Anda di halaman 1dari 4

Nama Syahrul ramdani

nim 191fi03038
Resume Asuhan Keperawatan Anestesi dengan Penyakit Penyerta

1. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

a. PRA ANESTESI
Pasien dengan gagal jantung merupakan pasien yang termasuk Penyakit Jantung Koroner
(PJK). Pasien gagal jantung memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gagal ginjal, sepsis,
pnemunomia dan henti jantung. Pasien dengan gagal jantung yang dalam pengobatan
biasanya mengonsumsi obat yang dapat mempengaruhi manajemen anestesi. Secara umum
disepakat bahwa diuretic harus dihentikan pada hari pembedahan. Terapi b-blocker dapat
dipertahankan karena beberapa penelitian menunjukan b-blocker mengurangi morbiditas
dan mortalitas periopratif, pada evaluasi prabedah hasil uji elektrolit, fungsi ginjal, fungsi
hati EKG,dan ekokardiogram harus di tinjau.

b. INTRA ANESTESI
Dosis obat anestesi umum perlu untuk disesuaikan pada pasien gagal jantung, opioid sangat
bermanfaat karena efeknya pada reseptor yang dapat menghambat aktifitas adrenergic,
ventilasi tekanan positif dan tekanan akhir ekspirasi positif dapat bermanfaat mengurangi
sumbatan paru dan meningkatkan oksigenasi arteri
Pemantauan intra arteri invasif dapat dilakukanpada pembedahan mayor, kelebihan cairan
pada periopratif dapat mengakibatkan gagal jantung semakin parah, penggunaan kateter
arteri pulmonal intra bedah dapat membantu mengevakuasi kecukupan cairan.
TEE adalah alternative pemantauan yang baik untuk mengevaluasi engisian ventrikel ,
pergerakan dinding ventrikel dan fungsi katup jantung. Monitor doppper esophagus
meruoakan alat non-invasif yang terdiri dari probe kecil yang diletakan di esophagus sejajar
dengan aliran darah di aorta desenden, alat ini dihubungkan dengan monitor yang
menunjukan data volume sekuncup dan curah jantung dan estimasi resistensi vascular
sistemik,alat ini telah divalidasi untuk optimalisasi cairan pada situasi klinis multiple.
Alat invasive minimal lainnya meliputi FloTrac (Memberikan parameter hemodinamik
berbasis aliran dan diukur melalui jalur arteri), LIDOCO (menghitung curah jantung dengan
metode dilusi warna) dan PICCO (pule index continuous cardia output, digunakan untuk
mengukur curah jantung ). Anestesi regional pada pasien gagal jantung dapat menyebabkan
penurunan resistensi vascular sistemik yang disebabkan oleh blockade simpatis hal ini tidak
dapat diprediksi dan dikendalikan.
c. POST ANESTESI
Pasien yang memiliki gagal jantung akut selama pembedahan harus di kirim ke ICU setelah
oprasi sehingga pengawasan infasiv dan penanganan intensif dapat di lanjutkan sesuai
dengan waktu yang diperlukan . nyeri harus secara adekuat ditanganisebab dapat
memperburuk kondisi pada psien gagal jantung

2. Penyakit Jantung Bawaan Siatonik

a. PRA ANESTESI
Tujuan pramedikasi adalah untuk menghilangkan stress secara psikologi dan kardiovaskuler
sebelum dan selama anestesi. Anak-anal dengan PJB yang terkompensasi dapat menerima
dosis strandar (misalnya midazolam oral 0,5 mg/kb. Akan tetapi harus diingatkan bahwa
obat sedasi umumnya dapat menyebabkan vasodilatasi. Pada penurunan SVR yang besar hal
ini dapat meningkatkan derajat right to left shunt. Pengawasan ketat dan pemantauan
saturasi oksigen di butuhkan pada anak-anak, suplementasi oksigen harus tersedia untuk
mempertahankan saturasi oksigen pada tingkat minimal

b. INTRA ANESTESI
Pada anak-anak PJB yang akan menalani prosedur bedah nonkardiak harus dipantau
sebagaimana pasien pediatric lainnya, hal ini meliputi stetoskop precordial atau esofagelal ,
EKG, pemantauan tekanan darah noninvasive probe temperature, pemantaun konsentrasi
o2 inspirasi , oksimetri denyut dan pengukuran entidal o2.
Tujuan utama penanganan intrabedah pasien PJB baik yang terkoreksi maupun yang belum
menjalani bedah nonkardiak, adalah untuk mempertahankan oksigenasi dan ventilasi
yangadekuat serta menangani aritmia dan kelebihan cairan .
OKSIGENASI DAN VENTILASI, oksigenasi yang adekuat dapat dicapai dengan memahami
penyebab terjadinya hipoksemia pada setiap pasien . pasien PJ siatonik akian terus siatonik
hingga kelainan jantungnya dikoreksi. Strategi anestesi tidak selalu sama ini bergantung
pada patofisiologiPJB yang ada. Pada pasien dengan tekanan darah rendah dan right to left
shunt salah satu tujuan anestesinya adalah mengurangi right to left shunt setidaknya tidak
menambah berat, penting juga untuk menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan
kebutuhan oksigen sistemik.aliran darah paru rendah akan menyebabkan preload
untukjantung kiri rendahsebelum induki harus dipastikan bahwa volume intravaskuler
cukup.
c. POST ANESTESI
Pasien dengan PJB siatonik umumnya membutuhkan rawat inap untuk memastikan hidrasi
intra vena yang adekuat bahkan setelah prosedur bedah minor . pencegahan atau
penanganan mual muntal pascabedah penting untuk memastikan asupan oral yang adekuat
dan hidrasi yang baik, pasie yang telah menjalani prosedur bedah yang ekstensif atau yang
mempunyai status kardiak yang tidak terkompensasi mungkin membutuhkan perawatan
intensif pascabedah.
Asetaminofen merupakan analgesic yang sering digunakan pada pasien pediatric untuk
anak-anak yang lebih muda dosis awal biasanya pre rektal 45 mg/kb, pre oral 10-20 mg/kb,
NSAID seperti keterolak terbukti efektif mengurangi nyeri pasca bedah mior pada anak-
anak.

3. PENYAKIT JANTUNG BAWAAN ASIATONIK

a. PRA ANESTES
Penilaian praanestesi bertujuan meentukan status fisik pasien sebelum oprasi kondisi
kelaian praoprasi dan derajat keparahan kelainan jantung, dengan mengetahui hal-hal
dibawah ini diharapkan perencanaan periopratif dapat dipertimbangkan lebih baik
1) Informasi mengenai PJB yang dimiliki pasien akan menentukan apakan diperlukan
pemanataun SVR,PVR atau data dasar saturasi oksigen selama oprasi
2) Perkiraan besarnya resiko dan komplikasi
3) Kemungkinan adanya infeksi saluran nafas yang akan berpengaruh
4) Kemungkinan kesulitan akses vena
5) Pengobatan yang sudah dijalani akan menentukan obat yang akan diteruskan atau
di hentikan sebelum oprasi
6) Penggunaan sedasi saat premedikasi
7) Keperluan penggunaan profilaksi endokarditid

b. INTA ANESTESI
EFEK PIRAU, Pengelolaan anestesi pasien dengan PJB didasarkan pada kelaian yang mendasi
dan derajat keparahan kelainan tersebut ,berdasarkan pirau yang terjadi, PJB, dibedakan
menjadi dua tipe yaitu peningkatan aliran darah ke paru dan ke jantung. Aliran pirau yang
terjadi pada PJB bergantung pada bentuk anatomis pirau, yaitu ukuran pirau dan saluran,
semakin kecil ukuran dan tidak adanya saluran. Perbedaan tekanan PVR dan SVR antara
kedua sisi memiliki efek yang kecil terhadap derajat dan arah pirau. Pada ukuran yang sangat
besar tidak ada perbedaan tekanan antar ruang dan aliran yang terjadi yang merupakan
aliran dua arah yang bergantung dari rasio tekanan pulmonal dengan sistemik.
Keseimbangan kedua hal ini menjadi pertimbangan teknik, obat anestesi dan obat
penunjang lainnya. Peningkatan akiran darah pulmonnal dapat meningkatkan beban sirkulasi
pulmonal sehingga berefek buruk seperti edma pulmonal atau hipertensi pulmonal yang
dapat mengakibatkan desaturasi dan penurunan oxigeyn delivery ke jaringan, sedangkan
peningkatan aliran sistemik yang memiliki efek penurunan aliran pulmonalnakan memiliki
efek berlawanan, namun hipoksia juga akan terjadi seperti pada keadaan sebelumnya
karena meningkatnya jumlah darah yang tidak teroksigenasi akibat perubahan aliran pirau
menjadi kanan ke kiri.
Propofol memiliki efek menurunkan SVR dan tekanan darah arteri sehingga dapat
menyebabkan peningkatan aliran pirau sebaliknya , ketamine memiliki efek yang kecil
terhadap perubahan SVR, PVR dan MAP sehingga dipilih pada pasien yang tidak boleh terjadi
penurunan SVR atau pada pasien dengan PH.

c. POST ANESTESI
Perawatan pascabedah pada pasien dengan PJB asianotik dilakukan di ruang pemulihan
seperti pasien biasa. Pasien dilakukan ektubasi dan dievaluasi kondisinya selama pemulihan.
Perawata khusus atau intensif diperlukan bila pasien memiliki kelainan spesifik, seperti PH
atau pasien mengalami komplikasi yang berat selama proses rumatan anestesi.

Anda mungkin juga menyukai