Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RANGKUMAN PPT

HEMODIALISA
DOSEN : SRI NURHAYATI OKTARINA, S.Kep., Ns.

Kelompok 7 :
1. Harnoto NIM 108222058
2. Fitria Endah NIM 108222060
3. Ratna A NIM 108222067
4. Rin Subungah NIM 108222068
5. Rohayati NIM 108222069
6. Fitsa Fauzi NIM 108222072
7. Wahyu Pambudi NIM 108222073
8. Kusmaningsih NIM 108222075
9. Risma Utami NIM 108222080
10. Lusiati NIM 108222083
11. Ageng K NIM 108222086

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
2023
HEMODIALISA
1. Konsep Hemodialisa
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang menggunakan alat
khusus dengan tujuan untuk mengeliminasi sisa produk metabolism ( protein ) dan koreksi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara kompartemen darah dan dialisat
melalui membrane semi permeable.
2. Terapi Pengganti Ginjal
a. Transplantasi ginjal
(+) RRT ideal
(-) sulit mencari donor, imunosupresan, risiko infeksi.
b. Peritonial dyalisis (PD)
(+) First Choice, Praktis
(-) Risiko peritonitis, harus ganti dialisat 3-5 kali dalam sehari
c. Hemodialysis (HD)
(+) Dilayani petugas kesehatan, sosialisasi di pusat HD, Risiko infeksi bloodstream,
trombosis, 2-3x seminggu, sulit bekerja, hemodinamik unstable
3. Prosedur HD
 Dokter akan memasang jarum yang telah terhubung dengan selang cuci darah di titik
akses yang telah dibersihkan. Satu jarum berfungsi untuk mengalirkan darah dari dalam
tubuh ke mesin, sedangkan satu jarum lain akan mengalirkan darah dari mesin ke dalam
tubuh.
 Setelah jarum terpasang, darah akan dialirkan melalui selang steril menuju alat
filterisasi atau
 Mesin akan membuang zat-zat sisa metabolisme dan cairan tubuh yang berlebihan,
kemudian darah yang sudah melalui proses cuci darah akan dikembalikan ke dalam
tubuh.
4. Prinsip hemodialisa
a. DIFUSI
Merupakan proses berpindahnya suatu zat terlarut yang disebabkan karena adanya
perbedaan konsentrasi zat-zat terlarut dalam darah dan dialisat. Perpindahan molekul
terjadi dari zat yang berkonsentrasi tinggi ke yang berkonsentrasi lebih rendah.
b. DIFUSI
Berpindahnya zat pelarut (air) melalui membrane semi permeable akibat perbedaan
tekanan hidrostatik pada kompartemen darah dan kompartemen dialisat. Tekanan
hidrostatik / ultrafiltrasi adalah yang memaksa air keluar dari kompartemen darah ke
kompartemen dialisat. Besar tekanan ini ditentukan oleh tekanan positif dalam
kompartemen darah (positive pressure) dan tekanan negative dalam kompartemen
dialisat (negative pressure) yang disebut TMP (trans membrane pressure) dalam mmHg.
c. KONVEKSI / OSMOSIS
Gerakan Solut karena adanya perbedaan tekanan melalui membrane semipermeable
( solvent drag )
5. Sistem hemodialisa
a. Sistem sirkulasi darah ekstrakorporeal
Bagian yang termasuk dalam sirkulasi darah adalah mulai dari jarum/kanula arteri
(inlet), arteri blood line (ABL), kompartemen darah pada dializer, venus blood line
(VBL), sampai jarum/ kanula vena (outlet). Sirkulasi darah ada 2 di dalam tubuh pasien
(sirkulasi sistemik)dan di luar tubuh pasien (sirkulasi ekstrakorporeal)
b. Sirkulasi dialisat
Dialisat adalah cairan yang digunakan untuk prosedur HD. Berada dalam kompartemen
dialisat berseberangan dengan kompartemen darah yang dipisahkan oleh selaput semi
permeable dalam dializer. Ada 2 dialisat dialisat pekat (concentrate) dan air.
6. Prosedur pelayanan hd
Persiapan HD :
Pasien : Kelengkapan administrasi, assesmen, data penunjang
Alat dan bahan
Memulai HD : Koneksi / kanulasi dan monitoring
Mengakhiri HD : darah ke tubuh,Perawatan akses, Evaluasi kondisi, edukasi, desiinfeksi
mesin dgn cara yang sesuai
ALAT DAN BAHAN HEMODIALISIS

1. ALAT DAN BAHAN HEMODIALISIS


a. Mesin Hemodialisis
b. Alat Habis Pakai Utama ( Consumables )
 Dialiser ( Artificial Kidney )
 Cairan Dialisis ( Air Dialisis dan Konsentrat )
 Tubing Dialisis ( Blood Lines )
 AV. Fistulla ( Vascullar Access )
c. Alat Habis Pakai Tambahan
2. Mesin Hemodialisis
 On / off
 Arterial pressure
 Venous pressure
 Air detektor
 Heparin pump
3. Dialisat Monitor
 Blood leak detektor
 Temperatur detektor
 Conductivity meter
 UFG, UFR/TMP monitor
 Desinfection monitor
4. ALAT DAN BAHAN HABIS PAKAI UTAMA ( CONSUMABLES )
 Dializer
* Tempat dimana sirkuit darah dan dialisat bertemu
* Terjadi pergerakan molekul antara darah dan dialisat melalui membran
semipermeabel
 Cairan Dialisis
Fungsi :
Membuang sampah nitrogen, air dan kelebihan elektrolit
Menjaga keseimbangan elektrolit
Mencegah penurunan air yang berlebihan
Komposisi :
Dibuat dari konsentrat dan air dengan perbandingan pencampuran ( 35 - 40 : 1 )
 Blood Lines
- Arterial Lines ;
Inlet Klien
Arterial pressure detektor
Buble trap arteri
Segment pump
Heparin Lines
Inlet dialyzer
- Venous lines ;
Outlet Klien
Bubble trap vena
Venous pressure detektor
Outlet dializer
 AV. Fistulla
- Akses Vaskular Permanen :
a. Arteriovenous Fistulae ( Cimino )
b. Arteriovenous Graft
- Akses Vaskular Temporer :
a. Double Lumen ( Jugularis / subklavia )
Jangka Pendek :
- Exit site infektions
- Sumbatan pada selang catheter ( cloting, posisi dan terlipat )
- Emboli udara
- DVT of central veins
Jangka Panjang :
- Hampir sama dengan komplikasi jangka pendek
- Fraktur, bocor dan emboli
b. Femoralis

5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN (HOLLOW FIBRE)


KEUNTUNGAN :
- Volume priming yang rendah
- Mempunyai luas permukaan yang rendah
Contoh : 1 m2 = 60 – 90 ml
Lebih mudah dilakukan daur ulang ( Re -Use)
KERUGIAN :
- Volume residu darah beku lebih tinggi
- Untuk dializer yang sterilisasinya dengan etilin oksida bagian potting lebih sulit
dibersihkan
6. FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MEMILIH DIALIZER
 Surface area ( Biasanya 0,7 – 2,4 m2 )
 Mempunyai clearance yang baik
 Ultrafiltrasi yang fleksibel
 Terbuat dari bahan non toksik dan bebas pyrogen
 Volume priming yang rendah
 Tidak sering mengalami kebocoran
 Dapat di lakukan daur ulang
 Praktis, aman dan murah
AKSES VASKULER

1. Akses vaskuler
Akses Vaskular adalah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti jalan untuk
memudahkan mengeluarkan darah yang diperlukan dari pembuluhnya
Funsi vascular access dalam kasus gagal ginjal kronik (GGK) adalah untuk keperluan
hemodialisa (cuci darah)
2. Akses Vaskular Permanen
Definisi : Operasi anastomosis arteri dengan vena
Sering disebut Arterio-venus shunt (AV shunt) atau arterio-venous fitula (AV Fistula), atau
Brescia-Cimino
3. Teknik penyambungan (ANASTOMOSIS)
- Teknik anastomosis (penyambungan) yang sering digunakan side to end, dan side to
side.
- Side to end tersering digunakan mengingat bahwa aliran darah ke vena yang menuju
jantung adalah yang terbesar volumenya, mencegah terjadinya hipertensi vena
- Tetapi teknik operasi relative agak sulit karena vena sering terputar (torsi)
- Side to side, mudah terjadi pembengkakan pada tangan, karena aliran darah dari arteri
yang meuju ke distal (ke arah tangan) mengganggu drainase vena dari tangan, sehingga
mudah terjadi hipertensi vena pada daerah tangan
4. Pemasangan av fitula
- Sebaiknya dilakukan beberapa bulan sebelum tindakan HD

Assessment preopertif
- Diperlukan riwayat menyeluruh
- Riwayat sebelumnya
- Nadi baik di semua ekstremitas atas (aksila, brakialis, radial, dan ulnar
- Tekanan darah pada kedua lengan harus diukur, dan perbedaan antara lengan harus
dinilai normal jika < 10 mmHg, batas jika 10-20 mmHg, atau bermasalah jika > 20
mmHg
- Pemeriksaan fisik Tes Allen, yang mengukur aliran kolateral antara arteri radial dan
ulnaris di lengkungan palmar, dapat dilakukan dengan dibantu Doppler

5. Perawatan pasca operatif


- Mengkaji : flow, thrill, kekenyalan pembuluh (manual maupun dengan pencitraan/USG,
dopler), resiko infeksi, dan komplikasi lain
- Pasien diminta melatih tangan (KDOQI merekomendasikan penggunaan seluruh
tangan)
- Bergerak bebas namun hati-hati supaya tidak terbentur
- Area anastomosis jangan tertindih saat tidur
- Hindari pemakaian aksesoris di area AVF, pakaian terlalu ketat
- Hindari infus dan mengukur tekanan darah diarea AVF
- Menjaga kebersihan area AVF
- Menghindari sebisa mungkin terjadinya hypovolemia, karena beresiko terjadi
thrombosis
- Catat kondisi dan maturasi AV fistula
- Perubahan dibandingkan dengan extremitas sebelah
6. Kriteria keberhasilan av-fistula
- Volume aliran darah pada vena paling sedikit 150 ml per menit
- Diameter vena harus mengalami dilatasi cukup lebar segera setelah aliran darah
mengalir kembali melalui anastomosis setelah klem vascular dibuka; diameter
pembuluh vena tersebut membesar dimulai dari daerah anastomosis
- Cukup untuk menusukkan jarum inlet dan jarum outlet
- Operasi dapat dengan mudah dan cepat diselesaikan menggunakan pembiusan lokal
- Komplikasi infeksi dan thrombosis tidak terjadi
- Dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama
7. Penggunaan av fistula
- 4 – 6 Minggu pasca operasi untuk AVF, 2 – 4 minggu pasca operasi untuk AVG dengan
graft sintesis
- Jika insersi 2 – 4 minggu pada AVF karna sangat diperlukan maka harus dilakukan oleh
yang sudah berpengalaman dan penuh pengawasan
- Penusukan premature menyebabkan thrombosis karena vena yang tipis dengan tekanan
besar (vena belum ter-arterialisasi)
- Penyembuhan anastomosis pembuluh darah mulai terjadi bila lapisan endothelium pada
tunika intima sudah tumbuh merata menutupi permukaan luka pada aanatomosis, yaitu
pada akhir minggu ke 2 pasca bedah
- NKF menyarankan Av Fistula dipakai setelah 1 – 4 bulan
- Maturasi AVF, yang dikenal dengan Rule of Six.
8. 3 cara kanulasi
- Rope leader technique
Teknik akses dengan menggunakan seluruh panjang venus yang teranastomosis
- Area
Kanulasi berulang diarea yang sama menyebabkan dilatasi aneurisma, dan stenosis.
Sudah tidak direkomendasikan
- Buttonhole
9. Mengatasi cedera kanulasi.
- Untuk setiap infiltrasi (ditandai pembengkakan ringan) lakukan penekanan dengan es
selama minimal 10 menit dan jika dialysis tetap dilanjutkan, QB jangan dulu dinaikan
- Jika dianggap infiltrasi sedng : jarum harus dilepas dan penekanan manual dilakukan di
area infiltrasi
- Jika infiltrasi sedang-besar dan dianalisis tetap harus dilanjutkan makan pemindahan
akses ke bagian proksimal dapat dilakukan, jika ini tidak mungkin maka lepaskan akses
dan lakukan penekanan manual dengan es selama 30 menit
- Jika hematom berkembang maka penilaian area akses harus dilakukan : pengukuran
pembengkakan, bruit, sirkulasi ke bagian distal dari anastomosis
- Penggunaan ultrasound/dopler dapat membantu arah dan penempatan jarum saat
kanunlasi untuk menghindari cidera
10. Pelepasan jarum av-fistula
- Di tekan dengan media steril : deper/kasa
- Penekanan tidak terlalu kuat, secukupnya dan tidak koyak atau diputar-putar
- Tidak menekan saat semua jarum masih masuk di dalam pembuluh darah, biarkan
jarum keluar lebih dari ½ nya baru ditekan atau setelah ujung jarum ditarik,
secepatkan di dep.
- Penekanan sekitar 5 menit baru di evaluasi : masihkan keluar darah, jangan terlalu
cepat mengangkat tekanan tekanan/dep
- Penting mengevaluasi pembengkakan dan respon nyeri setelah pelepasan fistula
11. Komplikasi av-fistula
- Trombosis pada awal pasca bedah (early thrombosis)
- Trombosis yang terbentuk kemudian (late thrombosis)
- Aneurisma vena (pelebaran dinding vena akibat dinding vena yang tipis mendapatkan
aliran tekanan darah yang tinggi)
- Arterial Steal Syndrome (ASS), menyebabkan dingin pada perabaan tangan, nyeri, dan
kesemutan, otot lemah pada jai-jari tangan di bagian distal dari luka operasi AV shunt.
Gejala tersebut semakin terasa pada saat dilakukan hemodialysis
- Hipertensi vena
- Infeksi
12. Arterial steal syndrome
Adanya tanda-tanda klinis pada bagian distal AV-Fistula seperti : pucat, hilang atau
menurunnya nadi, gejala-gejal persyarafan, kesemutan, rasa terbakar, mati rasa, kematian
dan tanda-tanda iskemik atau jari- jari tangan.
13. Edukasi perawatan av-fistula
- Jaga agar tetap kering sebelum luka sebelum
- Perhatian adanya pendarahan
- Cara memeriksa AV-Fistula selama di rumah : untuk getaran (disebut sensasi) atau
untuk suara (disebut bruit). Jika getaran atau suara dari akses Anda tidak ada,
mengecil atau tampak berbeda, hubungi tim perawatan dialysis. Ini artinya akses tidak
bekerja dengan baik
- Jangan gasuk pada akses Anda, kuku anda bisa menjadi sumber infeksi
- Hindari batuk atau bersin ke area akses Anda selama perawatan, selama luka belum
sembuh atau mongering
- Tekanan pasca dicabutnya fistula tidak perlu terlalu kuat dan harus tepat diatas bekas
jarum fistula
- Jangan mengukur tekanan darah pada area akses AV-Fistula
- Jangan mengambil darah dari lengan akses AV-Fistula ketika dilakukan dialisis
14. Komplikasi kateter double lumen
- Disritmia atrium dan disritmia ventrikel, komplikasi pneumothoraks, emboli udara,
perforasi pada dinding jantung atau vena sentral
- Infeksi terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari kulit pasien melalui lokasi tusukan
kateter dan turun ke permukaan luar kateter atau dari kateter yang terkontaminasi
selama prosedur hemodialisis
- Thrombosis dan emboli udara karena kesalahan teknik
- Stenosis vena sentral lebih sering terjadi pada pemakaian kateter subclavia
15. Teknik perawatan dan koneksi kateter double lumen
- Tujuan perawatan kateter double lumen adalah mencegah terjadinya infeksi,
mencegah adanya bekuan darah diselang kateter double lumen, kateter dapat
digunakan dalam waktu tetentu dan aliran darah menjadi lancar
- Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kateter double lumen adalah kebersihan
kateter, kondisi kateter yang tidak tertekuk, rembesan darah dari sambungan tutup
kateter, kateter lepas atau berubah posisi, tanda-tanda peradangan dan keluhan
pasien.
- Melakukan kebersihan tangan/cuci tangan
- Pakai masker (termasuk pasien direkomendasikan terutama jika dalam kondisi
batuk) , sepasang sarung tangan steril baru
- Penggunaan teknik aseptik ketika memulai dan mengakhiri dialisis adalah yang
paling penting. Semua kateter rentan terhadap infeksi.
- Penting sekali bagi pemberi perawatan untuk mengetahui jenis kateter yang pasien
harus berikan perawatan di tempat yang tepat. Rekomendasi produsen untuk
disinfektan harus diikuti untuk menjaga integritas kateter.
- Exit site harus dibersihkan dan dressing steril harus diterapkan. Petugas harus
memakai sarung tangan steril, saat mengganti dressing pada kateter hemodialisis, 2%
chlorhexidine alkohol harus digunakan membersihkan kulit dan ganti balutan, atau
alkohol 70% + iodine 10%. Jika desinfeksi tidak tersedia atau ada riwayat
alergi/iritasi maka membersihkan darah atau cairan di area exit site dengan natrium
klorida 0,9% steril.
- Tutup CVC harus di bersihkan dan dibungkus dengan dressing dalam disinfektan
yang direkomendasikan sebelum memulai atau mengakhiri dialisis atau bisa di
bungkus kasa steril setelah di disinfeksi.
- Penting memperhatikan exit site terutama jika ada kemerahan atau drainase, harus
didokumentasikan.
- Tidak boleh menghilangkan lipid kulit (defatting) dengan alkohol, eter atau aseton.
- Heparin atau sejenisnya di berikan untuk melakukan lock ke port dari kateter harus
dikeluarkan sebelum memulai dialisis berikutnya untuk menghindari pasien
menerima bolus. Aspirasi heparin lock sekitar 5 cc kemudian langsung buang tanpa
mengaspirasi bolak balik.
- Jangan mencoba mendorong NaCl ke dalam kateter yang membeku, ini mungkin
memaksa bekuan ke dalam sistem vaskular.
16. Flushing kateter HD dan Heparin lock:
Tujuan : untuk menjaga patensi kateter dengan membersihkan darah dan fibrin yang
terbentuk
- Panjang yang tertera pada lumen kateter menentukan jumlah heparin
- Bahan : NaCl 0,9 % + heparin (1000-5000 iu) sesuai kebutuhan dan rekomendasi
- Tehnik :
Memperhatikan teknik septik antiseptik
Tidak banyak menyentuh
Tidak melakukan aspirasi bolak balik
Tekanan saat flushing tidak terlalu pelan karna mengakibatkan aliran balik ke dalam
lumen kateter
- Volume minimal 2x volume kateter atau sesuai kebutuhan,perhatikan resiko
masuknya heparin kedalam tubuh
PETUNJUK TEKNIS HEMODIALISIS

1. Persiapan Tindakan Hemodialisis


- Persiapan Mesin Alat HD
- Persiapan Sirkulasi Darah
- Perisapan Pasien
Mental
Fisik
2. Alat dan Bahan Hemodialisis
- Consumables
- ALat habis pakai tambahan
3. Perispan Sirkulasi
- Pemasanagan Blood Line
- Pembilasan Dializer
Dializer Baru
Dializer re use
4. Persiapan Sirkulasi
Tehknik Pemasangan blood line, pastikan blood line terdiir dari
- Arteri line
- Venouse line
Tehknik Pemasangan blood line
- Pasang abgian arterial detecktor
- Masukkan segmen pump arterial lines kedalam blood pump
- Pasang buble trap artesi tegak lurus
- Sambungkan inlab arteria lines dengan inlet dialyzer
- Pasang venous lines dan masukkab buble trap vena kedalam venous detector dengn
posisi tegak
- Sambungkan outlite venous lines dengan outlite dializer
5. Perispan kepada pasien
- Psikologis
Penjelasan mengenai kebutuhan tindakan HD
Persatuan pasien dapat membanut dan menolong pasien didalam menghadapi
pengobatannya
- Pembuatan Jalan masuk untuk hubungan sirkulasi darah
AV.Shunt
Hubungan sirkulasi tanpa AV.Shunt
6. Persiapan Pasien
- Baca status pasien dan melihat program HD yang lalu
- Timbang berat badan
- Pasien dipersilahkan tidur dengan posisi yang nyaman
- Ukur tanda- kenaikantanda vital ( Tekanan darah, nadi , respirasi )
- Tanya keluhan pasien
- Program sesuai berat badan dan catatan hd lalu
7. Penatalaksanaan Vaskuler Acces Cimino
- Lengkapi Inform consent sebelum tindakan hemodialisis
- Siapkan dan dekatkan perlatan yang akan dipergunakan
- Tentukan daerah yang akan dilakukan acces dan jangan terlalu dekat antara inlet dan
outlet
- Pasang perlak pada lengan bawah sebagai alas
- Bersihkan daerah yang akan di acces dengan menggunakan betadine 10 % dengan
gerakan melingkar dari dalam keluar
- Bersihkan kembali area acces dengan alcohol 70% dengan cara yang sama
- Pakai sarung tangan steril
- Pasang duk pada lengan pasien diatas perlak sebagai alas
- Isi spuit 3 cc dengan NaCl 0,9 % tambahkan heparin sesuai kebutuhan pasien
- Isi fistula dengan NaCl 0.9 % yang sudah diberi heparin sampai bagian ujung jarum,dan
pastikan tidak ada gelembung udara
- Lakukan acces pada out let terlebih dahulu
- Pastikan acces tepat pada pembuluh darah dengan cara aspirasi
- Fiksasi fistula dengan micropore
- Lakukan acces in let dengan cara yang sama
- Sambungkan ABL dengan fistula dan jalankan BF ( Blood Flow) sampai darah terisi
pada bagian VBL
- Bereskan dan rapikan alat- alat yang selesai digunakan
8. Persiapan Pasien
- Baca status pasien dan melihat program HD yang lalu
- Timbang berat badan
- Pasien dipersilahkan tidur dengan posisi yang nyaman
- Ukur tanda tanda vital (tekanan darah, nandi, respirasi)
- Tanya keluhan pasien
- Lakukan hemodialysis sesuai dengan program
9. Penatalaksanaan Vaskuler acces femoralis
- Lengkapi inform content sebelum tindakan hemodialisis
- Siapkan dan dekatkan perlatan yang akan digunakan
- Tentukan daerah yang akan dilakukan acces baik outlet maupun inlet
- Pasang perlak pada bawah lengan sebagai alas
- Bersihkan daerah yang akan di acces dengan menggunakan betadine 10 % dengan
gerakan melingkar dari dalam keluar lakukan pada bagian lengan terlebih dulu
kemudian femoral
- Bersihkan kembali area acces dengan alcohol 70 % dengan cara yang sama
- Pakai sarung tangan steril
- Pasang duk pada lengan pasien diatas perlak dan duk bolong pada bagian femoral
- Isi spuit 3 cc dengan NaCl 0,9 % tambahkan heparine sesuai kebutuhan pasien
- Isi fistula dengan NaCl 0.9 % yang sudah diberi heparin sampai bagian ujung jarum,
dan pastikan tidak ada gelembung udara
- Lakukan acces pada out let terlebih dahulu
- Pastikan acces tepat pada pembuluh darah dengan cara aspiras
- Fiksasi fistula dengan micropore
- Pasien tidur terlentang dengan kedua kaki diregangkan ekstensi maksimal dengan
posisi di buat senyaman mungkin
- Pastikan arteri femoralis teraba pada pertengahan lipat paha, kemudian ambil jarak ½ -
1 cm kearah medial pada lipat paha untuk menentukan vena femoralis
- Lakukan anestesi lokal pada daerah yang akan dilakukan acces dengan menggunakan
lidocain
- Isi fistula dengan NaCl 0,9 % dengan heparin sesuai kebutuhan pasien
- Lakukan penusukan tepat pada anestasi dan di arahkan ke medial bila telah masuk
lakukan aspirasi, pastikan pasa saat aspirasi darah keluar dengan lancar
- Bila acces mengenai arteri ( ditandai dengan darah berwana merah muda dan spuit
terdorong dengan sendirinya ) segera dilepas fistula
- Lakukan penekanan selama 30 menit
- Observasi apakah ada pembengkakan
- Pasien siap untuk dilakukan penyambungan dengan mesin hemodialisis, Sambung
ABL dengan fistula dan jalankan BF sampai darah terisi pada bagian VBL
- Bereskan dan rapikan
10. Memulai hemodialisis ( Penyambungan )
- Cek kembali program yang akan dilalukan ( QD, UF , Suhu, Base Na, TD, Heparine ,
dializer)
- Pastikan matkan dalam keadaan kosong
- Pastikan dializer sudah bebas udara
- Kecilkan BF ( Blood Flow) hingga 100 ml/mt
- Matikan BF ( Blood Flow)
- Klem selang NaCl
- Klem ABL dan VBL
- Kemudian ABL dihubungkan pada acces in let pasien ( dengan menggunakan kasa
steril sebagai alas )
- Letakan VBL pada matkan dengan ujung penyambung paling bawah
- Kemudian buka semua klem kecuali klem pada selang NaCl
- Jalankan Blood Flow dengan kecepatan 100 – 150 ml/mnt
- Cairan priming di tampung kedalam matkan
- Bila darah sudah sampai pada VBL matikan Blood Flow
- Ujung VBL di hubungkan dengan acces out let pasien dan menggunakan kasa steril
sebagai alas
- Buka klem sensor vena
- Jalankan Blood Flow 100- 200 ml/mnt dengan mengobservasi tekanan vena
- Tekan tombol star UF
- Heparine dijalakan sesuai dengan kebutuhan
- Balikan posisi dializer dengan merah di atas dan biru dibawah
- Periksa kembali keadaan umum dan tanda- tanda vital pasien
- Lakukan pengisian lembaran status harian
- Observasi keadaan pasien tiap jam
11. Mengakhiri Hemodialisis
- Siapkan peralatan bak instrument berisi deper 2 buah yang sudah diberi betadine, kasa
dan sarung tangan
- Tensolplas
- Micropore
- NaCl 0,9 %
- Ember
- Pastikan time dialysis sudah nol lampu star uf mati, pada mesin Gambro lampu star uf
kedap kedip
- Selang infus lepaskan dari blood line berikan sambungan
- Kecilkan Blood Flow 100 ml/mt
- Kemudian matikan Blood Flow
- Klem fistula inlet dan ABL.
- Lepaskan dan sambung kan arteri line pada infus NaCl
- Jalankan Blood Flow dengan kecepatan 100 – 150 ml/mt, hingga darah terdorong ke
tubuh pasien
- Masukan darah yang ada pada fistula inlet dengan menggunakan NaCl dalam spuit 3
cc
- Tensi kembali tekanan darah pasien
- Lepaskan blood line dari mesin
- Kemudian lakukan rinse mesin
- Lepaskan fistula out let dan in let tekan dengan
- menggunakan deper tekan 5 – 10 menit ( sesuai dengan kondisi pasien ) impan blood
line dan fistula pada tempat yang telah disediakan
- Pastikan darah sudah berhenti, kemudian tutup luka dengan tensoplas/ kasa dan
pastikan kondisi pasien baik / tidak ada keluhan
- Timbang kembali berat badan pasien
- Catat pada status pasien
- Lengkapi status pasien

Anda mungkin juga menyukai