2. Kelebihan volume cairan b/d retensi cairan dan natrium oleh ginjal
Ds : -
Do : - ureum : 210
- creatinin : 5,3
- output 25 ml/24jam
- edema paru
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metod
e terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal y
aitu membuang zatzat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terap
i ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (
lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelan
gsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi.
(Muttaqin, 2011)
Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunaka
n mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pad
a proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedal
am mesin dialiser.
Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-
zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisa
t (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah sel
esai dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.
Proses ini dilakukan 1-
3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membut
uhkan waktu sekitar 2-4 jam
(Muttaqin, 2011)
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah d
engan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan d
isaring oleh mesin dialisis.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya a
dalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbon
at, dan pemberian infuse glukosa.
(Muttaqin, 2011)
c. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiens
i, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapa
t diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ad
a indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi koroner.
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-
obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan pero
ral atau parentera. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis p
eritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
(Muttaqin, 2011)
e. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatat
or dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendali
kan hipertensi harus hati-
hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natriu
m.
f. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal gin
jal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang
baru.
(Muttaqin, 2011)
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 2.
Singapore : Elsevier.