Anda di halaman 1dari 39

GERIATRI GIANT

DEFINISI
• Geriatri adalah Populasi masyarakat yang berusia 65 tahun ke atas terminologi
giant geriatri pertama kali ditemukan oleh Prof.Benard Isaacs untuk menghiglight
kondisi medis yang dominandalam proses penuaan.walaupunpenyebab
mortalitas pada geriatri adalah kanker,penyakit jantung , dan stroke.
• Terminologi Geriatric Giant, pertama kali diajukan pada tahun 1930-an oleh Prof.
Bernard Isaacs untuk menandai kondisi medis yang dominan dalam proses
penuaan. Walaupun penyebab mortalitas mayor pada geriatri adalah kanker,
penyakit jantung, dan stroke, geriatric giant mencerminkan kondisi yang
mempengaruhi sebagian besar lansia dan menyebabkan ketidakmampuan dalam
melakukan fungsi sehari-hari. Kondisi-kondisi medis tersebut adalah sindrom
serebral, konfusio, gangguan otonom, inkontinensiaTerminologi Geriatric Giant,
pertama kali diajukan pada tahun 1930-an oleh Prof. Bernard Isaacs untuk
menandai kondisi medis yang dominan dalam proses penuaan. Walaupun
penyebab mortalitas mayor pada geriatri adalah kanker, penyakit jantung, dan
stroke, geriatric giant mencerminkan kondisi yang mempengaruhi sebagian besar
lansia dan menyebabkan ketidakmampuan dalam melakukan fungsi sehari-hari.
Kondisi-kondisi medis tersebut adalah sindrom serebral, konfusio, gangguan
otonom, inkontinensia
GERIATRI GIANTS
•IMOBILITAS
•INSTABILITAS
•INKOTINENSIA
•GANGUAN INTELEKTUAL
•IATROGENIC
IMM0BILISASI
• Ketidakmampuan transfer atau berpindah posisi atau tirah
baring selama 3 hari atau lebih,dengan gerak atonomik tubuh
menghilang akibat perubahan fisiologik. Imobilisasi ini sering
di jumpai pada pasien lanjut usia.
• Berbagai faktor baik fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada pasien lanjut usia.
• Beberapa penyebab utama imobilisasi :
• 1.Rasa nyeri, lemah , kekauan otot, ketidakseimbangan, dan
masalah psikologis.
• 2.Obat-obatan psikotik, Hipnotok sedatif,
• 3.Beberapa sakit Rasa nyeri baik dari tulang,sendi,otot.
• 4. Gangguan fungsi kognitif berat.
Pendekatan Klinis terhadap
Immobilisasi
• Dalam mengkaji immobilisasi, ada beberapa yang harus
dilakukan yaitu :

ANAMNESA -Riwayat penyakit sekarang lamanya


mengalami disabilitas
- Riwayat obat-obatan
- Keluhan nyeri dangan skala VAS
Pendekatan Klinis terhadap
Immobilisasi
ANAMNESA - Skrining depresi dan rasa takut jatuh
- Pengkajian lingkungan kemungkinan
kunjungan rumah bila perlu,penting
dilakukan

PEMERIKSAAN FISIK • Diperiksa status kardiopulmonal


• PEM. Muskuloskletal
• PEM. Status Neurologi
• PEM.kulit untuk identifikasi
ulkus dekubitus
Komplikasi Imobilisasi
• Sistem Pernafasan misalnya penurunan ventilasi,atelektasis
dan pneumonia.
• Endokrin dan ginjal .
• Peningkatan diuresis, natriuresis dan pergeseran cairan
extraseluler,intoleransi glukosa, hiperkalsemia dan kehilangan
kalsium,batu ginjal.
• Gastrointestinal : Anoreksia dan konstipasi
• Sistem saraf pusat : Deprivasi sensorik , gangguan
keseimbangan dan koordinasi
Pencegahan komplikasi
imobilisasi
• FARMAKOLOGI
• NON FARMAKOLOGI
Non Faramakologi
• Beberapa terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur. Pada
pasien yang mengalami tirah baring total harus dilakukan
mobilisasi dini berupa turun tempat tidur,berpindah dari
tempat tidur ke kursi .
• Untuk mencegah terjadi nya dekubitus, hal yang harus
dilakukan perubahan posisi lateral 30▪, penggunaan kasur anti
dekubitus, atau menggunakan bantal berongga. Pada pasien
dengan kursi roda dilakukakan reposisi tiap jam atau
diistirahatkan dari duduk.
• Kontrol tekanan darah dan obat-obatan
• Monitor asupan cairan dan makanan serat .
Farmakologi
• Pencegahan terhadap terjadinya
trombosis. Pemberian antikoagulan yaitu
Low dose heparin (LDH) dan low molecular
weight heparin (LMWH) merupakan
profilksis dengan imobilisasi namun harus
mempertimbangkan fungsi hati,ginjal dan
interaksi dengan obat lainnya.
Instabilitas
• The International Classification of Disease (ICD 9)
mendefinisikan jatuh sebagai kejadian yang tidak diharapkan
dimana seseorang terjatuh dari tempat yang lebih tinggi ke
tempat yang lebih rendah atau tempat yang sama tingginya.

• King mendefinisikan jatuh sebagai kejadian yang tidak disadari


oleh seseorang yang terduduk di lantai/tanah atau tempat
yang lebih rendah tanpa disebabkan oleh hilangnya kesadaran,
stroke atau kekuatan yang berlebihan.
• Dari survei masyarakat AS, Tinetti (1992), 30% lansia >65
tahun jatuh setiap tahunnya.
Etiologi Instabilitas
Penyebab tersering ada dalam diri seindiri (gangguan gait,
sensorik, kognitif, sistem saraf pusat) yang didukung oleh
keadaan lingkungan yang berbahaya (alat rumah tangga yang
tua/tidak stabil, lantai yang licin dan tidak raya, dan lain-lain).
•Gabungan beberapa penyebab:
- Kecelakaan: utama (30-50%)
- Murni: terpeleset, tersandung
- Gabungan dengan lingkungan dan kelainan lain: mata kurang
awas, tertabrak benda di rumah, lalu jatuh.
Nyeri kepala dan atau vertigo
- Hipotensi orthostatic
- Hypovolemia/curah jantung rendah
- Difungsi otonom
- Penuruna kembalinya darah vena ke jantung
- Terlalu lama berbaring
- Pengaruh obat-obatan hipotens
- Hipotensi sesudah makan
• Obat-obatan : Diuretic/antihipertensi , Antidepresan trisiklik
Sedative , Antispikotik.
Mortalitias
Kecelakaan merupakan penyebab kematian nomor 5 pada lansia
(1994), 2/3-nya diakibatkan oleh jatuh.

Morbiditas
Fraktur kolumm femoris merupakan komplikasi utama akibat
jatuh, diderita 200.000 lebih lansia di AS per tahunnya. 1% akan
mengalami fraktur kolum femoris, 5% akan mengalami fraktur
tulang lain seperti iga, humerus, perlvis dll, 5% akan mengalami
perlukaan jatingan lunak seperti subdural hemtom,
hemarthroses, memar dan keseleo otot.
Gambar faktor resiko jatuh
▪Pencegahan
- Identifikasi factor resiko
Penilaian pola berjalan (gait) dan keseimbangan

Penilaian pola berjalan secara klinis


•Fase pijakan (stance phase)
-Heel strike yaitu saat tumit salah satu kaki menyentuh pijakan
-Mid stance yaitu saat kaki menyentuh pijakan
- Heel off yaitu saat kaki meninggalkan pijakan

• Fase dimana kaki tidak menyentuh pijakan (swing phase)


- Accelaration (Initial Swing) yaitu saat kaki ada di depan tubuh
- Swing through (midswing) yaitu saat kaki berayun ke depan
- Deceleration (Terminal Swing): yaitu saat kaki kembali bersentuhan
dengan pijakan
Inkotinensia
• Inkontinensia urin didefinisikan sebagai pengeluaran urin secara
involunter, tidak diinginkan, dalam jumlah dan frekuensi tertentu
yang menimbulkan masalah kesehatan dan/atau sosial. Angka
kejadiannya cukup tinggi, berkisar antara 1 : 3 – 5 pada wanita, dan
1 : 5 – 10 pada laki-laki
• Pengeluaran urin terjadi akibat kontraksi dari detrusor buli dan
relaksasi dari otot polos sfingter. Ketika buli terisi urin, sampai pada
jumlah tertentu (+ 300ml), reseptor regang pada dinding buli akan
mengirimkan menuju pusat miksi pada segmen sakral, kemudian
sinyal eferen dikirimkan baik melalui sistim syaraf otonom dan
somatik. Saat miksi, impuls kolinergik dari sistim parasaimpatis akan
menyebabkan kontraksi detrusor, pada saat yang bersamaan tonus
dari sistim simpatis akan hilang, menyebabkan relaksasi sfingter
urethra interna, dan juga tonus dari sistim syaraf somatik (n.
pudendus) akan menghilang, menyebabkan relaksasi sfingter
urethra externa
• Perubahan pada buli-buli akibat menua, baik anatomis dan
fisiologis, tidak secara langsung menyebabkan inkontinensia
urin, tetapi mempermudah terjadinya inkontinensia urin.
Mengecilnya ukuran buli, penurunan volume buli,
meningkatnya urin residual mengakibatkan pengosongan buli
yang lebih sering (frekuensi). Menurunnya kemampuan
menekan kontrksi detrusor menyebabkan munculnya gejala
urgensi. Gejala-gejala ini dapat diperberat dengan adanya
patologi lain yang sering ditemui pada usia lanjut, seperti
infeksi saluran kemih, kelemahan otot dasar panggul,
hipertrofi prostat, imobilisasi dan impaksi fekal. Adanya
inkontinensia urine akan berdampak terhadap penurunan
kualitas hidup, bahkan beberapa penelitian mengaitkan
inkontinensia urine dengan mortalitas, walaupun pada
penelitian lain menunjukkan bahwa keduanya tidak berkaitan
Penyebab inkontinensia akut/sementara
• D Delirium/confusional state
• I Infection-urinary
• A Atropic urethritis/vaginitis
• P Pharmaceuticals
• E Excess urine output (seperti CHF, hiperglikemia)
• R Restricted mobility
Tabel Medikamentosa yang dapat mempengaruhi fungsiberkemih

Jenis obat Mekanisme


Meningkatkan keluaran urin,
Diuretik
menyebabkan pengisian buli yang
cepat
Antikolinergik (antidepresan trisiklik,
obat-obatan untuk inkontinensi Melemahkan kontraksi detrusor,
urgensi, antihistamin, relaksan, anti- sedasi, immobilitas, retensi urin
Parkinson, antipsikotik)
Opiat Relaksasi buli, impaksi fekal, sedasi
Mengganggu kognisi, sedasi, delirium,
Hipnotik – sedative
immobilitas
Efek samping dapat berupa batuk-
Penghambat ACE batuk dapat mencetuskan
inkontinensia tipe stress
Menurunkan kontraksi detrusor,
Penghambat kanal kalsium
dapat menyebabkan retensi, dan
nokturia
Meningkatkan tonus sfingter,
Adrenenergik alfa
dapat menyebabkan retensi atau
overflow
Menurunkan tonus sfingter, dapat
Penghambat adrenergik alfa
menyebabkan inkontnensia tipe
stres
Menyebabkan retensi cairan dan
OAINS dan penghambat COX-2
dapat mengakibatkan nokturia
Gabapentin, pregabalin, TZD Edema (nokturia)
Poliuria, frekuensi, urgensi, sedasi,
Alkohol
delirium imobilisasi
Kafein Poliuria, iritasi buli
Tabel Tipe-tipeInkontinensia Urin Kronik
Definisi / mekanisme
/ Persisten
Etiologi Gejala
Stres Pengeluaran urin involunter Prolaps pelvis, Keluarnya urin pada saat
ketika terjadi peningkatan hipermobilitas uretra, adanya pencetus (batuk/
tekanan intraabdomen. perubahan posisi uretra, bersin/ketawa)
kelemahan sfingter
internus, kelemahan otot
dasar panggul
a b
Urgensi Pengeluran urin akibat Non-neurogenik: Urgensi , frekuensi ,
c
ketidakmampuan menunda inflamasi (batu, nokturia ,
berkemih ketika timbul sensasi keganasan, infeksi,
keinginan untuk berkemih. vaginitis-uretritis
Masalah ter atrofik), obstruksi, proses
penuaan, idiopatik
Neurogenik:
Lesi suprapontin, lesi
medula spinalis,
medikamentosa, kelainan
metabolik
Overflow Pengeluaran urin akibat Inadekuat detrusor (obat- Pancaran urin lemah,
kekuatan mekanik pada kandung obatan, antikolinergik, rasa tidak lampias,
kemih overdistensi atau faktor neuropati), obstruksi hesitancyd, straining e,
lain yang berefek pada retensi outflow (BPH, impaksi intermittencyf,dapat
urin dan fungsi sfingter fekal) disertai frekuensi dan
urgensi
Fungsional Pengeluaran urin abnormal Demensia berat, depresi
dengan ketidakmampuan untuk
ke toilet akibat hambatan
lingkungan, penurunan fungsi
kognitif, dan ketidakmampuan
psikologis

Campuran Adanya inkontinensia yang Kombinasi dari tipe stres


berkaitan dengan urgensi disertai dan urge
pencetus (misalnya: OAB dan
kelemahan otot dasar panggul)
a. tidak mampu untuk menunda berkemih ketika timbul keinginan berkemih
b. berkemih 8 kali atau lebih/hari atau berkemih kurang dari 2 jam sekali
c. berkemih 2 kali atau lebih pada jam tidur malam
d. menunggu lama bila akan berkemih
e. mengedan untuk berkemih
Tipe inkontinesia Terapi
urin
Tipe urgensi Lini pertama Intervensi perilaku: bladder training,
Lini kedua bladder drill
Medikamentosa: antikolinergik dan
Lini ketiga antispasmodik (bladder relaxant)
Tipe stres Lini pertama Pembedahan
Lini kedua Intervensi perilaku: senam Kegel, bladder
training
Lini ketiga Medikamentosa: agonis adrenergik alfa
Tipe overflow Lini pertama dan/atau estrogen atau antidepresi
Lini kedua Injeksi periuretra, pembedahan
Lini ketiga Pembedahan, katerisasi intermitten
Tipe fungsional Lini pertama Katerisasi menetap jangka panjang
Lini kedua Katerisasi suprapubik
Lini ketiga Intervensi perilaku
Manipulasi lingkungan
Pemakaian underpad (alas ompol)
Tabel. Obat-obatan yang dapat digunakan pada inkontinensia3
Gangguan intelektual
• Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori
didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak
berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia
merujuk pada sindrom klinis yang mempunyai
• . Epidemiologi
Insidensi demensia meningkat secara bermakna seiring
meningkatnya usia. Setelah usia 65 tahun, prevalensi demensia
meningkat dua kali lipat setiap pertambahan usia 5 tahun.
Secara keseluruhan prevalensi demensia pada populasi berusia
lebih dari 60 tahun adalah 5,6%. Penyebab tersering demensia di
Amerika Serikat dan Eropa adalah penyakit Alzheimer,
sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan
penyebab tersering demensia. Tipe demensia lain yang lebih
jarang adalah demensia tipe Lewybody, demensia
frontotemporal (FTD), dan demensia pada penyakit Parkinson.
Tabel Kriteria Diagnosis Demensia (Sesuai
dengan DSM IV)
A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi pada
kedua keadaan berikut
:
1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari
informasi baru atau untuk mengingat informasi yang baru
saja dipelajari)
2. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut:
a. Afasia (gangguan berbahasa)

b. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
motorik walaupun fungsi motorik masih normal)

c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau
mengidentifikasi benda walaupun fungsi sensorik masih
normal)

d. Gangguan fungsi eksekutif (seperti merencanakan,
mengorganisasi, berpikir runut, berpikir abstrak)

B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria Al dan A2
menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan
okupasi serta menunjukkan penurunan yang bermakna dari
fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat
timbulnya delirium.
Pengobatan
• Pengobatan untuk mempertahankan Fungsi Kognitif
Kolinesterase Inhibitor
• Tacrine (tetrahydroamino- acridine), donepezil, rivastigmin, dan galantamin adalah
kolinesterase inhibitor yang telah disetujui oleh U.S. Food and Drug Administration
(FDA) untuk pengobatan penyakit Alzheimer. Mekanisme kerja obat ini adalah
menghambat enzim kolinesterase, dengan hasil meningkatnya kadar asetilkolin di
jaringan otak. Dari keempat obat tersebut, tacrine saat ini jarang digunakan karena
efek sampingnya ke organ hati (hepatotoksik). Donepezil dimulai pada dosis 5 mg
perhari, dan dosis dinaikkan menjadi 10 mg perhari setelah 1 bulan pemakaian. Dosis
rivastigmin dinaikkan dari 1,5 mg dua kali perhari menjadi 3 mg dua kali perhari,
kemudian 4,5 mg dua kali perhari, sampai dosis maksimal 6 mg dua kali perhari. Dosis
dapat dinaikkan pada interval antara 1 sampai 4 minggu; efek samping umumnya
lebih minimal bila peningkatan dosisnya dilakukan lebih lama. Sementara galantamin
diberikan dengan dosis awal 4 mg dua kali perhari, untuk dinaikkan menjadi 8 mg dua
kali perhari dan kemudian 12 mg perhari. Seperti rivastigmin, interval peningkatan
dosis yang lebih lama akan meminimalkan efek samping yang terjadi. Dosis harian
efektif untuk masing-masing obat adalah 5 sampai 10 mg untuk donepezil, 6 sampai
• 12 mg untuk rivastigmin, dan 16 sampai 24 mg untuk galantamin. Efek samping yang
dapat timbul pada pemakaian obat- obatan kolinesterase inhibitor ini antara lain
adalah mual, muntah, dan diare, dapat pula timbul penurunan berat badan, insomnia,
mimpi abnormal, kram otot, bradikardia, sinkop, dan fatig. Efek samping pada
gastrointestinal juga dapat diminimalkan bila obat-obat tersebut diberikan bersamaan
dengan makan.
• Antioksidan yang telah diteliti dan memberikan hasil yang
cukup baik adalah alfa tokoferol (vitamin E). Pemberian
vitamin E pada satu penelitian dapat memperlambat progresi
penyakit Alzheimer menjadi lebih berat.
• MemantinMerupakan suatu antagonis N-metil-o-aspartat.
Efek terapinya diduga adalah melalui pengaruhnya pada
glutaminergic excitotoxicity dan fungsi neuron di hipokampus.
Dalam suatu studi klinis bila mementin ditambahkan pada
pasienAlzheimer yang telah mendapat kolinesterase inhibitor
dosis tetap, didapatkan perbaikan fungsi kognitif,
berkurangnya penurunan status fungsional, dan
berkwangnya gejala perubahan perilaku baru bila
dib4ndingkan penambahan plasebo.

Anda mungkin juga menyukai