Anda di halaman 1dari 11

PENATALAKSANAAN PASIEN HIPERTENSI DALAM

KASUS PENCABUTAN GIGI DI PUSKESMAS


KOTA PANGKAJENE

A. STATUS UMUM PASIEN


Nama : Kasianto
Usia : 54 Tahun
No.RM : 06004512
Tanggal Pelayanan : 21 Juli 2023
Data Ringkasan Penyakit :
Subjektif : Pasien datang ke puskesmas pada pagi hari dengan keluhan gigi
belakang atas sebelah kiri terasa sakit dan berlubang besar. Pasien ingin mencabut
giginya.
Objektif : Keluhan utama elemen 25. Pemeriksaan tekanan darah 158/96
mmHg. Pemeriksaan ekstraoral tidak ada kelainan. Pemeriksaan intraoral gigi 25
mobility o3, perkusi (-), palpasi (-)
Penatalaksaan :
Pencabutan gigi 25 ditunda karena pasien memiliki tanda hipertensi.
Pasien dirujuk internal terlebih dahulu ke poli umum untuk penatalaksanaan
hipertensi pasien.

B. PENDAHULUAN
Tidak semua pasien yang datang di praktek dokter gigi dalam keadaan
sehat dan mempunyai tekanan darah yang normal. Ada beberapa yang mempunyai
riwayat hipertensi dan ada sebagian yang datang dalam kondisi hipertensi.
Kondisi tekanan darah pasien yang berbeda-beda memerlukan pengelolaan dental
yang tidak sama dan kadang-kadang cukup rumit. Bagi sebagian besar pasien
semua prosedur atau tindakan dalam bidang kedokteran gigi sering menyebabkan
stress atau kecemasan tersendiri dan hal tersebut dapat memicu peningkatan
pelepasan cathecolamine yang selanjutnya dapat meningkatkan tekanan darah
pasien saat berobat, selain itu dalam perawatan gigi untuk mengontrol rasa sakit

1
sering digunakan anestesi lokal. Adanya anestesi lokal merupakan masalah
tersendiri berkaitan dengan tekanan darah pasien.1

C. TINJAUAN UMUM HIPERTENSI


Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya Tekanan/Tegangan;
Jadi, Hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.)
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JIVC) sebagai tekanan yang
lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg. 1,2
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih
rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis
sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg,
dibaca seratus dua puluh per delapan puluh.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi
dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih
tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat.
Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan
paling rendah pada saat tidur malam hari.2

Klasifikasi Hipertensi2

2
Klasifikasi Tekanan Darah Sistole Diastole
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi stage 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi stage 2 >160 >100

1. ETIOLOGI PENYAKIT
Hipertensi Esensial (Hipertensi Primer)2
Adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui. Terjadi pada sekitar 90%
penderita hipertensi.
Hipertensi Sekunder
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal.
Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu.

2. GEJALA
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala antara
lain sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur.

3
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh
tekanan darah yang sangat tinggi yang kemungkinan dapat menimbulkan atau
telah terjadinya kelainan organ target. Biasanya ditandai oleh tekanan darah
>180/120 mmHg.
Pada hipertensi emergensi tekanan darah meningkat ekstrim disertai
dengan kerusakan organ target akut yang bersifat progresif, sehingga tekanan
darah harus diturunkan segera (dalam hitungan menit – jam) untuk mencegah
kerusakan organ target lebih lanjut. Contoh gangguan organ target akut:
encephalopathy, pendarahan intrakranial, gagal ventrikel kiri akut disertai edema
paru, dissecting aortic aneurysm, angina pectoris tidak stabil, dan eklampsia atau
hipertensi berat selama kehamilan.
Hipertensi urgensi adalah tingginya tekanan darah tanpa disertai
kerusakan organ target yang progresif. Tekanan darah diturunkan dengan obat
antihipertensi oral ke nilai tekanan darah pada tingkat 1 dalam waktu beberapa
jam s/d beberapa hari.
3. VASOKONSTRIKTOR DALAM ANESTESI LOKAL
Untuk mengontrol rasa sakit selama perawatan gigi, anestesi lokal sering
diberikan kepada pasien. Bahan anestesi lokal yang tersedia ada yang
mengandung vasokonstriktor. Adanya vasokonstriktor dalam anestesi lokal
dimaksudkan untuk :
- Memperpanjang durasi anestesi lokal
- Mengurangi resiko toksis sistemik
- Mengontrol perdarahan pada lokasi operasi
Tabel 2. Potensi macam-macam vasokonstriktor terhadap reseptor adrenergik

Vasokonstriktor yang ada pada bahan anestesi lokal secara kimia


menyerupai mediator sistem saraf simpatis , epinefrin dan non epineprin. Aksi
vasokonstriktor menyerupai sistem saraf adrenergik terhadap stimulasi dan
diklasifikasikan sebagai obat simpatomimetik atau adrenergik. Obat
simpatomimetik dapat beraksi secara langsung pada reseptor adrenergik, atau
tidak langsung dengan melepaskan norepineprin dari terminal saraf adrenergik,
atau bereaksi secara gabungan (langsung dan tidak langsung). Aksi dari beberapa
vasokonstriktor dalam anestesi lokal terhadap reseptor adrenergik tidak sama.
Ada dua reseptor adrenergik di dalam tubuh manusia yaitu alfa dan beta,
yang dibagi lagi menjadi α1, α2 dan β1, β2. Stimulasi reseptor α akan
mengakibatkan vasokonstiktor pada pembuluh darah perifir, α1 adalah pre
sinapsis eksitasi dan α2 adalah post sinapsis inhibitor. Sehingga stimulasi α
cenderung meningkatkan tekanan darah tetapi tidak dramatik. Reseptor β1 akan
meningkatkan frekuensi nadi jantung dan kekuatan kontraksi jantung sehingga
akan meningkatkan tekanan darah, sedangkan reseptor β2 menyebabkan
vasodilatasi dan bronchodilatasi. Berdasarkan tabel2 dapat diketahui bahwa
epineprin kira-kira empat kali lebih poten terhadap α reseptor dibanding
norepineprin. Aksi levonoderfin menyerupai noradrenalin tetapi potensi terhadap
α reseptor lebih rendah. Epineprin mempunyai pengaruh terhadap reseptor β1 dan
β2 yang hampir sama sehingga cenderung tidak akan meningkatkan tekanan darah
yang dramatis. Selain itu epineprin mempunyai pengaruh terhadap β2 lebih besar
dibandingkan vasokonstriktor lain. Felypressin adalah substansi simpatomimetik
yang analog dengan hormon vasopressin yang dikategorikan sebagai
vasokonstriktor, namun bukan golongan simpatomimetik. Felypressin beraksi
langsung pada otot polos vaskuler dan dominan di venosus. Secara sistematik
tidak berpengaruh di kardiovaskuler dan sistem saraf pusat, oleh karena itu
mungkin aman diberikan kepada pasien hipertiroid namun mempunyai aksi
oksitosin yang kontra indikasi pada pasien hamil.
Beberapa penelitian menunjukkan tidak ada perubahan tekanan darah yang
signifikan selama perawatan gigi. Pada suatu penelitian yang membandingkan
tekanan darah selama pemeriksaan dan perawatan gigi, perbedaan rata-rata 8
mmHg (sistole) dan 1 mmHg (diastole) terjadi pada prosedur yang paling
traumatik (bedah mulut). Penelitian yang lain menunjukkan bahwa kenaikan darah
yang terjadi selama injeksi anestesi lokal bersifat sesaat dan kembali normal
setelah jarum ditarik. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada pasien odontektomi
dengan articaine 4% dengan adrenalin 1:100.000, demikian juga injeksi
intraosseus dengan lidocaine 2% dengan epineprin 1:100000 tidak menunjukkan
perubahan yang bermakna pada perubahan tekanan darah pasien. Pada penelitian
pasien dengan penyakit kardiovaskuler sedang dapat diberi 1,8 ml lidokain 2%
dengan adrenalin 1:80000 tanpa ada perubahan hemodinamik yang signifikan.
Vasokonstriktor dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat tertentu dan
mengakibatkan efek pada tekanan darah. Interaksi vasokonstriktor dengan obat
antidepresi Trisiklik akan menyebabkan krisis hipertensi atau hipertensi darurat,
demikian juga dengan obat Monoamine Oxide Inhibitor (MAOIs) dan dengan
hormon tiroid. Vasokonstriktor dengan obat-obat Nonselective β Blocker akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan brakikardi; dengan cocain akan
mengakibatkan takikardi dan hipertensi; dengan obat α adrenoceptor Blocker dan
Adrenergik neuron Blocker akan mengakibatkan hipotensi dan dengan anestesi
umum Halotan akan mengakibatkan disritmia.
4. PEMBAHASAN
Dengan semakin tingginya prevalensi pasien yang menderita hipertensi
dan adanya peningkatan terjadinya hipertensi seiring dengan bertambahbya umur,
maka akan sering kemungkinan dokter gigi merwat pasien dengan hipertensi di
klinik. Penggunaan bahan vasokonstriktor sebagai tambahan dalam anestesi lokal
pada pasien hipertensi masih merupakan perdebatan, meskipun sudah ada bukti-
bukti penelitian bahwa penggunaan bahan anestesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor khususnya adrenalin dalam dosis yang dianjurkan (dosis
maksimal 0,2 mg untuk pasien sehat tiap kali kunjungan dan 0.04 mg
direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit kardiovaskuler tidak
mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang signifikan dan bila ada perubahan
hanya bersifat sesaat.
Pengelolaan pasien dengan hipertensi memerlukan suatu strategi tertentu
yang menguntungkan untuk menjaga kestabilan tekanan darah selam periode
perawatan, khususnya apabila saat perawatan memerlukan intervensi anestesi
lokal yang mengandung vasokonstriktor. Oleh karena itu seleksi vasokonstriktor
berdasarkan durasi yang dibutuhkan, keprluan hemostasis dan kondisi sistemik
penyerta pada pasien. Penggunaan vasokonstriktor merupakan kontra indikasi
pada kondisi : angina yang tidak stabil, infark jantung dan stroke (< 6 bulan),
operasi by pass arteri koroner (<3 bulan), hipertensi yang tidak terkontrol, gagal
jantung parah, sensitif sulfitem dan phaechromocytoma. Ada beberapa pasien
tertentu meskipun dalam kondisi tekanan darah normal namun sensitif terhadap
vasokonstriktor dan akan memberikan respon yang berkepanjangan terhadap
vasokonstriktor khususnya epineprin, dan hal ini tidak bisa diprediksi
sebelumnya.
Ada dua strategi dalam perawatan gigi pada pasien hipertensi yaitu strategi
preventif dan kuratif (Tabel.3) dan perhatian yang sangat besar harus diberikan
khususnya ada kemungkinan komplikasi terjadinya hipertensi akut/crisisis
hypertension/emergent hipertensi yang terjadi selama perawatan gigi. Pada
strategi preventif meliputi semua tindakan untuk mengontrol tekanan darah pasien
selama periode perawatan dan semua tindakan preventif dalam bidang kedokteran
gigi sendiri (yang meliputi kontrol plak, flouridasi dll). Tindakan preventif yang
efektif untuk mengontrol tensi pasien meliputi kontrol kecemasan dan stress,
pemilihan anestesi , bahan anestesi, dan kontrol sakit setelah tindakan selesai.

Tabel 3. Strategi preventif dan kuratif untuk perawatan gigi


pada pasien hipertensi
Prosedur dental yang lama dan stressful sebaiknya dihindarkan. Pemberian
sedatif peroral (Benzodiazepine 5 mg malam sebelum tidur dan 1 jam sebelum
tindakan perawatan) cukup membantu mengurangi stress, Penggunaan sedasi
dengan Nitrou Oxide (N20) dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole
sampai 10-15 mmHg kira-kira 10 menit setelah pemberian dan selanjutnya dapat
dilakukan anestesi lokal dengan atau tanpa vasokonstriktor. Anestesi lokal
merupakan peilihan terbaik untuk pasien dengan hipertensi dibanding anestesi
umum, pemberian anestesi harus pelan dan penyuntikan intravaskuler harus
dihindari.

Tabel.4 Diagnosis dan perawatan krisis hipertensi di dalam perawatan gigi


Daftar Pustaka
1. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.
7th Edition. Philadelphia: Elsevier; 2019
2. Balaji S, Balaji PP. Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. 3rd ed.
Elsevier. New Delhi: RELX India Pvt. Ltd.; 2018
3. Tiwari DR, Pendyala DC, Gurukarthik DG, Bhattacharjee DA. History of Oral
and Maxillofacial Surgery – A Review. IOSR Journal of Dental Medical
Sciences. 2017
4. Sanghai S. A Concise Textbook of Oral & Maxillofacial Surgery. 1st edition.
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2009
5. Marsh PD, Martin, Michael V. Oral Microbiology. 5th edition. Toronto:
Churchill Livingstone Elsevier; 2009

Anda mungkin juga menyukai