Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2020;8(3):187–93]
 Laporan Kasus

Kita adalah Klinisi, bukan Sekedar Penghobi Ultrasonografi: Keterbatasan


Ultrasonografi Point-Of-Care Jantung dalam Memandu Resusitasi Cairan
Syahrul Mubarak Danar Sumantri,1 Fauzana2
Departemen Anestesiologi dan Critical Care, Rumah Sakit Siloam Jember
1

2
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Rumah Sakit Perkebunan PTPN X Jember
Abstrak
Pemeriksaan penunjang ultrasonografi point-of-care (POCUS) jantung sangat berguna dalam memandu
resusitasi pasien kritis dengan penyakit penyerta jantung. Namun, POCUS jantung memiliki keterbatasan
dan harus tetap dipandu pemeriksaan fisis klinis. Seorang perempuan berusia 84 tahun, mendapatkan
perawatan di ruang intensif atas indikasi hemodinamik tidak stabil pascaperdarahan akut gastrointestinal
bawah. Pasien tampak somnolen, takipnea, hipotensi disertai distensi vena jugularis. Pemeriksaan
laboratorium hanya menunjukkan tanda anemia akut, sedangkan pada rontgen toraks didapatkan
kardiomegali dan pacu jantung-tanam. Pasien ditemukan di bangsal dalam kondisi hipotensi dan diberikan
bolus cairan. Evaluasi pascabolus cairan, pasien menunjukkan tanda hemodinamik stabil yang transien
akibat perdarahan yang terus menerus. Dengan kecurigaan awal bahwa terdapat gangguan fungsi jantung
maka ekokardiografi digunakan untuk memandu resusitasi cairan. Pada pemeriksaan tidak didapatkan
variasi left ventricular outflow tract velocity time integral (VTi) disertai regurgitasi aorta (AR) moderat dan
parameter lain yang membatasi fungsi ultrasonografi POCUS jantung dalam memandu uji responsivitas
cairan. Penulis akhirnya melakukan resusitasi cairan dengan panduan pemeriksaan klinis secara berulang
semata disertai pemeriksaan ultrasonografi inferior vena cava (IVC). Pasien berhasil diresusitasi dengan
bolus cairan intravena dalam jumlah besar tanpa komplikasi sekunder. Penilaian klinis tetap diperlukan
terutama pada kondisi patologis tertentu yang membatasi utilisasi POCUS jantung.

Kata kunci: Resusitasi, responsivitas cairan, syok, ultrasonografi

We are Clinicians, not Ultrasound Geeks: when Cardiac Point-of-Care


Ultrasonography Meets its Limitation in Guiding Fluid Resuscitation
Abstract
Cardiac point-of-care ultrasonography (POCUS) has shown its superiority in guiding resuscitation of
compromised critically ill patients. Despite its emerging usage, cardiac POCUS has limitations that should
involve physical examination during its interpretation. An 84-year-old woman was admitted to the intensive
care unit with hemodynamic instability following acute lower gastrointestinal bleeding. The patient appeared
somnolent with physical examination revealed tachypnea, hypotension, and jugular venous distention.
Laboratory data underlined no other than acute anemia. Chest radiography revealed cardiomegaly and
implanted pacemaker. The patient was found hypotensive in her ward and treated with fluid bolus. In clinical
reevaluation, the patient showed transient hemodynamic stability, for she underwent persistent lower
gastrointestinal bleeding. Due to suspected compromised cardiac function, a cautious fluid resuscitation
guided by echocardiography was commenced revealing no visible variation of the left ventricular outflow
tract (LVOT) velocity-time integral (VTi), moderate aortic regurgitation (AR), and other parameters that
might limit cardiac POCUS utility to assist fluid responsiveness test. We decided to administer fluid based
on a regular reassessment of clinical hemodynamic parameters combined with inferior vena cava (IVC)
ultrasound, Finally, the patient survived and did not suffer any complication following a large intravenous
volume bolus. Intensivists' clinical assessment is paramount, especially in particular pathological conditions
that limit cardiac POCUS utilization.

Key words: Fluid responsiveness, resuscitation, shock, ultrasonography

Korespondensi: Syahrul Mubarak Danar Sumantri, dr., Departemen Anestesiologi dan Perawatan Kritis, Rumah Sakit
Siloam, Jember, Jl. Gajah Mada No. 106, Jember, Jawa Timur 68131, Email caliptra36@gmail.com

p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http://dx.doi.org/10.15851/jap.v8n3.0000


doi.org/10.15851/jap.v8n3.2060 187
188 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// doi.org/10.15851/jap.v8n3.2060

Pendahuluan komorbid jantung yang secara patofisiologi


tidak memungkinkan dilakukan penilaian
Panduan resusitasi cairan dalam pemeriksaan responsivitas cairan dari POCUS jantung.
status volume intravaskular pasien pada Penulis belum menemukan laporan kasus
pasien sakit kritis terus berkembang mulai dari serupa sehingga dirasa perlu untuk berbagi
pemeriksaan fisis dan pengukuran parameter kasus ini, yaitu seorang pasien dengan
hemodinamik statis menuju penggunaan point- diagnosis syok perdarahan akut disertai
of-care ultrasonography (POCUS) jantung.1 komorbid regurgitasi aorta dan kondisi
Dengan nilai area under the curve (AUC) jantung hipokinetik global, serta proses
0,96 serta spesifisitas 100%, point-of-care resusitasi pasien ini gagal dipandu oleh uji
ultrasonography (POCUS) jantung dianggap responsivitas cairan. Pada akhirnya pasien
lebih baik dibanding dengan pemeriksaan berhasil pulih setelah mendapatkan resusitasi
fisis dan parameter hemodinamik statis dalam cairan dengan hanya dipandu pemeriksaan
menentuan titik mula dan akhir pemberian fisis dan pengukuran parameter hemodinamik
cairan berdasar atas konsep kurva Frank- statis yang ketat.
Starling pada pasien sakit kritis dengan syok.2,3
Namun, perlu diperhatikan bahwa resusitasi Deskripsi Kasus
cairan dengan panduan POCUS jantung tidak
dapat dilakukan pada pasien dengan kelainan Seorang wanita berusia 84 tahun dengan
regurgitasi katup aorta serta kardiomiopati berat badan 37,5 kg dirujuk dari bangsal ke
dilatasi, terkait dengan uji responsivitas cairan unit rawat intensif (Intensive Care Unit/ICU)
yang tidak valid pada populasi ini.4 dengan indikasi hemodinamik tidak stabil
Intensivis selaku penanggung jawab akibat perdarahan akut gastrointestinal bawah.
pelayanan resusitasi rumah sakit, mau tidak Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan
mau akan menghadapi kasus problematik hematochezia dan riwayat penggunaan obat
berupa hipovolemia pada pasien dengan antiplatelet ganda, yaitu aspirin 80 mg dan
komorbid kelainan fungsi jantung. Bila tidak clopidogrel 75 mg per hari atas indikasi
disertai dengan pemahaman yang cukup riwayat serangan jantung berulang tanpa ada
maka dapat jadi konsep uji responsivitas tindakan intervensional. Tidak ada informasi
cairan dipandu POCUS jantung akan medis tambahan terkait kondisi penyakit
diaplikasikan secara membuta dan berakhir jantung berdasar atas heteroanamnesis.
pada mismanajemen. Kurva pembelajaran Pasien ditemukan oleh dokter jaga di bangsal
POCUS jantung memang menanjak tajam dalam keadaan somnolen dengan nilai
seiring dengan peningkatan jumlah kasus oksimetri nadi perifer 85% pada udara bebas,
yang dihadapi, namun fakta ini hanya laju napas 26–28 kali per menit, ekstremitas
berlaku untuk kemampuan pengambilan dingin basah, tekanan darah sistole (TDS)
gambar, tidak dengan proses translasi hasil 70 mmHg, namun tekanan darah diastole
pemeriksaan. Tingkat pengetahuan dokter (TDD) tidak terukur, serta nadi femoral 70
atas hasil pemeriksaan POCUS masuk dalam kali per menit. Meskipun tampak jelas pasien
kurva berikutnya setelah proses keterampilan mengalami syok perdarahan, dokter jaga tidak
pengambilan gambar. Kurva kedua ini mendapatkan peningkatan denyut jantung dan
tidak menanjak, melainkan cenderung bahkan terlihat distensi vena juguler eksterna.
mendatar sehingga supervisi dan proses alih Pemeriksaan penunjang pasien tidak
pengetahuan dari kasus-kasus serupa menjadi menunjukkan nilai kritis selain anemia
sangat penting.5 akut, berupa penurunan hematokrit sebesar
Salah satu kasus unik yang dapat menjadi 10% dari nilai awal 34% saat admisi. Hasil
bahan pembelajaran bagi sejawat intensivis elektrokardiogram didapatkan ritme pacu-
dalam proses pembelajaran POCUS adalah ventrikel 70 kali per menit. Ronsen dada pada
seperti yang dihadapi penulis, pasien dengan saat admisi menunjukkan kardiomegali dan

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020


Syahrul Mubarak Danar Sumantri, Fauzana: Kita adalah Klinisi, bukan Sekedar Penghobi Ultrasonografi: Keterbatasan 189
Ultrasonografi Point-Of-Care Jantung dalam Memandu Resusitasi Cairan

Gambar 1 Pemeriksaan Klinis (A) Distensi Vena Jugularis (B) Ronsen Dada Menunjukkan
Kardiomegali dan Pacu-Jantung Tanam

pacu-jantung tanam tanpa disertai informasi hemodinamik stabil yang transien akibat
setelan dasar pacu-jantung tersebut (Gambar perdarahan gastrointestinal bawah yang terus
1). berlangsung selama proses resusitasi cairan,
Dokter jaga kemudian memberikan dengan estimasi kehilangan darah sebesar
bolus 500 mL cairan Ringer laktat (RL) 600 mL dalam 30 menit.
dalam 30 menit. Pada pemeriksaan klinis Berangkat dari dugaan keterbatasan fungsi
berulang didapatkan pasien dalam kondisi jantung, penulis melakukan POCUS jantung di

Gambar 2 Pocus Jantung Pra-Resusitasi (A) Tampilan Parasternal Long Axis pada M-Mode Lv
Menunjukkan Penurunan Kontraktilitas dengan Fraksi Ejeksi 19,9% (B) Tampilan Apical
Five Chamber dengan Pulsed-Wave Doppler di Lvot Sebelum Mini-Fluid Challenge
(C) Tampilan Apical Five Chamber dengan Pulsed-Wave Doppler di Lvot Sesudah
Mini-Fluid Challenge Menunjukkan Variasi Vti Sebesar 11% (D) Tampilan Subkostal
pada M-Mode Ivc Menunjukkan Indeks Distensibilitas 220% (E) Tampilan Apical Four
Chamber pada M-Mode Tapse Menunjukkan Disfungsi Sistole Rv (F) Tampilan Apical
Five Chamber dengan Color Flow Mapping Menunjukkan Regurgitasi Aorta Transvalvular
Moderat

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020


190 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// doi.org/10.15851/jap.v8n3.2060

Gambar 3 POCUS Jantung Paska-Resusitasi (A) Tampilan Subkostal pada M-Mode IVC Menunjukkan
Peningkatan Diameter IVC dengan Indeks Distensibilitas 116% (B) Tampilan Apical
Five Chamber dengan Pulsed-Wave Doppler pada LVOT Pascabolus Cairan 1.200 mL
Menunjukkan Peningkatan VTi Menjadi 29,23 cm

ICU dan didapatkan kardiomiopati dilatasi pemberian sebesar 1.200 mL dalam 1 jam.
dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri (LV) 19%, Segera setelah bolus cairan dihentikan,
dinding jantung hipokinetik global, disfungsi diameter IVC terukur 0,91 cm saat inspirasi
sistole ventrikel kanan (RV) moderat dengan dan 1,97 cm saat ekspirasi, serta tampak
nilai tricuspid annular plane systolic excursion ada peningkatan signifikan nilai VTi sebesar
(TAPSE) 1,21 cm serta regurgitasi aorta 29,23 cm (Gambar 3). Dalam tiga jam pertama
(AR) moderat. mini-fluid challenge diberikan pascaresusitasi cairan, hemodinamik pasien
sebanyak 150 mL RL dalam 5 menit diikuti tampak stabil dengan ekstremitas hangat
pemeriksaan left ventricular outflow tract kering, palpasi nadi radial 70 kali per menit
velocity time integral (LVOT VTi) dengan teraba kuat angkat, TDS 112 mmHg, TDD 48
variasi hanya sebesar 11% (Gambar 2). mmHg, serta MAP 69 mmHg. Tidak didapatkan
Memperhatikan nilai variasi LVOT VTi komplikasi respirasi dan sirkulasi, yaitu upaya
yang meragukan tersebut diputuskan untuk napas/work of breathing (WOB) normal
dilakukan resusitasi cairan dengan panduan dengan laju napas 14–16 kali per menit serta
pemeriksaan hemodinamik klinis yang ketat nilai oksimetri nadi perifer 96% pada udara
dan dibantu ultrasonografi inferior vena cava bebas, untuk kemudian dilanjutkan dengan
(IVC). Sebelum memulai resusitasi cairan, IVC proses tindakan angiografi intervensi di RS
terukur 0,24 cm saat inspirasi dan 0,77 cm rujukan.
saat ekspirasi.
Mengingat keterbatasan fungsi RV dan LV, Pembahasan
penulis berpatokan pada prinsip peningkatan
stress volume dengan hanya menggunakan Pemeriksaan parameter hemodinamik dengan
bolus koloid serta transfusi whole blood ultrasonografi telah terbukti efektif mencegah
sebesar 150 mL per kali pemberian disertai kondisi balans cairan positif yang lazim
pengukuran tekanan darah non-invasif dan ditemukan pasca terapi cairan yang hanya
ultrasonografi IVC setiap 5 menit. Begitu dipandu parameter statis.6,7 Beberapa studi
pengukuran hemodinamik statis ini mencapai lanjutan menunjukkan tingkat morbiditas dan
nilai TDS 135 mmHg, TDD 45 mmHg, dan mortalitas yang tinggi terkait terapi cairan
tekanan darah rerata/mean arterial pressure yang liberal disertai temuan penting bahwa
(MAP) 75 mmHg, penulis menghentikan resusitasi cairan berpandu tekanan vena
pemberian bolus cairan intravena dengan total sentral (central vena preasure/CVP) dan MAP

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020


Syahrul Mubarak Danar Sumantri, Fauzana: Kita adalah Klinisi, bukan Sekedar Penghobi Ultrasonografi: Keterbatasan 191
Ultrasonografi Point-Of-Care Jantung dalam Memandu Resusitasi Cairan

memiliki akurasi yang lebih rendah dibanding fraksi regurgitan LV akan mengaugmentasi
dengan POCUS jantung.8 Studi tersebut stroke volume LV. Dengan demikian, segala
memacu intensivis untuk menggunakan peningkatan nilai LVOT VTi selama resusitasi
POCUS jantung dalam proses resusitasi pasien cairan akan menjadi bias antara peningkatan
sakit kritis dan meninggalkan parameter SV akibat penambahan stress volume atau
hemodinamik statis.9 SV yang teraugmentasi regurgitan semata.12
Euforia keadaan ini seharusnya disertai Konsekuensi kondisi tersebut adalah POCUS
pemahaman bahwa meskipun memiliki jantung dengan pendekatan uji responsivitas
nilai akurasi tinggi, belum ada studi yang cairan dari kurva Frank-Starling tidak dapat
menyatakan perbedaan signifikan luaran diaplikasikan. Dengan keterbatasan ini,
antara pasien yang dilakukan POCUS dan perlu dipertimbangkan penggantian volume
pasien yang mendapatkan pemeriksaan fisis intravaskular dengan prinsip mini-fluid
klinisi tanpa POCUS.10 Minimnya studi yang challenge dari Aya dkk.17 secara periodik
menjelaskan keterbatasan POCUS jantung disertai observasi kemungkinan kelebihan
serta kemungkinan false-positive, belum lagi cairan atau kongesti dari pengukuran IVC.
variasi antarpemeriksa/inter-rater variability Sebuah penelitian pernah menyatakan
yang tinggi maka hasil POCUS jantung perlu bahwa keberadaan pacu-jantung laju-tetap/
ditelaah secara hati-hati. fixed-rate pacemaker, seperti pada pasien ini
Dalam tulisannya, Blanco dkk.4 bahkan dapat mempermudah analisis uji responsivitas
setuju bahwa pada beberapa kondisi cairan sehubungan dengan hilangnya refleks
patologis seperti kasus pasien ini, yaitu AR, fisiologis kardioakselerator, berupa nilai SVV
kardiomiopati dilatasi dan dinding jantung yang lebih besar relatif dibanding dengan
hipokinetik global; POCUS jantung tidak dapat variasi curah jantung (CO); pada kenyataannya
digunakan sebagai pedoman tunggal dalam kondisi jantung pasien ini berbeda dengan
resusitasi cairan. Jantung dengan komorbid populasi pada penelitian tersebut.14 Kondisi
seperti yang disebutkan di atas, hanya penyerta berupa dinding jantung hipokinetik
dapat dilihat secara dinamis dari ventricular global dan kardiomiopati dilatasi pada pasien
pressure-volume loop dan tidak dengan ini, menyebabkan penurunan kekuatan regang
pendekatan kurva end diastolic volume- LV pada saat augmentasi volume akhir diastolik
cardiac output. Otto Frank and Ernest Henry (EDV) oleh mini-fluid challenge sehingga
Starling memformulasikan kurva end diastolic pada pemeriksaan LVOT VTi pascamini-fluid
volume-cardiac output untuk menjelaskan challenge tidak didapatkan variasi nilai.8
kemampuan preload dalam mengaugmentasi Sampai saat tulisan ini disusun, penulis
curah jantung/cardiac output (CO) dalam tidak menemukan publikasi laporan kasus
kondisi katup normal dan refleks simpatis mengenai manajemen syok hipovolemik
yang tidak dimanipulasi sehingga kaidah fluid pada pasien fixed-rate pacemaker sekaligus
responsiveness dari POCUS jantung berdasar regurgitasi aorta dan kardiomiopati dilatasi.
atas kurva Frank-Starling tidak sesuai untuk Satu laporan mengenai syok hipovolemik
populasi pasien yang berbeda seperti pada pada pasien dengan pacu-jantung membahas
laporan kasus ini. hanya perubahan irama elektrokardiografi pra
Standar emas parameter dinamis dan pascaresusitasi cairan tanpa penjelasan
uji responsivitas cairan, variasi volume proses resusitasi dan pemeriksaan POCUS
sekuncup/stroke volume variation (SVV) yang jantung, pun tidak jelas mengenai kondisi
dapat digantikan oleh variasi LVOT VTi dari umum kinetika jantungnya.15
POCUS jantung tidak dapat digunakan untuk Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan
uji responsivitas cairan pada pasien ini akibat mengenai manajemen resusitasi cairan
kondisi penyerta AR moderat.4,11 Pasien dengan pada pasien dengan berbagai komorbid
AR moderat-berat dapat menunjukkan hasil jantung seperti ini maka penulis kembali
pengukuran LVOT VTi yang tidak akurat karena melihat salah satu potensi ultrasonografi IVC,

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020


192 p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463; http:// doi.org/10.15851/jap.v8n3.2060

yaitu identifikasi dini kongesti sistemik.13 Daftar Pustka


Dengan harapan meskipun tidak memiliki
panduan bagaimana memulai terapi, penulis 1. Parulekar P, Harris T. Assessment of fluid
mengetahui kapan harus berhenti memberikan responsiveness in the acute medical
cairan. Tanpa mengabaikan keterbatasan patient and the role of echocardiography.
peran ultrasonografi diameter IVC pada Acute Med. 2018;17(4):236–7.
pasien bernapas spontan yang dilakukan uji 2. Kanji HD, McCallum J, Sirounis D,
responsivitas cairan, parameter hemodinamik MacRedmond R, Moss R, Boyd JH. Limited
statis ini tidak dikontraindikasikan dalam echocardiography-guided therapy in
kasus sulit seperti yang dihadapi penulis, subacute shock is associated with change
sepanjang analisis dilakukan bersama in management and improved outcomes. J
parameter hemodinamik fisik diagnostik (TDS, Crit Care. 2014;29(5):700–5.
TDD, MAP, perfusi ekstremitas) dan tetap 3. Lamia B, Ochagavia A, Monnet X, Chemla
dapat diukur sebelum dan sesudah dilakukan D, Richard C, Teboul JL. Echocardiographic
resusitasi cairan.4 prediction of volume responsiveness in
Akurasi pengukuran IVC yang merupakan critically ill patients with spontaneously
parameter uji responsivitas cairan breathing activity. Intens Care Med.
boleh jadi rendah, namun bila disertai 2007;33(7):1125–32.
dengan pemeriksaan fisis yang ketat dan 4. Blanco P, Aguiar FM, Blaivas M. Rapid
berulang,dapat digunakan sebagai pertanda ultrasound in shock (RUSH) velocity-
kecukupan cairan intravaskular serta kongesti time integral: a proposal to expand
akibat kelebihan cairan. Terlepas dari sekian the RUSH protocol. J Ultrasound Med.
banyak kelemahannya, pemeriksaan fisis 2015;34(9):1691–700.
dan pengukuran parameter hemodinamik 5. Blehar DJ, Barton B, Gaspari RJ. Learning
statis yang disertai interpretasi oleh klinisi curves in emergency ultrasound education.
harus menjadi langkah pertama asesmen Acad Emerg Med. 2015;22(5):574–82.
pasien, dan tidak serta merta digantikan 6. Boyd JH, Forbes J, Nakada TA, Walley KR,
oleh pemeriksaan hemodinamik berbasis Russell JA. Fluid resuscitation in septic
ultrasonografi seperti POCUS jantung. Penulis shock: a positive fluid balance and elevated
juga merekomendasikan penggunakan mini- central venous pressure are associated
fluid challenge pada pasien dengan syok with increased mortality. Crit Care Med.
hipovolemik dengan penyakit penyerta jantung 2011;39(2):259–65.
tidak hanya sebagai sarana uji responsivitas 7. Monnet X, Marik PE, Teboul JL. Prediction
cairan, namun juga sebagai pendekatan of fluid responsiveness: an update. Ann
titrasi cairan sehingga overload cairan dapat Intens Care. 2016;6(1):1–11.
dihindari.16 8. Mackenzie DC, Noble VE. Assessing volume
status and fluid responsiveness in the
Simpulan emergency department. Clin Exp Emerg
Med. 2014;1(2):67–77.
Beberapa pasien dengan kondisi khusus, 9. Pontet J, Yic C, Díaz-Gómez JL, Rodriguez
seperti pada laporan kasus ini, tetap P, Sviridenko I, Méndez D, dkk. Impact
memerlukan keputusan klinis intensivis dalam of an ultrasound-driven diagnostic
proses resusitasi cairan hingga stabilitas protocol at early intensive-care stay: a
hemodinamik berhasil tercapai. Terlepas randomized-controlled trial. Ultrasound J.
dari tingkat akurasinya yang tinggi, POCUS 2019;11(1):24.
jantung tetap hanya merupakan pemeriksaan 10. Smallwood N, Dachsel M. Point-of-
penunjang yang menyertai pemeriksaan fisis care ultrasound (POCUS): unnecessary
dan klinis pasien. gadgetry or evidence-based medicine?
Clin Med J R Coll Physicians London.

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020


Syahrul Mubarak Danar Sumantri, Fauzana: Kita adalah Klinisi, bukan Sekedar Penghobi Ultrasonografi: Keterbatasan 193
Ultrasonografi Point-Of-Care Jantung dalam Memandu Resusitasi Cairan

2018;18(3):219–24. prediction of fluid responsiveness using


11. Bouchacourt JP, Riva JA, Grignola JC. The the modified FloTracTM and PiCCOplusTM
increase of vasomotor tone avoids the system. Crit Care. 2008;12(3):1–8.
ability of the dynamic preload indicators 15. Sparacino N, Geninatti M, Moore G.
to estimate fluid responsiveness. BMC Pacemaker limitation of tachycardia in
Anesthesiol. 2013;13(1):41. hypovolemic shock. West J Emerg Med.
12. Laniado S, Yellin EL, Yoran C, Strom J, Hori 2011;12(4):565–6.
M, Gabbay S, dkk. Physiologic mechanisms 16. Biais M, Courson H De, Lanchon R, Pereira
in aortic insufficiency. Circulation. B, Bardonneau G, Griton M, dkk. Mini-fluid
1982;66(1):226–35. challenge of 100 ml of crystalloid predicts
13. Beaubien-Souligny W, Rola P, Korbin fluid responsiveness in the operating
K, Bouchard J, Lamarche Y, Spiegel R. room. Anesthesiology. 2017;127:450–6.
Quantifying systemic congestion with 17. Aya HD, Rhodes A, Chis Ster I, Fletcher N,
point-of-care ultrasound: development Grounds RM, Cecconi M. Hemodynamic
of the venous excess ultrasound grading effect of different doses of fluids for a fluid
system. Ultrasound J. 2020;12(1):16. challenge: a quasi-randomized controlled
14. Hofer CK, Senn A, Weibel L, Zollinger A. study. Crit Care Med. 2017;45(2):e161–8.
Assessment of stroke volume variation for

JAP, Volume 8 Nomor 3, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai