Anda di halaman 1dari 3

F1

JUDUL
New normal PHBS pada pandemic covid-19

LATAR BELAKANG
Mencuci tangan dengan sabun dan air adalah cara yang sangat penting untuk menjaga bebas dari kuman.
Bakteri meskipun tidak kasat mata namun dapat menimbulkan berbagai masalah, mulai dari gangguan
pencernaan, dehidrasi berat dan bahkan kematian. Lebih dari 3,5 juta balita meninggal setiap tahun dari
penyakit diare dan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
Sebuah riset oleh Kemitraan Pemerintah dan Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
menyimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat terkait CTPS terbilang sudah tinggi, namun prakteknya
justru masih sangat rendah. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukan sebagian besar atau hampir
55% penyakit penyebab kematian bayi usia 29 hari sampai 11 tahun dapat dicegah dengan intervensi
lingkungan dan perilaku. Di antaranya pneumonia atau penyakit radang paru-paru sebanyak 23% dan
diare sekitar 31%.
Kebiasaan CTPS terutama perlu dilakukan pada beberapa keadaan yakni sebelum makan, setelah buang
air dan setelah memegang hewan. Sebagian orang sudah melakukan CTPS, tetapi hanya sekitar 24% yang
melakukannya dengan benar. Yang belum berperilaku benar dalam CTPS, misalnya tidak menggunakan
air bersih atau mengalir.
CTPS diharapkan dapat mengurangi dua pertiga (70%) kematian anak di bawah usia 5 tahun pada 2015
mendatang, sebagai salah satu target Tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goals (MDGs). Penyelenggaraan CTPS sangat penting bagi Indonesia mengingat banyak kematian dan
kesakitan akibat penyakit yang berkaitan dengan air, sanitasi serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Kebiasaan CTPS ini difokuskan pada anak-anak khususnya SD karena mereka menderita diare dan
insfeksi saluran pernapasan akut (ISPA) secara tidak proporsional. Selain itu diharapkan pelatihan ini
dapat membentuk kebiasaan baik CTPS ini sejak kecil. Anak SD juga dapat menjadi agen perubahan
untuk meningkatkan budaya CTPS di komunitasnya.

PERMASALAHAN
Pengetahuan masyarakat terkait CTPS terbilang sudah tinggi, namun prakteknya justru masih sangat
rendah.
PERENCANAAN DAN INTERVENSI
Program ini merupakan upaya untuk memberikan edukasi mengenai cara mencuci tangan dengan sabun
yang benar dan waktu-waktu kritis dimana perlu melakukan kebiasaan ini yaitu sebelum makan, setelah
buang air dan setelah memegang hewan. Penyuluhan dilakukan kepada masyarakat puskesmas,
pengetahuan mengenai cuci tangan yang benar dan dilakukan secara rutin sebagai kebiasaan, diharapkan
dapat menurunkan kejadian covid.
PELAKSANAAN
Penyuluhan mengenai new normal pada pandemic covid19 dilakukan pada :
Tanggal : 30 Agustus 2020
Lokasi : Puskesmas Bekasi Jaya
Metode : Verbalisasi
Peserta : Pasien dan masyarakat Puskesmas Bekasi Jaya

MONITORING EVALUASI
Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan cukup baik. Peserta tampak antusias sehingga cukup aktif
bertanya. Antusiasme para peserta terlihat dari kesediaan untuk maju ke depan kelas melakukan
demonstrasi. Penggunaan media dalam penyuluhan ini masih tergolong sederhana yaitu menggunakan
poster dan power point.

F6
JUDUL
Diare Akut
LATAR BELAKANG
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insidensi tinggi di dunia dan dilaporkan terdapat hampir 1,7
milyar kasus setiap tahunnya. Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah lima
tahun (balita). Dalam satu tahun sekitar 760.000 anak usia balita meninggal karena penyakit ini (World
Health Organization (WHO), 2013b). Didapatkan 99% dari seluruh kematian pada anak balita terjadi di
negara berkembang. Sekitar 3⁄4 dari kematian anak terjadi di dua wilayah WHO, yaitu Afrika dan Asia
Tenggara. Kematian balita lebih sering terjadi di daerah pedesaan, kelompok ekonomi dan pendidikan
rendah. Sebanyak 3⁄4 kematian anak umumnya disebabkan penyakit yang dapat dicegah, seperti kondisi
neonatal, pneumonia, diare, malaria, dan measles (WHO, 2013b).
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia karena
memiliki insidensi dan mortalitas yang tinggi. Diperkirakan 20-50 kejadian diare per 100 penduduk setiap
tahunnya. Kematian terutama disebabkan karena penderita mengalami dehidrasi berat. 70-80% penderita
adalah mereka yang berusia balita. Menurut data Departemen Kesehatan, diare merupakan penyakit kedua
di Indonesia yang dapat menyebabkan kematian anak usia balita setelah radang paru atau pneumonia
(Paramitha, Soprima, & Haryanto, 2010).

PERMASALAHAN
An. C, 4 th, 13 kg

S: BAB cair >5x / hari, warna kuning, berlendir, mual, muntah 2x, nyeri perut melilit, tidak nafsu makan.
BAK tidak nyeri, tidak anyang-anyangan. Sebelumnya habis makan mie ayam bakso dan tahu bulat.
Tidak ada riwayat alergi obat dan penyakit sebelumnya

O : Kesadaran : CM (E4M6V5)
KU : tampak sakit sedang
TD : 100/70
Nadi 118x/menit
RR 22x/menit
Suhu 37,2
Mata : Konjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/- Pupil isokor, refleks cahaya +/+
Paru : Suara nafas vesikuler +/+ rhonki -/- wheezing -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur - , gallop -
Abdomen : Supel, bising usus hiperperistaltik, nyeri tekan epigastrik +, mcburney -
Extremitas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema -

PERENCANAAN DAN INTERVENSI


Pemeriksaan Penunjang :
Tidak dilakukan
Intervensi diberikan secara farmakologi dan non farmakologi

PELAKSANAAN
Paracetamol 3 x 1 cth
Oralit 100-200cc
Zinc 1 x 1 cth
Domperidon 3 x 1/2 cth

MONITORING EVALUASI
jika terdapat tanda dehidrasi segera bawa ke RS
minum air putih yang banyak

Anda mungkin juga menyukai