HIPERTENSI URGENSI
OLEH
dr. Radilla Nelson
PENDAMPING
1. dr. Endayani T,MPH
2. dr. Dessy Rahmawati
1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan menetapnya tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg atau
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini dapat dipastikan dengan mengukur
rata-rata tekanan darah dalam dua waktu yang berbeda.
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat
tinggi dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target. Pada
umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan obat anti
hipertensi.
B. Klasifikasi
Secara garis besar dibagi menjadi 2:
1. Hipertensi emergensi dikarakteristikkan dengan peningkatan tekanan darah mencapai
> 180/120 mmHg dengan disertai adanya keterlibatan kerusakan organ seperti otak,
mata, jantung, dan ginjal, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera
(dalam menit sampai jam) agar dapat mencegah/ membatasi kerusakan target organ yang
terjadi.
2. Hipertensi urgensi peningkatan tekanan darah mencapai >180/120 mmHg namun
tanpa disertai dengan adanya keterlibatan kerusakan organ, sehingga penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari)
2
C. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga
hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifik
diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.
D. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya krisis hipertensi tidaklah begitu jelas, namun demikian ada dua
peran penting yang menjelaskan patofisiologi tersebut yaitu :
1. Peran langsung dari peningkatan tekanan darah
3
Peran peningkatan Tekanan Darah
Akibat dari peningkatan mendadak TD yang berat maka akan terjadi gangguan
autoregulasi disertai peningkatan mendadak resistensi vaskuler sistemik yang menimbulkan
kelainan orgn target (KOT) dengan sangat cepat. Gangguan terhadap sistem autoregulasi secara
terus-menerus akan memperburuk keadaan pasien selanjutnya. Pada keadaan tersebut terjadi
keadaan kerusakan endovaskuler (endothelium pembuluh darah) yang terus-menerus disertai
nekrosis fibrinoid di arteriolus. Keadaan tersebut merupakan suatu siklus (vicious circle) dimana
akan terjadi iskemia, pengendapan platelet dan pelepasan beberapa vasoaktif. Trigernya tidak
diketahui dan bervariasi tergantung dari proses hipertensi yang mendasarinya.
Bila stress peningkatan tiba-tiba TD ini berlangsung terus-menerus maka sel endothelial
pembuluh darah menganggapnya suatu ancaman dan selanjutnya melakukan vasokontriksi
diikuti dengan hipertropi pembuluh darah. Usaha ini dilakukan agar tidak terjadi penjalaran
kenaikan TD ditingkat sel yang akan menganggu hemostasis sel. Akibat dari kontraksi otot polos
yang lama, akhirnya akan menyebabkan disfungsi endotelial pembuluh darah disertai
berkurangnya pelepasan nitric oxide (NO). Selanjutnya disfungsi endotelial akan ditriger oleh
peradangan dan melepaskan zat-zat inflamasi lainnya seperti sitokin, endhotelial adhesion
molecule dan endhoteli-1.
Mekanisme ditingkat sel ini akan meningkatkan permeabilitas dari sel endotelial,
menghambat fibrinolisis dan mengaktifkan sistem koagulasi. Sistem koagulasi yang teraktifasi
ini bersama-sama dengan adhesi platelet dan agregasi akan mengendapkan materi fibrinoid pada
lumen pembuluh darah yang sudah kecil dan sempit sehingga makin meningkatkan TD. Siklus
ini berlangsung terus dan menyebabkan kerusakan endotelial pembuluh darah yang makin parah
dan meluas.
4
pembuluh darah yang akan meningkatkan TD. Apabila TD meningkat terus maka akan terjadi
natriuresis sehingga seolah-olah terjadi hipovolemia dan akan merangsang renin kembali untuk
membentuk vasokonstriktor angiotensin II sehingga terjadi iskemia pembuluh darah dan
menimbulkan hipertensi berat atau krisis hipertensi.
F. Diagnosis
5
Prinsip-prinsip penegakan diagnosis Hipertensi emergency dan Hipertensi Urgency tidak
berbeda dengan penyakit lainnya ;
1. Amamnesis ; Riwayat hipertensi dan terapinya, kepatuhan minum obat, tekanan darah rata-
rata, riwayat pemakaian obat-obat simpatomimetik dan steroid, kelainan hormonal, riwayat
penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral, jantung dan gangguan penglihatan.
2. Pemeriksaan Fisik ;
a. Pengukuran tekanan darah pada kedua lengan, perabaan denyut nadi perifer (raba
nadi radialis kedua lengan dan kemungkinan adanya selisih dengan nadi femoral,
radial-femoral pulse leg ),
b. Mata ; Lihat adanya papil edema, pendarahan dan eksudat, penyempitan yang hebat
arteriol.
c. Jantung ; Palpasi adanya pergeseran apeks, dengarkan adanya bunyi jantung S3 dan
S4 serta adanya murmur.
d. Paru ; perhatikan adanya ronki basal yang mengindikasikan CHF.
e. Status neurologik ; pendekatan pada status mental dan perhatikan adanya defisit
neurologik fokal. Periksa tingkat kesadarannya dan refleks fisiologis dan patologis.
3. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan penyakit dasarnya, penyakit penyerta, dan
kerusakan target organ. Yang sering dilakukan antara lain ; pemeriksaan elektrolit, glukosa
darah, kreatinin, urinalisis., hitung jenis komponen darah dan SADT. Pemeriksaan lainnya
antara lain foto rontgen toraks, EKG dan CT Scan.
6
5. Meningkatkan komsumsi lemak tak jenuh dan mengurangi konsumsi lemak jenuh (daging
sapi, kerbau, kambing, babi, susu, keju, dan kelapa).
6. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (jeroan, kuning telur, cumi-
cumi, kerang, kepiting, coklat, mentega, dan margarin)
7. Meningkatkan intake makanan yang berserat tinggi seperti buah-buahan (jambu biji,
belimbing, jambu bol, kedondong, jeruk, pisang, nangka masak, markisa, dan lain-lain),
sayuran (daun bawang, kecipir muda, jamur segar, bawang putih, daun dan kulit melinjo,
dan lain-lain), ikan, agar-agar, dan rumput laut)
8. Menghentikan kebiasaan merokok
9. Olah raga teratur
10. Hindari ketegangan mental dan stres
7
Daftar Pustaka
1. Sudoyo, Aru, Setiyohadi, Bambang, dkk. 2007. Buku Ajar Penyakir Dalam. Jakarta :
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
2. Ganiswara,1995. Farmakologi dan Terapan. Edisi IV. Bagian Farmakologi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta
3. Mansjoer, A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
4. Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com
8
BORANG PORTOFOLIO
9
Borang Portofolio Kasus Medis
2. Riwayat Pengobatan : pasien sudah minum obat sebelumnya, tapi tidak terdapat perubahan.
10
8. Sudoyo, Aru, Setiyohadi, Bambang, dkk. 2007. Buku Ajar Penyakir Dalam. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI
9. Ganiswara,1995. Farmakologi dan Terapan. Edisi IV. Bagian Farmakologi. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia. Jakarta
10. Mansjoer, A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
11. Surya, Andari. Tanpa tahun. Makalah Hipertensi. www.scribd.com
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Hipertensi Urgensi
2. Tata laksana pasien Hipertensi Urgensi
11
Frekuensi nadi: 82x/menit
Frekuensi nafas:20 x /menit
Suhu : 36,70C
sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala : dalam batas normal
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, ɸ 3 mm
/ 3 mm, refleks cahaya +/+ Normal.
Thoraks :
Jantung I : iktus tak terlihat
Abdomen :
I : distensi (-), darm contour (-), darm Steiffung (-)
Pa :distensi (-), nyeri tekan (-) di epigastrium, nyeri lepas (-), defans muscular (-)
Pe : timpani
Au : BU (+) normal
Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hb : 12,5 gr/dl
Leukosit : 8.800/mm3
Trombosit : 228.000/mm3
12
Ht : 37,1 %
GDR : 100 mg/dl
ureum : 24 mg/dl
kreatinin : 0,8 mg/dl
- Assesment(penalaran klinis) :
Dari anamnesis, pasien merasakan pusing-pusing sejak satu hari sebelum
masuk rumah sakit. Pusing disertai badan lemas, tengkuk terasa berat, mual-mual
dan penurunan nafsu makan. Sesak nafas dan nyeri dada tidak ada. Pasien
sebelumnya sudah minum obat penghilang sakit kepala, namun tidak terdapat
perbaikan. Pasien suka memakan makanan yang bersantan dan seafood. Riwayat
darah tinggi yang tidak terkontrol. BAB dan BAK (+) normal.
Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang, sadar, tekanan darah
200/100 mmHg, nadi 82x/menit, nafas 20x/menit, dan suhu 36,7oC. Pemeriksaan
penunjang didapatkan Hb 12,5 gr/dl, leukosit 8.800/mm3, Ht 37,1%, trombosit
228.000/mm3, GDR 100 mg/dl, ureum : 24 mg/dl, dan kreatinin : 0,8 mg/dl
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
disimpulkan diagnosa kerja pasien adalah hipertensi urgensi dan memerlukan
tatalaksana yang tepat.
- Plan :
Diagnosis klinis : Hipertensi Urgensi
Pengobatan IGD:
Penanganan pasien :
- Captopril 25 mg sublingual
- IVFD RL 8 jam/kolf
- Inj Ranitidin 2x1 amp (iv)
- Amlodipin 1x5 mg (po)
- Vitamin B. Complek 3x1 tab (po)
- Rawat interne wanita
13
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
27/4/17 Pusing (+) berkurang KU: sedang Hipertensi IVFD RL 8jam/kolf
Badan lemas (+) TD: 160/90 Urgensi Amlodipine 1x5mg
Mual (+) Nadi : 80x/i Perbaikan Inj ranitidine 2x1amp
Nafsu makan (-) Nafas: 20xi Valsartan 1x80mg
B comp 3x1tab
28/4/17 Pusing (+) berkurang KU: sedang Hipertensi IVFD RL 8jam/kolf
Badan lemas (-) TD: 150/90 Urgensi Amlodipine 1x5mg
Mual (-) Nadi : 80x/i perbaikan Inj ranitidine 2x1amp
Nafsu makan normal Nafas: 20xi Valsartan 1x80mg
B comp 3x1tab
29/4/17 Pusing (-) KU: sedang Hipertensi Amlodipine 1x5mg
Mual (-) TD: 140/80 Urgensi Valsartan 1x80mg
Nadi: 80x/i Perbaikan B comp 3x1tab
Nafas: 20x/i Pasien boleh pulang
Kontrol Poli Interna
Edukasi :Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit ini dan komplikasi
yang dapat terjadi. Pasien saat ini membutuhkan perawatan dan kontrol kesehatan secara
teratur, konsumsi makanan yang rendah garam, kurangi makanan yang bersantan dan
berlemak. Selain itu pada pasien dijelaskan tentang pentingnya berolahraga, menjaga emosi
dan menjaga pola makanan.
14