PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obat anti hipertensi saat ini semakin berkembang dan beragam
jenisnya, tiap-tiap obat antihipertensi memiliki karakteristik
farmakokinetik dan farmakodinamik sendiri. Pilihan obat antihipertensi
yang dapat digunakan oleh tenaga medis adalah Diuretik, Obat
Simpatolitik (β-adrenoreceptor blocker /β-bloker /penyakat adrenergik
beta, α-adrenoreceptor blocker/penyakat adrenergik alfa, antagonis
adrenergik campuran /penyakat adrenergik campuran, senyawa kerja
pusat, dan senyawa pemblok saraf ), Vasodilator, Calcium Chanel
Blocker (CCB), Angiotensin Converting Enzime Inhibotor (ACEi),
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dan Direct Renin Inhibitor. Obat
antihipertensi dapat digunakan sebagai terapi tunggal maupun kombinasi.
hipertensi dibagi menjadi 3 klasifikasi yakni Pre-Hipertensi dengan
tekanan darah sistolik (TDS) 120-139 mmHg atau tekanan darah diastol
(TDD) 80-89 mmHg, Hipertensi Stage1 dengan TDS 140-159 mmHg
atau TDD 90-99 mmHg, Hipertensi Stage2 dengan TDS > 160 mmHg
atau TDD > 100 mmHg (3).Hipertensi merupakan penyakit yang
berbahaya dan sering disebut silent killer karena gejala yang ditimbulkan
tidak khas dan dapat berbeda tiap individu. Penyakit hipertensi dapat
mempengaruhi fungsi organ-organ lain, seperti stroke pada otak maupun
jantung koroner. Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan
utama di Indonesia. Menurut riset kesehatan dasar (RISKESAS) pada
tahun 2007. Tekanan darah pasien dapat dikontrol dengan mengubah
gaya hidup atau dengan bantuan obat-obat. Pemberian obat antihipertensi
pada pasien dilakukan bila tekanan darah belum bisa dikontrol dengan
perubahan gaya hidup atau terlalu tinggi hingga mengancam nyawa.
.Beragam golongan obat anti-hipertensi yang ada menuntut tenaga medis
untuk memilih dengan tepat, selain mempertimbangkan aspek medis
seperti tingkat keparahan penyakit, usia, derajat hipertensi, riwayat
penyakit dahulu dan penyakit penyerta lain (4), tenaga medis juga harus
mempertimbangkan faktor non-medis, di antaranya faktor pasien, faktor
ekonomi, faktor ketersediaan obat, faktor lingkungan, dan faktor
pendidikan. Pemberian obat yang tidak sesuai dengan kondisi pasien baik
medis atau non-medis dapat berakibat buruk, salah satunya adalah
penghentian pengobatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hipertensi dan obat anti hipertensi?
2. Bagaimana pembagian golongan obat anti hipertensi dan bagaimana
cara kerjanya?
3. Jenis obat apa saja yang sudah tersedia di pasaran?
4. Bagaimana cara penanganan penyakit hipertensi dari sisi perawat
baik farmakologi maupun non farmakologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan obat anti hipertensi.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagaimana pembagian golongan obat anti
hipertensi dan cara kerjanya.
4. Untuk mengetahui jenis obat apa saja yang sudah tersedia di pasaran.
5. Untuk mengetahui cara penanganan penyakit hipertensi dari sisi
perawat baik farmakologi maupun non farmakologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas
140/90mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan
sistolik > 140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. Tekanan Darah (TD)
didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk hipertensi.
Antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi
bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi
dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD. Hipertensi disebabkan
oleh peningkatan resistensi perifer total karena penyempitan arteri kecil.
Perubahan tekanan darah diatur oleh refleks baroreseptor, sedangkan jalur
renin-angiotensin- aldosteron untuk mengontrol garam, cairan, dan tekanan
darah (Thomas, 2003). Tekanan darah meningkat ketika terjadi tekanan sistolik
> 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Hipertensi merupakan kerusakan
heterogen yang disebabkan oleh penyebab khusus (hipertensi sekunder) atau
karena penyebab yang tidak diketahui (hipertensi primer atau esensial) (Wells
et al., 2000). Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakkan berdasarkan sekali
pengukuran, kecuali bila tekanan darah diastolik (TDD) > 120 mmHg dan/atau
tekanan darah sistolik (TDS) > 210 mmHg. Diagnosis hipertensi ditegakkan
bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD >
90 mmHg dan/atau TDS > 140 mmHg (Setiawati dan Bustami, 1995).
Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa resiko kerusakan ginjal, jantung,
dan otak berkaitan secara langsung dengan besarnya peningkatan tekanan
darah. Perlu dicatat bahwa hipertensi dinyatakan berdasar tekanan darah dan
bukan gejala yang dilaporkan penderita.
Hipertensi esensial terjadi empat kali lebih banyak pada orang kulit hitam
dibanding kulit putih, dan lebih sering pada pria umur pertengahan dibanding
wanita pada kelompok umur yang sama (Myceck et al., 2001). Faktor
keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit
kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa
sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas
vaskuler (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin (Setiawati dan
Bustami, 1995). Penyebab khusus hipertensi hanya bisa ditetapkan pada sekitar
10 – 15% pasien (Benowitz, 2001). Hipertensi ini disebut hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain (Setiawati dan
Bustami, 1995). Patofisiologi penyakit hipertensi masih belum jelas. Sejumlah
pasien (2 – 5%) mempunyai penyakit ginjal atau adrenal yang merupakan
penyebab peningkatan tekanan darah (Beevers et al., 2001). Beberapa faktor
yang mendukung peningkatan hipertensi primer, di antaranya, (1) gangguan
saraf, reseptor adrenergik, atau baroreseptor, (2) abnormalitas ginjal, (3)
abnormalitas humoral, (4) defisiensi sintesis substansi vasodilator pada
endotelium vaskuler, seperti prostasiklin, bradikinin, dan oksida nitrit, atau
peningkatan produksi substansi vasokonstriktor seperti angiotensin II dan
endotelin I.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang diketahui penyebab spesifiknya.
Hipertensi sekunder terjadi 5-10% penderita (Lilyasari, 2007). Hipertensi
sekunder dapat disebabkan oleh:
1. ACE inhibitor
a. catopril
4. Diuretic
a. Spironolactone
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Indikasi : pengobatan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.
Efek samping : pusing dan sakit kepala ringan, mual dan muntah,
diare, pembengkakan di payudara, keram, impotensi.
Kontra indikasi : penderita anuria, gangguan ginjal, hiperkalemia.
Perhatian/ peringatan : Harus dengan resep dokter.
Bentuk sediaan yang tersedia : tablet
Aturan pakai : Sesudah makan, pada waktu yang sama setiap
harinya, lebih baik diminum sebelum jam 18.00 untuk menghindari
banyak urinasi pada malam hari.
b. Hydroclorothiazide
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Dewasa untuk edema : 25 mg - 100 mg 1-2 kali sehari Dewasa
untuk Hipertensi : 25 mg 1 kali sehari Dewasa untuk
Nefrokalsinosis : 25 mg 1 kali sehari Dewasa untuk Osteoporosis :
25 mg 1 kali sehari Dewasa untuk diabetes insipidus : 50 mg 1 kali
sehari.
Indikasi : digunakan sebagai obat anti hipertensi yang bekerja
dengan cara mengurangi kemampuan ginjal untuk menyerap terlalu
banyak natrium yang bisa menyebabkan retensi cairan.
Efek samping : mata terasa sakit, gangguan penglihtan,mulut
kering, haus muntah-muntah,merasa lelah, mengantuk, pusing,
detak jantung tidak teratur, otot terasa lemah, mati rasa atau terasa
geli.
Perhatian/peringatan : pasien usia lanjut,penyakit ginjal berat,
penyakit hati yang progresif.
Kontra indikasi : hipersensitif.
Bentuk sediaan yang tersedia : Tablet.
Aturan pakai : Sesudah makan.
5. penghambat adrenergik perifer
1) penghambat alfa (alfa blocker)
a. doxazosin
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Hipertensi 1-16 mg/hari. Dosis lazim 2-4 mg/hari.
Indikasi : Hipertensi, hiperplasia prostat jinak dan untuk
mengurangi aliran urin yang berhubungan dengan hiperplasi prostat
jinak.
Efek samping : pusing ringan, rasa lelah, mengantuk,sakit kepala,
sesak napas, diare, bengkak, tekanan darah rendah, mual.
Perhatian/ peringatan : HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
Hipotensi postural/sinkop, gangguan fungsi hati. Hati-hati jika
diberikan bersama dengan golongan penghambat PDE-5.
Kontra indikasi : -
Bentuk sediaan yang tersedia : Tablet
Aturan pemakaian : diberikan bersama atau tanpa makanan.
b.Teraxosin
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Dosis awal, Dosis tunggal terendah 1 mg sebelum tidur untuk semua
pasien, yang tidak boleh dilampaui. Dosis selanjutnya, pengobatan
hipertensi ringan sampai sedang: Dosis harian tunggal dapat
ditingkatkan dengan sekitar 2x dosis pada interval mingguan. Dosis
pemeliharaan 2 mg / hari mungkin cukup dengan meningkatkan
hingga 10 mg jika diperlukan (studi klinis mendukung penggunaan 2
- 10 mg sebagai dosis pemeliharaan). Dosis maksimum adalah 20 mg
terazosin per hari. Pengobatan Hiperplasia Prostatic Benigna: Dosis
dapat ditingkatkan sekitar 2x pada interval mingguan atau dua
mingguanDosis pemeliharaan biasanya 5 hingga 10 mg sekali sehari.
Perawatan harus dimulai dengan menggunakan tablet 1 mg selama
tujuh hari, 2 tablet mg selama 14 hari dan 5 tablet mg selama 7 hari.
Respon terhadap pengobatan harus ditinjau kembali dalam empat
minggu.
Indikasi : Pengobatan hipertensi ringan sampai sedang. Pengobatan
simtomatik obstruksi urin yang disebabkan oleh benign prostatic
hyperplasia (BPH).
Efek samping : sakit dada, pusing ringan ketika bangun dari posisi
duduk atau baring, pingsan tiba-tiba, denyut jantung cepat dan tidak
beraturan, sesak napas, pembengkakan kaki atau kaki yang lebih
rendah.
Kontra indikasi : Pasien yang diketahui hipersensitivitas terhadap
zat aktif, untuk quinazolines lainnya (misalnya prazosin, doxazosin).
Perhatian/ peringatan : harus dengan resep dokter. Konsultasi
terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker jika memiliki alergi
quinazolines atau penghambat alfa lainnya seperti doxazosin atau
prazosin atau jika Anda memiliki alergi lain. Menghindari
mengemudi atau tugas berbahaya selama 12 jam setelah dosis
pertama, setelah dosis ditingkatkan, dan ketika obat ini dimulai
kembali setelah dihentikan. Batasi minuman beralkohol.Orang
dewasa yang lebih tua mungkin lebih sensitif terhadap efek samping
ini. Selama kehamilan, obat ini harus digunakan hanya ketika jelas
diperlukan.
Bentuk sediaan yang tersedia : Tablet.
Aturan pakai : Tablet pertama dari kekuatan dosis yang ditentukan
harus diambil pada malam hari pada waktu tidur. Tablet berikut
kekuatan yang sama dapat diambil di pagi hari. Jika perlu untuk
menghentikan terapi terazosin, dosis harus dititrasi ulang dimulai
dengan 1 mg terazosin pada waktu tidur.
2) penghambat beta (beta blocker)
a. Bisoprol
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Hipertensi dan angina: 1 tablet (5 mg - 10 mg per hari) Gagal
jantung kronik stabil: 1 tablet (1.25 mg) per hari pada minggu
pertama. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap.
Indikasi : Hipertensi, bisa digunakan sebagai monoterapi atau
dikombinasikan dengan antihipertensi lain.
Efek samping : pusing dan tubuh tidak stabil,mengalami gejala
vertigo hingga pingsan, sakit kepala, susah tidur, gelisah, penurunan
konsentrasi, nyeri dada, gagal jantung kongestif, insomnia.
Perhatian/ peringatan : harus dengan resep dokter. Hati-hati bila
diberikan pada penderita kelainan ginjal dan hati.Penyakit arteri
korenaria, hipoglikemi spontan atau pasien diabetes yang mendapat
insulin atau agen hipoglikemik oral. Anak, hamil dan laktasi.
Kontra indikasi : Gagal jantung akut, syok kardiogenik, bradikardi,
hipotensi, asma bronkial berat, feokromositoma, asidosis metabolik.
Bentuk sediaan yang tersedia : Tablet.
Aturan pakai : sesudah makan.
b. Carvedilol
Dosis : penggunaan obat ini harus sesuai dengan petunjuk dokter.
Hipertensi esensial : Dewasa dan usia lanjut : diawali 1 x sehari 2
tablet selama 2 hari pertama, kemudian 1 x sehari 4 tablet. Dosis
dapat ditingkatkan dengan interval minimum 2 minggu.
Indikasi : Hipertensi esensial, Gagal Jantung Kongestif
Efek samping : pusing, berat badan bertambah, diare, mudah lelah,
tekanan darah rendah, infeksi pernapasan saluran atas, infeksi
saluran kemih, detak jantuk melambat.
Perhatian/ peringatan : harus dengan resep dokter. Hipertensi labil
atau sekunder, angina pektoris tidak stabil, diabetes, usia lanjut,
gangguan konduksi jantung, penyakit arteri perifer, kerusakan ginjal,
serangan jantung yang belum lama terjadi, terapi bersama dengan
diuretik psoriasis, penyakit oklusi.
Kontra indikasi : Asma bronkial, PPOK disertai bronkospasme,
bradikardi berat, hipovolemik, blok AV derajat 2 dan 3, hipotensi
berat, disfungsi hati, hamil, laktasi, anak < 18 tahun. Gagal jantung
dekompensasi yang memerlukan penunjang inotropik IV.
Hipersensitif terhadap
Bentuk sediaan yang tersedia : Tablet.
Aturan pemakaian : sesudah makan.
3.2 SARAN
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat.
Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai
macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripik dan makanan kering yang
asin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan (dendeng,
asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing),
kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat,
saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya
mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang mengandung
alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA
MM Woro Endah Tyashapsari1, Abdul Karim Zulkarnain2 1,2Fakultas Farmasi
UGM Yogyakarta. 2012. PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI
DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr.
KARIADI SEMARANG. Majalah Farmaseutik, Vol. 8 No. 2.
http://linalamarunga.blogspot.com/2016/07/makalah-farmakologi-
antihipertensi.html. diakses 17 maret 2020
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/v-bloc-6-25-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. diakses 17 maret 2020
https://www.google.com/search?safe=strict&client=firefox-b-
d&ei=O3JwXszBD4nf9QO6uaywDw&q=efek+samping+carvdilol&oq=efek+sa
mping+carvdilol&gs_l=psy-
ab.3..0i13j0i8i13i30.789949.794816..795754...0.3..1.464.4030.0j5j9j2j1......0....1..
gws-
wiz.......0i71j0j0i22i30j33i160..26%3A292.N1MnzdHlhuE&ved=0ahUKEwiMy6
LY9KDoAhWJb30KHbocC_YQ4dUDCAo&uact=5. Diakses 17 maret 2020
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/bisoprolol-5-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. Diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/terazosin-1-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/cardura-2-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. diakses 17 maret 2020
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/hydrochlorothiazide-hct-25-mg-
tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/spironolactone-25-mg-10-tablet-per-
strip-tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/furosemide-40-mg-10-tablet-per-
strip-tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/valsartan-80-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/diltiazem-30-mg-10-tablet-per-strip-
tablet. diakses 17 maret 2020.
https://www.halodoc.com/obat-dan-vitamin/amlodipine-10-mg-10-tablet-per-
strip-tablet. diakses 17 maret 2020.