Anda di halaman 1dari 11

Nama : Dhea

Nim : C2014201060
Tingkat 3B
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada
keluarga di Indonesia

1. Diare Akut
Diare akut adalah peningkatan frekuensi buang air besar dan kadar air dalam feses yang
bertahan 5 hari hingga 7 hari.
a. Jumlah Kematian Balita (0-59 Bulan) di Indonesia Menurut Kelompok Umur Tahun 2020.
Sumber : Kemenkes RI,2021
Diare merupakan masalah nomor 2 pencetus kematian anak sebanyak 746 dimana terhitung
pada tahun 2019 dan termasuk masalah endemis dimana berpotensi kejadian luar biasa (KLB) di
Indonesia. Berdasarkan diagnosis yang dimana di lakukan oleh tenaga kesehatan yang berkopeten
dan terdeteksi yang mengalami diare terbanyak pada balita usia 1 tahun sampai dengan usia 4 tahun
(11.5%) dan bayi 9%4 . Usia anak balita 12-59 bulan dimana penyebab kematiannya akibat diare.
pneumonia, kelainan kongenital jantung, kecelakaan lalu lintas, tenggelam, infeksi parasite, dan
lainnya ini merupakan penyabab kematian lainnya setelah diare .
b. Proporsi Penyebab Kematian Anak Balita(12-59 bulan) di Indonesia Tahun 2020. Sumber :
Kemenkes RI, 2021
“United Nation Childhren’s Fund” yang dirujuk oleh Andriani,W.O.S. (2021), di Wilayah Asia
tenggara ada sekitar 5% anak balita meninggal akibat diare. Dari 15 negara indonesia rangking 12
yang dimana memiliki angka kematian balita teratas di dunia dan teratas di Asia Tenggara3 .
Menurut WHO ada sekitar 1,7 miliar masalah penyakit diare anak balita tiap tahun, kemudian diare
juga suda menyebabkan anak balita meninggal sekitar 525.000 korban jiwa secara global.
Di Sulawesi Selatan, angka yang terserang diare dengan diagnosis yang dilakuan oleh tenaga
kesehatan dimana ditemukan tertinggi dengan usia 1 tahun sampai dengan 4 tahun (9,75%) dan
tertinggi diare pada balita di Kabupaten Takalar 15,09% dan terendah Soppeng 2,31% sedangkan di
kota Makassar 9,56%.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan selanjutnya yang marak terjadi di Indonesia. Data dari
WHO menyebutkan bahwa Indonesia menjadi Negara dengan penderita TBC terbesar kedua di dunia.
Melansir situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) yakni depkes.go.id,
berdasarkan Rakekesnas 2018, jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 759 per 100 ribu penduduk
berusia 15 tahun ke atas. Pria menjadi kelompok yang lebih banyak mengidap penyakit ini, sementara
wilayah perkotaan menjadi titik TBC terbanyak.
Masih dilansir dari situs yang sama, Pemerintah melalui Kemenkes tengah mencanangkan solusi
penanganan TBC ini, yaitu dengan:
- Peningkatan deteksi melalui pendekatan keluarga
- Menyelesaikan under-reporting pengobatan TBC melalui penguatan PPM
- Meningkatkan kepatuhan pengobatan TBC
- Perbaikan sistem deteksi MDR TBC
- Akses terapi MDR TBC
- Edukasi
- Peningkatan sensitivitas Dx
3. Gizi Buruk
Malnutrisi atau gizi buruk adalah salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang sangat umum.
Kondisi ini rentan dialami oleh mereka yang masih berusia anak-anak. Gizi yang buruk berakibat pada
sejumlah komplikasi kesehatan serius pada anak yang mengalaminya.
Salah satu akibat malnutrisi atau gizi buruk tersebut adalah stunting. Stunting adalah kondisi
malnutrisi kronis di mana penderitanya mengalami gangguan pertumbuhan, dalam hal ini, tinggi
badan. Ya, seorang anak dikatakan mengidap stunting ketika ia memiliki tinggi badan lebih pendek
dari tinggi badan ideal untuk ukuran anak seusianya (merujuk standar baku WHO-MGRS).
Masalahnya, masih banyak masyarakat yang percaya bahwa stunting ini erat kaitannya dengan
faktor genetik. Kendati hal tersebut benar, namun para orangtua juga harus paham
bahwa stunting juga bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti:
- Pola makan yang salah
- Kurangnya asupan nutrisi yang seimbang
- Cara mengasuh anak tidak benar
- Higienitas lingkungan tempat tinggal
- Finansial
4. Kematian Ibu
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kasus kematian ibu saat melahirkan adalah masalah kesehatan yang
cukup memprihatinkan di Bumi Pertiwi.
Indonesia masih dikatakan tertinggal dalam hal angka kematian ibu (AKI), di mana pada tahun 2015
mencapai 305 kasus per 100 ribu kelahiran. Jangankan bersaing dengan Negara-negara maju seperti Jerman,
Inggris, Jepang. Dengan Negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia saja, Indonesia masih
tertinggal.
Hal ini tentunya menjadi PR besar bagi Pemerintah, mengingat masalah kesehatan yang satu ini secara
tidak langsung berdampak pada stabilitas sosial dan ekonomi Negara.
Untuk diketahui, penyebab kematian ibu saat melahirkan biasanya meliputi:
- Perdarahan akut
- Kejang (eklampsia)
- Aborsi
- Infeksi kehamilan
5. Kematian Bayi
Kasus kematian bayi, balita, hingga anak-anak usia remaja juga menjadi
masalah kesehatan di Indonesia yang masih terus menyumbang persentase besar.
Kondisi ini tak lepas dari sejumlah faktor. Pada kasus kematian bayi, asupan
nutrisi yang kurang selama masih berada di dalam kandungan disinyalir menjadi
penyebab utamanya. Sedangkan pada anak balita hingga remaja, faktor-faktor yang
menyebabkan kematian umumnya meliputi:
- Penyakit akibat infeksi (diare, TBC, dan sebagainya)
- Kecelakaan
- Gaya hidup tidak sehat (merokok, alkohol, kurang olahraga)
Oleh sebab itu, perlu adanya semacam edukasi secara masif kepada seluruh
lapisan masyarakat guna mencegah penyakit-penyakit ini merenggut nyawa.
6. Penyakit Menular
Penyakit menular juga menjadi penyumbang terbesar masalah kesehatan di Indonesia. DBD, malaria,
leptospirosis, flu babi, hingga HIV/AIDS adalah contoh penyakit menular yang sudah ‘akrab’ dengan
kehidupan masyarakat Indonesia.
Sejumlah langkah pun telah dilakukan sebagai solusi untuk mengatasi pelbagai masalah kesehatan tersebut.
Khusus HIV/AIDS, Pemerintah terus memperbaiki segala elemen yang berkaitan dengan pengobatan penyakit
ini, mulai dari tenaga medis, fasilitas kesehatan, tata laksana penanganan, hingga laboratorium.
Selain itu, sebuah sistem bernama Early Warning and Responds System (EWARS) adalah cara lainnya yang
dilakukan Negara guna mencegah penyebaran penyakit menular.
7. Penyakit Tidak Menular
Tidak hanya penyakit menular sebagaimana dijelaskan di atas, Indonesia juga
menghadapi ‘serangan’ penyakit tidak menular. Sebut saja komplikasi paru-paru dan
sistem pernapasan secara keseluruhan, yang mana hal ini berkaitan dengan kualitas
udara yang buruk, terutama di daerah perkotaan.
Diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan tak ketinggalan, kanker, adalah
penyakit tidak menular lainnya yang sampai saat ini masih terus menghantui rakyat
Indonesia.
Edukasi tentang kesehatan secara rutin dan terstruktur adalah solusi untuk
menekan peningkatan jumlah penderita penyakit-penyakit tersebut. Masyarakat pun
dihimbau untuk selalu waspada dengan cara sebisa mungkin menerapkan pola hidup
sehat.
8. Gangguan Jiwa
Dihimpun dari berbagai sumber, Indonesia memiliki kuantitas pengidap gangguan jiwa yang cukup banyak,
yakni sekitar 14 juta jiwa. Bahkan, 400 ribu di antaranya disebut mengidap gangguan jiwa parah. Hal ini
menjadikan gangguan jiwa menjadi masalah kesehatan di Indonesia yang memerlukan perhatian khusus guna
menekan peningkatan jumlahnya.
Pasalnya, hal ini turut memengaruhi kualitas dan produktivitas masyarakat Indonesia, yang lantas juga
berdampak terhadap daya saing bangsa Indonesia di dunia. Kendati demikian, Pemerintah sudah berusaha
untuk mengambil langkah sebagai solusi atas masalah ini, seperti diimplementasikannya program Upaya
Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang melibatkan Puskesmas dan masyarakat.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai