Dosen Pengampu :
Dr. Drs., Immawan Wahyudi, M. H
Oleh:
Aisyah Bunga Septiani
2207043002
FAKULTAS PSIKOLOGI
YOGYAKARTA
2023
PENDAHULUAN
Komplikasi penyakit fisik sering terjadi pada penderita bulimia akibat asupan gizi
yang tidak memadai, terlalu sering memuntahkan makanan, dan penggunaan obat
pencahar atau diet yang berlebihan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 6,5%
kematian pada penderita gangguan makan bulimia nervosa dan anoreksia nervosa
(Franko et al., 2013). Komplikasi serius pada penderita bulimia, baik secara fisik dan
psikologis, serta tingginya angka kematian pada penderitanya, maka diperlukan
adanya penanganan yang tepat untuk mengatasi bulimia nervosa. Perilaku yang paling
menonjol dari penderita bulimia nervosa adalah memuntahkan kembali makanan yang
telah dimakan. Bulimia dapat dialami oleh siapa saja tanpa memandang ras,
kewarganegaraan hingga agama. Agama islam memiliki aturannya sendiri terhadap
cara umatnya dalam menjaga dan merawat tubuh yang telah diberikan Allah SWT
kepadanya mulai dari memerintahkan umat islam mengkonsumsi makanan yang halal,
menjauhi makanan yang haram hingga menjauhi hal-hal yang bersifat buruk atau yang
sifatnya merusak tubuh.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pandangan islam tentang bulimia nervosa?
KAJIAN TEORITIS
A. Bulimia Nervosa
1. Pengertian Bulimia Nervosa
Bulimia Nervosa merupakan salah satu gangguan makan yang ditandai
dengan makan secara berlebihan, berulang, diikuti dengan keinginan untuk
mengeluarkan makanan dengan cara tidak tepat sebagai kompensasi, dan
perhatian yang berlebihan mengenai berat badan dan bentuk tubuh. Bulimia
nervosa disebabkan oleh distorsi kognitif pada penderitanya yang muncul akibat
evaluasi berlebihan terhadap bentuk tubuh (Putrikita 2021). Menurut PPDGJ III
Bulimia nervosa adalah suatu sindrom yang ditandai oleh serangan berulang
perilaku makan berlebih dan preokupasi berlebihan perihal berat badannya,
sehingga pasien menggunakan cara yang sangat ketat untuk mengurangi efek
“menggemukkan” dari makanan.
2. Proses Terjadinya Bulimia
Orang dengan anoreksia nervosa dan bulimia nervosa memiliki keasyikan
yang sama dengan bentuk dan berat tubuhnya. Namun, tidak seperti pasien
anoreksia nervosa, mereka yang memiliki bulimia nervosa biasanya memiliki
berat badan normal atau kadang malah sedikit kelebihan berat badan. Bulimia
biasanya dimulai dengan makan terbatas yang dimotivasi oleh keinginan untuk
menjadi langsing. Selama tahap awal ini, orang tersebut diet dan makan makanan
berkalori rendah. Namun, seiring waktu keputusan awal untuk membatasi makan
mulai mengikis secara bertahap dan orang tersebut mulai makan ‘’makanan
terlarang ‘’ seperti pizza, kue, es krim dan coklat. Selama pesta makan rata-rata,
seseorang dengan bulimia nervosa dapat mengkonsumsi sebanyak 4.800 kalori.
Setelah pesta, dalam upaya untuk mengelola pemecahan kontrol diri, orang
tersebut mulai muntah, berolah raga secara berlebihan atau menyalahgunakan
obat pencahar. Pola ini kemudian berlanjut, karena meski orang dengan bulimia
nervosa merasa jijik dengan tingkah lakunya sendiri, pembersihan mengurangi
rasa takut akan bertambahnya berat yang berasal dari makan.
3. Kriteria Bulimia Nervosa Menurut DSM 5
A. Episode berulang binge eating (pesta makan). Sebuah episode pesta makan
yang ditandai oleh kedua hal berikut.
1. Makan dalam jangka waktu diskrit (misalnya dalam waktu 2 jam),
sejumlah makanan yang pasti lebih besar dari apa yang kebanyakan orang
akan makan dalam periode waktu yang sama dalam situasi yang sama.
2. Rasa kurang kontrol saat makan selama episode berlangsung (contoh
perasaan bahwa seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengontrol apa
atau berapa yang dimakan).
B. Perilaku kompensasi yang tidak tepat untuk mencegah kematian berat badan,
seperti muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik
atau obat lain, puasa atau olahraga berlebihan.
C. Binge eating dan perilaku kompensasi yang tidak tepat, keduanya terjadi, rata-
rata setidaknya seminggu sekali selama 3 bulan.
D. Evaluasi diri terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat.
E. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama episode anoreksia nervosa.
“Telah menceritakan kepada kami hamba tuhannya ibnu Khalid an-Numairi Abu
al-Mughallis, telah menceritakan kepada kami Fudhail ibn Sulaiman, telah
menceritakan kepada kami Musa ibn `Uqbah, telah menceritakan kepada kami
Ishaq ibn Yahya ibn al-Walid, dari `Ubadah ibn ash-Shamit, bahwasanya Rasul
SAW telah memutuskan, bahwa tidak boleh membuat mudharat kepada diri
sendiri dan tidak boleh membuat mudharat kepada orang lain.” (H.R. Ibnu
Majah).
2. Kaidah Fikih 1
3. Kaidah Fikih 2
4. Kaidah Fikih 3
“Hukum itu tergantung dengan adanya `illat atau tidaknya (Imam Tajuddin `Abdul
Wahhab ibn `Ali ibn `Abdul Kafi As-Subki, 1991: 190).
“’Dan yang menghalalkan segala yang baik bagi mereka dan mengharamkan
segala yang buruk bagi mereka”.
PEMBAHASAN
Dalam Hadis Nabi Muhammad SAW dari Riwayat Ibnu Majah telah dijelaskan bahwa
Rasul SAW telah memutuskan, bahwa tidak boleh membuat mudharat kepada diri sendiri dan
tidak boleh membuat mudharat kepada orang lain. Artinya umat islam tidak diperbolehkan
melakukan hal-hal yang mudharat. Mudharat sendiri berarti hal-hal yang merugikan atau
membahayakan. Rasul bukan hanya telah melarang umat islam untuk melakukan hal yang
merugikan atau membahayakan orang lain namun juga melarang melakukan melakukan hal
yang merugikan atau membahayakan diri sendiri. Individu yang mengalami bulimia nervosa
biasanya memiliki berat badan normal atau kadang malah sedikit kelebihan berat badan.
Bulimia biasanya dimulai dengan makan terbatas yang dimotivasi oleh keinginan untuk
menjadi langsing. Selama tahap awal ini, orang tersebut diet dan makan makanan berkalori
rendah. Namun, seiring waktu keputusan awal untuk membatasi makan mulai mengikis
secara bertahap dan orang tersebut mulai makan ‘’makanan terlarang ‘’ seperti pizza, kue, es
krim dan coklat. Selama pesta makan rata-rata, seseorang dengan bulimia nervosa dapat
mengkonsumsi sebanyak 4.800 kalori. Setelah pesta, dalam upaya untuk mengelola
pemecahan kontrol diri, orang tersebut mulai muntah, berolah raga secara berlebihan atau
menyalahgunakan obat pencahar. Pola ini kemudian berlanjut, karena meski orang dengan
bulimia nervosa merasa jijik dengan tingkah lakunya sendiri, pembersihan mengurangi rasa
takut akan bertambahnya berat yang berasal dari makan.
Menurut Leon (1991) bulimia dapat mengakibatkan pembengkakan kelenjar ludah di
pipi, jaringan parut di buku jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah,
pengikisan email gigi akibat, bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan asam lambung,
kadar kalium yang rendah dalam darah, gigi sensitive terhadap panas atau dingin, masalah
pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan, paparan asam lambung
berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan,
terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan disfungsi organ
pencernaan dan ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretic secara berlebih.
Penderita bulimia nervosa menunjukkan keinginan untuk tetap memiliki berat badan
ideal dengan tetap makan dalam jumlah porsi yang banyak sehingga cenderung memilih cara-
cara instan yang ekstrim. Cara-cara yang digunakan tidak memiliki manfaat bagi kesehatan
penderitanya. Sebaliknya, kebiasaan menggunakan obat pencahar dengan tidak tepat atau
memuntahkan makanan dapat berefek negatif bagi tubuh. Tindakan yang biasa dilakukan
penderita bulimia nervosa tentu saja bersifat mudharat dalam pandangan islam karena bersifat
merugikan diri sendiri bahkan membahayakan nyawa. Menurut Neale dkk (1996) usus,
kekurangan gizi, dan dehidrasi juga dapat ditemui pada penderita bulimia newosa. Efek
fisiologis yang fatal adalah heart failure yang dapat menyebabkan kematian mendadak. Efek
fisiologis yang sangat merugikan bagi kesehatan, bahkan dapat menyebabkan kematian
tidaklah sepadan dengan kecantikan yang diperoleh dengan memiliki tubuh ideal (Maria dkk
2001).
KESIMPULAN
Islam melarang manusia dalam melakukan sesuatu yang mudharat bagi diri sendiri
maupun pada orang lain. Sedangkan, penderita bulimia nervosa terbiasa melakukan usaha
untuk menjaga berat badan ideal melalui cara yang tidak tepat sehingga berujung merugikan
diri sendiri dan membahayakan tubuh maupun nyawanya. Dalam hal ini, dapat disimpulkan
bahwa islam tidak membenarkan tindakan yang dilakukan penderita bulimia nervosa.
REFERENSI
Franko, D. L., Keshaviah, A., Eddy, K. T., Krishna, M., Davis, M. C., Keel, P. K., & Herzog,
D. B. (2013). A longitudinal investigation of mortality in anorexia nervosa and bulimia
nervosa. American Journal of Psychiatry, 170 (8), 917–925.
Hooley, J. M., Butcher, J. N., Nock, M. K., & Mineka, S. (2018). Psikologi Abnormal.
Jakarta : Salemba Humanika.
Maheran, S., Saiin, A., April, M., & Rizki, M. (2022). Pendekatan maqashid syariah terhadap
konsep makanan halalan thoyyiban dalam islam. Jurnal Syariah dan Hukum, 4 (1), 49-
59.
Neale, J. M., Davidson, G. C., & Haaga, D. A. F. (1996). Exploring abnonnal psychology.
Canada: John Wiley & Sons, Inc.
Putrikita, K. A. (2021). Cognitive behavioral therapy (cbt) untuk mengatasi bulimia nervosa.
Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 23 (1), 1-18.