Anda di halaman 1dari 13

BAB II

BULIMIA NERVOSA

A. Pendahuluan
Zaman sekarang banyak sekali buku serta referensi lain yang membahas
tentang bagaimana cara diet yang baik dan benar. Akan tetapi orang yang
menjalankan diet-diet tersebut tidak mengetahui efek lain yang akan muncul dari
diet yang diambilnya. Mereka mengambil program diet karena merasa dirinya
terlalu gemuk dan kurang menarik. Malah terkadang mereka mengambil diet yang
sangat ekstrem yang mana dapat membahayakan dirinya. Salah satu contoh cara
berdiet yang ekstrem adalah kasus Bulimia Nervosa. Penderita bulimia sangat
ingin mempertahankan bentuk tubuhnya, sehingga para penderita bulimia
berusaha

mempertahankannya

dengan

berbagai

cara

contohnya

dengan

berolahraga dengan berlebihan atau dengan mengeluarkan makanan yang telah


dimakan baik dengan obat pencahar atau dengan memuntahkan kembali makanan
yang telah dimakan. Penderita bulimia nervosa makan dalam jumlah yang sangat
berlebihan. Menurut riset, rata-rata penderita bulimia nervosa mengkonsumsi
3.400 kalori setiap satu seperempat jam, padahal kebutuhan konsumsi orang
normal hanya 2.000 3.000 kalori per hari.
B. Definisi
Bulimia berasal dari bahasa Yunani bous yang artinya sapi atau kerbau,
dan limos yang artinya rasa lapar. Gambaran dari istilah tersebut adalah makan
yang terus menerus, seperti sapi yang memamah biak. Bulimia nervosa adalah

17

gangguan makan yang melibatkan episode berulang-ulang dari tindakan makan


berlebihan (binge) tak terkontrol yang diikuti dengan tindakan kompensatoris
untuk mengenyahkan makanan itu. Gangguan ini mencakup episode konsumsi
sejumlah besar makanan secara cepat, diikuti dengan perilaku kompensatori,
seperti muntah, puasa, atau olahraga berlebihan, untuk mencegah terjadinya berat
badan bertambah.
DSM-IV-TR mendefinisikan bahwa bumilia berawal dari makan makanan
secara berlebih lebihan. Pada bulimia, makan berlebihan biasanya dilakukan
secara diam-diam, dapat dipacu dengan stres dan berbagai emosi negatif yang
ditimbulkannya, dan terus berlangsung hingga orang yang bersangkutan merasa
sangat kekenyangan. Setelah selesai makan berlebihan, rasa jijik, rasa tidak
nyaman, dan takut bila berat badan bertambah memicu tahap kedua bulimia
nervosa, pengurasan untuk menghilangkan efek asupan kalori karena makan
berlebihan. Paling sering pasien memasukkan jari-jari mereka ke dalam
tenggorokan agar tersendak, namun setelah beberapa waktu, banyak yang dapat
muntah sesuai kehendaknya tanpa harus membuat diri mereka tersendak.
Dalam DSM-IV-TR disebutkan bahwa bulimia terbagi menjadi 2, yaitu
purging type dan non-purging type. Purging type adalah penderita bulimia yang
menggunakan cara langsung seperti memuntahkan atau dengan memakai obat
pencahar, serta non-purging type adalah penderita bulimia yang menggunakan
olahraga yang ketat atau puasa sebagai cara untuk mempertahankan berat
badannya.

17

C. Onset
Usia rata rata dari terjadinya bulimia adalah remaja akhir, ketika tekanan
tentang diet dan ketidakpuasan akan bentuk tubuh atau berat badan berada pada
puncaknya. Bulimia nervosa biasanya mempengaruhi wanita kulit putih (non
Hispanik) pada tahap remaja akhir atau dewasa awal (APA, 2000). Beberapa
penyebab terjadinya gangguan makan antara lain perubahan hormone (Garfinkel
& Garner, 1982), pertentangan hidup (Minuchin, Rosman, & Baker, 1978),
masalah seksualitas (Coovert, Kinder, dan Thompson, 1989), dan masalah image
beauty (Hsu,1990).
Pendapat bahwa gangguan makan berhubungan dengan status sosial
ekonomi tinggi mungkin menunjukkan kecenderungan pada pasien pasien yang
berada untuk mendapatkan perawatan. Pada kenyataannya, tekanan sosial pada
wanita muda dalam usaha untuk mencapai tubuh ideal yang sangat kurus terdapat
pada golongan status sosial ekonomi manapun.
D. Prevalensi
Makan berlebihan pada penderita bulimia biasanya muncul diam diam
dan biasanya di rumah pada siang atau sore hari (Drewnowski, 1997; Guertin,
1999). Makan berlebihan biasanya berlangsung selama 30 sampai 60 menit dan
ditujukan untuk mengkonsumsi makanan yang harusnya dihindari seperti
makanan yang manis dan kaya lemak. Penderita biasanya merasa kurang dapat

17

mengontrol kebiasaan makan berlebihan dan dapat mengkonsumsi 5000 sampai


10000 kalori sekaligus.
Prevalensi individu yang mengalami gangguan bulimia adalah 90%-95%
atau sebagian besar adalah perempuan yang berkulit putih dan berasal dari kaum
menengah ke atas, sedangkan sisanya 5%-10% adalah laki-laki dimana umur
onset untuk gangguan ini sedikit lebih tua dan banyak diantaranya adalah kaum
biseksual atau homoseksual (Rothblum, 2002). Schlundt dan Johnson (1990)
merangkum sejumlah besar survei dan mengatakan bahwa 6%-8% perempuan
muda terutama mahasiswi, memenuhi kriteria bulimia nervosa.
Studi yang paling penting adalah yang dilaporkan oleh Kendler dan rekanrekan sejawatnya (1991). Dalam studi ini, 2163 orang kembar (lebih dari 1000
pasangan kembar 2 atau lebih) diwawancarai. Prevalensi seumur-hidup bulimia
ditemukan 2,8% atau bisa menjadi 5,3% jika gejala bulimia yang tidak memenuhi
kriteria juga diambil.
Dalam sebuah penelitian tentang perjalanan hidup bulimia, dari 102
perempuan yang mengalami bulimia dan mengikuti 92 orang diantaranya secara
prospektif selama 5 tahun, sekitar sepertiga diantaranya mengalami perbaikan
sampai ke titik di mana setiap tahunnya mereka tidak lagi memenuhi kriteria
diagnostiknya.
E. Etiologi
Beberapa penelitian tentang bulimia menyebutkan bahwa ada beberapa
faktor penyebab terjadinya bulimia nervosa, antara lain:
1. Faktor Sosial

17

Di dalam kesehariannya para wanita menganggap bahwa berat tubuh yang


ideal adalah semakin tubuh kurus maka semakin ideal bentuk tubuhnya. Paxton,
Schutz, Wertheim dan Munir (1999) mengeksplorasi pengaruh persahabatan pada
sikap tentang citra tubuh, diet, dan perilaku ekstrim dalam usaha mengurangi berat
badan. Dalam sebuah eksperimen yang cerdas, para peneliti mengidentifikasi 79
macam tipe pertemanan diantara 523 gadis remaja. Mereka menemukan bahwa
tipe-tipe pertemanan ini cenderung memiliki sikap yang sama terhadap citra
tubuh, diet, dan pentingnya usaha mengurangi berat badan. Juga jelas dari studi
ini bahwa tipe-tipe pertemanan ini memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap terbentuknya keresahan mengenai citra tubuh dan perilaku makan.
Dengan kata lain, bila teman-teman anda cenderung menggunakan diet ekstrem
atau teknik menurunkan berat badan lainnya, anda memiliki peluang yang lebih
besar untuk melakukannya juga (Field, dan kawan-kawan, 2001; Vanderwal dan
Thalen, 2000).
Stice, Cameron, Killen, Hayward dan Taylor (1999) menunjukkan bahwa
salah satu alasan mengapa usaha menurunkan berat badan dapat mengakibatkan
gangguan makan adalah karena usaha menurunkan berat badan pada gadis remaja
lebih cenderung menyebabkan berat badan justru bertambah daripada turun.
Faktor keluarga juga menjadi faktor sosial lain dalam penyebab gangguan
ini. Penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka
memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa

17

kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional
ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia.

2. Faktor Psikologis
Seseorang

yang

memiliki

gangguan

bulimia

kebanyakan

adalah

perempuan muda. Hasil observasi klinis menunjukkan bahwa banyak perempuan


muda mengalami penurunan dalam hal kontrol pribadi dan kemampuan dan
talentanya sendiri (Bruch,1973). Hal ini juga dapat dimanifestasikan sebagai selfesteem yang rendah (Firburn,et.al,2003). Kemudian sikap perfeksionis juga
menjadi hal yang penting dalam kehidupannya tersebut (Fairburn,et.al,
1997,1999). Jika sikap perfeksionisme diarahkan kepada ke persepsi yang
terdistorsi mengenai citra tubuh, maka sebuah mesin berkekuatan tinggi untuk
mendorong perilaku gangguan makan pun siap bekerja (Shafran, Cooper, dan
Fairburn, 2002).
J.C. Rosen dan H. Leitenberg (1985) melihat adanya kecemasan yang
substansial sebelum dan saat makan yang diredakan dengan purging. Mereka
mengatakan bahwa perilaku purging tersebut akan membuat mereka lega serta
mereka akan mengulangi perilaku yang membuat diri mereka menjadi senang atau
bebas dari cemas.
McKenzie, Williamson, dan Cubic (1993) menemukan bahwa perempuan
bulimik menilai ukuran tubuhnya lebih besar dan berat yang mereka anggap ideal

17

lebih ringan dibandingkan kelompok kontrol yang memiliki ukuran tubuh sama
dengan mereka. Bahkan, para perempuan penderita bulimia menilai tubuh mereka
bertambah besar setelah mereka makan sebatang permen dan minum sebotol
minuman ringan.

3. Faktor Biologi
Gangguan makan mengalir dalam suatu keluarga dan tampaknya memiliki
gangguan genetik (Strober, 2002). Hsu (1990) memiliki spekulasi bahwa ciri
kepribadian nonspesifik seperti ketidakstabilan emosi dan pengendalian impuls
buruk mungkin bersifat warisan. Strober (2002) juga mengatakan seseorang
mungkin mewarisi kecenderungan untuk bersifat responsif secara emosional
terhadap

hal-hal

atau

kejadian-

kajadian

yang

stressful,

dan

sebagai

konsekuensinya, mungkin makan secara kompulsif sebagai usahanya untuk


mengurangi stres dan kecemasannya. Sampai sekarang para peneliti belum
menemukan penyebab yang pasti antara fungsi-fungsi neurobiologis terhadap
gangguan makan tersebut. Akan tetapi peneliti hanya menemukan gangguan yang
merupakan hasil atau akibat dari siklus makan tersebut.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang
parah, kadar neurotransmiternya (pengantar kimia pada otak), terutama serotonin
-- yang berhubungan dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung
lebih rendah. Bahan kimia tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon.
Penderita bulimia memiliki kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine
yang sangat rendah. Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar

17

pituitari untuk membuat dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem


neuroendokrin yang mengatur emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak
jantung. Ketika hormon tidak terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut
menjadi terganggu. Penelitian lain menemukan rendahnya kadar asam amino
triptofan dalam darah. Asam amino triptofan merupakan sejenis zat dalam
makanan yang penting untuk produksi serotonin, yang bisa menyebabkan depresi
dan mendorong terjadinya bulimia.
F. Diagnosis
Karakteristik diagnostik bulimia nervosa berdasarkan DSM IV adalah:
1. Episode berulang dari makan berlebihan seperti yang ditunjukkan oleh kedua

hal berikut ini:


Memakan makanan dalam jumlah yang sangat luar biasa selama periode 2

jam.
Merasa kehilangan kontrol terhadap pemasukan makanan pada saat episode

tersebut.
2. Perilaku tidak sesuai yang sering terjadi untuk menjaga agar berat tubuh tidak
bertambah seperti membangkitkan rasa ingin muntah, penyalahgunaan obat
pencahar, diuretik atau enema, dengan berpuasa atau latihan berlebihan.
3. Rata rata minimal dalam seminggu terjadi dua episode makan berlebihan
dan perilaku kompensasi yang tidak sesuai untuk menghindari bertambahnya
berat badan, dan hal ini terjadi minimal selama 3 bulan.
4. Perhatian yang berlebihan yang terus menerus pada bentuk dan berat badan.
G. Terapi
Terdapat berbagai macam terapi yang dapat digunakan dalam menangani
kasus bulimia tersebut, antara lain:

17

1. Terapi kognitif perilaku


Cooper dan kerabat (1994) menyebutkan bahwa mereka mendapatkan
pengurangan yang sangat kuat dalam frekuensi dari binge eating dan
memuntahkannya kembali setelah memakai panduan terapi self-help cognitive
behavior. Panduan tersebut termasuk enam sampai delapan sesi laporan yang
dipandu dengan terapis yang bukan spesialis yang menyediakan dukungan dan
dorongan dalam memakai panduan tersebut. Satu dari tiga penderita yang ditanya
setelah mengikuti terapi ini selama 8 minggu, follow up menyebutkan bahwa
terdapat perubahan yang signifikan. Di dalam panduan self help tersebut berisi
tentang bagaimana cara membantu mereka dalam mengatasi masalah gangguan
makannya. Setelah membaca panduan tersebut, maka individu tersebut diminta
sambil mengamalkan atau menjalankan apa yang terdapat dalam buku tersebut.
Terapi ini menggunakan pendekatan kognitif perilaku yang mana individu
diberikan pengetahuan awal yang dapat mengubah pola pikirnya mengenai
dampak buruk baik makan berlebihan ataupun dampak

purging atau

mengeluarkan makanan tersebut serta mngubah cara pandangnya tentang body


image. Setelah itu individu merubah pola makannya serta kebiasaan makannya.
2. Terapi obat
Penderita bulimia dapat dibantu dengan obat-obatan walaupun belum
terbukti secara pasti efeknya (Wilson dan Fairburn, 2002). Ada penelitian yang
menyebutkan bahwa obat jenis Prozak mungkin efektif untuk mencegah
kekambuhan penyakit (Kaye,et.al,2001). Namun ada obat yang dipercaya paling
efektif untuk bulimia yaitu obat-obatan yang sama dengan obat anti-depresan
yang efektif untuk gangguan suasana perasaan dan gangguan kecemasan

17

(Kaye,et.al, 1999). Dalam suatu penelitian tentang obat anti-depresan dan prozak,
para peneliti mendapatkan pengurangan rata-rata dalam perilaku makan berlebih
dan purging masing-masing sebesar 47% dan 65% (Walsh, 1991).
3. Terapi keluarga
Terapi lainnya yang dapat dipakai adalah terapi keluarga yang diadaptasi
dari Maudsley model of family therapy. Dalam terapi ini peran keluarga adalah
sebagai kunci yang sangat penting dalam membantu perawatan dan kesembuhan
dari individu tersebut. Dalam terapi ini dibuat agar anggota keluarga lain ikut serta
dan menunjukkan bahwa mereka adalah tempat yang tepat untuk membantu
masalah tersebut. Perlakuan yang dilakukan antara lain:
a.

Membuat orientasi masalah yaitu individu

b.

diminta untuk menjelaskan masalahnya kepada keluarganya,


Menekankan sebuah peraturan dari keluarga

c.

dalam mempromosikan pemulihan dari cara makan yang benar.


Menyediakan pendidikan tentang bulimia
dan dampaknya.

H. Komplikasi
Individu penderita bulimia biasanya mengalami depresi. Dari penelitian
terhadap 20 orang bulimia, 20 orang fobia sosial, dan 20 orang gangguan panik
menunjukkan bahwa 75% orang dengan gangguan bulimia juga menunjukkan
gangguan kecemasan seperti fobia sosial atau kecemasan menyeluruh
(Schwalburg, Barlow, Alger, dan Howard, 1992). Kemudian penderita bulimia
terutama tipe purging biasanya akan memiliki dampak atau konsekuensi lebih

17

tinggi dari non-purging. Komplikasi medis dari bulimia disebabkan karena


muntah yang terus menerus. Dampak fisik yang mungkin terjadi:
1. Iritasi pada kulit sekitar mulut. Penyebabnya adalah seringnya kontak dengan
asam lambung, terhambatnya air liur, peluruhan enamel gigi dan karang gigi.
2. Dapat merusak reseptor pada lidah yang disebabkan oleh asam yang timbul
dari muntah, sehingga menyebabkan orang menjadi kurang sensitif terhadap
rasa dari makanan yang dimuntahkan (Rodin dkk., 1999).
3. Siklus makan banyak dan memuntahkannya dapat menyebabkan sakit pada
perut, hiatal hernia, dan keluhan perut lainnya.
4. Tekanan pada pankreas dapat menghasilkan pankreatitis (rasa panas) yang
merupakan situasi darurat medis.
5. Gangguan fungsi menstruasi ditemukan pada 50% wanita penderita bulimia
yang memiliki berat badan normal (Weltzin dkk., 1994).
6. Penggunaan obat pencahar yang berlebihan dapat menyebabkan diare
berdarah dan ketergantungan.
7. Pada kasus yang ekstrem, organ organ pencernaan akan kehilangan respon
refleknya untuk menekan zat zat sisa.
8. Muntah

yang

berulang

atau

penyalahgunaan

obat

pencahar

dapat

menyebabkan kekurangan potassium, membuat otot otot melemah, fungsi


jantung tidak normal, atau bahkan kematian mendadak terutama ketika
diuretik juga digunakan.

17

Pribadi yang menghindar juga muncul dari penderita bulimia nervosa


terutama menghindar dari tekanan atau stressor. Kemudian dampak psikis yang
dapat terjadi pada penderita bulimia adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Perasaan tidak berharga


Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah
Mudah merasa bersalah
Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain
Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya
Minta perhatian orang lain
Depresi (sedih terus menerus).

I. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan bulimia
nervosa pada dasarnya lebih mengacu kepada sejauh mana penerimaan diri
seseorang terhadap dirinya sendiri, penerimaan terhadap lingkungan dan
penerimaan lingkungan orang sekitar terhadap dirinya.
Hal ini dapat diterapkan dengan cara memulai memberikan pandangan yang
positif kepada diri sendiri dan orang lain. Kita juga dapat memberikan pengajaran
kepada anak untuk selalu menjaga tubuh mereka agar selalu sehat dengan
berolahraga dan menerapkan pola hidup sehat serta mengkonsumsi makanan yang
baik dan berguna untuk tubuh sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menghindari stigma atau
pandangan tertentu yang terasa sepele akan tetapi dapat menimbulkan dampak
negatif. Misalnya, jangan membuat opini bahwsanya badan yang kurus
merupakan sebuah tubuh yang sehat, populer, indah dan dapat diterima di
masyarakat luas, sedangkan badan yang gemuk akan dikucilkan dari masyarakat.

17

Hal seperti itulah yang dapat merangsang seseorang berpikir negatif terhadap
dirinya dan kemudian orang tersebut merasa takut bila badannya terlihat gemuk
karena khawatir tidak cantik lagi, sehingga orang tersebut memutuskan untuk
melakukan binge eating dari setiap makanan yang ia konsumsi. Hal lain yang
dapat dilakukan adalah dengan menghindari memberikan reward terutama pada
anak-anak dalam bentuk makanan, karena hal ini sama saja menstimulasi
seseorang untuk merusak pola makan.

17

Anda mungkin juga menyukai