Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 1 NOMOR 2, MARET 2014

LAPORAN KASUS

Hematotoraks Kontralateral Paska Pemasangan


Kateter Vena Sentral (KVS)

Rinaldi Tri Frisianto; *Bhirowo Yudo Pratomo


Residen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
*Konsultan Bagian Anestesiologi & Terapi Intensif FK-UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Latar Belakang. Pemasangan kateter vena sentral didefinisikan sebagai pemasangan kateter ke dalam
pembuluh darah vena besar. Akses ke pembuluh vena sentral termasuk vena cava superior, vena cava
inferior, vena brakhiocephalica, vena jugularis interna, vena subclavia, vena iliaka dan vena femoralis.
Ujung kateter dapat menyebabkan perforasi di dinding atrium yang tipis dan menghasilkan perdarahan
serta tamponade kordis. selain itu juga dapat menyebabkan hematotoraks dan pneumothoraks.
Kasus. Kami laporkan pasien laki-laki 32 tahun dengan ileus obstruktif direncanakan dilakukan laparotomi
eksplorasi. Pasien dilakukan prosedur pemasangan central venous catheter di vena subclavia kiri dengan
pendekatan infraclavicula. dengan tujuan untuk pengawasan kecukupan cairan intravaskular. Pada
pasien dilakukan anestesi umum dengan intubasi endotrakheal tube. Paska operasi, pasien diekstubasi
dan mengalami sesak napas di ruang pemulihan. Hasil rontgen paska operasi menunjukkan gambaran
opak semihomogen di hemitorak dekstra curiga perdarahan. Pasien dipasang water seal drainage dan
didapatkan produk darah 700 ml. Pasien membaik selama perawatan dan diperbolehkan pulang.

Kata kunci: Kateter vena sentral, komplikasi, hematothoraks kontralateral.

ABSTRACT
Background. Central venous catheter insertion is insertion catether into the great vessel, include superior
and inferior cava vein, brachiocephalica, internal jugulare vein, subclavia vein and femoralis vein. Catheter
tip can make atrial wall perforation and bleeding, and also hamatothorax and pneumothorax.
Cases. Thirty two-year-old male patients diagnose as obstuctive bowel was planned to undergo laparatomy.
In purpose to evaluate the adequacy of intravascular volume the patient was inserted central venous
catheter through the left subclavian vein by infraclavicular approach. A procedure of general anesthesia
were performed to the patient while endotracheal tube in place. Patient was extubated post operatively and
experienced short of breath in the recovery room. Post operative x-rays examination showed an opaque
figure in the right hemithorax and suspected a hemorrhage. The water seal drainage was inserted and
gained 700 ml blood from right lung. Along the way the treatment patient get better and discharge home.

Keywords: central venous catheter, complication, contralateral hematothoracis.

PENDAHULUAN bagi pasien yang akses vena perifernya sulit untuk


Kateter vena sentral diindikasikan untuk didapatkan1,2,3. Kontraindikasi pemasangan vena
melakukan monitoring tekanan vena sentral sentral termasuk metastase sel tumor hingga
(central venous pressure/CVP), pemberian cairan ke atrium kanan atau fungating tricuspid valve
untuk menangani hipovolemia dan syok, nutrisi vegetation, gangguan koagulasi. Kontraindikasi
parenteral dan untuk mendapatkan akses vena lain biasanya terkait dengan tempat suntikan/

25
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

insersi. Sebagai contoh: infeksi di tempat suntikan, hipovolemia. Koagulopati tidak meningkatkan
kanulasi vena jugularis interna secara relatif resiko komplikasi insersi perkutaneus jika
merupakan kontraindikasi pada pasien yang beberapa langkah pencegahan dilakukan seperti
menerima antikoagulan yang menjalani ipsilateral tranfusi platelet pada pasien yang mengalami
carotid endarterectomy karena kemungkinan trombositopenia sampai angka trombosit 50.000
tusukan pada arteri karotis yang tidak disengaja, atau lebih tercapai,tranfusi fresh-frozen plaasna
emfisema pulmonalis berat, perubahan anatomi di pada pasien dengan peningkatan prothrombin
tempat suntikan3. dan partial thromboplastin time, pemberian
Komplikasi penggunaan kateter vena globulin antihemofilik sebelum kateterisasi vena
sentral (KVS) dapat diklasifikasikan menjadi subclavia pada pasien hemofilia. Heparinisasi juga
komplikasi karena proses pemasangan, proses tidak meningkatkan resiko terjadinya perdarahan
selama penggunaan (KVS di dalam vena), dan atau hematoma selama insersi vena jugularis
proses pencabutan. Komplikasi yang diakibatkan interna. Meskipun koagulopati bukan merupakan
proses pemasangan berupa pneumotoraks kontraindikasi yang absolut, insersi vena jugularis
dengan insidensi bervariasi dari 0,1%-6,6% (30% interna dan vena femoralis tampaknya menjadi
dari seluruh komplikasi mekanik), malposisi pilihan para klinisi dengan kelainan koagulasi5.
kateter yang berhubungan dengan toksisitas
lokal, perforasi, trombosis vena dan sekuelenya, LAPORAN KASUS
trauma vaskular, paling sering puncture arteri, Dilaporkan pasien laki-laki, 32 tahun
hematothoraks, disritmia, Lost Guidewire (jarang konsulan dari bedah digestif dengan diagnosis
terjadi, biasanya dapat karena patah, kinking)4. dengan ileus obstruksi, letak tinggi karena
Insidensi komplikasi mekanik dipengaruhi volvulus invaginasi, direncanakan untuk dilakukan
oleh beberapa faktor, di antaranya adalah laparotomi eksplorasi emergensi. Pasien tidak ada
pengalaman yang kurang dari operator, ukuran riwayat operasi sebelumnya. Tidak ada riwayat
kateter yang besar, insersi yang tidak sukses, asma, alergi, diabetes mellitus maupun hipertensi.
tusukan yang lebih dari sekali. Insidensi meningkat berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
pada dua kali venopuncture, dan meningkat 6 umum pasien tampak lemah, sadar penuh dengan
kali pada tiga atau lebih venopuncture, indeks primary survey (Airway/Breathing/Circulation)
massa tubuh > 30 atau < 20, adanya riwayat dalam batas normal.
kateterisasi sebelumnya, dehidrasi berat atau

Tabel 1. Secondary survey

Kepala - Leher Mallampati II, TMD > 6.5, Gigi palsu (-), keterbatasan gerak leher (-),

Thoraks Jantung dan paru normal

Abdomen Distended (+), Bunyi usus (-), Nyeri tekan (+)

Urogenital Uurin : 0,1 cc/kgBB/jam

Akral hangat, capillari refill < 2 detik, Terpasang IV Line di Vena dorsum manus
Ekstremitas
sinistra No 18 G

Alb 3.38 BUN 28 Cr 1.34 OT 30 PT 43 PPT 13.6/13.7 INR 0.98 APTT 30.3/34.7 Na 124
Laboratorium
K 5.9 Cl 85 GDS 154 HbsAg (-), Hb 18.9 Hct 55.3 AL 30.4 AE 6.23 AT 637

Jantung/paru: normal
Radiologi

26
Hematotoraks Kontralateral Paska ...

intubasi endotrakheal tube No.7,5, semiclossed


dengan napas kendali. Premedikasi menggunakan
Fentanyl 100 mcg intravena, induksi menggunakan
propofol 80 mg intravena dan fasilitas intubasi
menggunakan pelumpuh otot rocuronium 50
mg. Pemeliharaan anestesia selama operasi
menggunakan Isoflurane, O2 dan fentanyl
intermitten. Operasi berjalan selama 2,5 jam,
dengan profil hemodinamik: tekanan darah sistolik
antara 80-140 mmHg, tekanan darah diastolik
antara 50-100 mmHg. Nadi antara 76-124x/menit,
saturasi O2 100%. Perdarahan sebanyak kurang
lebih 1000 cc dengan urin output 1,3 cc/kgBB/
jam. Pada saat operasi ditemukan volvulus dan
dilakukan pelepasan (release) volvulus.
Pasien diekstubasi dan diawasi
di ruang pemulihan. Selama pengawasan di
ruang pemulihan, pasien mengeluh sesak napas.
Gambar 1. Rontgen torak preoperasi
Pemeriksaan fisik di kamar pulih didapatkan
keadaan umum sedang. saturasi O2 96 % dengan
Pasien didiagnosa sebagai status fisik ASA NRM 10lt/mnt. Pemeriksaan Airway didapatkan
III E dengan ileus obstruktif e.c e.c. suspek volvulus jalan nafas bebas, Breathing 22-24 x/mnt;
dd invaginasi, gagal ginjal akut e.c. dehidrasi, vesikuler menurun di paru kanan, suara redup
hiponatremia dan hiperkalemia. Kemudian di hemitoraks kanan, Circulation, tekanan darah
pasien dilakukan resusitasi cairan, preparasi 131/67 mmHg, frekuensi nadi 109 x/ mnt, nadi
operasi dan pemasangan KVS untuk monitoring teraba kuat, reguler, Disability GCS E4M6V5.
cairan selama operasi dan paska operasi. Urutan Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan rontgen
pemasangan kateter vena sentral adalah : pertama thoraks posteroanterior dan analisis gas darah.
kali dilakukan prepping dan drapping di daerah
subclavia kiri, kemudian kanulasi vena subclavia
kiri dengan jarum ukuran 18 G x 2,75” (Ø 1,3 x 70
mm) (Certofix Duo V720). Suntikan dilakukaan
di sepertiga midclavicula, dilakukan satu kali
langsung didapatkan puncture vena dengan
konfirmasi aspirasi darah, lancar. Ketiadaan pulsasi
dan warna darah mengindikasikan darah vena.
Setelah itu dilakukan insersi guidewire ukuran Ø
0,89 mm dengan panjang 50 cm (Certofix Duo
V720), sedalam 15 cm. Insersi tidak menemukan
hambatan. Dilakukan insisi kulit tempat puncture,
insersi dilator. Dilator ditarik, dilakukan insersi
kateter Ø 2,4 mm/7F, panjang 20 cm (Certofix
Duo V720) sedalam 20 cm. Dilakukan fiksasi dan
penutupan dengan kassa steril dan hipafix.
Anestesi dilakukan dengan general Gambar 2. Pemeriksaan rontgen thorax post
anestesia, teknik rapid sequence induction (RSI), operasi dengan posisi supine

27
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

Gambar 3 Pemeriksaan rontgen torak post operasi dengan posisi semierect

Tabel 2. Evaluasi hasil rontgen thorax

Tanggal ; Waktu Expertise Radiologi


29/7/2013 Cor dan pulmo dalam batas normal

30/7/2013 - Perselubungan semi opaque relative homogen di hemithorax dextra curiga


01 : 41 perdarahan
Supine - Cor dalam batas normal
- Terpasang CVC dengan ujung distal di paravertebral dextra setinggi proyeksi
V-Th VI
30/07/2013 - Tampak perselubungan semi opaque relative inhomogen di parahiler dan
06 : 30 paracardial dextra, batas tidak tegas, air bronchogram (-), fissura minor
Erect prominent (+)
- Kesan :perselubungan di hemithorax dextra dengan pleural reaction suspek
perdarahan

Tabel 3. Hasil AGD

29/07 30/07 30/07 31/07


22 : 16 01 : 45 06 : 44 17 : 52

FiO2 1.0 0.950 0.85 0.9

pH 7,349 7.365 7.392 7.264

pCO2 43.1 37.6 33.3 35

pO2 200.9 92.5 87.7 125

BE -2.5 -3.8 -3.7 -5.9

HCO3 23.2 21 21.3 19.5

SO2 99.6 96.7 96.5 98.6

AaDO2 463 540.2 477.5 472.4

28
Hematotoraks Kontralateral Paska ...

Pada tanggal 1 Agustus 2013, dilakukan degan supine normal pada pasien pediatrik
operasi pemasangan WSD pada dada kanan pasien dan menemukan bahwa peningkatan diameter
dan didapatkan produk darah sebanyak 700 cc. vena jugularis interna hanya terjadi pada pasien
Selama perawatan, keluhan sesak berkurang, dan di atas umur 6 tahun (kategori bukti B2)1.Para
diperbolehkan pulang pada tanggal 5 Agustus 2013. konsultan dan anggota ASA telah sepakat
dan merekomendasikan apabila kondisi klinik
DISKUSI memungkinkan, penempatan kateter vena sentral
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan di leher atau dada sebaiknya dilakukan pada posisi
kejadian komplikasi adalah pemilihan tempat Trendelenburg1.
insersi8. Sebuah penelitian dikontrol acak yang Insersi jarum, guidewire dan kateter
membandingkan tempat insersi antara di femoral juga mempengaruhi kejadian komplikasi . Yang
dan subclavia melaporkan bahwa femoral memiliki termasuk dalam insersi jarum, penempatan
frekuensi komplikasi trombotik lebih tinggi guidewire, dan penempatan kateter (1) pemilihan
pada orang dewasa (kategori bukti A3). Sebuah ukuran dan tipe kateter, (2) penggunaan teknik
penelitian dikontrol acak yang membandingkan wire-through-thin-wall-needle (teknik Seldinger)
insersi antara jugularis interna dengan femoral versus teknik catheter-over-the-needle-than-wire
menemukan bahwa terdapat perbandingan yang (teknik modified Seldinger), (3) pembatasan
sama dalam hal puncture arteri (P=0,35), trombosis jumlah insersi, dan (4) memasukkan dua kateter
vena (P=0,62) atau formasi hematom (P=0,47) pada vena sentral yang sama. Laporan kasus
(kategori bukti C2). Sebuah penelitian randomized melaporkan trauma berat (hemorage, hematom,
control membandingkan insersi di jugularis pseudoaneurysm, arteriovenous fistula, diseksi
interna dengan subclavia menemukan persamaan arteri, cedera saraf termasuk strok, dan obstruksi
equivocal dalam hal kesuksesan puncture vena jalan napas berat) apabila terjadi kanulasi arteri
(kategori bukti C2) .Penelitian perbandingan tanpa yang tidak disengaja menggunakan kateter
acak melaporkan penemuan equivocal terhadap berdiameter besar (bukti kategori B3)1.
terjadinya puncture arteri, pneumothorax, Literatur yang ada tidak cukup untuk
hematoma, hemothorax atau aritmia jika insersi mengevaluasi apakah trauma yang terjadi
di jugularis interna dibandingkan dengan insersi di berhubungan dengan teknik Seldinger atau
subclavia (kategori bukti C3)1. modified Seldinger (bukti kategori D). Literatur
Rekomendasi pemilihan tempat insersi juga tidak cukup untuk mengevaluasi apakah resiko
kateter menyatakan bahwa tempat insersi kateter trauma berkaitan dengan jumlah insersi (bukti
harus didasarkan pada kebutuhan klinis, penilaian kategori D). Satu penelitian perbandingan tanpa
klinisi, pengalaman dan keterampilan. Pada acak melaporkan frekuensi kejadian aritmia yang
dewasa, pemilihan tempat insersi di bagian tubuh lebih tinggi apabila dua kateter dimasukkan dalam
atas menjadi pilihan untuk meminimalkan resiko vena yang sama (vena jugularis interna dekstra)
terjadinya komplikasi trombotik1. dibandingkan dengan penempatan satu kateter
Faktor kedua yang meningkatkan pada satu vena (kategori bukti B2) dan tidak ada
kejadian komplikasi adalah posisi pasien saat perbedaan kejadian puncture arteri karotis (P =
insersi jarum dan penempatan kateter. Sebuah 0,65) atau hematom (P=0,48)1
penelitian tanpa acak yang membandingkan posisi Pengawasan (monitoring) terhadap
trendelenburg dengan posisi supine yang normal jarum, guidewire dan penempatan kateter
mengindikasikan bahwa vena jugularis interna juga mempengaruhi kejadian komplikasi. ASA
mengalami perbesaran diameter ketika pasien merekomendasikan penggunaan USG statik
dewasa diposisikan dalam posisi Trendelenburg sebelum prepping dan drapping dengan tujuan
(bukti kategori B2). Satu penelitian tanpa acak identifikasi anatomi prepuncture untuk menentukan
membandingkan antara posisi Trendelenburg lokasi pembuluh darah dan patensinya apabila vena

29
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

jugularis interna dipilih untuk prosedur kanulasi. pasien ini


USG statik dapat digunakan apabila vena subclavia Perdarahan biasanya muncul sebagai hasil
atau femoral yang dipilih. Setelah insersi kateter dari trauma arteri subclavia, arteri pulmonalis dan
yang melalui jarum atau thin-wall needle, lakukan pembuluh darah-pembuluh darah lainnya seperti
konfirmasi akses vena. Metode yang digunakan arteri intercostal dan arteri mamaria interna.
untuk konfirmasi bahwa kateter atau thin-wall Hemotoraks merupakan kejadian yang umum
needle berada dalam vena adalah USG, manometry, didapatkan pada trauma dada, adanya keganasan,
analisis gelombang tekanan atau pemeriksaan ruptur dari aneurisma aorta dan trauma yang
gas darah vena. Warna darah dan tidak adanya tidak disengaja dari pembuluh darah saat kanulasi
pulsasi tidak dapat digunakan untuk memastikan kateter vena sentral. Jika hemotoraks muncul tanpa
keberadaan kateter di dalam lumen vena. Setelah adanya sebab trauma yang jelas, hal ini disebut
kateterisasi selesai, lakukan konfirmasi letak dengan hemotoraks spontan atau nontraumatik
kateter segera. Metode untuk konfirmasi letak hemotoraks. Beberapa sebab yang dapat mendasari
kateter dapat dilakukan dengan menggunakan hemotoraks spontan ini di antaranya neoplasma,
manometri atau pengukuran gelombang tekanan. gangguan koagulasi, malformasi atriovenosus,
Konfirmasi posisi final dari ujung kateter yang dapat ruptur dari aneurisma, endometriosis, malformasi
dilakukan dengan radiografi dada, fluoroskopi, dari pembuluh darah pulmonal. Pseudoaneurisma
atau EKG berkelanjutan1. dapat disebabkan oleh kanulasi vena sentral.
Dari berbagai faktor ini maka Beberapa kasus pseudoaneurisma dari arteri
kemungkinannya adalah: a. Faktor pengalaman subclavia, arteri mamaria interna, arteri interkosta,
operator menjadi salah satu sebab yang trunkus brakhiosefalika, trunkus thyrocervical dan
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi arteri innominata dilaporkan menjadi penyebab
mekanik dari pemasangan KVS disini, b. pasien hemotoraks spontan paska paska kateterisasi vena
mengalami kondisi ileus obstruktif dengan yang subclavia11. Sebab yang lain termasuk trauma,
diduga disebabkan karena terjadi volvulus yang infeksi, vaskulitis dan tumor. Beberapa melaporkan
mengakibatkan terjadi hipovolemia. Keadaan ini kejadian pseudoaneurisma arteri mammaria
ditunjang dengan keadaan produksi urine 0.1 cc/ interna sebagai komplikasi dari infeksi berat pada
kgBB/jam dan nilai TVS yang rendah, c. Insersi dinding dada.
guidewire, dilator dan kateter tidak menemui Banyak kejadian hemotoraks ipsilateral
hambatan sehingga prediksi terjadinya trauma yang berhubungan dengan kateterisasi vena
vaskular tidak muncul saat kanulasi vena sentral. sentral yang telah di laporkan meski demikian,
Meskipun demikian, insersi dilator dilakukan kejadian hemotoraks di sisi kontralateral
sampai dengan ujung proksimal dilator. Laporan pemasangan kateter jarang ditemukan (0,4-0,7%).
kasus yang ditemukan menyatakan bahwa Satu kasus melaporkan bahwa saat penempatan
memasukkan ujung dilator terlalu dalam dapat kateter, vena subclavia, pleura dan jaringan paru-
menimbulkan trauma pada arteri subclavia atau paru tertusuk dan menyebabkan tension pneumo
pembuluh darah lainnya9, 10. Pada kasus ini, untuk dan hemotoraks kontralateral sisi yang dipasang
mencari kemungkinan penyebab hemotoraks KVS9. Satu kasus lagi melaporkan tertusuknya
kontralateral yang terjadi dilakukan hanya dengan vena cava superior saat prosedur kanulasi vena
mengevaluasi hasil pemeriksaan pasien sebelum subclavia sinistra untuk dialisis10. Kasus pertama
dilakukan kateterisasi dan prosedur selama menggunakan KVS certofix double lumen dengan
pemasangan (melihat resiko yang memungkinkan pendekatan di vena subclavia kiri sedangkan kasus
terjadinya komplikasi). Pemeriksaan objektif Rodriguez10 menggunakan cateter hemodialisis
yang dapat mendeteksi sumber perdarahan dan certofix double lumen. Pada kasus Lock9 dan
kemungkinan penyebabnya seperti CT Scan, MRI, kawan-kawan, puncture dilakukan 2 kali sedangkan
angiogram, atau sternotomi tidak dilakuan pada Rodriguez et al.10, puncture berhasil pada tusukan

30
Hematotoraks Kontralateral Paska ...

pertama. Pada kasus-kasus ini, saat dilakukan lebih besar untuk melukai dinding lateral dari vena
prosedur pemasangan kateter vena sentral di cava superior13. Meskipun, bertentangan dengan
vena subclavia kiri, insersi dilator yang terlalu teori yang dikemukaan Fletcher dan Bodenham13,
dalam dapat menyebabkan trauma pada vena Bannon6 dan kawan-kawan justru menyebutkan
subclavia atau pembuluh darah lainnya dan dapat bahwa vena subclavia kanan melengkung
menyebabkan hemotoraks yang luas. secara lebih tajam menuju vena cava superior
Girgin et al.12 melaporkan kejadian dan berpotensi menyebabkan dapat terjadinya
kontralateral hidrotoraks lambat setelah trauma pada dinding vena6. Kasus ini juga berbeda
pemasangan kateter vena sentral di vena subclavia dengan kasus sekarang, karena yang terjadi
kiri. Pada laporan kasusnya, Girgin12 melaporkan adalah kontralateral hidrotoraks lambat, sehingga
pemasangan KVS (Certofix Trio, 30-cm, 7F) pada mekanisme terjadinya trauma kemungkinan juga
pasien perempuan 72 tahun. Pasien menderita berbeda.
tetanus dan diintubasi lalu dilakukan ventilasi Colon dan Frazier14 telah menjelaskan
mekanik. KVS dipasang paska intubasi. KVS pasien dengan hidrotoraks kanan sebagai
dipasang di vena subclavia kiri, satu kali puncture komplikasi lambat paska kateterisasi vena
lalu dilakukan pemeriksaan rontgen toraks paska subclavia kiri di mana mereka menduga bahwa
pemasangan. Pada hari ke-5, pasien mengalami posisi dari kateter merupakan sebab utama dari
hipotensi yang progresif yang diikuti dengan hidrotoraks kontralateral yang terjadi. Mereka
turunnya PaO2. Auskultasi menunjukkan vesikuler menduga kateter berada di area di mana terdapat
yang menurun di kedua lapang paru. Kemudian, aliran turbulen yang terjadi akibat konvergensi dari
dipasang KVS yang baru di vena jugularis interna dua pembuluh darah dan dari vena azygos yang
kanan. Dilakukan foto rontgen toraks, tetapi bergabung dengan vena cava superior di bagian
sebelum foto tersebut jadi, KVS yang berada di posterior. Sehingga, ujung kateter yang berada di
vena subclavia kiri dicabut (karena miskomunikasi). dinding lateral dari vena cava superior membuat
Foto rontgen yang didapatkan menunjukkan erosi dari dinding pembuluh darah akibat dari
pneumotoraks kiri dan hidrotoraks kanan. aliran turbulensi tersebut14.
Torakosentesis bilateral dilakukan dan didapatkan Kateterisasi di vena subclavia memiliki
cairan jernih sebanyak 2000 ml dari selang di dada resiko terjadinya pneumotorak dan hematotorak
kanan. Volume ini sama dengan jumlah cairan yang lebih tinggi daripada kateterisasi vena jugularis
diinfuskan pada pasien melalui kateter. Dugaan interna. Kateter di vena subclavia dan vena jugularis
perforasi terjadi pada kasus ini adalah akibat interna kiri menimbulkan perhatian oleh karena
trauma mekanik dari ujung kateter atau kerusakan sudut yang dibentuk antara ujung kateter dengan
kimiawi dari larutan infus yang diberikan. Sudut dinding pembuluh darah lebih perpendicular15.
yang dibentuk oleh ujung kateter dengan dinding Vena subclavia berawal sebagai lanjutan
vena diduga merupakan faktor penting yang dari vena aksilaris pada batas lateral dari tulang
bertanggung jawab terhadap terjadinya trauma rusuk yang pertama2. Vena subclavia berjalan di
pembuluh darah. Apabila ujung tip membentuk anterior dari otot scalene anterior dan dipisahkan
sudut yang lebih besar (mendekati tegak lurus/ dari arteri subclavia oleh otot tersebut. Vena
perpendicular) terhadap dinding pembuluh subclavia berjalan ke inferior untuk bergabung
darah, maka resiko terjadinya erosi dan trauma dengan vena jugularis interna dan membentuk
langsung pada dinding dada lebih besar. Kateter trunkus brakhicephalica yang akhirnya bermuara
yang berasal dari subclavia kiri memiliki keadaan di vena cava superior4.
demikian karena vena innominata kiri membentuk Vena subclavia memiliki diameter 1-2
sudut hampir tegak lurus dengan vena cava cm pada orang dewasa. Jaringan pengikat fibrosa
superior. Akibatnya, kateter yang memasuki vena menghubungkan vena subclavia dengan clavicula
cava superior dari sisi kiri memiliki kecenderungan dan tulang rusuk yang pertama. Hal ini mencegah

31
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

kolaps dari vena meski pada kondisi henti jantung medial dari otot scalene anterior. Sedangkan,
sekalipun. Secara anatomis, duktur thoracicus arteri subclavia berjalan tepat posterior dari vena
berhubungan dengan vena subclavia di mana subclavia2.
duktus ini bergabung dengan vena subclavia kiri Jaringan lemak subkutan, morfologi
pada tempat hubungan antara vena subclavia dada, dan jarak yang amat dekat dengan pleura
dengan vena jugularis interna. Vena subclavia dan dengan arteri subclavia menyebabkan vena
kanan lebih dipilih untuk akses vena sentral karena subclavia merupakan tempat yang relatif tidak
alasan ini. Puncak pleura (dome pleura) terletak dipilih untuk akses vena sentral pada anak-anak.
posterior dan inferior dari vena subclavia dan Hal ini terutama untuk pasien infant5.

Gambar 4. Struktur yang berkaitan dengan vena subclavia


(Central venous access. Emergency Medicine Procedures. Feldman R., 2003)2

Idealnya, ujung kateter berada di hubungan adalah sudut trakheobronkhial kanan, yang hampir
antara vena cava superior dengan atrium kanan. selalu di inferior dan medial (1,5 cm medial) dari
Lokasi ini memastikan lokasi proksimal dengan ujung atas vena cava superior. Landmark ini selalu
aliran darah yang tinggi yang mencegah trombosis kira-kira 2,9 cm superior dari atriocaval junction.
(terutama diperhatikan pada pemberian larutan Sehingga, ujung kateter yang posisinya 3 cm di
nutrisi parenteral dan agen kemoterapi), bukannya bawah sudut trakhebronkhial kanan akan berada
di dalam atrium yang dapat menyebabkan aritmia di atriocaval junction dan tetap berada di luar dari
ketika terjadi iritasi dengan dinding atrium kanan. jantung. Penghitungan panjang guidewire dengan
Permukaan yang menjadi landmark dari posisi dipandu fluoroskopi, dari tempat tusukan kulit
ini adalah the angle of Louis, hubungan antara sampai atriocaval junction menghasilkan rata-rata
manubrium dan sternum. Perhitungan jarak antara 16 cm untuk puncture di vena jugularis interna
kulit tempat puncture dengan the angle of Louis kanan, 18,4 cm untuk vena subclavia kanan, 19, 1
melalui proyeksi jalannya vena, memungkinkan untuk vena jugularis interna kiri, dan 21,2 untuk
operator untuk mengestimasi panjang kateter vena subclavia kiri. Hal ini merupakan panduan
yang diinsersikan6. yang dapat berguna, meskipun posisi tetap harus
Radiografik landmark untuk memandu dipastikan menggunakan pemeriksaan penunjang
letak ujung kateter pada gambar rontgen dada lain seperti rontgen dada6.

32
Hematotoraks Kontralateral Paska ...

Kateter dengan diameter besar, seperti superior. Sedangkan, vena subclavia kanan
kateter dialisis, dipasang setelah insersi dilator melengkung secara lebih tajam menuju vena cava
yang membuat jalur subkutan. Dilator ini, dengan superior dan vena jugularis interna kiri berbelok
permukaan yang keras, dapat menyebabkan dua kali, satu kali pada vena brachiocephalica
trauma pada struktur lunak apapun yang (vena innominata kiri) dan yang kedua ke vena cava
dilaluinya. Bahaya dari trauma vaskular membuat superior. Belokan ini berpotensi menyebabkan
pemahaman tentang jalannya vena merupakan dapat terjadinya trauma pada dinding vena apabila
hal yang penting. Vena jugularis interna kanan dan dilator tidak dapat melengkung menyesuaikan
vena subclavia kiri berjalan lurus dan melengkung struktur tersebut6.
secara relatif tidak tajam menuju vena cava

Gambar 4. Kanulasi vena subclavia pendekatan infraclavicula


(Central venous access. Emergency Medicine Procedures. Feldman R., 2003)2

Gambar 5. Anatomi vena subclavia (Bannon, 2011)6

33
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

Tabel 5. Karakteristik kateter berdasar berat badan


Catheter size Minimum catheter
Number of lumens Patient size Venous acces site
(French) length (cm)*
Femoral, internal
2 1 Infant jugular,external 5
jugular, or subclavian
Femoral, internal
3 1 <5 kg jugular,external 5
jugular, or subclavian
4 1,2 5-10 kg Femoral 5
Femoral, internal
10-15 kg jugular,external 8-12
jugular, or subclavian
Femoral, internal
5 1, 2, 3 >15 kg jugular,external 12-15
jugular, or subclavian
Femoral, internal
7 1 (sheath), 2, 3 >40 kg jugular,external 15-25
jugular, or subclavian
Femoral, internal
8 and larger 1 (sheath), 2, 3, 4 Adult 15-25
jugular, or subclavian
(Central venous access. Emergency Medicine Procedures. Feldman R., 2003)2

Pada pasien ini, belum dapat dipastikan pada pasien dengan bula adalah menghindari
penyebab terjadinya hematotoraks, tetapi barotrauma. Hal ini dapat dilakuan dengan
kemungkinan besar trauma pada waktu menghindari ventilasi tekanan positif. Kalau hal ini
pemasangan guidewire dan/atau dilator yang tidak dapat dilakukan, maka tekanan puncak (peak
terlalu dalam. Hematotoraks spontan jarang pressure) harus dibatasi untuk menghindari ruptur
terjadi. dari bula. Selain itu, ukuran pipa trakhea, yang
Parikh dan kawan-kawan melaporkan satu mencerminkan diameter internal dari pipa trakhea
kasus hematotorak pada pasien yang dilakukan akan mempengaruhi tekanan puncak.Semakin
operasi repair anterior cruciate ligament kanan kecil diameter internal, maka semakin besar
dengan anestesia umum. Pasien memiliki riwayat tekanan puncaknya17. Pada pasien ini digunakan
luka tusuk pada dinding dada kanan inferior 10 ukuran ET No.7,5 dan tekanan ventilasi yang
tahun sebelumnya. Paska operasi di ruang post diberikan tidak dicatat. Sehingga, kemungkinan
anesthetic care unit (PACU), pasien mengalami hematotoraks yang terjadi karena tekanan yang
kesulitan bernapas, takikardia dan hipotensi. terlalu tinggi pada saat melakukan ventilasi tidak
Dilakukan rontgen dada dan didapatkan gambaran dapat dipastikan.
opasitas di dada bagian kanan. Pasien dilakukan Pada pasien ini, pasien tidak memiliki
thoracocentesis dan didapatkan produk darah. riwayat trauma dada sebelumnya, riwayat
Pasien dilakukan video-assisted thoracoscopic kateterisasi sebelumnya maupun operasi di bagian
surgery (VATS) untuk memeriksa hemitorak kanan toraks sebelumnya. Pasien ini hanya dilakukan
dan didapatkan perdarahan yang berasal dari pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil opasitas
pembuluh darah dalam bula di apeks dari paru di hemitoraks kanan, thoracocentesis dan
kanan16. pemasangan WSD dan didapatkan produk darah
Bula merupakan kista yang berisi udara di sebanyak 700 ml. Pemeriksaan dan terapi yang
dalam atau menempel pada pleura viseral. Amjadi dilakukan memang mengkonfirmasi terjadinya
et al.17 menemukan bahwa prevalensi bula pada hematotoraks pada pasien ini. Pasien ini tidak
laki-laki sehat tanpa penyakit paru yang mendasari dilakukan pemeriksaan atau prosedur torakoskopi
adalah sebesar 6%. Strategi manajemen ventilasi untuk mengetahui secara obyektif sumber dan

34
Hematotoraks Kontralateral Paska ...

sebab perdarahan yang terjadi. Pasien tidak dapat Hill, New York. 2006: 922-950
diketahui apakah terdapat bula di paru-parunya 4. Williams P.L., Warwick R., Gray’s Anatomy, 36th
atau tidak. Pasien ini menggunakan ET No.7,5 ed. Philadelphia: Saunders, 1980:629–765.
dan tekanan puncaknya tidak dicatat. Sehingga, 5. Kusminsky, Complications of Central Venous
apakah penggunaan ET No.7,5 pada pasien ini Catheterization, J Am Coll Surg, American College
menjadi faktor penyebab terjadinya barotrauma of Surgeons Published by Elsevier Inc., 2007
pada pasie ini belum dapat dipastikan. 6. Bannon P.M., Heller S.F., Rivera M., Anatomic
considerations for central venous cannulation,
SIMPULAN Dovepress journal, Department of Surgery,
a. Sesak nafas pada pasca anestesi dengan Division of Trauma, Critical Care, and General
pemasangan KVS maka salah satu Surgery, Mayo Clinic, Rochester, Minnesota,
kemungkinannya adalah terjadinya komplikasi USA, 2011
paru akibat pemasangan KVS, seperti 7. Sterner S., Plummer D.W., Clinton J., A
hematothoraks, pneumothoraks. comparison of the supraclavicular approach and
b. Telah terjadi hematotorak kontralateral paska the infraclavicular approach for subclavian vein
pemasangan kateter vena sentral di vena catheterization. Ann Emerg Med 1986; 15(4) :
subclavia kiri pada pasien ileus obstruktif yang 421–423.
akan dilakukan laparotomi dengan anestesia 8. Lavelle J., Costarino A.,: Central venous access
umum dengan intubasi pipa trakhea. andcentral venous pressure monitoring, in
c. Beberapa kemungkinan yang diduga dapat HenretigFM, King C (eds): Textbook of Pediatric
menyebabkan terjadinya hematotorak pada Emergency Procedures. Baltimore: Williams &
pasien ini adalah cedera yang ditimbulkan Wilkins, 1997:251–278.
oleh insersi dilator yang terlalu dalam, ujung 9. Lock R.L., Triplett H.B., Rse G., Contralateral
kateter yang mengenai vena karena sudut tension pneumo/hemothorax resulting from
yang dibentuk saat insersi. Penyebab pasti left subclavian vein cannulation under general
tidak dapat ditegakkan karena pada pasien anesthesia. Nurse Anesth 1991; 2: 89-92.
tidak dilakukan pemeriksaan atau prosedur 10. Rodriguez J, Barcena M, Alvarez J., Acute
diagnostik. Trauma vaskuler tidak terlalu contralateral hemothorax after cannulation of
besar, dengan pemasangan WSD darah dapat the left subclavian vein for hemodialysis. Rev Esp
dikeluarkan dan sumber perdarahan tidak Anestesiol Reanim 2002; 49: 428-31
bertambah. 11. Lee JH., Kim Y.B., , Lee M.K., Kim J.I., Lee J.Y.,
Lee S.Y., Lee E.J., and Lee Y.S., Catastrophic
DAFTAR PUSTAKA hemothorax on the contralateral side of the
1. Rupp S.M., Apfelbaum J.L., Blitt C., Caplan R.A., insertion of an implantable subclavian venous
Connis R.T., Domino K.B., Fleisher L.A., Grant S., access device and the ipsilateral side of the
Mark J.B., Morray J.P., Nickinovich D.G., Tung A., removal of the infected port-A case report
Practice Guidelines for Central Venous Access A ,Korean J Anesthesiol; 2010: 214-219
Report by the American Society of Anesthesiologists 12. Girgin N.K., Arici S., Turker G., Otlar B., Hotaman
Task Force on Central Venous Access, the American L., Kutlay O., Delayed Pneumothorax Induced by
Society of Anesthesiologists, Inc. Lippincott A Left Subclavian Central Venous Catheter: A Case
Williams & Wilkins. Anesthesiology 2012; Report, Clinics, Department of Anaesthesiology
2. Feldman R., Central venous access. Emergency and Reanimation, Uludag University, School of
Medicine Procedures. New York: McGraw-Hill. Medicine – Bursa, Turkey 2010;65(5):562-5
2003 13. Fletcher SJ, Bodenham AR., Safe placement of
3. Morgan G.E., Mikhail M.S., Murray M.J., Clinical central venous catheters: where should the tip of
Anesthesiology, Lange Medical Books, McGraw the catheter lie? Br J Anaesth. 2001;87:298-302

35
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 2, Maret 2014

14. Colon R., Frazier O.H., Right hydrothorax anesthesia, Department of Anesthesiology,
after left subclavian and internal jugular vein Saint Barnabas Medical Center, 94 Old Short Hills
catheterization: A delayed complication. Tex Road, Livingston, NJ 07039, USA, 2006
Heart Inst J. 1985;12:389-92 17. Amjadi K., Alvarez G.G., Vanderhelst E.,
15. Booth S.A., Norton B., Mulvey D.A., Central Velkeniers B., Lam M,, Noppen M., The prevalence
venous catheterization and fatal cardiac of blebs or bullae among young healthy adults: a
tamponade. Br J Anaesth. 2001 ; 87 : 298 -302 thoracoscopic investigation. Chest. 2007 ; 132 :
16. Parikh B.R., Sattari R.J., Shariati N.M., Dorain 1140-5
R.S.,Spontaneous hemothorax during general

36

Anda mungkin juga menyukai