TINJAUAN TEORI
3
4
3) Untuk Balita:
a) Melakukan revitalisasi Posyandu.
b) Menguatkan kelembagaan Pokja-nal Posyandu.
c) Meningkatkan transformasi KMS ke dalam Buku KIA.
d) Menguatkan kader Posyandu.
e) Menyelenggarakan Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) Balita.
4) Untuk Anak Usia Sekolah:
a) Melakukan revitalisasi Usaha Kese-hatan Sekolah
(UKS).
b) Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS.
c) Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah
(PROGAS).
d) Mengembangkan penggunaan rapor kesehatan.
e) Menguatkan SDM Puskesmas.
5) Untuk Remaja:
a) Menyelenggarakan pemberian Tablet Tambah Darah
(TTD).
b) Menyelenggarakan pendidikan kesehatan reproduksi
di sekolah menengah.
c) Menambah jumlah Puskesmas yang
menyelenggarakan pela-yanan kesehatan peduli
remaja (PKPR).
d) Mengupayakan penundaan usia perkawinan.
6) Untuk Dewasa Muda:
a) Menyelenggarakan konseling pranikah.
b) Menyelenggarakan gerakan pekerja perempuan
sehat pro-duktif (GP2SP) untuk wanita bekerja.
c) Menyelenggarakan pemberian imunisasi dan TTD.
d) Menyelenggarakan konseling KB pranikah.
e) Menyelenggarakan konseling gizi seimbang.
c. Upaya Penurunan Prevalensi Balita Pendek (Stunting)
Dalam rangka menurunkan prevalensi balita pendek
(stunting), dilakukan kegia-tan sebagai berikut.
1) Untuk Ibu Hamil dan Bersalin:
10
(KB).
b) Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
c) Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi
seimbang, tidak merokok/mengkonsumsi narkoba.
d. Upaya Pengendalian Penyakit Menular (PM)
Dalam rangka mengendalikan penya-kit menular,
khususnya HIV-AIDS, Tuber-kulosis, dan Malaria, dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
a) HIV-AIDS:
(1) Peningkatan konseling dan tes pada ibu hamil.
(2) Diagnosis dini pada bayi dan balita.
(3) Konseling dan tes pada populasi
kunci,pasieninfeksimenularseksual (IMS), dan pasien
Tuberkulosis (TB) anak usia sekolah, usia kerja, dan
usia lanjut.
4) Terapi Anti-Retro Viral (ARV) pada anak dan orang
dengan HIV-AIDS (ODHA) dewasa.
(5) Intervensi pada kelompok berisiko.
(6) Pemberian profilaksis kotrimok-sasol pada anak dan
ODHA dewasa.
b) Tuberkulosis
(1) Identifikasi terduga TB di antara anggota keluarga,
termasuk anak dan ibu hamil.
(2) Memfasilitasi terduga TB atau pasien TB untuk
mengakses pelayanan TB yang sesuai standar.
(3) Pemberian informasi terkait peng-endalian infeksi TB
kepada anggota keluarga, untuk men-cegah
penularan TB di dalam keluarga dan masyarakat
(4) Pengawasan kepatuhan peng-obatan TB melalui
Pengawas Menelan Obat (PMO).
c) Malaria
(1) Skrining ibu hamil pada daerah berisiko.
(2) Pembagian kelambu untuk ibu hamil dan balita.
(3) Pemeriksaan balita sakit di wila-yah timur Indonesia.
12
yaitu :
a. Prinsip Paradigma Sehat.
b. Prinsip Pertanggungjawaban Wilayah.
c. Prinsip Kemandirian Masyarakat.
d. Prinsip Teknologi Tepat Guna.
e. Prinsip Keterpaduan dan Kesinambungan.
2. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Oleh Masyarakat
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga di tingkat Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut :
a. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan
Prokesga oleh Pembina Keluarga (dapat dibantu oleh kader
kesehatan).
b. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh
tenaga pengelola data Puskesmas
b. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan
menyusun rencana Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.
c. Melaksanakan penyuluhan keseha-tan melalui kunjungan
rumah oleh Pembina Keluarga.
d. Melaksanakan pelayanan profesio-nal (dalam gedung dan luar
gedung) oleh tenaga teknis/profesional Pus-kesmas.
e. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas
oleh tenaga pengelola data Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam
langkah-langkah manajemen Puskesmas yang mencakup P1
(Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan),dan P3
(Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian).
3. Pengumpulan dan pengolahan data
Penyusunan rencana Puskesmas perlu dikumpulkan data
umum dan khusus. Data umum mencakup: peta wilayah kerja
Puskesmas, data sumber daya, data peran serta masyarakat, serta
data penduduk dan sasaran program. Data khusus mencakup:
status kesehatan, kejadian luar biasa, cakupan program pelayanan
kesehatan, dan hasil survei. Pada pendekatan keluarga perlu
ditambahkan satu kategori data lagi, yaitu data keluarga yang
21
petugas kesehatan.
9) Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan adalah jika di keluarga terdapat anggota keluarga
yang menderita gangguan jiwa berat dan penderita tersebut tidak
ditelantarkan dan/atau dipasung serta diupayakan
kesembuhannya.
10) Anggota keluarga tidak ada yang merokok adalah jika tidak
ada seorang pun dari anggota keluarga tersebut yang
sering atau kadang-kadang menghisap rokok atau produk
lain dari tembakau. Termasuk di sini adalah jika anggota
keluarga tidak pernah atau sudah berhenti dari kebiasaan
menghisap rokok atau produk lain dari tembakau.
11) Keluarga sudah menjadi anggota JKN adalah jika seluruh
anggota keluarga tersebut memiliki kartu keanggotaan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dan/atau kartu kepesertaan asuransi kesehatan lainnya
12) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih adalah jika
keluarga tersebut memiliki akses dan menggunakan air
leding PDAM atau sumur pompa, atau sumur gali, atau
mata air terlindung untuk keperluan sehari-hari.
13) Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban
sehat adalah jika keluarga tersebut memiliki akses dan
menggunakan sarana untuk buang air besar berupa kloset
leher angsa atau kloset plengsengan.
Data keluarga yang telah dikumpulkan, selanjutnya
disimpan dalam pangkalan data keluarga, yang selalu harus
diremajakan (updated) sesuai dengan perubahan yang terjadi di
keluarga yang dijumpai pada saat dilakukan kunjungan rumah
(misalnya adanya kelahiran bayi, telah berubahnya bayi menjadi
balita, sudah diberikannya imunisasi dasar lengkap kepada bayi,
dan lain-lain).
b. Penyimpanan Data
Data keluarga yang telah dikumpulkan dengan
menggunakan aplikasi program entry selanjutnya disimpan
dalam pangkalan data keluarga yang merupakan subsistem dari
sistem pelaporan Puskesmas. Data-data tersebut, harus selalu
26
cakupannya rendah.
Selanjutnya dari hasil olahan data umum dan khusus serta
data Profil kecamatan, Puskesmas dapat mengidentifikasi masalah-
masalah kesehatan tambahan, masa-lah-masalah kesehatan lain,
dan potensi kecamatan untuk mengatasi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi.
5. Prioritas Masalah
Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah kesehatan, baik
yang dihadapi oleh masing-masing keluarga, desa/kelurahan,
maupun kecamatan dengan memperhati-kan masalah-masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi. Penentuan prioritas masalah
dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:
Penentuan prioritas masalah dengan mempertimbangkan
faktor-faktor berikut:
a. tingkat urgensinya (U), yakni apakah masalah tersebut penting
untuk segera diatasi .
b. keseriusannya (S), yakni apakah masalah tersebut cukup parah
c. potensi perkembangannya (G), yakni apakah masalah tersebut
akan segera menjadi besar dan/atau menjalar .
d. kemudahan mengatasinya (F), yakni apakah masalah tersebut
mudah diatasi mengacu kepada kemampuan
keluarga/RT/RW/Kelurahan/Desa/Kecamatan/ Puskesmas.
Masing-masing faktor diberi nilai 1–5 berdasarkan skala likert
(5=sangat besar, 4=besar, 3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil), dan
nilai total tiap masalah kesehatan diperoleh dari rumus:
T=U+S+G+F
2. Bayi dipantau
pertumbuhannya 0 4 3 4 5 16 2
3. Penderita hipertensi
melakukan
pengobatan
secara teratur. 0 4 2 4 4 14 3