-tiba, angina, infark miokard,
gagal jantung, disfungsi seksual

PEMERIKSAAN 1. Pengukuran tinggi dan berat badan, tanda-tanda vital


FISIK 2. Metode auskultasi pengukuran TD:
- Semua instrumen yang dipakai harus dikalibrasi secara rutin
untuk memastikan keakuratan hasil.
- Posisi pasien duduk di atas kursi dengan kaki menempel di
lantai dan telahberistirahat selama 5 menit dengan suhu ruangan
yang nyaman.
- Dengan sfigmomanometer, oklusi arteri brakialis dengan
pemasangan cuff di lengan atas dan diinflasi sampai di atas TD
sistolik. Saat deflasi perlahan-lahan, suara pulsasi aliran darah
dapat dideteksi dengan auskultasi dengan stetoskoptipe
bell/genta di atas arteri tepat di bawah cuff
- Klasifikasi berdasarkan hasil rata-rata pengukuran tekanan
darah yang dilakukan minimal 2 kali tiap kunjungan pada 2 kali
kunjungan atau lebih dengan menggunakan cuff
- Tekanan sistolik = suara fase 1 dan tekanan diastolik = suara
fase 5.
- Pengukuran pertama harus di kedua sisi lengan untuk
menghindarkan kelainanpembuluh darah perifer
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

- Pengukuran tekanan darah pada waktu berdiri diindikasikan


pada pasiendengan risiko hipotensi postural (lanjut usia, pasien
DM, dll)
3. Palpasi leher apabila terdapat pembesaran kelenjar tiroid
4. Palpasi pulsasi arteri femoralis, pedis
5. Auskultasi bruit karotis, bruit abdomen
6. Funduskopi
7. Evaluasi gagal jantung dan pemeriksaan neurologis

PEMERIKSAAN  Urinalisis
PENUNJANG  Tes fungsi ginjal
 Ekskresi albumin
 Serum BUN : kreatinin
 Gula darah
 Elektrolit
 Profil lipid
 Foto toraks
 EKG

KRITERIA  Pengukuran tekanan darah dilakukan si ruang periksa.


DIAGNOSIS  Pasien dalam posisi duduk setelah istirahat 5 mneit dengan
kaki di lantai dan lengan diposisikan setinggi jantung.
 Ukuran dan peletakan manset menutupi 80% lingkar lengan
di sisi terendah 2,5 cm dari fossa cubiti.
 Stetoskop diletakkan di atas A. Brachialis, kemudian cuff
dipompa sampai dengan tekanan di atas 20 mmHg dari
hilangnya nadi.
 Tekanan diturunkan perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg
per detik. Kemudian mendengarkan suara Korotkoff fase 1
sampi dengan 5 untuk menentukan tekanan sistol dan
diastol.
 Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih kunjungan.
Klasfikasi Tekanan Darah Berdasarkan Joint National
Committee VII
Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertwnsi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

DIAGNOSIS KERJA Hipertensi (derajat sesuai JNC VII)

DIAGNOSIS Peningkatan tekanan darah akibat white coat hypertension, rasa


BANDING nyeri, peningkatan tekanan intraserebral, ensefalitis, akibat obat,
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

dll

TERAPI 1. Modifikasi gaya hidup.


2. Pemberian B-blocker pada pasien unstable angina / non-ST
elevated myocardial infark (NSTEMI) atau STEMI harus
memperhatikan kondisi hemodinamik pasien.B-blocker hanya
diberikan pada kondisi hemodinamik stabil.
3. Pemberian angiotensin convertin enzyme inhibitor [ACE-I]
atau angiotensin receptor blocker [ARB) pada pasien NSTEMI
atau STEMI apabila hipertensi persisten, terdapat infark
miokard anterior, disfungsi ventrikel kiri, gagal jantung, atau
pasien menderita diabetes danpenyakit ginjal kronik.
4. Pemberian antagonis aldosteron pada pasien disfungsi
ventrikel kiri bila terjadi gagal jantung berat [misal gagal
jantung New York Heart Association/NYHA kelas Ill-1V atau
fraksi ejeksi ventrikel kiri <40% dan klinis terdapat gagal
jantung).
5. Kondisi khusus lain:
a. Obesitas dan sindrom metabolik
Terdapat 3 atau lebih keadaan berikut : lingkar pinggang laki-
laki >102 cm atau perempuan >89 cm, toleransi glukosa
terganggu dengan gula darahpuasa 110 mg/dl, tekanan darah
minimal 130/85 mmHg, trigliserida tinggi 150 mg/dl,ko1esterol
HDL rendah <40 mg/dl pada laki-laki atau <50 mg/dl pada
perempuan] a modifikasi gaya hidup yang intensifdengan
pilihan terapiutama golongan ACE-l. Pilihan lain adalah ARB,
CCB.3
b. Hipertrofi ventrikel kiri‘
- Tatalaksana agresif termasuk penurunan berat badan dan
restriksi garam
- Pilihan terapi: dengan semua kelas antihipertensi
- Kontraindikasi: vasodilator langsung, hidralazin dan
minoksidil
c. Penyakit arteri perifer: semua kelas anti hipertensi,
tatalaksana faktor risiko lain, dan pemberian aspirin?
d. Lanjut usia (≥ 65 tahun)
- ldentifikasi etiologi lain yang bersifat ireversibel
- Evaluasi kerusakan organ target
- Evaluasi penyakit komorbid lain yang mempengaruhi
prognosis
- Identifikasi hambatan dalam pengobatan
- Terapi farmakologis: diuretik thiazid [inisial], CCB.
e. Kehamilan
- Pilihan terapi: metildopa, ẞ-blocker, dan vasodilator.
- Kontraindikasi: ACE-I dan ARB.

EDUKASI 1. Modifikasi gaya hidup pada penderita HipertensI


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

2. Turunkan berat badan


3. Diet rendah garam
4. Menghindari konsumi alkohol
5. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayur
6. Olahraga teratur seperti jalan cepat 30 menit per hari

PROGNOSIS Hipertensi tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol


dengan terapi yang sesuai.

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. Mohani CI. Hipertensi Primer dalam Buku Ajar llmu
Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: lnterna Publishing.
2015. Hal : 2284-2293
2. Kotchen T. Hypertensive vascular disease. In: Longo DL.
Fauci AS. Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Loscalzo J.
Harrison's Principles of Internal Medicine. 19th Edition. New
York: McGraw-Hill; 2015. haIaman.
3. Victor R. Arterial hypertension. In: Goldman, Ausiello. Cecil
Medicine. 23rd Edition. Philadelphia: Saunders. Elsevier;
2008.
4. hobanian AV et al: The Seventh Report of the Joint National
Committee of Prevention, Detection,Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report.
JAMA. 2003;289:2560.
5. O'Brien E. Asmar R, Beilin L. et al. Practice guidelines ot the
European Society ot Hypertension for clinic. ambulatory and
self blood pressure measurement. J Hypertens 2005;23:697-
701.
6. Pickering TG, Hall JE, Appel LJ. et al. Recommendations tor
blood pressure measurement in humans and experimental
animals part 1 : blood pressure measurement in humans a
statement for professionals from the Subcommittee of
Professional and Public Education of the American
HeartAssociation Council on High Blood Pressure Research.
AHA Scientific Statement. Hypertension.2005;415:142-61.
7. Rosendorff C, Black H. Cannon C, et al. Treatment of
hypertension in the prevention andmanagement of ischemic
heart disease. Circulation. 2007;151:2761-88.
8. Aronow W. Fleg JL. Pepine CJ. et al. ACCF/AHA 2011
Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly.
J Am Coll Cardiol. 2011;57:2037-114.
9. Psaty BM, Smith NL, Siscovick DS, et al. Health outcomes
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

associated with antihypertensives therapies used as first Iine-


agent. A systematic review and meta-analysis. JAMA.
1997;277:739-45.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


11. HIPONATREMIA

NAMA PENYAKIT Hiponatremia (E87.1)

DEFINISI Hiponatremia adalah penurunan kadar natrium [Na] plasma < 135
mEq/L. Hiponatremia akut adalah hiponatremia yang terjadi < 48
jam dan membutuhkan penanganan segera, sedangkan
hiponatremia kronik adalah hiponatremia yang berlangsung> 48
jam. Gejala akan muncul jika kadar natirum < 125 mEq/L.

ANAMNESIS Gejala yang dikeluhkan berhubungan dengan disfungsi susuan


saraf pusat seperti
- Mual
- Muntah
- Sakit kepala
- Perubahan kepribadian
- Kelemahan dan keram otot
- Agitasi, disorientasi, kejang, bahkan koma.
- Pada kasus asimptomatik dapat mulai bermanifestasi
kehilangan kestabilan sehinggaberesiko jatuh. Selain itu perlu
ditanyakan riwayat penyakit.

PEMERIKSAAN  Perubahan kesadaran atau perubahan kepribadian


FISIK  Hipotermia
 Reflex menurun
 Pola pernapasan Cheyne-Stokes
 Pseudobuibnr palsy
 Kulit dingin dan basah
 Tremor
 Gangguan saraf sensorik.

PEMERIKSAAN 1. Natrium serum: < 137 mEq/L


PENUNJANG 2. Osmolalitas serum: menurun kecuali pada kasus
pseudohiponatremia, azotemia,intoksikasi etanol, metanol.
3. Berat jenis urin
4. Natrium urin
5. Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, asam urat
6. Glukosa darah (setiap peningkatan glukosa 100mg/dl
menurunkan natrium2.4 mEq/L), profile Iemak
7. Fungsi tiroid
8. Radiologi: mencari apakah ada efek hiponatremia pada paru
atau susunan saraf pusat
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

KRITERIA 1. Hiponatremia hipovolemik


DIAGNOSIS Pasien dalam keadaan ini terdapat penurunan kadar natrium
total dalam tubuh dan kadar cairan yang juga menurun. Hal ini
terjadi pada umumnya karena kehilang air dan solut yang
tinggi dari pencernaan serta ginjal
2. Hiponatremia euvolemik
Umumnya terjadi pada pasien dengan status volume tubuh
yang normal, seperti pada SIADH
3. Hiponatremia hipervolemik
Jika terjadi kadar total natrium meningkat lebih dari kadar air
dalam tubuh seperti pada penyakit jantung kongestif, sindroma
nefrotik dan sirosis hati yang berkaitan erat dengan gangguan
sekresi air
- Hiponatremia akut : bila terjadi kurang dari 48 jam
- Hiponatremia kronis bila terjadi lebih dari 48 jam
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan osmolalitas darah
- Pemeriksaan gula darah dan lipid darah
- Pemeriksaan osmolalitas urin dan BJ urin
- Pemeriksaan natrium, kalium dan natrium urin

DIAGNOSIS KERJA Hiponatremia

DIAGNOSIS 1. Hiponatremia hipovolemik


BANDING 2. Hiponatremia euvolemik
3. Hipernatremia hipervolemik

TERAPI 1. Hal-hal yang perlu diperhatikan:


- Cepat lambatnya onset penyakit
- Derajat, durasi, dan gejala dari hiponatremia
- Ada atau tidaknya faktor resiko yang dapat meningkatkan
resiko komplikasi neurologis
2. Menyingkirkan diagnosis pseudohiponatremia atau hipertonik
hiponatremia (hiperglikemia)
3. Mengatasi penyakit dasarnya
4. Hiponatremia asimptomatik: menaikkan natrium dengan
kecepatan s 0.5 mEq/L/jam
5. Hiponatremia akut simptomatik:
- Tujuan: meningkatkan kadar natirum 1.5-2 mEq/L/jam sampai
gejalaberkurang atau sampai konsentrasi natrium serum > 118
mEq/L danmengobati penyakit dasarnya
- Peningkatan kadar natrium harus < 12 mEq/L dalam 24 jam
pertama dan< 18 mEq/L dalam 48 jam pertama untuk
menghindari demielinisasi osmotik.
- Cairan saline hipertonik 3 % diberikan secara infuse intravena
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

dengankecepatan 1-2 ml/kg/jam dan ditambah loop diuretic


- Jika ada gejala neurologik berat: kecepatan dapat dinaikkan
menjadi 4 - 6 ml/kg/jam.
- Jika gejala sudah menghilang dan kadar natrium > 118 Eq/L,
pemberian cairan diturunkan menjadi maksimal 8 mEq/L dalam
24 jam sampai target kadarnatrium 125 mEq/L.
- Pemantauan ketat natrium serum dan elektrolit sampai terjadi
kenaikan kadarnatrium dan gejala meghilang.
6. Hiponatremia kronik simptomatik
- Jika tidak diketahui durasi atau onset gejala, koreksi dilakukan
dengan hati-hatikarena otak sudah beradaptasi dengan kadar
natrium yang rendah.
- Jika gejala berat: tatalaksana seperti kasus hipernatremia akut.
Peningkatan natrium tidak melebihi 10-12 mEq/L pada 24 jam
pertama, dan < 6 mEq/L/hari pada hari berikutnya.
- Jika geiala ringan-sedang: koreksi dilakukan secra perlahan. 0.5
mEq/L/jam, sampai target tercapai terapi tetap diteruskan.
Maksimal pemberian 10 mEq/L dalam 24 jam.
7. Hiponatremia kronik asimptomatik
- Tujuan terapi: mencegah penurunan natrium serum dan menjaga
kadarnatrium mendekati normal.
8. Hipervolemia hiponatremia: restriksi cairan 1000-1500 ml/
hari dan restriksinatrium. CH F: furosemid dan ACE
(Angiotensin Converting Enzyme) inhibitor.
9. Euvolemik hiponatremia (SIADH): restriksi cairan 1000-1500
ml/hari.
10. Hipovolemia hiponatremia: berikan normal saline (NS) atau
DSNS.

EDUKASI 1. Menjelaskan kepada pasien atau keluarga mengenai kondisi


sakit yang dialami pasien
2. Menjelaskan komplikasi atau efek samping yang dapat terjadi
karena kondisi hipernatremia
3. Menjelaskan rencana pengobatan yang diberikan kepada
pasien

PROGNOSIS Wanita yang belum menopause, anak prepubertas, dan pasien


dengan hipoksiaserebral lebih besar kemungkinan berkembang
menjadi ensefalopati dan sequelae gejala neurologic yang berat.

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

DAFTAR RUJUKAN 1. Siregar Parlindungan. Gangguan Keseimbangan Cairan dan


Elektrolit. Dalam: Alwi I. Setiati S,Setiyohadi B, Simadibrata
M, Sudoyo AW. Buku Ajar llmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
VI. Jakarta:lnterna Publishing; 2015: Hal 2246-2247
2. Aminoff M..Fluid and Electrolyte Disturbances . In: Fauci A,
Kasper D, Longo D, Braunwald E, HauserS, Jameson J,
Loscalzo J. editors. Harrison's principles oi internal medicine.
19th ed. United States of America: The McGraw-Hill
Companies. 2015.
3. Douglas Ivor. Cleveland Clinic Journal of Medicine vol 73.
supplement 3. 2006. Diunduh darihttp://www.ccjm.
org/content/73/Suppl_3/S4.full.pdf pada tanggal 10 Mei 2012.
4. Androgue H. Madias N. Hyponatremia. Diunduh dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM20000525342210
7 pada tanggal 10 Mei 2012
5. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, dkk. EIMED PAPDI
Jilid I Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta :
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


12. HIPERTROFI PROSTAT BENIGNA

NAMA PENYAKIT Hipertrofi prostat benigna (N40)

DEFINISI Hipertropi prostat adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang


kemudian mendesak jaringan prostat asli ke perifer.

ANAMNESIS 1. Gejala iritatif


 Sering miksi (frekuensi)
 Terbangun pada malam hari untuk miksi (nokturia)
 Perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi)
 Nyeri saat miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif
 Pancaran melemah
 Rasa tidak puas setelah miksi
 Kalau mau miksi harus menunggu lama
 Harus mengedan, miksi terputus—putus
 Wwaktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi
urin dan inkontinen karena overflow.

PEMERIKSAAN  Pemeriksaan colok dubur


FISIK

PEMERIKSAAN  Urinalisis
PENUNJANG  Serum prostate spesific antigen (PSA)
 Serum creatinin.
 Tronsrectol ultrasonography (TRUS)

KRITERIA Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus


DIAGNOSIS sfingter anus, mukosa rektum, serta kelainan lain seperti benjolan
dalam rektum dan prostat.

DIAGNOSIS KERJA Hipertrofi prostat benigna

DIAGNOSIS 1. Striktur uretra


BANDING 2. Kontraktur leher vesika urinaria
3. Ranker prostat
4. Kanker vesika urinaria
5. Bladder calculi
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

6. Infeksi saruran kemih dan prostatitis


7. Neurogenic bladder

TERAPI Medikamentosa
- Antagonis a-adrenergik (menghilangkan ketegangan otot halus):
terazosin, doksazosin, dan tamsulosin
- Inhibitor 5-a reduktase (mengurangi ukuran prostat): finastericle

Pembedahan
- Transuretral resection of prostate (TURF)
- Open prostatectomy


EDUKASI  - Mengurangi konsumsi minuman yang dapat memicu diuresis
seperti kafein dan alkohol
 - Membiasakan diri untuk miksi ganda, yaitu menunggu beberapa
saat setelah berkemih dan mencoba mulai berkemih kembali
 - Menghindari kebiasaan mengejan saat miksi

PROGNOSIS Sekitar 2,5% pasien mengalami retensio urine akut

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. AUA guideline on the management of benign prostatic


hyperplasia: diagnosis and treatment recommendations. Diunduh
dari
http://www.auanet.org/guidelines/main_reports/bph_management
/chapt_1_appendix.pdf pada tanggal 15 Mei 2012.
2. AUA clinical guidelines - management of BPH. Diunduh dari
http://www.auanet.org/content/guidelines-and-quality-
care/clinical-guidelines.clm?sub=bph pada tanggal 15 Mei 2012.
3. McConnell JD, Roehrborn CG, Bautista O, et al. The long term
effect of doxazosin. finasteride. and combination therapy on the
clinical progression of benign prostatic hyperplasia. N Engl J
Med. 2003;349:2387-98.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


13. INFEKSI SALURAN KEMIH

NAMA Infeksi Saluran Kemih (N39.0)


PENYAKIT

DEFINISI Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi (ada
perkembangbiakanbakteri) dalam saluran kemih, meliputi infeksi
di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria bermakna adalahbila
ditemukan pada biakan urin pertumbuhan bakteri sejumlah
>100.000 per ml urin segar yang diperoleh dengan cara
pengambilan yang steril atau tanpa kontaminasi.
ISK sederhana/tak Berkomplikasi
ISK yang terjadi tidak terdapat disfungsi struktural ataupun ginjal
ISK Berkomplikasi
ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK pada anak-anak,
laki-laki, atau ibu hamil

ANAMNESIS ISK bawah frekuensi


 Disuria terminal
 Polakisuria
 Nyeri suprapubik.
ISK atas
 Nyeri pinggang
 Demam
 Menggigil
 Mual dan muntah
 BAK berdarah

PEMERIKSAAN  Febris
FISIK  Nyeri tekan suprapubik
 Nyeri ketok sudut kostovertebra
 Demam

PEMERIKSAAN  Darah perifer lengkap


PENUNJANG  Tes resistensi kuman
 Tes fungsi ginjal
 Gula darah,
 Foto BNO bila perlu
 USG ginjal bila perlu
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

KRITERIA  Kultur urin [+]: bakteriuria >100.000/ml urin


DIAGNOSIS

DIAGNOSIS Infeksi Saluran Kemih(N39.0)


KERJA

DIAGNOSIS - Keganasan kandung kemih


BANDING - Nonbacterial cystitis
- Interstitial cystitis
- Pelvic inflammatory disease
- Pyeolonephritis akut
- Urethritis
- Vaginitis

TERAPI Antimikrobapada ISK bawahtakberkomplikasi :


 Trimetoprim-sulfametoksazol 2x160/800 mg 3 harI
 Trimetoprim 2x100 mg 3 hari
 Siprofloksasin 2x100-250 mg 3 hari
 Levofloksasin 2x250 mg 3 hari
 Sefiksim 1x400 mg 3 hari
 Sefpodoksimproksetil 2x100 mg 3 hari
 Nitrofurantoin makrokristal 4x50 mg 7 hari
 Nitrofurantoinmonohidratmakrokristal 2x100 mg 7 hari
 Amoksisilin/klavulanat 2x500 mg 7 hari

Obat Parenteral pada ISK atasAkutBerkomplikasi


 Sefepim 2x1 gram
 Siprofloksasin 2x400 mg
 Levofloksasin 1x500 mg
 Ofloksasin 2x400 mg
 Gentamisin (+ ampisilin ) 1x3-5 mg/kgBB
3x1 mg/kgBB
 Ampisilin (+ gentamisin) 4x1-2 gram
 Trikarsilin-klavulanat 3x3,2 gram
 Piperasilin-tazobaktam 3-12x3,375 gram
 Imipenem-silastatin 3-4x250-500 mg

EDUKASI - Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik


- Menjaga higiene genitalia eksterna
- Deteksi dini terhadap adanyakelainan anatomis
- Pengobatanadekuat, kerjasamapasiendandokter
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

PROGNOSIS Infeksi saluran kemih tanpa kelainan anatomis mempunyai


prognosis lebih baikbila dilakukan pengobatan pada fase akut yang
adekuat dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi
berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagianbesar penderita
dengan kelainan anatomis umumnya kurang memuaskan meskipun
telah diberikan pengobatan yang adekuat dan dilakukan koreksi
bedah, hal ini terjaditerutama pada penderita dengan nefropati
refluks.

PENELAAH Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM


KRITIS dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR 1. Infeksi saluran Kemih. In: Sudoyo A. Setiyohadi B, Alwi I.


RUJUKAN Simadibrata M. Setiati S. editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
5th ed. Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitan Bagian llmu
Penyakit Dalam FKUI. 2009:2009 – 15.
2. Infection ol the Urinary Tract. Dalam: Wein et al. Campbell-
Walsh Urology 9th Edition. Saunders.
3. Mehnert-Kay SA. Diagnosis and Management of Uncomplicated
Urinary Tract Infections.American Family Physician [serial
online]. August 1. 2005;27/No.3:1-9. Accessed September 22.
2010. Available at htlp://www.aafp.org/afp/20050801/451.html.
4. Urinary tract Infections. Pyelonephirits. ad Prostatitis. In: Fauci
A, Kasper D, Longo D, Braunwald E, Hauser S. Jameson J.
Loscalzo J, editors. Harrison's principles oi internal medicine. 19th
ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies.
2018:2911-39.
5. Urinary tract Infection. Copyrights 2012 @ Mayoclinic.
Diunduh dari http://www.mayoclinic.com/health/urinary-tract-
infection/DS00286.
6. Renal and Urinary Tract Disorders. Dalam: Cunningham. Gary F
et al. Williams Obstretic 22nd Edition. The McGraw-Hills
Companies.
7. Hickey, Kimberly W, Renal Complications. Dalam: Evans,
Arthur T. Manual of Obstretic. Lippincott Williams & Wilkins.
2007.
8. Urology. Dalam ; Brunicandi. Charles F. Schwartz's Principle of
Surgery 8th Edition. The McGraw-Hill Companies. 2007.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


14. KRISIS HIPERTENSI

NAMA PENYAKIT Krisis Hipertensi (I10)

DEFENISI Istilah "Krisis Hipertensi" merupakan suatu sindroma klinis


yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah mendadak
pada penderita hipertensi, dimana tekanandarah sistolik (TDS)
>180 mmHg dan tekanan darah diastolik (TDD) >120 mmHg,
dengan komplikasi disfungsi dari target organ, baik yang
sedang dalam proses (impending) maupun sudah dalam tahap
akut progresif.

ANAMNESIS  Gangguan penglihatan


 Ddema pada ekstremitas
 Penurunan kesadaran
 Sakit kepala, mual muntah
 Nyeri dada, sesak napas
 Kencing sedikit / berbusa
 Nyeri seperti disayat pada abdomen.

PEMERIKSAAN Tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut nadi


FISIK perifer, bunyi jantung, bruit pada abdomen, adanya edema atau
tanda penumpukan cairan, Funduskopi, dan status neurologis.

PEMERIKSAAN Darah perifer lengkap, panel metabolik, urinalisis, toksikoiogi


PENUNJANG urin, EKG, CT Scan, MRI,

KRITERIA Hipertensi Urgensi : Tekanan darah sistolik > 180 mmHg dan
DIAGNOSIS diastolik > 120 mmHg, tanpa disertai kerusakan organ target
Hipertensi Emergensi : Tekanan darah sistolik > 180 mmHg
dan diastolik > 120 mmHg, disertai kerusakan organ target

DIAGNOSIS KERJA - Hipertensi Urgensi


- Hipertensi Emergensi

TERAPI Hipertensi mendesak (hypertensive urgency/HU) dapat diterapi


rawat jalan dengan anti hipertensi oral, terapi ini meliputi
penurunan TD dalam 24-48 jam. Penurunan TD tidak boleh
lebih dari 25% dalam 24 jam pertama. Terapi lini pertama :
- Nifedipine 5-10 mg PO
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

- Kaptopril 12,5-25 mg
- Klonidin 75-150 µg
- Propanolol 10-40 mg
Nifedipine oral ataupun sublingual (SL) saat ini tidaklagi
dianjurkan karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan
iskemik organ.

Pada sebagian besar Hipertensi Emergensi, tujuan terapi


parenteral dan penurunan mean arterial pressure [MAP] secara
bertahap [tidak lebih dari 25% dalam beberapa menit sampai 1
jam]. Aturannya adalah menurunkan arterial pressure yang
meningkat sebanyak 10% dalam 1 jam pertama, dan tambahan
15% dalam 3-12 jam . Setelah diyakinkan tidak ada tanda
hipoperfusi organ, penurunan dapat dilanjutkan dalam2-6 jam
sampai tekanan darah 160/100-110mmHg selanjutnya sampai
mendekati normal. TD dapat diturunkan lebih lanjut dalam 48
jam berikutnya.

EDUKASI - Mengurangi konsumsi makanan dengan kadar garam yang


berlebih, maksimal 2300 mg per hari
- Mengkonsumsi obat anti hieprtensi setiap hari
- Menjelaskan penyakit darah tinggi merupakan keadaan
yang tidak bisa disembuhka, sehingga mengontrol tekanan
darah merupakan tujuna pengobatan pada penderita darah
tinggi untuk mencegah terjadinya banyak komplikasi

PROGNOSIS Tergantung respon terapi dan kerusakan target organ

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. Chobanian AV et at: The Seventh Report ot the Joint


Notional Committee on Prevention, Detection.Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Repon.
JAMA. 2003: 2892560-72.
2. Vidt DG. Hypertensive Crisis. In : Carey W, Abelson A.
Dweik R. et al. Current Clinical Medicine.2nd Edition. The
Cleveland Clinic Foundation. Philadelphia : Elsevier.
2010.www.clevelandclinicmeded.comimedicalpubs/diseas
emanagementinephrology/hypertensivecrises!
3. Kotchen T. Hypertensive Vascular Disease. In : Longo DL.
Fauci AS. Kasper DL. HauserSL, JamesonJL. Loscalzo J.
Harrison's Principles of intemal Medicine. 18'"Edilion.
NewYor1<: McGraw-Hill MedicalPublishing Division:
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

2012.
4. VictorR. Arterial Hypertension. In: Goldman L, Ausiello
D. eds. Cecil medicine 23 ed. Philadhelphia.Pa: Saunders
Elsevier: 2007.
5. Roesma J. Krisis Hipertensi. Dalam : Sudoyo A.
Setiyohadi B. Alwi l, et al. Buku Ajar llmu
PenyakitDalam. Edisi V. Jilid ll. Jakarta: Intemo
Publishing; 2009. Hal 1103-4
6. Vadiya C, Ouellette J. Hypertensive urgency and
emergency. Hospital Physician. 2007:43:43-50.
7. Bender S, Fillppone J. Heitz S. Bisognano J. A systematic
approach to hypertensive urgencies andemergencies. Curr
Hypertens Rev. 2005:1275-281.
8. Hardy Y, Jenkins A. Hypertensive Crisis : Urgencies and
Emergencies. US Pharm. 201 1 :36l3]:Epub.Diakses
melalui
http://wwvw.uspharmacist.comicontentidffeaturelil1444ic/
27112! pada 12Mei 2012.
9. National Institute for Health and Clinical Excellence.
NlCE clinical guideline 107 - Hypertension inpregnancy:
the management of hypertensive disorders during
pregnancy. Agust 2010 diunduh dari
http://www.nice.org.uklnicemedia/live/13098f50418/.5041
8.pdf pada tanggal 18 Mei 2012.
10. Goldstein LB, Adams R. Alberts MJ, et al. American Heart
Association; American Stroke AssociationStroke Council.
Primary prevention of ischemic stroke: a guideline from
the AHAIASA. Circulation2006:l 13:e873-e923.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


15. PENYAKIT GINJAL KRONIK

NAMA PENYAKIT Gangguan Ginjal Kronik (N18.9)

DEFINISI Menurut guideline The National Kidney Foundation ’s Kidney


Disease Outcomes Quality initiative (NKF KDOQI), PGK
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal persisten dengan
karakteristik adanya kerusakan struktural atau fungsional (seperti
mikroalbuminuria/proteinuria, hematuria, kelainan histologis
ataupun radiologis),dan/atau menurunnya Iaju filtrasi glomerulus
(LFG ) menjadi <60 ml/menit/1,73 m2 selama sedikitnya 3 bulan.

1. Riwayat hipertensi, DM, ISK, batu saluran kemih, hipertensi,


ANAMNESIS hiperurisemia, lupus
2. Riwayat hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsi, abortus
spontan)
3. Riwayat konsumsi obat NSAID, penisilamin, antimikroba,
kemoterapi, antiretroviral, proton pump inhibitors, paparan zat
kontras
4. Evaluasi sindrom uremia : lemah, nafsu makant, berat badans,
mual, muntah,nokturia. sendawa, edema perifer, neuropati
perifer, pruritus, kram otot, kejangsampai koma
5. Riwayat penyakit ginjal pada keluarga, juga evaluasi
manifestasi sistem organseperti auditorik, visual, kulit dan
lainnya untuk menilai apa ada PGK yangditurunkan ( Sindrom
Alport atau Fabry, sistinuria ) atau paparan nefrotoksin dari
lingkungan (logam berat)

PEMERIKSAAN FISIK 1. Difokuskan kepada peningkatan tekanan darah dan kerusakan


target organ :Funduskopi, pemeriksaan pre-kordial ( heaving
ventrikel kiri, bunyi jantung IV)
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : edema,
polineuropati
3. Gangguan endokrin-metabolik : amenorrhea, malnutrisi,
gangguan pertumbuhandan perkembangan, infertilitas dan
disfungsi seksual
4. gangguan saluran cerna : anoreksia,mual,muntah, nafas bau
urin (uremicfetor),disgeusia (rnetaliic taste), konstipasi
5. Gangguan neuromuskular : letargi, sendawa, asteriksis,
mioklonus, fasikulasi otot,restless leg syndrome, miopati,
kejang sampai koma
6. Gangguan dermatologis : palor, hiperpigmentasi, pruritus,
ekimosis, uremicfrost. Nephrogenicfibrosing dermopathy

PEMERIKSAAN 1. Laboratorium : Darah perifer lengkap, penurunan LFG dengan


PENUNJANG rumus Kockrocoft Gault. Penurunan serum ureum dan
kreatinin, tes klirens kreatinin ( TTK) ukur, asam urat,elektrolit,
gula darah, profil lipid, analisa gas darah, serologls hepatitis,
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

SI, TIBC,feritin serum, hormon PTH, albumin, globulin,


pemeriksaan imunologi, hemostasislengkap, urinalisis
2. Radiologis : foto polos abdomen, BNO IVP, USG, CT scan,
ekokardiografi
3. Biopsi ginjal

-
KRITERIA DIAGNOSIS Gagal ginjal kronik derajat 1 : LFG > 90 ml/menit/1,73 m2
-
Gagal ginjal kronik derajat 2 : LFG 60-89 ml/menit/1,73 m2
-
Gagal ginjal kronik derajat 3 : LFG 30-59 ml/menit/1,73 m2
-
Gagal ginjal kronik derajat 4 : LFG 15-29 ml/menit/1,73 m2
-
Gagal ginjal kronik derajat 5 : LFG < 15 ml/menit/1,73 m2
LFG dihitung dengan menggunakan rumus Kockcrof-Gault

DIAGNOSIS KERJA Gagal Ginjal Kronis

DIAGNOSIS BANDING Penyakit ginjal akut, Acute on Chronic Kidney Disease

TERAPI Nonfarmakologis
1. Nutrisi : pada pasien non-dialisis dengan LFG <20 mL/menit,
evaluasi status nutrisi dari 1) serum albumin dan/atau 2) berat
badan aktual tanpa edema.
- Protein :
- Pasien non dialisis 0,6-0,75 gram/kgBB ideal/hari
- pasien hemodialisis 1-1,2 gram/kgBB ideal/hari
- pasien peritoneal dialisis 1,3 gram/kgBB/hari
- Pengaturan asupan Iemak: 30-40% dari kalori total dan
mengandung jumlah yangsama antara asam Iemak bebas jenuh dan
tidak jenuh
- Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
- Natrium: <2 gram/hari ( dalam bentuk garam <6 gram / hari)
- Kalium: 40-70 mEq/hari
I Fosfor: 5-10 mg/kgBB/hari. Pasien HD: 17 mg/hari
- Kalsium:1400-1600 mg/hari ( tidak melebih 2000 mg / hari )
- Besi: 10-18 mg/hari
- Magnesium: 200-300 mg/hari
- Asam folat pasien HD: 5 mg
- Air: jumlah urin 24 jam + 500 ml (insensible water loss )

Farmakologis
1. Kontrol tekanan darah:
- Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II: evaluasi
kreatinindan kalium serum, bila terdapat peningkatan kreatinin
>35% atau timbulhiperkalemi harus dihentikan
- Penghambat kalsium
- Diuretik
~ Pada pasien DM, kontrol gula darah: hindari pemakaian
metformin dan obat-obatsulfonilurea dengan masa kerja panjang.
Target HbA1C untuk DM tipe 1 0,2 di atasnilai normal tertinggi,
untuk DM tipe 2 adalah 6%
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

2. Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/dl


3. Kontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat atau kalsium asetat
4. Kontrol osteodistrofi renal : Kalsitriol
5. Koreksi asidosis metabolik dengan target HC03 20-22 mEq/l
6. Koreksi hiperkalemi
7. Kontrol dislipidemia dengan target LDL<100 mg/dl, dianjurkan
golongan statin
8. Terapi ginjal pengganti

EDUKASI
1. Jumlah cairan yang boleh diminum sebanyak urin yang keluar
per 24 jam ditambah 600 cc
2. Menghindari konsumsi buah-buahan dan sayuran yang
mengandung tinggi kalium
3. Menjalani cuci darah secara rutin sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan oleh dokter

PROGNOSIS  Sebagian besar (sekitar 92%)membutuhkan terapi pengganti


ginjal

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam : Sudoyo A.


Setiyohadi B. Alwi I. et al. Buku Ajar llmuPenyakit Dalam.
Edisi VI. Jilid ll. 2015. Hal 2159-2165
2. Lascano M. Schreiber M. Nurko S. Chronic Kidney Disease. In :
Carey W. Abelson A. Dweik R.et al. Current Clinical Medicine.
2nd Edition. The Cleveland Clinic Foundation. Philadelphia :
Elsevier. 2010. Hal 853-6
3. The National Kidney Foundation : NKF KDOQI Clinical
Practice guidelines tor Chronic KidneyDisease: Evaluation.
classification. and stratification. Am J Kidney Dis 2002;39:S1-
266
4. Bargman J. Scorecki K. Chronic Kidney Disease. In : Longo
DL. Fauci AS. Kasper DL. Hauser SL.Jameson JL. Loscalzo J.
Harrison's Principles of Internal Medicine. 19"‘Edition. New
York. McGraw-Hill. 2015.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


16. PENYAKIT GINJAL POLIKISTIK

NAMA PENYAKIT PENYAKIT GINJAL POLIKISTIK (Q61.3)

DEFINISI Merupakan penyakitginjal yang diturunkan secara autosomal


dominan autosomal dominant polycystic kidney disease/ ADPKD
maupun autosomal resesifautosomal recessive polycystic kidney
disease/ARPKD.

ANAMNESIS  Pada anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyaki tpada


keluarga, riwayat hipertensi sebelumnya.
 Rasa nyeripadaperut (flank pain)
 Hematuria
 Infeksi saluaran kemih
 Poliuria atau nokturia
 Urin berwarna merah

PEMERIKSAAN  Terabanya massa pada abdomen


FISIK  Nyeri tekan pada abdomen
 Tanda-tanda peritonitis lokal
 Hipertensi

PEMERIKSAAN  Fungsi ginjal


PENUNJANG  Ureum
 Kreatinin
 Urinalisis
 Ultrasonography
 Computed tomography (CT)
 Magnetic resonance imaging (MRI)-T2

KRITERIA 1. Adanya temuan ≥ 2 kista pada 1 ginjal dan ≥ 1 kista pada


DIAGNOSA ginjal kontralateral pada penderita berusia muda
2. Adanya temuan ≥ 4 kista pada masing-masing ginjal pada
masing-masing ginjal pada penderita berusia lebih dari 60
tahun

DIAGNOSA KERJA PENYAKIT GINJAL POLIKISTIK (Q61.3)


PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

DIAGNOSA - Nephronoptisis
BANDING -Medullary cystic kidney disease
-Tuberous Sclerosis
-Medullary Sponge Kidney
-Von Hippel-Lindau Disease

TERAPI - Belum ada tatalaksana yang dapat mencegah pertumbuhan kista


atau penurunan fungs iginjal.
- Hipertensi : obat anti hipertensi dengan target tekanan
darah<130/90
mmHg. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) inhibitor dan
Angiotensin Receptor Blockers (ARBs)
- Nyeri : obat analgesik
- Jika ada infeksi pada kista : antibiotik yang larut Iemak seperti
Trimethoprim suifamethoxazol dan Fluroquinoiones
- Peritoneal atau hemodialisis
- Tindakan bedah jika kista membesa

EDUKASI - Menjelaskan penyakit kista ginjal merupakan penyakit ginjal


yang disebabkan multifaktor termasuk pada kelainan gen dan
kelainan bawaan
- Monitoring fungsi ginjal
- Menjelaskan prognosis penyakit kista ginjal menjadi gagal
ginjal kronis

PROGNOSIS Risiko untuk menjadI batu ginjal sekitar 2 % pada pasien dengan
ADPKD, dan meningkatkan risiko 2-4 kali lipat terjadinya
perdarahan serebral dan subaraknoid.; dan jika selamat akan
mempunyai aneurisma>10mm

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

1. Salont, David J. Polycystic Kidney Disease and Other Inherited


DAFTAR Tubular Disorders. In: Fauci A, Kasper D, Longo D. Braunwald E.
RUJUKAN Hauser S. Jameson J. Loscalzo J. editors. Harrison's principles
ofinternal medicine. Ed 19th. United States of America; The
McGraw-Hill Companies. 2015.
2. Pirson, Yves. Autosomal Polycystic Kidney Disease, In: Davidson
A. Cameron J. Grunteld J. editors. Oxford Textbook of Clinical
Nephrology. 2' ed. United States of America. I998.
3. Grantham J. Winklhoter F. Cystic Disease of The Kidney. In:
Brenner B. Rector F. editors. Benner 8. Rector the Kidney. ed.
United States of America: Saunders. 2003.
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


17. PENYAKIT GLOMERULAR

NAMA Penyakit Glomerular (N.05.)


PENYAKIT Penyakit Glomerular Primer (N.05.)
Penyakit Glomerular Sekunder (N.05.)

DEFENISI Penyakit ginjal berupa peradangan pada glomerulus

ANAMNESIS  Warna urin


 keluhan penyerta: lemas, bengkak, sesak
 kadang terdapat syndromeuremik: mual, muntah

PEMERIKSAAN  Hipertensi
FISIK  Edema anasarka

PEMERIKSAAN  Urinalisa
PENUNJANG  Fungsi ginjal
 Biopsi ginjal

KRITERIA  Anamnesis : lemas, bengkak, sesak, mual, muntah


DIAGNOSIS  Pemeriksaan fisik : hipertensi dan udema anasarka
 Pemeriksaan penunjang : proteinuria, piuria, silinder eritrosit,
kreatinin meningkat dan biopsy ginjal
 Difus : lesi mencakup > 80% glomerulus
 Fokal : lesi mencakup < 80 % glomerulus
 Segmental : lesi mencakup sebagian gelung glomerulus
 Global : lesi mencakup keseluruhan gelung glomerulus

DIAGNOSIS Penyakit Glomerular Primer


KERJA 1. Kelainan minimal
2. Glomerulosklerosis fokal segmental
3. Glomerulonefritis difus
4. Nefropati lgA
Penyakit Glomerular Sekunder
1. Nefropati diabetik
2. Nefritis Lupus
3. GN pasca infeksi
4. GN terkait hepatitis
5. GN terkait HIV
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

DIAGNOSIS Etiologi dari penyakit glomerular


BANDING Penyakit Glomerular Primer
1. Kelainan minimal
2. Glomerulosklerosis fokal segmental
3. Glomerulonefritis difus
a. GN membranosa
b. GN proliferatif
c. GN sklerosing
4. Nefropati lgA
Penyakit Glomerular Sekunder
1. Nefropati diabetik
2. Nefritis Lupus
3. GN pasca infeksi
4. GN terkait hepatitis
5. GN terkait HIV

TERAPI Tergantung etiologi


 Poststreptococcus glomerulonetritis  antibiotika, dialisis jika perlu
 Subakut Bakterial Endokarditis  antibiotika
 Nefritis Lupus  Steroid, cyclophosphamide, mycophenolate,
moletil selama 2-6 bulan, imunosupresan, cyclosporine, tacrolimus,
rituximab, azathioprine
 Nefropati lgA  Suportif : ACE inhibitor, steroid, cytotoxic agents
and plasmapheresis
 Glomerulosklerosis fokal segmental  Renin-angiotensin inhibitor
steroid, cyclosporin
 Nefropati diabetik  Kontrol hiperglikemia dengan insulin dan obat
antidiabetik peroraL

EDUKASI  Poststreptococcus glomerulonetritis  kontrol hipertensi, kontrol


edema
 Nefropati Diabetik : control gula darah , monitoring fungsi ginjal
 Nefritis lupus : monitoring fungsi ginjal, minum obat teratur
(steroid, imunosupresan)

PROGNOSIS  Dubia
 Subakut Bakterial Endokarditis  bonam

PENELAAH Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM


KRITIS dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR 1.Penyakit glomerular. In: Sudoyo A. Setiyohadi B. Alwi I,


RUJUKAN Simadibrata M, Setiati S, editors. Bukuaiar ilmu penyakit dalam.
Edisi 5. Jakarta: Pusat informasi dan Penerbitan Bagian llmu
PenyakitDalam FKUI. 2009:2009 – 15
2.Lewis JB. Neilson EG. Glomerular Disease. Dalam :Fauci A. Kasper
D. Longo D. Braunwald E. HauserS. Jameson J, Loscalzo J. editors.
Harrison's principles of intemal medicine. 19thed. United Statesof
America: The McGraw-Hill Companies. 2018: 2911 – 39
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

E. DIVISI GINJAL DAN HIPERTENSI


18. ISK PADA WANITA HAMIL

NAMA PENYAKIT ISK PADA WANITA HAMIL(O23.4)

DEFENISI Ditemukannya bakteriurea asimtomatis . minimal 105 /ml pada


dua kali pemeriksaan berturut-turut

ANAMNESIS Faktor resiko :


 Paritas tinggi
 Status sosial ekonomi rendah
 Riwayat ISK sebelumnya
 DM

PEMERIKSAAN  Febris
FISIK  Nyeri tekan suprapubik
 Nyeri ketok sudut kostovertebra

PEMERIKSAAN  Urinalisa
PENUNJANG  Kultur Urin

KRITERIA  Hamil
DIAGNOSIS  Klinis : demam, nyeri suprapubik, nyeri ketok
suprapubik
 Kultur urin [+]: bakteriuria >100.000/ml urin

I
DIAGNOSIS  SK PADA WANITA HAMIL
KERJA

DIAGNOSIS  Inflammatory disease


BANDING  Vaginitis
 Keganasan

TATALAKSANA Pemberian antibiotik tunggal


1. amoxicillin 3g
2. ampicillin 2g
3. Cephalosporin 2g
4. Nitrofurantoin 200mg
5. TMP Sulfametoxazole 320/160mg
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

Terapi 3 hari :
1. Amoxicillin 3x500mg/hr
2. Ampicillin 4x250mg/hr
3. Cephalosporin 4x250mg /hr
4. Levofloxacin 1x250 mg
5. Nitrofurantoin 4x50mg-100mg/hr
6. TMP –Sulfamethoxazole 2x160/800 mg
Terapi lainnya :
1. Nitrofurantoin 4x100mg/hr untuk 10 hari
2. Nitrofurantoin 100 mg pada waktu tidur selama 10 hari
Bila terapi Gagal :
1. Nitrofurantoin 4x100mg/hari selama 21 hari
Bakteri persisten atau kambuh :
1. Nitrofurantoin 100 mg at bedtime for reminder of
pregnancy

EDUKASI  Banyak minum bila fungsi ginjal masih baik


 Menjaga higiene genitalia eksterna

PROGNOSIS Dubia ad bonam

PENELAAH KRITIS Prof. Dr. dr. Maimun Syukri, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Abdullah, SpPD., KGH., FINASIM
dr. Desi Salwani, SpPD., FINASIM

DAFTAR RUJUKAN 1. Infeksi Saluran kemih in; Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I


Simardibrata M, Setiati S, editor, Buku Ajar ilmu Penyakit
Dalam dalam 5 th ed. Jakarta ; Pusat Informasi dan
penerbitan bagian ilmu Penyakit Dalam FKUI 2009;2009-
154
2. Infection of Urinary Tract , Dalam Wein ae al . Compbell –
Walsh Urologi 9 th Edition . Saunders
3. Renal and Urinary Tract Disorder , Dalam Cunningham ,
Gary F et al Williams Obstetric 22nd Edition . the
McGraw-Hills Company
4. Urinary Tract Infection . Copyrights 2012 @ Mayoclinic.
Diunduh dari http : //ww. Mayoclinic. Com/health/Urinary
–tract- Infection/DS00286
5. Mehnert-kay SA Diagnosis and Management of
Uncomplicated Urinary Tract Infection . American family
physician (serial Online) . 1 Agustus 2005:27/ No 3: 1-9.
Accessed September 22 ,2010,Available at
http:/www.aafp.org/afp/20050801/451.html
PANDUAN PRAKTIK KLINIK
BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai