Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

OBAT DIURETIK

A. Diuretik tiazid
1. Jenis obat : chlorothiazide, chlorthalidone, hydrochlorothiazide, metolazone,
indapamid
2. Diberikan pada pasien : Hipertensi
3. Mekanisme kerja : Obat ini menurunkan reabsorpsi natrium dan klorida, yang
meningkatkan ekskresi air, natrium, dan klorida. Selain itu, kalium hilang dan
kalsium ditahan

B. Diuretik loop
1. Jenis obat : furosemid, asam etakrinat, bumetanid
2. Diberikan pada pasien : hipertensi, edema, dan oliguria yang disebabkan gagal ginjal
3. Mekanisme kerja : Secara umum dapat dikatakan bahwa diuretic loop mempunyai
mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Diuretik loop terutama
bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara
menghambat kotranspor Na+/K+/Cl- dari membran lumen pada pars ascenden ansa
henle, karena itu reabsorpsi Na+/K+/Cl- menurun

C. Diuretik hemat kalium


1. Jenis obat : aldosteron, traimteren, amilorid
2. Diberikan pada pasien : edema pada sirosis hati
3. Mekanisme kerja : Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus
renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+

D. Diuretik osmotic
1. Jenis obat : manitol, urea, gliserin dan isosorbid
2. Diberikan pada pasien : edema serebsri, peningkatan intrakoular pada pasien
glukoma
3. Mekanisme kerja
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
 Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
 Ansa henle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
 Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary washout, kecepatan aliran
filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain

E. Inhibitor Karbonik Anhidrase


1. Jenis obat : Asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid
2. Diberikan pada pasien: Glaukoma, epilepsi, penyakit ketinggian, kelumpuhan
periodik, hipertensi intrakranial idiopatik, dan gagal jantung
3. Mekanisme kerja: Obat diuretik jenis ini bekerja dengan cara meningkatkan
konsentrasi asam bikarbonat, natrium, kalium, dan air yang dikeluarkan dari ginjal.
Penghambat karbonat digunakan untuk menurunkan jumlah cairan di dalam bola
mata dan terkadang mengatasi penyakit akibat ketinggian. .
BAB 2
JENIS DIALISIS

A. Hemodialisa
1. Pengertian
Hemodialisa adalah tindakan pengobatan dengan tujuan mengeluarkan sisa
metabolisme melalui proses pertukaran antara bahan yang ada dalam darah dan
dialisat melewati membran semi permeabel secara difusi konveksi dan ultrafiltrasi
2. Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
3. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
4. Prosedur
a. Persiapan pasien
 Surat dari dokter penanggungjawab Ruang HD untuk tindakan HD (instruksi
dokter)
 Apabila dokter penanggung jawab HD tidak berada ditempat atau tidak bisa
dihubungi, surat permintaan tindakan hemodialisa diberikan oleh dokter
spesialis penyakit dalam yang diberi delegasi oleh dokter penanggung jawab
HD.
 Apabila pasien berasal dari luar RS ( traveling ) disertai dengan surat
traveling dari RS asal
 Identitas pasien dan surat persetujuan tindakan HD
 Riwayat penyakit yang pernah diderita (penyakit lain)
 Keadaan umum pasien
 Keadaan psikososial
 Keadaan fisik (ukur TTV, BB, warna kulit, extremitas edema +/-)
 Data laboratorium: darah rutin,GDS,ureum, creatinin, HBsAg, HCV, HIV,
CT, BT
 Pastikan bahwa pasien benar-benar siap untuk dilakukan HD
b. Persiapan mesin
 Listrik
 Air yang sudah diubah dengan cara:
(1) Filtrasi
(2) Softening
(3) Deionisasi
(4) Reverse osmosis
 Sistem sirkulasi dialisat
(1) Sistem proporsioning
(2) Acetate / bicarbonate
 Sirkulasi darah
(1) Dializer / hollow fiber
(1) Priming
c. Persiapan alat
 Dialyzer
 Transfusi set
 Normal saline 0.9%
 AV blood line
 AV fistula
 Spuit
 Heparin
 Lidocain
 Kassa steril
 Duk
 Sarung tangan
 Mangkok kecil
 Desinfektan (alkohol/betadin)
 Klem
 Matkan
 Timbangan
 Tensimeter
 Termometer
 Plastik
 Perlak kecil
5. Langkah-langkah
a. Setting dan priming
 Mesin dihidupkan
 Lakukan setting dengan cara: keluarkan dialyzer dan AV blood line dari
bungkusnya, juga slang infus / transfusi set dan NaCl (perhatikan
sterilitasnya)
 Sambungkan normal saline dengan seti infus, set infus dengan selang arteri,
selang darah arteri dengan dialyzer, dialyzer dengan selang darah venous
 Masukkan selang segmen ke dalam pompa darah, putarlah pump dengan
menekan tombol tanda V atau Λ (pompa akan otomatis berputar sesuai arah
jarum jam)
 Bukalah klem pada set infus, alirkan normal saline ke selang darah arteri,
tampung cairan ke dalam gelas ukur
 Setelah selang arteri terisi normal saline, selang arteri diklem
 Lakukan priming dengan posisi dialyzer biru (outlet) di atas dan merah (inlet)
di bawah
 Tekan tombol start pada pompa darah, tekan tombol V atau Λ untuk
menentukan angka yang diinginkan (dalam posisi priming sebaiknya
kecepatan aliran darah 100 rpm)
 Setelah selang darah dan dialyzer terisi semua dengan normal saline,
habiskan cairan normal sebanyak 500 cc
 Lanjutkan priming dengan normal saline sebanyak 1000 cc. Putarlah Qb dan
rpm
 Sambungkan ujung selang darah arteri dan ujung selang darah venous
 Semua klem dibuka kecuali klem heparin
 Setelah priming, mesin akan ke posisi dialysis, start layar menunjukkan
“preparation”, artinya: consentrate dan RO telah tercampur dengan melihat
petunjuk conductivity telah mencapai (normal: 13.8 – 14.2). Pada keadaan
“preparation”, selang concentrate boleh disambung ke dialyzer
 Lakukan sirkulasi dalam. Caranya: sambung ujung blood line arteri vena
(1) Ganti cairan normal saline dengan yang baru 500 cc
(2) Tekan tombol UFG 500 dan time life 10 menit
(3) Putarlah kecepatan aliran darah (pump) 350 rpm
(4) Hidupkan tombol UF ke posisi “on” mesin akan otomatis melakukan
ultrafiltrasi (cairan normal saline akan berkurang sebanyak 500 cc dalam
waktu 10 menit
(5) Setelah UV mencapai 500 cc, akan muncul pada layar “UFG reached”
artinya UFG sudah tercapai
 Pemberian heparin pada selang arteri
 Berikan heparin sebanyak 1500 unit sampai 2000 unit pada selang arteri.
Lakukan sirkulasi selama 5 menit agar heparin mengisi ke seluruh selang
darah dan dialyzer, berikan kecepatan 100 rpm
 Dialyzer siap pakai ke pasien Sambil menunggu pasien, matikan flow dialisat
agar concentrate tidak boros
Catatan: jika dialyzer reuse, priming 500 cc dengan Qb 100 rpm sirkulasi
untuk membuang formalin (UFG: 500, time life 20 menit dengan Qb 350
rpm). Bilaslah selang darah dan dialyzer dengan normal saline sebanyak 2000
cc
b. Punksi Akses Vaskuler
 Tentukan tempat punksi atau periksa tempat shunt
 Alasi dengan perlak kecil dan atur posisi
 Bawa alat-alat dekat dengan tempat tidur pasien (alat-alat steril dimasukkan
ke dalam bak steril)
 Cuci tangan, bak steril dibuka, memakai handscoen
 Beritahu pasien bila akan dilakukan punksi
 Pasang duk steril, sebelumnya desinfeksi daerah yang akan dipunksi dengan
betadine dan alcohol
 Ambil fistula dan puncti outlet terlebih dahulu. Bila perlu lakukan anestesi
lokal, kemudian desinfeksi
 Punksi inlet dengan cara yang sama, kemudian difiksasi
c. Memulai Hemodialisa
 Sebelum dilakukan punksi dan memulai hemodialisa, ukur tanda-tanda vital
dan berat badan pre hemodialisa
 Setelah selesai punksi, sirkulasi dihentikan, pompa dimatikan, ujung AV
blood line diklem
 Lakukan reset data untuk menghapus program yang telah dibuat, mesin
otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV, UFR, UFG dan time left
 Tentukan program pasien dengan menghitung BB datang – BB standar +
jumlah makan saat hemodialisa
 Tekan tombol UFG = target cairan yang akan ditarik
 Tekan tombol time left = waktu yang akan deprogram
 Atur concentrate sesuai kebutuhan pasien (jangan merubah Base Na + karena
teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka yang berada di gallon. Na = 140
mmol
 Tekan tombol temperatur (suhu mesin = 360C – 370C)
 Buatlah profil yang sesuai dengan keadaan pasien
 Berikan kecepatan aliran darah 100 rpm
 Menyambung selang fistula inlet dengan selang darah arteri
 Matikan (klem) selang infus
(1) Sambungkan selang arteri dengan fistula arteri (inlet)
(2) Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula di-swab
dengan kassa betadine sebagai desinfektan
(3) Ujung selang darah venous masukkan dalam gelas ukur
(4) Hidupkan pompa darah dan tekan tombol V atau Λ 100 rpm
(5) Perhatikan aliran cimino apakah lancar, fixasi dengan micropore. Jika
aliran tidak lancar, rubahlah posisi jarum fistula
(6) Perhatikan darah, buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaiknya terisi
¾ bagian
(7) Cairan normal saline yang tersisa ditampung dalam gelas ukur namanya
cairan sisa priming
(8) Setelah darah mengisi semua selang darah dan dialyzer, matikan pompa
darah
 Menyambung selang darah venous dengan fistula outlet
(1) Sambung selang darah venous ke ujung AV fistula outlet (kedua ujungnya
diberi kassa betadine sebagai desinfektan). Masing-masing sambungan
dikencangkan)
(2) Klem pada selang arteri dan venous dibuka, sedangkan klem infus ditutup
(3) Pastikan pada selang venous tidak ada udara, lalu hidupkan pompa darah
dari 100 rpm sampai dengan yang diinginkan
(4) Tekan tombol UF pada layar monitor terbaca “dialysis”
(5) Selama proses hemodialisa ada 7 lampu hijau yang menyala (lampu
monitor, on, dialysis start, pompa, heparin, UF dan Flow)
(6) Rapikan peralatan
d. Penatalaksanaan Selama Hemodialisa
 Memprogram dan memonitor mesin hemodialisa
(1) Lamanya HD
(2) QB (kecepatan aliran darah) 150 – 250 cc/menit
(3) QD (kecepatan aliran dialisa) 500 cc/menit
(4) Temperatur dialisat 370C
(5) UFR dan TMP otomatis
(6) Heparinisasi
 Pemeriksaan (laboratorium, ECG, dll)
 Pemberian obat-obatan, transfusi, dll
 Monitor tekanan
(1) Fistula pressure
(2) Arterial pressure
(3) Venous pressure
(4) Dialisat pressure
(5) Detektor (udara blood leak detektor)
 Observasi pasien
(1) Tanda-tanda vital (T, N, S, R, kesadaran)
(2) Fisik
(3) Perdarahan
(4) Sarana hubungan sirkulasi
(5) Posisi dan aktivitas
(6) Keluhan dan komplikasi hemosialisa
e. Mengakhiri Hemodialisa
 Persiapan alat
(1) Piala ginjal
(2) Kassa steril
(3) Betadine solution
(4) Sarung tangan tidak steril
(5) Perban gulung
(6) Band aid (pelekat)
(7) Gunting
(8) Nebacetin powder antibiotic
(9) Thermometer
(10) Micropore
 Pelaksanaan
(1) Perawat mencuci tangan
(2) Perawat memakai sarung tangan
(3) Mesin menggunakan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UV =
angka UF)
(4) Jika proses hemodialisa sudah selesai, posisi mesin akan terbaca
“Reinfusion”
(5) Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi tanda-tanda vital
(6) Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100 rpm lalu
matikan
(7) Klem pada fistula arteri dan selang darah arteri
(8) Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa
betadine, tutuplah bekas tusukan dengan kassa betadine
(9) Bilaslah fistula, selang darah dan dializer dengan normal saline
secukupnya sampai bersih dan gunakan kecepatan aliran darah 100 rpm
(10) Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa
betadine
(11) Jika tidak ada darah bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder dan
tutuplah bekas tusukan dengan Band Aid (K/p dibalut dengan perban
gulung)
(12) Berilah fixasi dengan micropore pada perban gulung
(13) Observasi tanda-tanda vital pasien
(14) Kembalikan alat-alat ke tempat semula
(15) Perawat melepas sarung tangan
(16) Perawat mencuci tangan
 Unit Terkait
(1) I GD
(2) H D
(3) Rawat Inap
(4) Laboratorium

B. Peritonial Dyalisis
1. Pengertian
Peritoneal Dialisis adalah Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum
(selaput yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Cairan dimasukkan
melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut.
Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran
darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan,
dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru
2. Tujuan
Menolong penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa diobati
dengan terapi konservatif
3. Kebijakan
Dilakukan pada setiap pasien gagal ginjal terminal. Dengan hemodialisa dapat
mempertahankan fungsi ginjalnya secara optimal
4. Persiapan
Proses persiapan pasien dan keluarganya yang dilaksanakan oleh perawat adalah
penjelasan prosedur dialysis peritoneal, surat persetujan (Informed Consent) yang
sudah ditandatangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan dan kadar
elektrolit serum, pengosongan kandung kemih dan usus. Selain itu perawat juga
mengkaji kecemasan pasien dan memberikan dukungan serta petunjuk mengenai
prosedur yang akan dilakukan.
5. Peralatan
Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan konsentrasi dialisat
yang akan digunakan dan obat-obatan yang akan ditambahkan, misalnya dalam
penambahan heparin untuk mencegah pembekuan fibrin yang dapat menyumbat
kateter peritoneal, penambahan antibiotic untuk mengobati peritonitis. Sebelum
penambahan obat, larutan dialisat dihangatkan hingga mencapai suhu tubuh untuk
mencegah gangguan rasa nyaman, nyeri abdomen, serta menyebabkan dilatasi
pembuluh-pembuluh darah peritoneum. Sebelum dialysis dilakukan, peralatan dan
selang dirakit. Selang tersebut diisi dengan cairan dialisat untuk mengurangi jumlah
udara yang masuk kedalam kateter serta kavum peritoneal.
6. Pemasangan Kateter
Kateter peritoneal dipasang di dalam kamar operasi untuk mempertahankan asepsis
operasi dan memperkecil resiko kontaminasi. Kateter stylet dapat digunakan jika
dialysis peritoneal tersebut diperkirakan akan dilaksanakan dalam waktu singkat.
Sebelum prosedur pemasangan kateter dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan
dengan larutan antiseptic local dan dokter melakuan penyuntikan infiltrasi preparat
anastesi local kedalam kulit dan jaringan subcutan. Insisi kecil atau sebuah tusukan
dibuat pada 3-5 cm dibawah umbilicus. Sebuah trokar (alat berujung tajam)
digunakan untuk menusuk peritoneum sementara pada pasien mengencangkan otot
abdomennya dengan cara mengangkat kepalanya. Kateter disisipkan lewat trokar dan
kemudian diatur posisinya. Cairan dialsat yang dipersiapkan diinfuskan kedalam
kavum peritoneal dengan mendorong omentum (lapisan peritoneal yang membentang
dari organ-organ abdomen) menjauhi kateter. Sebuah jahitan purse-string dapat
dibuat untuk mengikat kateter pada tempatnya.
7. Prosedur
Untuk dialisat peritoneal intermiten, larutan dialisat dialirkan dengan bebas kedalam
kavum peritoneal dan dibiarkan selama waktu retensi (dwell time) atau waktu
ekuilibrasi yang ditentukan dokter. Waktu itu berfungsi untuk memungkinkan
terjadinya difusi dan osmosis. Pada waktu akhir retensi, klem selang drainase dilepas
dan larutan dialisat dibiarkan mengalir keluar dari kavum peritoneal melalui sebuah
sistem yang tertutup dengan bantuan gaya berat. Cairan drainase biasanya berwarna
seperti jerami atau tidak berwarna. Cairan dari botol yang baru kemudian
ditambahkan, diinfusikan dan dialirkan keluar. Jumlah siklus atau pertukaran dan
frekuensinyaditentukan oleh dokter sesuai kondisi fisik pasien serta kondisi akut
penyakit.

C. Terapi pengganti ginjal berkesinambungan (CRRT)


1. Mempersiapkan Program CRRT
a. Persiapan Alat
1) Kanulasi
 Masker, topi penutup kepala
 Sarung tangan steril
 Alkohol 70%
 Betadine Solution
 Kasa Steril
 10 ml syring
 Steril Nacl 0,9%
 Benang ethicon fiksasi kateter
 Instrumen steril (CVP set): Deper 3 buah, Nailfolder, kom 1 buah, 2
pinset (anatomis, cirugies ), Duk bolong, Jas steril.
 Kanul sesuai ukuran, 2 single kanul ukuran 19 G, double luman 14-16 G
 Lidocain 2%
2) Priming
 Nacl 0,9%, 1000 ml atau 500 ml
 Heparin
 Syring 20 ml & 50 ml
 Hemofilter system
 Infusion Pump
 Replacement fluid sesuai order
 Fluid warmer
 Cairan dialisat
 Alkohol 70 %
 Drainase bag
 Steril BOWL
 Transparant tipe
3) Terminasi
 Sarung tangan bersih, masker
 Heparin, heparin lock, syring
 Nacl 0,9% 500 ml
 Kantong plastik
4) Penjelasan kepada pasien dan keluarga akan dipasang alat pengganti ginjal
kontinyu
a) Penjelasan meliputi :
 Fungsi ginjal secara umum
 Gejala dan tanda gangguan fungsi ginjal
 Rencana pengobatan dan harapan realistik tentang pemulihan fungsi
ginjal
 Prosedur tindakan, teknik steril, monitoring ketat cairan & elektrolit,
tanda gejala komplikasi yang terjadi.
 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan mengutarakan
pendapat tanda & gejala yang terjadi.
 Tanda tangani inform consent
 Jelaskan kemungkinan mengganti sirkuit selama terapi.
b) Persiapan Pasien
 Pastikan pasien mengerti penjelasan
 Posisi pasien senyaman mungkin agar aliran darah akses vaskuler
lancar.
5) Data laboratorium
2. Prosedure menyiapkan dan mengahiri CRRT
a. Sistem Tanpa Pompa (SCUF, CAVH, CAVHD, CAVHDF)
1) Priming:
 Cuci tangan
 Buka paket hemofitrasi dan tubing, pertahankan tetap steril, yakinkan
ujung arteri & venous tubing tertutup.
 Letakkan filter di holder
 Sambungkan UF line pada hemofilter yang tidak bertutup & ujungnya
sambung ke collecting divice.
 Gantungkan collecting system ± 20 inch dibawah hemofilter.
 Pastikan secara teliti semua line tersambung dengan baik
 Gantungkan cairan priming (Nacl 0,9 %+ Heparin= 1 : 5) 48 inch diatas
hemofilter,dan beri tekanan sampai 300 mmHg.
 Buka klem setiap 3-5 menit untuk membuang udara.
 Setelah 1000 ml cairan priming melewati system, klem venous line.
 Putar hemofilter
 Siapkan heparin di syring 50 ml dengan manometer, tempatkan di syring
pump.
 Gantungkan 1000 ml cairan priming lagi lanjutkan membilas 400 ml UF
line, kemudian klem
 Putar lagi hemofilter, bilas venous line ± 500 ml Nacl, heparin, klem
venous line
 Buang cairan di kantung UF (Collecting divice). Priming selesai.
2) Tujuan Priming
 Membuang udara
 Memberikan heparin pada seluruh sirkuit
 Membuang bahan sterilan ( glyserin ethylin oxide )
 Memastikan sistem tidak bocor
3) Penyambungan sirkuit ke Pasien
 Cuci tangan
 Pastikan akses vascular lancar
 Tempatkan hemofilter sejajar dengan pasien
 Jelaskan therapy heparin dosis sesuai order
 Sambungkan set up line ke akses vascular
 Pastikan system berjalan lancar
4) Pelepasan Sirkuit
 Cuci tangan
 Klem arterial line, stop darah mengalir ke tubing
 Flush darah kembali melalui tree way dengan cairan replacement,
mengembalikan darah di sirkuit ke pasien.
 Klem venous line , cairan replace ,juga ke arterial line
 Lepaskan tubing arterial dan venous dari akses vascular
 Buang tubing-tubing filter ke kantong
 Cuci tangan
b. Sistem dengan Pompa (SCUF,CVVH, CVVHD, CVVHDF,TPE)
1) Priming
 Cuci tangan
 Memastikan order tipe dialisa, antikoagulan, cairan pengganti/replace,
balance cairan perjam, dialisat dan jumlahnya, kecepatan pompa, data
laboratorium sebelum pemasangan.
 Set up system sesuai petunjuk mesin, siapkan Heparin infus.
 Nyalakan mesin dan pastikan detector udara sudah aktif
 Buka paket hemofiltrasi dan tubing pertahankan tetap steril.
 Letakkan hemofiltrasi dalam posisi vertikal dan letakkan UF drain
dibawah level jantung pasien.
 Letakkan priming solution di ujung tubing vena dan empty bag di ujung
arteri, jalankan program priming, ikuti petunjuk di mesin.
 Bila priming sudah selesai, mesin akan memberikan keterangan priming
OK.
 Penyambungan Sirkuit ke Pasien
 Gunakan masker dan sarung tangan steril
 Lepaskan arterial tubing dengan cairan priming dan hubungkan ke akses
arterial .
 Klem arterial dan venous sirkuit dan buka klem akses arteri vascular
 Nyalakan mesin, jalankan infus heparin dan berikan bulus heparin prefilter
sebelum dialirkan darah, pompa mesin jalan darah akan mengalir
sepanjang tubing arteri melewati filter.
 Matikan pompa mesin, lepaskan venous tubing dari drainase bag dan
sambungkan ke akses vena vasculer.
 Buka klem akses venous dan venous line
 Nyalakan pompa mesin dengan kecepatan lebih rendah dari order,
mencegah terjadi hypotensia.
 Jalankan infus order
 Catat pump flow rate, arteri dan venous pressure monitor, warna UF dan
tanda-tanda vital sesuai standar.
2) Pelepasan Sirkuit
 Tutup infus ke sirkuit
 Buka Nacl 0,9% sambungkan ke arteri infus purt dan klem UF line
 Selama Pompa mesin berjalan, buka klem flush solution (klem arteri line
dekat pasien) kembalikan semua darah ke pasien.
 Jika hemofilter sudah terflush stop pompa mesin, klem kedua arteri dan
venous akses.
 Jika sudah semua line sudah terlepas,masukkan ke kantong yang sudah
disiapkan dan buang segera
 Pertahankan patenci catheter dengan membilas heparin.
 Cuci tangan
Daftar pustaka
https://www.scribd.com/doc/245093517/SOP-Hemodialisa-Penatalaksanaan-Hd (diaskes 14
desember 2018)

https://www.scribd.com/doc/245093517/SOP-peritonial dyalisis-Penatalaksanaan-Hd (diaskes 14


desember 2018)

https://www.academia.edu/9938967/FARMAKOLOGI_-_DIURETIK (diakses 17 desember


20180

Anda mungkin juga menyukai