Disusun oleh:
Dicky gunawan
KHGD 22057
2. Tujuan Dialisis
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien
sampai fungsi ginjal kembali pulih.
3. Jenis Dialisis
Dialisis dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
a) Dialisis akut,
Dialisis akut diperlukan bila terdapat kadar kalium yang tinggi, kelebihan
muatan cairan atau edema pulmoner yang mengancam, asidosis yang meningkat,
perikarditis dan konfusi berat. Tindakan ini juga dapat dilakukan untuk menghilangkan
obat-obat tertentu atau toksik lain.
b) Dialisis Kronis atau Pemeliharaan
Dialisis kronios dibutuhkan pada gagal ginjal ginjal kronis (penyakit ginjal
stadium terminal) dalam keadaan berikut: terjadinya tanda-tanda gejala uremia yang
mengenai seluruh sistem tubuh, kadar kalium serum yang
meningkat, muatan cairan yang berlebih tidak responsif terhadap terapi diuretik serta
pembatasan cairan, dan penurunan status kesehatan umum.
4. Metode Dialisis
a) Hemodialisis
Pada hemodialisis, darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan dipompa ke
dalam mesin yang akan menyaring zat-zat beracun keluar darh dan kemudian darah
yang sudah bersih dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita.
b) Peritoneal dialisis
Pada peritoneal dialisis, cairan yang mengandung campuran gula dan garam
khusus dimasukkan ke dalam rongga perut dan akan menyerap zat-zat racun dari
jaringan, cairan tersebut kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang. Pada peritoneal
dialisis, yang berfungsi sebagai penyaring adalah peritoneum. Peritoneal dialysis
dilakukan pada pasien gagal ginjal yang tidak mau atau tidak mampu menjalani
hemodialisa atau transplantasi ginjal; pasien diabetes, penyakit kardiovaskuler, lansia
dan pasien yang berisiko menagalami efek samping dari pemberian heparin secara
sistemik.
B. Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan
dan produk limbah dan dalam tubuh kita, ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut.
Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun
demikian, hemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak
mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan
ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinua terhadap kualitas hidup pasien.
Hemodialisa berasal dari bahasa Yunani yaitu hemo berarti darah dan diálisis
berarti pemisahan atau filtrasi. Secara klinis HD adalah proses pemisahan zat-zat
tertentu (toksik uremia) dari darah melalui membran semipermeabel di dalam ginjal
yang disebut dialiser dan selanjutnya dibuang melalui cairan diálisis yang disebut
dialisat.
2. Tujuan Hemodialisa
Tujuan hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebih.
Intrepretasi Hasil
Hasil dari tindakan dialysis harus diintrepretasikan dengan mengkaji jumlah
cairan yang dibuang dan koreksi gangguan elektrolit dan asam basa. Darah yang
diambil segera setelah dialysis dapat menunjukkan kadar elektrolit, nitrogen urea, dan
kreatinin rendah palsu. Proses penyeimbangan berlangsung terus menerus setelah
dialysis, sejalan perpindahan zat dari dalam sel ke plasma.
7. Prosedur Hemodialisa
Setelah pengkajian pradialisis, mengembangkan tujuan dan memeriksa keamanan
peralatan, perawat sudah siap untuk memulai hemodialisis. Akses ke system sirkulasi
dicapai melalui salah satu dari beberapa pilihan: fistula atau tandur arteriovenosa
(AV) atau kateter hemodialisis dua lumen. Dua jarum berlubang besar (diameter 15 atau
16) dibutuhkan untuk mengkanulasi fistula atau tandur AV. Kateter dua lumen yang
dipasang baik pada vena subklavikula, jugularis interna, atau femoralis, harus dibuka
dalam kondisi aseptic sesuai dengan kebijakan institusi.
Jika akses vaskuler telah ditetapkan, darah mulai mengalir, dibantu oleh pompa
darah. Bagian dari sirkuit disposibel sebelum dialiser diperuntukkan sebagai aliran
“arterial”, keduanya untuk membedakan darah yang masuk ke dalamnya sebagai darah
yang belum mencapai dialiser dan dalam acuan untuk meletakkan jarum: jarum
“arterial” diletakkan paling dekat dengan anastomosis AV pada vistula atau tandur
untuk memaksimalkan aliran darah. Kantong cairan normal salin yang di klep selalu
disambungkan ke sirkuit tepat sebelum pompa darah. Pada kejadian hipotensi, darah
yang mengalir dari pasien dapat diklem sementara cairan normal salin yang diklem
dibuka dan memungkinkan dengan cepat menginfus untuk memperbaiki tekanan darah.
Tranfusi darah dan plasma ekspander juga dapat disambungkan ke sirkuit pada
keadaan ini dan dibiarkan untuk menetes, dibantu dengan pompa darah.
Infus heparin dapat diletakkan baik sebelum atau sesudah pompa darah, tergantung
peralatan yang digunakan.
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir ke
dalam kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa.
Darah yang meninggalkan dialiser melewati detector udara dan foam yang mengklem
dan menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini,
setiap obat-obat yang akan diberikan pada dialysis diberikan melalui port obat-obatan.
Penting untuk diingat, bagaimanapun bahwa kebanyakan obat-obatan ditunda
pemberiannya sampai dialysis selesai kecuali memang diperintahkan.
Darah yang telah melewati dialysis kembali ke pasien melalui “venosa” atau
selang postdialiser. Setelah waktu tindakan yang diresepkan, dialysis diakhiri dengan
mengklem darah dari pasien, membuka selang aliran normal salin, dan membilas sirkuit
untuk mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang kedalam perangkat
akut, meskipun program dialisis kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan
dan menggunakan ulang dialiser.
f. Blood pump: alat yang menyebabkan arah cepat mengalir alam sirkulasi
darah
g. Pump segment : Bagian dari Blood line yang ditempatkan pada blod pump
a) Tercapai BB kering
b) Pasien tampak baik
c) Bebas simtom uremia
d) Nafsu makan baik
e) Aktif
f) TD terkendali
g) Hb > 10 gr/dl
Kelemahan hemodialisa :
- Tergantung mesin
- Sering terjadi: hipotensi, kram otot,disequilibrium sindrom
- Terjadi aktivasi: complement, sitokines mungkin timbul amyloidosis
- Vaskuler access: infeksi – thrombosis
- Sisa fungsi ginjal cepat menurun dibanding peritoneal dialysis.
Kelebihan hemodialisa
- Produk sampah nitrogen molekul kecil cepat dapat dibersihkan
- Waktu dialisis cepat
- Resiko kesalahan tehnis kecil
- Adequasy dialisis dapat ditetapkan segera, underdialisis segera dapat
dibenarkan.
C. Komplikasi
1. Ketidakseimbangan cairan
a. Hipervolemia
b. Ultrafiltrasi
c. Rangkaian Ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
d. Hipovolemia
e. Hipotensi
f. Hipertensi
g. Sindrom disequilibrium dialysis
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Natrium serum
b. Kalium
c. Bikarbonat
d. Kalsium
e. Fosfor
f. Magnesium
3. Infeksi
4. Perdarahan dan Heparinisasi
5. Troubleshooting
a. Masalah-masalah peralatan
b. Aliran dialisat
c. Konsentrat Dialisat
d. Suhu
e. Aliran Darah
f. Kebocoran Darah
g. Emboli Udara
6. Akses ke sirkulasi
a. Fistula Arteriovenosa
b. Ototandur
c. Tandur Sintetik
d. Kateter Vena Sentral Berlumen Ganda
D. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Pengkajian Pre HD
- Riwayat penyakit, tahap penyakit
- Usia
- Keseimbangan cairan, elektrolit
- Nilai laboratorium: Hb, ureum, creatinin, PH
- Keluhan subyektif: sesak nafas, pusing, palpitasi
- Respon terhadap dialysis sebelumnya.
- Status emosional
- Pemeriksaan fisik: BB, suara nafas, edema, TTV, JVP
- Sirkuit pembuluh darah.
b. Pengkajian Post HD
- Tekanan darah: hipotensi
- Keluhan: pusing, palpitasi
- Komplikasi HD: kejang, mual, muntah, dsb
Diagnosa Keperawatan
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.
Hall, J.E & Guyton, A.C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. alih bahasa
Irawati. EGC: Jakarta