Dosen :
Penyusun :
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana 2017/2018
A. Gangguan Makan (Eating Disorder)
menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan emosional individu. Hal ini semakin
banyak dijumpai dan menjadi masalah di seluruh dunia. Penyebab ganguan makan
adalah kompleks dan masih tidak dipahami sepenuhnya dan mencakup banyak
kesadaran orang untuk menjadi kurus dan membuat mereka melakukan berbagai
cara agar mendapat tubuh yang ideal (Patton et al, 1999). Para ahli kesehatan telah
untuk kurus yang tinggi dibandingkan dengan kelompok populasi yang lain.
Anoreksia berasal dari bahasa Yunani “an-“ yang “tanpa” dan “Orexis”,
artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki arti “tidak memiliki hasrat untuk
akhir, antara usia 12 dan 18 tahun, namun kemunculan pada usia yang lebih
awal atau lebih tua juga terkadang ditemukan. Anoreksia nervosa adalah suatu
gangguan makan yang ditandai oleh adanya usaha untuk mempertahankan
gangguan ini adalah seorang individu secara signifikan ingin memiliki berat badan
gangguan anoreksia ini apabila berat badan seseorang kurang dari 15% dari berat
badan normal.
berlebihan terhadap berat badan dan bentuk tubuh saat melakukan evaluasi
image mereka. Seringkali mereka melebih-lebihkan berat badan dan bentuk tubuh
mereka. Selain itu mereka juga bisa mengalami masalah psikologis sepeti depresi
Dalam artikel mengenai anorexia nervosa yang ditulis oleh Melinda Smith,
M.A dan Jeanne Segal, Ph.D. (2013) disebutkan bahwa gejala serta tanda-tanda
ketika seseorang mengalami anorexia nervosa meliputi tiga kategori berikut ini :
a. Perilaku Makan
Melakukan diet untuk menjadi lebih kurus : Melakukan beberapa diet ketat
Obsesi terhadap kalori, jumlah lemak dan nutrisi : Membaca label komposisi
Memiliki ritual makan yang aneh dan rahasia : Menolak untuk makan
bersama orang lain atau di tempat umum. Makan dengan cara tertentu,
penggunaan obat herbal penahan nafsu makan, sirup ipecac serta obat lain
orang yang mengalami bulimia merasa bahwa dirinya tidak menarik, mengalami
ketakutan menjadi gemuk, dan selalu berpikir untuk menjadi lebih kurus dari
melakukan usaha penurunan berat badan yang lebih keras dari penderita anorexia
nervosa. Orang yang mengalami gangguan bulimia nervosa pada awalnya akan
makan sebanyak-banyaknya atau makan dalam jumlah yang besar pada periode
atau olahraga secara berlebihan (Anderson dan Maloney dalam Bennet, 2006).
Berat badan orang yang mengalami bulimia nervosa biasanya berada pada kisaran
Sedangkan dalam artikel yang ditulis oleh Melinda Smith, M.A. and
Jeanne Segal, Ph.D menyebutkan bahwa gejala serta tanda-tanda dari gangguan
a. Makan berlebihan
seperti pergi ke dapur ketika semua orang telah tidur atau pergi keluar
Makan dalam jumlah besar : Secara tidak biasa makan dalam porsi yang
setelah makan.
c. Gejala Fisik
Terdapat kapalan atau bekas luka di kuku atau buku-buku jari atau tangan
muntah.
Memiliki pipi yang bengkak seperti tupai karena seringkali muntah secara
berulang.
Warna gigi berubah, terlihat kuning, kusam atau bening akibat asam
Frekuensi berat badan yang fluktuatif : Berat badan yang fluktuatif atau
sosiokultural untuk menjadi langsing, kepribadian, peran keluarga, dan peran stes
lingkungan, menunjukkan bahwa gangguan makan terjadi karena beberapa faktor
1. Genetik
bentuk tubuh, keinginan yang kuat untuk menjadi langsing, makan berlebihan,
dan preokupasi dengan berat badan dapat diturunkan dalam keluarga (Klump dkk
Hormone yang berpengaruh terhadap rasa lapar dan kenyang terkait dengan
gangguan makan adalah Opioid edogenus dan serotonim. Rendahnya kadar kedua
cairan kimia otak tersebut ditemukan pada pasien gangguan makan, namun
a. Pengaruh kepribadian
terjadinya gangguan.
b. Karakteristik keluarga
Hubungan yang bermasalah dalam keluarga menimbulkan rendahnya
kepribadian.
ini tidak berlawanan, namun saling melengkapi. Terdapat dua tahap penanganan
dan klien untuk menetapkan reward apa yang akan diberikan dengan
target berat badan tertentu. Perawat di Rumah Sakit dapat memberi
Terapi keluarga dibagi menjadi dua yaitu, structural family therapy dan
dalam Gerald and John, 2004). Oleh karena itu, melibatkan keluarga
proses terapi disebut sebagai fase refeeding. Tugas kedua, keluarga diajak
anak mereka.
tidak tepat.
komunikasai.
mood.
a. Terapi perilaku-kognitif
Perbedaan terapi ini pada penderita anorexia adalah pada bulimia terapi
lebih terstruktur dan memiliki prognosis yang lebih baik. Fairbun (1997)
dalam Bennet (2006) menyatakan tiga tahap terapi yang tidak jauh berbeda
Tahap awal
Dalam tahap ini, terdapat dua tujuan yaitu meberikan klien alasan
kali sehari, dengan tambahan dua kali camilan dan tidak diikuti
dengan perilaku muntah. Hal ini tidak serta merta menaikkan berat
Tahap kedua
dan berat bedan serta distorsi kognitif yang lain. Terapi perilaku
energi dan makanan yang lain bisa dihindari. Sehingga klien bisa
Tahap Ketiga
pada pola tidur dan menjadi penghambat bagi seseorang untuk melakukan
a. Dyssomnia
Dyssomnia merupakan gangguan tidur yang berkaitan dengan jumlah,
kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal emosional (dalam PPDGJ-
III). Gangguan tidur yang termasuk dalam dyssomnia antara lain Insomnia,
Tidur Sikardian.
1. Insomnia
tidur, merasa tidak fresh pada waktu bangun pagi dan mengalami kualitas tidur
yang buruk.
lain.
yang langsung dari suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi
2. Hipersomnia
Pada hypersomnia, penderita memiliki rasa kantuk yang terjadi setiap hari
selama lebih dari satu bulan atau berulang dalam kurun waktu yang lebih pendek,
a. Rasa kantuk pada siag hari yang berlebihan atau adanya serangan
tidur/sleep attack (tidak disebabkan oleh jumlah tidur yang kurang), dan
atau transisi yang panjang dari saat mulai bangun tidur sampai sadar
sepenuhnya;
b. Gangguan tidur terjadi setiap hari selama lebih dari satu bulan atau
dan pekerjaan;
c. Tidak ada gejala tambahan “narcolepsy” atau bukti klinis untuk “sleep
apnea”;
d. Tidak ada kondisi neurologis atau medis yang menunjukkan gejala rasa
serangan tidur mendadak yang muncul setiap hari selama 3 bulan atau lebih dan
diiringi dengan adanya salah satu atau dua kondisi, yaitu cataplexy dan gangguan
(1) cataplexy
c. Gangguan ini tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung dari
suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum.
Tipe yang paling umum adalah obstructive sleep apnea yang melibatkan
dapat berhenti bernapas selama 15 sampai 90 detik sebanyak 500 kali sepanjang
malam. Saat hal itu terjadi, seseorang itu dapat mendadak duduk, tersedak,
mengambil napas dalam beberapa kali, dan kembali tertidur tanpa menyadari
b. Gangguan ini tidak terjadi karena efek fisiologis yang langsung dari
suatu zat seperti penyalahgunaan obat atau kondisi medis yang umum.
tuntutan jadwal tidur dengan siklus internal bangun dan tidur orang tersebut.
Gangguan pada pola tidur ini juga dapat menyebabkan insomnia ataupun
hypersomnia.
a. Gangguan pola tidur yang tetap atau berulang yang dapat berbentuk
b. Gangguan tidur ini dapat menyebabkan stres dan juga penurunan pada
d. Gangguan tidur ini tidak terjadi karena efek psikologis, atau obat-
b. Parasomnia
yang tidak sesuai dengan siklus tidur-bangun. Gangguan ini ditunjukkan dengan
aktivasi sistem saraf otonom, sistem motorik, atau proses kognitif ketika tidur atau
dari tidur secara berulang-ulang karena mimpi buruk. Mimpi buruk biasanya
melibatkan cerita panjang dimana terdapat ancaman akan adanya bahaya fisik
yang dekat dengan individu, seperti dikejar, diserang, atau dilukai. Orang yang
mengalami biasanya dapat mengingat mimpi buruk ini dengan jelas pada saat
a. Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan mimpi
yang menakutkan yang data diingat kembali dengan rini dan jelas,
Gangguan ini biasanya diawali dengan tangisan atau teriakan yang keras di
malam hari oleh penderita. Kemudian penderita (yang sebagian besar adalah anak)
yang ekstrem. Anak tersebut juga akan bercerita yang aneh-aneh namun tetap
tertidur. Jika anak itu benar-benar terbangun, reaksi pertama mungkin ia tidak
akan mengenali orang tuanya dan akan mendorong orang tuanya saat mereka
a. gejala utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tidur, mulai
dari berteriak karena panik, disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh
b. episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya berkisar 1-10 menit,
berulang;
yang sedang tidur bangkit dari tempat tidur dan berjalan di sekitar rumah sambil
tetap tertidur. Episode ini tidak melibatkan kehadiran mimpi. Orang yang berjalan
sambil tidur cenderung memiliki tatapan kosong pada wajah mereka. Umumnya
mereka menjadi tidak responsif terhadap orang lain dan sulit terbangun. Ketika
terjaga pada keesokan harinya, mereka biasanya dapat mengingat sedikit dari
pengalaman mereka semalam. Jika mereka terjaga pada saat episode ini terjadi,
mereka mungkin akan mengalami kebingungan untuk beberapa saat, tetapi dapat
a. Gejala yang utama adalah satu atau lebih episode bangun dari tempat
tidur, biasanya pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-
staring face), relative tak memberi respon terhadap upaya orang lain
payah;
c. Pada waktu sadar/ bangun ( setelah satu episode atau besok paginya),
Parasomnia.
umum.
a. Rasa kantuk yang berlebihan selama kurang lebih satu bulan yang
dibuktikan dengan waktu tidur yang lama ataupun waktu tidur di siang
lain.
Parasomnia.
umum.
Gejala gangguan tidur yang berkaitan dengan kondisi medis umum, dalam
perhatian medis
tidur
dalam dua kategori, yaitu Dyssomnia dan Parasomnia. Penyebab dari gangguan
ini adalah ketidaknormalan hormon pada mekanisme tidur-jaga, dan seringnya
pada individu yang pernah mengalami sakit berat dan harus selalu istirahat di
tempat tidur serta memiliki kesulitan untuk tidur dapat memiliki asosiasi negatif
terhadap tidur. Asosiasi negatif ini yang menjadi sebuah pembiasaan hingga
Sehingga, gangguan tidur yang dialami merupakan pengaruh dari gejala gangguan
kecemasan.
Gangguan ini disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari kondisi medis
pada sistem tidur-jaga. Contohnya, gangguan ini dapat dikatakan ada dalam diri
digunakan. Gangguan tidur ini disebabkan oleh penggunaan zat biasanya terjadi
Hormon melatonin yang diproduksi oleh kelenjar pineal berperan penting dalam
mengatur tidur dan diketahui berkurang seiring terjadinya penuaan. Oleh karena
itu, hormon tersebut digunakan untuk menangani gangguan tidur pada orang
lanjut usia.
pengaturan
sleep hygiene, terapi pengontrolan stimulus, sleeprestriction therapy,
control sih.
ini
yang sering dikaitkan dengan kesulitan memulai atau jatuh tidur. cocok
menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur, sex, dan tidak untuk kerja
untuk pasien yang berbaring di tempat tidur tanpa bisa tertidur. Misalnya
waktu tidur.
progresif, dan latihan nafas dalam sehingga terjadi Keadaan relaks cukup
efektif untuk memperbaiki tidur. Bentuknya berupa bangun pada jam yang
tidak sejalan dengan tidur itu sendiri, dan hanya merebahkan diri di tempat
tidur bila sudah mengantuk, dan jika tidak dapat tidur, bangun dan pergi ke
ruangan lain.
Daftar Pustaka :