Anda di halaman 1dari 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PENGENDAPAN INSERSI/AV SHUNT INLET DAN OUTLET


POST HEMODIALISA

Disusun
Oleh:
Kelompok 11

Eka Syahputra
Lidia Fegi
Yofita Vivid F.Bago
Palti Pasaribu

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis haturkan kepada Yang Maha Esa atas hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan keperawatan sesuai waktu yang
telah ditentukan.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moral
maupun material, langsung maupun tidak langsung. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang mendukung penyusunan ini.
Kami menyusun makalah ini dengan sistematis agar dapat dimengerti oleh pembaca
dan bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa Keperawatan. Namun penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon saran
dan kritik dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna. Aamiin.

Medan, 14 desember 2018

Kel 11
SOP HEMODIALISA
1. Definisi:
Hemo berarti darah, dialysis proses pemisahan zat kristaloid dari zat koloid dalam
larutan berdasarkan perbedaan kecepatannya perembesannya melalui selaput
semipermiabel Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin, mengalir
kedalam kompartemen dialiser atau ginjal buatan.

2. Indikasi:
a. Gagal ginjal akut
b. Gagal ginjal kronik
c. Intoksikasi obat dan zat kimia
d. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berat
e. Sindrom hepatorenal
f. Kesadaran menurun
g. Pemeriksaan ureum ≥ 200 mg/dl
kreatinin ≥ 7 mg/dl
h. Gangguan hiperkalemia
i. Pasien yang overload
j. PH ≥ 7,2

3. Komplikasi selama hemodialisa:


a. Tekanan darah menurun
b. Kejang
c. Pusing
d. Mual muntah
e. Gangguan irama jantung
f. Kram
g. Nyeri dada
h. Gatal
i. Perdarahan
4. Durasi hemodialisa:
Lama hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan klien. Hemodialisa dilakukan 4-5 jam
dengan frekuensi 2 minggu. Hemodialisa juga bisa diberikan 3 x seminggu dengan
durasi selama 4 jam. Idealnya 10-15 jam perminggu

5. Prosedur
1. Peralatan alat-alat:
 Dialiser atau Ginjal Buatan
Fungsi sistem ginjal buatan:
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan banding antara
darah dan bagian cairan
c. Mempertahankan sistem buffer tubuh
d. Mempertahankan kadar elektrolit tubuh
 Dialisat atau cairan dialisis
Dialisat adalah cairan yang terdiri atas air dan elektrolit utama dari serum
normal.Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia
disaring.
 Pompa darah
 Pompa infuse untuk pemberian heparin
 Alat monitor untuk mendeteksi suhu tubuh bila terjadi ketidakamanan,
konsentrasi dialisat, perubahan tekanan, udara dan kebocoran darah
 Selang dialisis, untuk mengalirkan darah antara dialiser dan pasien
 Tranduser tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan terhadap darah
 Kantong cairan garam faal untuk membersihkan sistem sebelum digunakan dan
membilas system setelah digunakan untuk mengembalikan darah pasien, untuk
memperbaiki tekanan darah jika terjadi hipotensi
 Port pemberian obat
 Jarum arteri
 Pemantau tekanan arteri
 system pengalir dialisat
 Bilik drip vena
 Pemantau tekanan vena
 Detektor dan klem udara serta foam
 Jarum vena

2. Tehnik Dan Prosedur Hemodialisa


A. Pra Hemodialisa
1. Persiapan mesin: listrik, air sudah melalui pengolahan (water treatment),
saluran pembuangan, dialisat (asetat, bicnat), proportioning system.
2. Persiapan peralatan dan obat-obatan:
a. Dialiser, ginjal buatan
b. AV blood line
c. AV fistula (abbocath no. 16)
d. Infus set (blood set)
e. Spuit 1,3,5 10, 20, 50 cc
f. Heparin injeksi
g. Lidocain/xylocain
h. NaCl 0,9 %
i. Kain kasa
j. Klem, plester
k. Desinfektan (alkohol, betadin)
l. Timbangan BB, Tensimeter dan stetoscope
m. Formulir hemodialisa
3. Persiapan pasien :
a) Persiapan mental
b) Izin hemodialisa
c) Persiapan fisik,timbang BB, atur posisi klien, observasi KU dan TTV
4. Memulai sirkulasi :
1) Cuci tangan
2) Menghidupkan mesin sampai posisi dialiser (posisi on)
3) Gantung NaCl 0,9% 2-3 kolf dengan infus set
4) Tempatkan dialiser pada holder, biru diatas dan merah dibawah
5) Hubungkan blood line pada dialiser sesuai inlet dan outlet
6) Tempatkan segmen pump dari inlet pada blood pump
7) Hubungkan NaCl melalui infuse set dengan ujung merah ABL atau tempat
khusus, isi NaCl kemudian klem
8) Ujung VBL ditempatkan pada maat-kam, lalu NaCl dan Blood pump
dijalankan dengan 4B 100-125 ml/menit
9) Air trap/bulbe tiap diisi 2/3-3/4 bagian
10) Udara yang ada dalam dialiser harus hilang dengan cara menekan-nekan
ABL.
11) Setelah udara dalam dialiser habis, hubungkan ABL dan VBL, klem tetap
terbuka kemudian beri heparin sesuai kebutuhan (1000-2000) dengan
menggunakan spuit 1 cc
12) Jalankan sirkulasi dengan QB ± 200 ml/menit kemudian soaking
(melembabkan ginjal buatan/dialiser) selama 15 menit sebelum
dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien)
13) Mengisi semua formulir HD, semua tindakan dan alat yang digunakan.

B. Intra (selama) hemodialisa


1. Perawat cuci tangan
2. Pasien dianjurkan cuci tangan sampai lengan
3. Semua alat didekatkan dengan pasien
4. Beritahu pasien
5. Lihat dan tentukan daerah yang akan dipunksi dialas dengan zeil kemudian
diatur posisi lengan pasien seenak mungkin
6. Perawat menggunakan handscon
7. Disinfeksi daerah yang akan di punksi, pertama dengan larutan betadin
kemudian dengan alcohol 70% dengan menggunakan klem sampai bersih
8. Setelah didisinfeksi, dialas/ditutup dengan duk steril
9. Punksi outlet, dilakukan punksi kemudian diberi heparin menurut kebutuhan
yang sudah diencerkan dengan NaCl ±100cc, sebagai dosis awal, kemudian
klem, fiksasi dan tutup dengan kasa steril. Punksi inlet biasanya dilakukan
berlawanan arah dengan punksi outlet, fiksasi dan tutup dengan kassa steril

Memulai hemodialisa (penyambungan)


a. Ujung ABL dihubungkan dengan sisi inlet
b. Ujung VBL dihubungkan dengan dengan gelas ukur/ maat-kan
c. Semua klem dibuka, keculai infuse set
d. Jalankan blood dengan QB 100ml/menit sampai sirkulasi terisi darah
semua
e. VBL diklem, blood pump stop, sambungkan ujung VBL dengan punksi
outlet. Klem dibuka pompa darah masuk ke tubuh pasien
f. Fiksasi ABL dan VBL dengan klem (non steril) agar pasien tidak sulit
untuk bergerak
g. Cairan priming ditampung digelas, diukur dicatat jumlahnya
h. Program mesin sesuai dengan kebutuhan: penurunan BB, UFG, UFR,
nervus pressure, arteri pressure selang untuk monitor VP atau AP
i. Ukur TTV tiap jam
j. Semua alat dirapikan dan disimpan pada tempatnya
k. Cuci tangan
l. Semua tindakan ditulis/dicatat dalam formulir laporan HD dengan
lengkap termasuk selama masalah HD berlangsung

C. Post Hemodialisa
1. Beritahu pasien
2. Membawa alat-alat kedekat pasien
3. Ukur TTV
4. Ambil sample darah untuk pemeriksaan kreatinin, ureum post HD
5. Dikerjakan oleh 2 orang perawat: 5 menit sebelum HD berakhir QB diturunkan
± 100 ml/menit
6. Blood pump stop, ujung ABL/inlet ditekan, plester pada punksi inlet dibuka,
lalu jarum inlet dicabut dan ditekan oleh perawat 1 dengan kassa/depper steril
yang telah diberi betadin
7. Perawat 2, melanjutkan membilas/memasukkan darah dalam tubuh dengan
didorong NaCl QB dijalankan ± 100 ml/menit dan klem ABL dibuka
8. Setelah darah masuk kedalam tubuh, blood pump stop dan ujung VBL diklem
9. Plester outlet dibuka, lalu jarum outlet dicabut, bekas punksi outlet ditekan
dengan kassa/depper steril yang diberi betadin oleh perawat 1
10. Perawat 2 membereskan alat-alat HD dan mesin kemudian mengukur vital
sign
11. Bila perdarahan padan punksi inlet dan outlet sudah berhenti, bubuhi bekas
punksi tersebut degan antibiotic powder lalu tutup dengan kassa steril/band aid
lalu pasang verband. Pada pasien dengan punksi femoral (inlet) bila perdarahan
sudah berhenti dan bekas punksi sudah diplester lanjutkan dengan menekan
dengan bantal pasir
12. Pasien dirapikan kemudian timbang berat badan bila memungkinkan
13. Catat atau isi formulir HD
14. Pasien boleh pulang keruangan/rumah bila keadaan umum sudah tenang
atau memungkinkan
15. Cuci tangan

Perawatan pre hemodialisa


a. Kaji riwayat pasien, catatan klinik respon terhadap tindakan dialysis sebelumnya
b. Periksa hasil laboratorium
c. Kaji status emosional klien. Ansietas dan gelisah, khususnya selama dialysis pertama
dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah, gelisah dan gangguan
gastrointestinal.

Anda mungkin juga menyukai