Anda di halaman 1dari 20

Alfanida

Ade Esti Paudjiah


Enny Shofiani
Niya Apriliniya
Siti Aisyah
Tn. M 50 tahun, di rawat di unit intensive care dengan
diagnosa cronik renal failure disertai edema paru. Pasien
sudah terintubasi dan terpasang ventilasi mekanik. Pada
pemeriksaan, diperoleh data : Td : 160/95 mmHg, Nadi :
90 x/mnt, ureum : 210, creatinin : 5,3. terpasang D cateter
dan urine output hanya 25 ml dalam 24 jam dan warnanya
keruh.
 Penyakit Ginjal Kronis (Chornic Kidey disease)
adalah hilangnya progresif fungsi ginjal yang
berkembang selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. CRF disebabkan oleh penghancuran nefron.
Semua penyebab GGA juga dapat menyebabkan
diabetes mellitus , penyakit sel sabit, lonnerulonefritis,
sindrom nefrotik, lupus eritematosus, gagal jantung,
dan sirosis hati juga dapat berkontribusi terhadap
timbulnya CRF (deWitt et al, 2013).
Penyebab CKD
1. Glomerulonefritis kronis (penyakit peradangan)
2. ARF ( acute renal failure)
3. Penyakit ginjal poliskistik
4. Episode pielonefritis berulang
5. Nefrotoksin
(Black & Hawks, 2014)
Tanda dan gejala awal gagal ginjal bergantung pada proses
penyakit dan faktor-faktor yang berkontribusi. Oleh
karena kerusakan nefron berkembang menjadi ESRD,
manifestasi dijelaskan menjadi sindrom uremia (Black &
Hawks, 2014).

Tanda dan gejala pada sistem kardiovaskuler : neuropati


perifer, hipertensi, pitting edema (kaki, tangan dan
sakrum), edema periobital, gesekan gesekan perikardial,
urat leher membesar, perikarditis, efusi perikardial,
tamponade perikardial, hiperkalemia, hiperlipidemia
(Janice et al, 2014).
 Tanda dan gejala pada sistem integumen : kulit berwarna
abu-abu, kering, kulit terkelupas, pruritus berat,
ecchymosis, purpura, kuku yang tipis dan rapuh, rambut
kasar dan tipis

 Tanda dan gejala pada sistem pernafasan : creackles,


sputum tebal, reflek batuk, nyeri pleuritik, sesak nafas,
tachypnea

 Tanda dan gejala pada sistem pencernaan : bau amonia


saat bernafas, ulkus mulut dan anoreksia, mual dan
muntah, cegukan, sembelit atau diare , perdarahan dari
saluran pencernaan
(Janice et al, 2014)
 Tanda dan gejala pada sistem persyarafan : kelemahan dan
kelelahan, kebingungan, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi, disorientasi, tremor, kejang

 Tanda dan gejala pada sistem muskuloskeletal : kram otot,


kehilangan kekuatan otot, osteoditrofi ginjal, nyeri tulang,

 Tanda dan gejala pada sistem reproduksi : amenore, atrofi


testis, infiltrasi, penurunan libido

 Tanda dan gejala pada sistem hematologi : anemia,


trombositopenia, retensi natrium, dan air, peningkatan
fosfat, penurunan kadar kalsium serum.
(Janice et al, 2014)
 Pada tahap awal penyakit, fungsi ginjal dapat memadai, tetapi
produk limbah akan mulai terakumulasi dalam plasma. Pasien
dengan gagal ginjal kronik tidak mengalami gejala sampai sekitar
65% dari jaringan ginjal rusak. Seiring berkembangnya penyakit,
produk limbah nitrogen, seperti nitrogen urea dan kreatinin,
meningkat ke tingkat yang lebih tinggi dalam darah. Pada tahap
akhir atau akhir dari gagal ginjal, 90% atau lebih dari ginjal
hilang (deWitt et al, 2013).

 Azotemia adalah akumulasi dari produk nitroge nous, yang


ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin serum. Pasien
mungkin mengalami mual dan muntah dan perubahan dalam
kesadaran mental dan tingkat kesadaran. Ginjal tidak mampu
mengeluarkan potassium; oleh karena itu waspada terhadap kadar
serum potasium yang tinggi (5 hingga 7 mEq / L), yang dapat
mempengaruhi jantung, menyebabkan disritmia dan serangan
jantung (deWitt et al, 2013).
 Tiga tahapan CRF :
 Di tahap 1 ada cadangan ginjal yang berkurang tetapi tidak ada
akumulasi limbah yang terpenuhi. Ginjal yang lebih sehat
bekerja konsentrasi lebih keras menurun dan poliuria

 Tahap 2 insufisiensi ginjal dan ditandai oleh peningkatan


sirkulasi limbah metabolik karena kadar BUN dan kreatinin
serum mulai meningkat . Tingkat filtrasi glomerulus menurun
dan oliguria serta edema ESRD.

 Tahap 3 beredar limbah metabolik yang menumpuk dalam


darah, homeostasis tidak dapat dipertahankan, elektrolit dan
cairan sangat serius, dan dialisis atau transplantasi ginjal
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.
(deWitt et al, 2013).
 D:\pathway ckd.docx
Inisial klien : Tn.M (50 thn)
Diagnosa medis : cronic renal failure disertai edem paru
Pasien sudah terpasang intubasi dan terpasang ventilasi
mekanik
TTV :
TD : 160/95 mmHg
N : 90 x/mnt
Ureum : 210
Kreatinin : 5,3
Terpasang karteter dan urine output : 25 ml/24 jam dan
warnanya keruh
1. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane kapiler alveoli :
edema paru
Ds : -
Do : - terpasang ventilasi mekanis
- terpasang intubasi
- edema paru

2. Kelebihan volume cairan b/d retensi cairan dan natrium oleh ginjal
Ds : -
Do : - ureum : 210
- creatinin : 5,3
- output 25 ml/24jam
- edema paru

3. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru


Ds : -
Do : - pasien terpasang ventilasi mekanis
1. AGD : dibutuhkan hasil PCO2 untuk penegakan
diagnosa penurunan curah jantung

2. Foto thorax : menentukan adanya edema paru

3. Elektrolit serum (Natrium) : untuk mengetahui kadar


natrium, dan untuk membantu penegakan diagnosa
gangguan pertukaran gas

4. Ekg : untuk mengetahui terjadinya ketidakseimbangan


elektrolit dan gagal jantung
a. Dialisis
 Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginja
l yang serius, seperti hiperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dial
ysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, p
rotein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangk
an kecendrungan peradrahan, dan membantu penyenbuhan luka.

 Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metod
e terapi yang bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal y
aitu membuang zatzat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terap
i ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (
lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelan
gsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi.
(Muttaqin, 2011)
 Selama ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
 Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunaka
n mesin dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pad
a proses ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedal
am mesin dialiser.
 Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-
zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisa
t (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah sel
esai dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh.
Proses ini dilakukan 1-
3 kali seminggu di rumah sakit dan setiap kalinya membut
uhkan waktu sekitar 2-4 jam
(Muttaqin, 2011)
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
 Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah d
engan bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut). Jadi,
darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan d
isaring oleh mesin dialisis.

b. Koreksi hiperkalemi
 Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi
dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus
diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya a
dalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbon
at, dan pemberian infuse glukosa.
(Muttaqin, 2011)
c. Koreksi Anemia
 Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiens
i, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapa
t diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ad
a indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi koroner.

d. Koreksi Asidosis
 Pemberian asam melalui makanan dan obat-
obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan pero
ral atau parentera. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat
diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis p
eritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
(Muttaqin, 2011)
e. Pengendalian Hipertensi
 Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatat
or dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendali
kan hipertensi harus hati-
hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natriu
m.

f. Transplantasi Ginjal
 Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal gin
jal kronik, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang
baru.
(Muttaqin, 2011)
 Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah:
Manajemen klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8 Buku 2.
Singapore : Elsevier.

 deWit, Susan C., Kumagai, Candice K. (2013). Medical-surgical


nursing: concepts & practice. 2nd ed. USA : Elsevier Saunders Inc.

 Janice L. Hinkle, Kerry H. Cheever. 2014. Clinical Handbook for


Brunner & Suddarth's Textbook of Medical-surgical Nursing.,
Edition 13th. Wolters Kluwer Health/Lippincott Williams &Wilkins,
Philadelphia.

 Muttaqin, A., & Kumalasari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan


Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai