Anda di halaman 1dari 30

Referat

Bulimia Nervosa

Oleh :
Aqbar Saputra Pratama Pontoh
19014101026
Masa KKM : 26 Agustus 2019 – 22 September 2019

Pembimbing :
dr. Anita E. Dundu, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Bulimia Nervosa”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada September 2019

Oleh:

Aqbar Saputra Pratama Pontoh


19014101026
Masa KKM : 26 Agustus 2019 – 22 September 2019

Pembimbing :

dr. Anita E. Dundu, Sp.KJ


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

A. Pengertian Bulimia Nervosa................................................................... 3

B. Tipe Bulimia............................................................................................ 6

C. Epidemiologi........................................................................................... 8

D. Etiologi.................................................................................................... 9

E. Patofisiologi.......................................................................................... 12

F. Gejala dan Tanda Bulimia....................................................................... 13

G. Terapi...................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP............................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25

i
BAB I

PENDAHULUAN

Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak

remaja dan wanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakeristik makan

sebanyak-banyaknya dan tahap akhir dari proses makannya dengan memuntahkan

apa yang dimakan dan dapat menyebabkan komplikasi medis. Dengan demikian,

pasien dengan bulimia nervosa sering hadirdalam keadaan perawatan primer.

Penanda bulimia nervosa yang berguna dalam membuatdiagnosis yaitu

pemeriksaan fisik dan laboratorium. Di Amerika Serikat, gangguan makan

mempengaruhi 5 sampai 10 juta orang, terutama wanita muda antara usia 14 dan

40 tahun. Namun, bulimia nervosa adalah gangguan umum yang lebih sulit untuk

mengidentifikasi dalam pengaturan perawatan primer.1,2

Dahulu bulimia nervosa termasuk dari varian anoreksia nervosa. Namun,

karena lebih banyak penelitian telah dilakukan dan lebih pasien yang menderita

bulimia nervosa telah diidentifikasi, bulimia nervosa dan anorexia nervosa yang

sekarang dikenal sebagai 2 sindrom yang berbeda. Menurut Diagnostik dan

Statistik Manual untuk Gangguan Mental, Edisi Kelima (DSM V), bulimia

nervosa ditandai dengan episode berulang dari pesta makan diikuti dengan 1 atau

lebih perilaku kompensasi untuk menghilangkan kalori (muntah, obat pencahar,

puasa, dll) yang terjadi rata-rata minimal dua kali seminggu selama 3 bulan atau

lebih. pasien yang tidak memenuhi kriteria frekuensi atau panjang dapat

didiagnosis dengan DSM V gangguan makan yang tidak disebutkan secara

spesifik.1,2

Bulimia nervosa juga digambarkan menjadi 2 subtipe yang berbeda:

1
pembersihan dan tidak dibersihkan. Dengan subtipe membersihkan, pasien

melakukan beberapa metode untuk menghilangkan makanan binged dari tubuh

mereka. Hal ini yang paling sering dilakukan dengan menginduksi diri agar

muntah tetapi bisa termasuk penyalahgunaan laksatif, enema, atau diuretik.

bulimia nonpurging menggunakan latihan puasa atau berlebihan sebagai

kompensasi utama untuk binges tetapi tidak secara teratur membersihkan.

Terlepas dari subtipe, pasien penderita bulimia memiliki evaluasi negative sel,

menempatkan kepentingan tidak pantas di berat badan dan citra tubuh.2,3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bulimia Nervosa

Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang

artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan

gambaran para bulimics -orang yang bulimia-, mereka cenderung makan dalam

jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan. Dan

selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan

melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah

meski mereka sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan

psikologis yang menyebabkan terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan

makan terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri. 1,2

Bulimia nervosa selama ini belum banyak dikenal masyarakat. Karena

kasusnya jarang, orang sering mengabaikan penyakit ini. Padahal, kalau tidak

segera di atasi, bulimia bisa mengganggu jiwa dan raga penderitanya. Bulimia

Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang lebih sering menimpa wanita

remaja dan pertengahan usia (sering diidap oleh wanita pada usia SLTA atau saat

mahasiswa) namun mempunyai rentang umur yang lebar yaitu antara 13-58 tahun.

Penolakan makan ini juga terjadi pada lebih dari 20% anak prasekolah. Sekitar

90-95%. Bulimia Nervosa mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial

ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkan dapat mengenai semua kelompok

masyarakat. 1,2

Bulimia Nervosa meningkat pada 2 dekade terakhir. Wanita lebih sering

mengalami gangguan makan, dengan perbandingan wanita dengan laki-laki 10 : 1.

3
Awalnya gangguan makan tersebut hanya dilaporkan pada golongan sosial

ekonomi menengah dan atas, tetapi pada saat ini dilaporkan juga pada golongan

sosial ekonomi rendah. Kelainan ini juga ditemukan pada berbagai kelompok

etnik dan ras. Dilaporkan 19% dari pelajar wanita usia remaja lanjut di Belanda

menunjukkan gejala bulimia. Prevalensi bulimia 1500 kasus dari 100.000 wanita

muda. rata-rata bulimia pada umur 18-19 tahun, kelainan tersebut relatif lebih

jarang pada masa remaja awal.3,4

Bulimia nervosa merupakan penyakit gangguan pada kebiasaan atau pola

makan. Eating disorders (gangguan makan) adalah suatu sindrom psikiatrik yang

ditandai oleh pola makan yang menyimpang terkait dengan karakteristik

psikologik yang berhubungan dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan.

Gangguan pola makan terjadi akibat beberapa sebab dalam perilaku makan,

seperti konsumsi makanan yang kurang sehat atau makan yang terlalu banyak.

Pola ini bisa disebabkan perasaan distress atau berkenaan dengan bentuk badan

serta beratnya kemudian mereka membahayakan komposisi bentuk dan fungsi

badan normal. Gangguan pola makan secara bertahap muncul pada masa dewasa

atau dewasa awal. Kebanyakan orang dewasa bisa menyembunyikan perilaku ini

dari keluarga mereka selama beberapa bulan bahkan tahun. 3,4

Gangguan pola makan bukan merupakan kegagalan akan sesuatu ataupun

perilaku, akan tetapi nyata, penyakit medis yang muncul dari beberapa pola

makan yang menyimpang dalam hidup seseorang. Salah satu tipe gangguan pola

makan adalah bulimia nervosa. Bulimia nervosa adalah pesta makanan yang

diikuti dengan mencuci perut atau sampai muntah. Rata-rata 1.1 sampai 4.2 % dari

4
wanita pernah mengalami bulimia nervosa semasa hidupnya. Penyakit ini baru

diteliti dan belum diterima dalam kamus diagnosis psikiater. 3,4

Gangguan pola makan biasanya muncul bersamaan dengan penyakit lain

seperti depresi, menjadi bagian dari sebuah kekerasan, dan gangguan kecemasan.

Dalam hal ini, orang yang menderita gangguan pola makan bisa mengalami

komplikasi kesehatan fisik yang lebih jauh lagi, termasuk masalah kondisi kerja

hati dan gagal ginjal, yang mana dapat menyebabkan kematian. Mengenali

kembali gangguan pola makan sebagai gejala yang serius dan mengancam,

sangatlah penting. Wanita sangat berpotensi mengembangkan gangguan pola

makan. Rata-rata bulimia diperkirakan 35% diantaranya dengan gangguan makan

banyak diderita oleh laki-laki. Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah

sangat berlebihan (menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa

mengonsumsi 3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan normal

hanya 2.000-3000 kalori per hari).3,4

Biasanya penderita tidak langsung ketahuan oleh orang lain bahwa ia

menderita penyakit ini, karena berat badannya normal dan tidak terlalu kurus.

Karena tidak ketahuan sehingga tidak ditangani dokter, penyakit yang sering

berawal ketika seseorang masih berusia remaja ini dapat berlangsung terus sampai

ia berusia empat puluhan sebelum ia mencari bantuan. Banyak penderita bulimia

memiliki berat badan yang normal dan kelihatannya tidak ada masalah yang

berarti dalam hidupnya. Biasa mereka orang-orang yang kelihatan sehat, sukses di

bidangnya, dan cenderung ferfeksionis. Namun, di balik itu, mereka memiliki rasa

percaya diri yang rendah dan sering mengalami depresi. 5,6

5
Mereka juga menunjukkan tingkah laku yang kompulsif, misalnya, mengutil

di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada alkohol atau lainnya.

Masalah kesehatan yang paling sering muncul adalah gigi busuk dan

ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh akibat muntah dan obat pencahar.

Selain itu, juga dapat terjadi kerusakan usus dan dehidrasi yang bisa berakibat

fatal. Penderita bulimia menyadari dirinya memiliki perilaku makan yang tidak

normal, namun mereka merasa tidak mampu untuk mengubahnya. 5,6

B. Tipe Bulimia

1) Bulimia Nervosa-Purging Type

Tipe yang memuntahkan kembali makanan setelah sangat kenyang (menggunakan

purging medications). Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau

dengan menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan

lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak

menambah berat badan. 5,6

2) Bulimia Nervosa-Non Purging Type

Penderita berolahraga berlebihan setelah makan atau berpuasa untuk

mengontrol berat badan, namun tidak muncul purging behaviors. Tujuannya agar

energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung dibakar dan habis. 5,6

Berbagai teori mencoba menjelaskan penyebab dari bulimia, ada yang

menyebutkan kalau penyebabnya adalah multifaktor. Genetik, beberapa penelitian

menyebutkan ada komponen genetik yang diturunkan pada gangguan perilaku

makan ini. Neurotransmitter tertentu, suatu senyawa kimia yang menghantarkan

impuls syaraf, pada orang yang bulimia kadarnya tidak normal sehingga para

6
peneliti ini beranggapan ada kelainan pada sistem syaraf pusat yang dapat

dipengaruhi oleh faktor genetik. Neurotransmitter yang abnormal tersebut adalah

serotonin, yang juga dipercaya sebagai neurotransmitter yang berhubungan

dengan gangguan mood. Kondisi keluarga berupa pelecehan seksual terhadap

anak atau orang tua yang mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan yang

mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti balet, senam, modeling

dapat sebagai faktor risiko timbulnya bulimia nervosa. 5,6

Pada anak yang mengalami pelecehan seksual ditemukan kadar serotonin

yang abnormal. Faktor sosiokultural merupakan salah satu faktor yang cukup

besar pengaruhnya terhadap timbulnya kelainan ini. Kita tahu bahwa makanan

yang banyak beredar serta disukai oleh banyak orang pada masa ini adalah

makanan seperti roti-roti, fast food, es krim, pizza yang merupakan karbohidrat

olahan. Setelah diteliti, mereka yang mengkonsumsi makanan ini, kadar serotonin

dalam darah mereka meningkat sementara hingga 450 %. Coba lihat juga

makanan yang ditawarkan oleh berbagai gerai makanan yang ada di pusat

perbelanjaan, sebagian besar merupakan makanan karbohidrat olahan. Itulah salah

satu alasan kenapa di negara-negara maju angka kejadian bulimia pada gadis

remaja atau wanita muda nya cukup tinggi. 5,6

Berbeda dengan mereka yang tinggal di negara berkembang, yang pola

konsumerisme berbeda, pola makan juga berbeda. Di negara berkembang, orang

lebih banyak mengkonsumsi makanan berkarbohidrat bukan olahan -nasi, sayur,

buah- yang efeknya jauh lebih rendah dalam meningkatkan serotonin dalam darah.

Tapi kalau di negara berkembang yang mall-mall nya juga berkembang pesat,

berarti perlu diteliti lebih lanjut tentang kejadian bulimia nervosanya. Tidak

7
mengherankan data epidemiologi mengatakan bahwa wanita mengalami gangguan

ini 20 kali lebih banyak dari pada pria. Selain itu kebanyakan awal gangguan ini

adalah pada saat usia remaja yaitu antara rentang umur 14 sampai 18 tahun.7,8

C. Epidemiologi

1. Dalam populasi 100.000 orang, 14 orang diantaranya menderita Bulimia

Nervosa.

2. Umumnya diderita oleh wanita dewasa muda dan gadis remaja (1-4% berusia

18-30 tahun).

3. Laki-laki jarang ditemukan menderita penyakit ini, diantara 10 orang penderita

hanya terdapat 1 orang laki-laki.

4. Diantara pasien Bulimia Nervosa, sepertiga diantaranya memiliki riwayat

Anorexia Nervosa.

5. Sepertiga diantara pasien memiliki riwayat obesitas.

Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pada

laki-laki, tetapi onsetnya lebih sering pada masa remaja dibandingkan pada masa

dewasa awal. Diperkirakan bulimia nervosa terentang dari 1-3 persen wanita

muda. Banyak penderita bulimia nervosa memiliki berat badan yang normal dan

kelihatannya tidak ada masalah yang berarti dalam hidupnya. Biasanya mereka

orang-orang yang kelihatannya sehat, sukses di bidangnya dan cenderung

perfeksionis. Namun, dibalik itu, mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah

dan sering mengalami depresi. Mereka juga menunjukkan tingkah laku kompulsif,

misalnya, mengutil di pasar swalayan, atau mengalami ketergantungan pada

alkohol atau lainnya. 7,8

8
Bulimia nervosa sering terjadi pada orang dengan angka gangguan mood

dan gangguan pengendalian impuls yang tinggi. Juga telah dilaporkan terjadi pada

orang yang memiliki resiko gangguan berhubungan dengan zat dan gangguan

kepribadian, memiliki angka gangguan kecemasan dan gangguan dissosiatif yang

meningkat dan riwayat penyiksaan seksual. Insidens bulimia nervosa (BN)

meningkat pada 2 dekade terakhir. Empat wanita lebih sering mengalami

gangguan dengan perbandingan wanita dengan laki-laki 10:1. Awalnya gangguan

makan tersebut hanya dilaporkan pada golongan sosial ekonomi menengah dan

atas, tetapi pada saat ini dilaporkan juga pada golongan sosial ekonomi rendah.

Kelainan ini juga ditemukan pada berbagai kelompok etnik dan ras. 7,8

BN lebih sering dijumpai. Dilaporkan 19 % dari pelajar wanita usia remaja

lanjut di Belanda menunjukkan gejala bulimia. Prevalensi BN 1500 kasus dari

100.000 wanita muda. Onset rata-rata kejadian BN pada umur 18 – 19 tahun,

kelainan tersebut relatif lebih jarang pada masa remaja awal. Dari suatu penelitian

jangka panjang didapatkan bahwa 71 % dari pasien-pasien BN yang mendapatkan

terapi intensif dapat mempertahankan hasil terapi lebih dari 6 tahun. 7,8

D. Etiologi

Penyebab Bulimia nevosa dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis

model yaitu:9,10

1. Model adikasi

Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah laku. Hal

ini berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang menekan kan pada

penghentian, dukungan sosial dan mencegah kekambuhan, dimana metode ini

9
mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alcohol maupun obat-obatan.9,10

2. Model keluarga

Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan system interaksi antara

keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah

disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya

memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak. 9,10

3. Model sosial budaya

Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier yang

sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya

menjadi langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya

menjadi penderita bulimia nervosa. 9,10

4. Model kognitif dan tingkah laku

Bulimia nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional tentang

bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah

mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu menumbuhkan keyakinan yang

rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan teratur. 9,10

5. Model psikodinamik

Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari

dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan

psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia nervosa

terutama gambaran psikososialnya. 9,10

Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan

dalam terjadinya bulimia nervosa adalah: 9,10

10
- Faktor psikososial

Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk

berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri. 9,10

- Faktor genetik

Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan riwayat

keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar

monozigot dibandingkan dizigot. 9,10

- Faktor biologik

Penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas

reseptor serotonin post sinaptik. Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa

genetik, hormon dan bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek

perkembangan dan pemulihan bulimia. 9,10

- Faktor budaya

Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan terkadang

kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja. Anggapan ini pun menjadi budaya

yang berkembang di masyarakat. 9,10

- Perasaan pribadi

Penderita bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak percaya

diri sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet bahkan

memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan

kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk

mengatasinya mereka cenderung ke arah bulimia. 9,10

Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah

keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya,

11
media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan

dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak

bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri

kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas

apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia. 9,10

E. Patofisiologi

Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi

sangat concern atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis

tubuh yang kadangkala mengganggu. Biasanya, hal ini lebih sering dialami oleh

remaja putri daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami

pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk

apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Kalau dulu makan apapun

tidak berefek bagi berat badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai

dengan menstruasi), baru makan coklat dua potong, kok beratnya sudah tambah 1

kg. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus

karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia,

sukses dan populer. 11,12

Apalagi kalau melihat ‘body’ para selebritis yang langsing (sebenarnya

lebih tepat dikatakan kurus-ceking- tiada berisi) sehingga kalau pakai baju model

apapun terlihat pas dan pantas dipakai. Sementara kalau tubuh kita gendut, pakai

baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan

sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diledek ‘gendut’ maka dietnya

12
semakin gencar. Maka tidak mengherankan bila ketidakpuasan seseorang dengan

tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan. 11,12

Remaja dengan gangguan makan seperti di atas memiliki masalah dengan

body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang

sudah terpatri di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan

tubuhnya gemuk, banyak lemak di sana sini, tidak seksi dan lain-lain yang intinya

tidak sedap untuk dipandang dan tidak semenarik tubuh orang lain. Akibat

pemikiran yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh

mereka terkesan gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin

turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui

perasaan bersalah manakala mereka makan banyak karena hal itu akan

menyebabkan berat badannya naik. Masalah “body” ini akhirnya menyebabkan

remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya.

Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga

memiliki tubuh yang sempurna (sempurna disini adalah;kurus). 11,12

F. Gejala dan Tanda Bulimia

1. Gejala-gejala bulimia nervosa adalah:13,14

a. Rasa lelah dan lemah

b. Pembengkakan pada tangan dan kaki

c. Sakit kepala

d. Perut teras penuh

e. Mual-mual

f. Haid tidak teratur

13
g. Kram otot

h. Nyeri dada dan ras terbakar

i. Rambut rontok

j. Mudah mengalami perdarahan (karena hipokalemia atau disfungsi platelet)

k. Diare berdarah (pada penyalahgunaan laksan)

Bulimia nervosa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain akibat adanya

obsesi seseorang untuk memiliki tubuh yang langsing, atau karena pengaruh stress

emosional terhadap masalah yang dialami, atau karena faktor keturunan. Penyakit

ini menyebabkan kondisi patologis pada organ tubuh seperti sistem

gastrointestinal dan juga rongga mulut. Bila hal ini dibiarkan maka potensi

terjadinya perubahan lebih lanjut akan bersifat permanen. Ada tiga macam

tindakan yang dilakukan oleh penderita untuk mengeluarkan zat makanan dalam

tubuhnya yaitu muntah yang dirangsang oleh dirinya sendiri, mengkonsumsi obat

pencahar dan diuretik (obat yang dapat merangksang sekresi urine). Umumnya

pasien bulimia nervosa dapat muntah tanpa adanya stimulasi mekanik, tetapi

semakin banyak frekuensi muntah, risiko terjadinya gangguan kesehatan rongga

mulut akan semakin berat. 13,14

Gejala umum bulimia yaitu depresi, kepercayaan diri yang rendah,

penampilan yang tidak proporsional, hubungan keluarga yang terganggu, nafsu

makan berkurang, sulit mengontrol emosi, mudah terjangkit penyakit, berat badan

ringan dan kekurangan nutrisi. Secara umum gejala fisik yang akan dialami

penderita bulimia yaitu : Abnormalitas fungsi usus, kerusakan gigi dan gusi akibat

sifat asam muntah, pembengkakan kelenjar saliva di dagu akibat tekanan pada

perangsangan muntah, luka di tenggorokan dan mulut, pembengkakan, dehidrasi,

14
sering diare tanpa sebab, kelelahan, kulit kering, detak jantung tidak teratur akibat

ketidakseimbangan kimiawi (defisiensi potasium), luka atau bekas luka di buku

jari/tangan akibat menusukkan jari ke tenggorokan, menstruasi tidak teratur atau

bahkan tidak mengalami menstruasi (amenorrhea). 13,14

Seringkali tampak sehat dan sukses bahkan cenderung perfeksionis, namun

penderita bulimia merasa rendah diri, tertekan, dan kadang berperilaku kompulsif.

Seorang dokter di Amerika Serikat menyebutkan sepertiga pasiennya sering

mengutil dan seperempatnya pernah terlibat penyalahgunaan alkohol. Gejala lain

yang berkaitan dengan masalah emosi yaitu: Terus menerus melakukan

pengaturan makan, merasa tidak dapat mengontrol kebiasaan makan, akan hingga

merasa sakit atau tidak nyaman, memakan dalam porsi yang jauh lebih banyak

dibanding yang lain, berolahraga berlebihan, menggunakan laksative, diuretik atau

pencahar, terus menerus mempermasalahkan berat dan bentuk tubuh, body image

negatif, pergi ke kamar mandi selama atau setelah makan, menimbun makanan,

depresi, dan sering terlihat gelisah. 13,14

Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah sangat berlebihan (menurut

riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengonksumsi 3.400 kalori setiap satu

seperempat jam, padahal kebutuhan normal hanya 2.000-3000 kalori per hari).

Kemudian berusaha keras mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya,

dengan cara memuntahkannya kembali atau dengan menggunakan obat pencahar.

Di antara kegiatan makan yang berlebihan itu biasanya mereka berolahraga secara

berlebihan. 13,14

2. Tanda-tanda Bulimia Nervosa adalah :15,16

 Makan Banyak berkelanjutan

15
 Menguruskan badan dengan diet berlebihan, puasa, latihan berlebihan atau

memuntahkan kembali

 Memaksakan diri secara berlebihan untuk kurus

 Secara berkelanjutan masuk ke kamar mandi setelah makan

 Jari-jari memerah

 Pipi lembam

 Selalu mengukur diri dengan bentuk badan dan berat badan

 Depresi atau emosi tidak stabil

 Periode menstruasi yang tidak umum

 Gigi bermasalah, seperti gigi bolong

 Mulas-mulas.

Tanda-tanda lain dari bulimia nervosa adalah : 15,16

a. Perubahan kulit : terutama bagian dorsum jari berhubungan dengan penggunaan

jari untuk membuat muntah meliputi hiperpigmentasi, kalus atau luka parut.

b. Pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis bilateral tanpa nyeri.

c. Erosi email gigi (perimolisis), biasanya pada permukaan gigi bagian lingual,

palatal dan posterior.

d. Berulang-ulang makan dalam jumlah sangat banyak (rata-rata dua kali dalam

seminggu selama sedikitnya tiga bulan).

e. Merasa tidak dapat mengontrol dirinya ketika sedang makan.

f. Secara teratur menggunakan obat-obatan untuk mencegah berat badannya naik,

seperti obat perangsang muntah, obat pencahar, berpuasa atau berdiet ketat, atau

berolahraga secara berlebihan.

g. Sangat mencemaskan bentuk dan berat badannya.

16
Di samping semua ini, orang-orang dengan bulimia mungkin mengeluh

kelemahan umum, nyeri perut dan hilangnya siklus menstruasi. Kadang-kadang,

mereka mungkin juga mengeluhkan muntah atau diare tanpa memberitahu bahwa

itu adalah disebabkan diri. Pada saat makanan yang dimakan dikeluarkan, zodium

dan potasium juga ikut keluar. "Kalau hal itu sampai terjadi, penderita akan

menjadi lemas dan jantung berdebar-debar”. Selain itu, penderita juga dapat

terkena osteoporosis jika kalsiumnya ikut keluar. Muntah secara berulang dapat

merusak lambung dan saluran esofagus, saluran antara kerongkongan dan

lambung, karena memaksa lambung untuk melakukan kontraksi secara tidak

wajar. 15,16

Asam lambung yang keluar bersama muntah, akan membuat gusi menyusut

dan email gigi mengikis. "Jika kita salah mencolok di dalam tenggorokan itu akan

mengakibatkan stroke ringan”.Sekali lagi, bulimia nervosa dipengaruhi oleh

faktor psikologis. Jika faktor ini tak segera ditangani, si penderita bulimia akan

merasa takut melihat makanan. "Dengan makan satu suap saja, dia akan merasa

berat badannya bertambah”. Penyakit ini bisa membaik atau pun memburuk. Bisa

semakin lama semakin buruk tanpa ada tanda-tanda perbaikan sama sekali. Tubuh

penderita bereaksi terhadap kondisi ini dengan cara menghentikan beberapa

proses, seperti tekanan darah menurun, napas melemah, menstruasi terhenti, dan

keluar kelenjar teroid yang mengatur pertumbuhan menghilang. 15,16

G. Terapi

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelainan dalam pola makan

seperti kelainan genetik, tekanan sosial untuk menjadi langsing, tekanan dari

17
teman sebaya, dan lain-lain. Penerimaan dari lingkungan merupakan langkah awal

penyembuhan kelainan bulimia. Kebanyakan penderita tetap tinggal dalam

penyangkalan dan menolak untuk ditolong. Langkah penyembuhan lain adalah

dengan melakukan psikoterapi pada penderita, keluarga maupun lingkungan

tempat penderita berasal. Pemberian obat, termasuk antidepresan, kadang-kadang

dibutuhkan dalam situasi tertentu. Terapi gizi juga penting sebagai asupan vitamin

dan mineral bagi penderita. Namun jika langkah-langkah tersebut tidak membawa

hasil, satu-satunya cara yaitu dengan membawa penderita ke rumah sakit untuk

diopname, terutama bagi penderita anoreksia. 17,18

Itu dilakukan jika berat badan penderita menurun hingga 25% dari berat

normal atau jika organ-organ vital dalam tubuh mengalami cedera. Ingatlah bahwa

pola makan sehat adalah cara hidup yang terbaik. Jangan biarkan diri kita di

bawah tekanan sosial atau teman sebaya. Satu lagi yang terpenting, tetaplah

percaya diri sebab nilai personaliti kita tidak ditentukan oleh seberapa kurus atau

gemuknya tubuh kita. 17,18

Terapi bulimia nervosa terdiri dari berbagai intervensi, termasuk

Psikotherapi individual dengan pandekatan kognitif perilaku, therapi kelompok,

therapi keluarga dan farmakoterapi. 17,18

1. Psikotherapi

Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah persepsi dan

cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir

secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu

masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan. 17,18

18
1) Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam

pengobatan.

Pasien bulimia nervosa biasanya terlihat begitu antusias untuk menjalankan

pengobatan. Namun kenyataannya dia cenderung menggunakan caranya sendiri

dan tetap berusaha memoertahankan kebiasaannya. Jadi sebelum pengobatan sang

dokter harus memberikan kepercayaan dan meyakinkan pasien tentang

pengobatan yang akan dijalaninya.19,20

2) Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare.

Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien

bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa

pengawasan. 19,20

3) Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah

membaik: 19,20

a) Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk

makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu

merupakan respon yang fisiologis.

b) Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang

timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.

c) Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan

terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat

berlangsung untuk beberapa bulan. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada

bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling

efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap

penampilan dan berat badannya.

19
2. Farmakoterapi

Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan

bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis

trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine

hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors

(SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac),

sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat). 19,20

Semua obat itu digunakan sebagai bagian dari suatu program therapi yan g

menyeluruh dengan psikotherapi. Khusus bagi pasien dengan cemas dan agitasi

dapat diberikan lorazepam (Ativan) 1-2 mg per oral atau IM.diet chitosin lemak

kolesterol sehat bulimia pola makan gangguan lebah madu Berat badan kerap

menjadi masalah bagi kebanyakan orang dan ini memicu kemunculan berbagai

cara untuk mengurangi atau mempertahankan berat badan. Tetapi, karena ingin

mengharapkan hasil instan, kebanyakan orang pun kemudian memilih cara

singkat: memuntahkan makanan yang baru saja dikonsumsi. Ini adalah salah satu

tindakan yang mengindikasikan kalau orang tersebut bulimia nervosa yaitu

dilakukan untuk menghindari penambahan berat badan. "Pencegahan" itu bisa

dilakukan dengan memuntahkan makanan, mengonsumsi obat pencahar, berpuasa,

atau berolahraga berlebihan segera setelah makan kenyang. Bulimia sangat buruk

bagi kesehatan. Ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang dialami penderitanya

setelah melakukan "pencegahan-pencegahan" tersebut secara terus-menerus,

seperti : 19,20

 Perut berfungsi tidak seperti biasanya (abnormal)

 Gigi dan gusi rusak

20
 Wajah menjadi tirus

 Gangguan di tenggorokan dan mulut

 Perut kembung

 Dehidrasi

 Rasa lelah

 Kulit kering

 Detak jantung tidak teratur

 Rasa sakit di buku jari

 Menstruasi tidak teratur atau tidak menstruasi sama sekali

Selain gejala fisik, penderita bulimia juga akan memperlihatkan gejala-gejala

psikis dan emosional, di antaranya: 19,20

 Diet yang dilakukan secara konstan

 Penderita merasa tidak dapat mengendalikan pola makannya

 Terus makan hingga merasa sakit atau tidak nyaman

 Makan lebih banyak pada saat pesta

 Berolahraga selama berjam-jam setelah makan banyak

 Menggunakan pencahar dengan tidak semestinya

 Rendah diri karena berat dan ukuran badan

 Memiliki pencitraan diri yang negatif

 Selalu ke toilet/kamar mandi setiap selesai makan

 Menimbun makanan

 Mengalami depresi

 Merasa cemas

21
3. Terapi psikis

Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian

besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri,

tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan

pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu,

dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat

membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama

saling membagi pengalaman mereka. Terapi konseling seringkali harus

dikombinasikan dengan obat antidepresan. Terapi ini untuk membantu pasien

yang depresi, terganggu secara emosional, atau adanya faktor sosial sehingga

mendorong terjadinya gangguan makan. Terapi dilaksanakan agar pasien mampu

mengeluarkan perasaan dan permasalahannya sehingga terapis dapat membantu

penderita menghadapi perubahan hidup dan memperkuat rasa percaya diri. 15,16

4. Terapi oral yang dapat dilakukan penderita bulimia nervosa: 19,20

 Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak

menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida

0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau magnesium

hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut.

 Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat,

sebab meningkatkan terjadinya risiko karies.

 Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva

atau menggunakan saliva sintetik seperti glosodane

22
 Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung fluorida untuk

mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies

 Menyikat gigi tiga kali sehari dan melakukan flossing untuk mengurangi

plak pada gigi.

5. Terapi nutrisi

Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan

terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah

terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan

secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi

dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis

kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang

sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang

diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur dapat

menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh

kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita. 19,20

23
BAB III

PENUTUP

Bulimia nervosa adalah penyakit yang akan sering kita jumpai dalam dunia

klinis dan merupakan penyakit yang bisa disembuhkan dengan baik. Bulimia

biasanya ditandai dengan memakan makanan yang jauh lebih banyak dadri porsi

biasanya. Pasien dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki berat badan yang

naik turun dalam batas normal berat badan manusia.

Perangsangan muntah yang biasa dilakukan oleh pasien biasanya dapat

menimbulkan beberapa komplikasi. Pasien juga biasanya mengalami abnormalitas

pada keseimbangan cairan dan asam basa tubuhnya. Bulimia biasanya dikatkan

juga dengan keadaan depresi, gangguan personality, penyalahgunaan

(penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol), percobaan bunuh diri dan masalah-

masalah keluarga dan sosial yang terjadi dalam kehidupannya.

Pada dasarnya penyakit bulimia bisa disembuhkan dengan baik, apalagi

ketika bisa didiagnosa dengan dini maka dapat diobati dan disembuhkan dengan

baik. Rata-rata secara umum pasien bulimia bisa diobati dnegan fluoxetine dan

CBT, namun demikian pengobatan yang baik yaitu dengan deteksi sedini

mungkin penyakit ini dan pencegahan melakukan kebiasaan dalam makan yang

biasa dilakukan pada pasien bulimia. Hal penting lainnya adalah penanganan

fisiologi yang penting dilakukan pada pasien yang memiliki gangguan makan dan

memiliki gangguan berat badan, pada pasien seperti ini pengobatan awal dan

penilaian kondisi fisik secara menyeluruh biasanya perlu dilakukan.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Call C, Attia E, Walsh B. Feeding and Eating Disorders. In: Sadock B,

Sadock V. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of Psychiatry, 10th

Edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2017:5285-5328.

2. Berner L, Stefan M, Lee S, et al. Altered cortical thickness and attentional

deficits in adolescent girls and women with bulimia nervosa. J Psychiatry

Neurosci. 2018;43(3):151-160.

3. Frank G, Shott M, Riederer J, et al. Altered structural and effective

connectivity in anorexia and bulimia nervosa in circuits that regulate energy

and reward homeostasis. Translational Psychiatry. 2016;6:1-10.

4. Wang L, Kong Q, Li K, et al. Altered intrinsic functional brain architecture

in female patients with bulimia nervosa. J Psychiatry Neurosci.

2017;42(6):414-423.

5. Skunde M, Walther S, Simon J, et al. Neural signature of behavioural

inhibition in women with bulimia nervosa. J Psychiatry Neurosci.

2016;41(5):69-78.

6. Eddy K, Dorer D, Franko D, et al. Diagnostic Crossover in Anorexia

Nervosa and Bulimia Nervosa: Implications for DSM-V. Am J Psychiatry.

2008 February;165(2): 245–250.

7. Bulik C, Marcus M, Zerwas S, et al. The Changing “Weightscape” of

Bulimia Nervosa. Am J Psychiatry. 2012 October;169(10):1031–1036.

8. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical

Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric

Publishing; Washington DC. 2013.

25
9. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-

III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 2001.

10. Patel R, Olten B, Patel P, et al. Hospitalization Outcomes and Comorbidities

of Bulimia Nervosa: A Nationwide Inpatient Study. Cureus. 2018;10(5):1-

13.

11. Bohon C, Stice E. Negative Affect and Neural Response to Palatable Food

Intake in Bulimia Nervosa. Appetite. 2012 June;58(3):964–970.

12. Pradipta E, et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media

Aesculapius. 2014.

13. Ely A, Wierengan C, Grethe A, et al. Response in taste circuitry is not

modulated by hunger and satiety in women remitted from bulimia nervosa.

Abnorm Psychiatry. 2017 July;126(5):519–530.

14. Beintner I, Jacobi C. Internet-based aftercare for women with bulimia

nervosa following inpatient treatment: The role of adherence. Internet

Interventions. 2019;15:67–75.

15. Seitz J, Hueck M, Dahmen B, et al. Attention Network Dysfunction in

Bulimia Nervosa - An fMRI Study. PLoS ONE. 2016;11(9):1-18.

16. Sysko R, Ojserkis R, Schebendach J, et al. Impulsivity and test meal intake

among women with bulimia nervosa. Appetite. 2017 May;112:1–8.

17. Koupil I, Tooth L, Heshmati A, et al. Social patterning of overeating, binge

eating, compensatory behaviours and symptoms of bulimia nervosa in

young adult women: results from the Australian Longitudinal Study on

Women’s Health. Public Health Nutrition. 2016:19(17);3158–3168.

26
18. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik

(Psychotropic Medication). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK

Unika Atma Jaya. 2014.

19. Schebendach J, Broft A, Foltin R, et al. Can the reinforcing value of food be

measured in bulimia nervosa? Appetite. 2013 March;62:70–75.

20. Grilo C, Pagano M, Skodol A, et al. Natural Course of Bulimia Nervosa and

of Eating Disorder Not Otherwise Specified: 5-Year Prospective Study of

Remissions, Relapses, and the Effects of Personality Disorder

Psychopathology. J Clin Psychiatry. 2007 May;68(5):738–746.

27

Anda mungkin juga menyukai