Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PENDAHULUAN
MASALAH KESEHATAN : AMPUTASI

Diajukan untuk memenuhi tugas


Keperawatan Medikal Bedah (KMB)

Disusun oleh :
Taufik Auliana Rahman
KHGC 18052
4A S1 KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes KARSA HUSADA GARUT
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan
pendahuluan “Amputasi” semoga laporan pendahuluan ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga laporan pendahuluan ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi laporan pendahuluan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Laporan
pendahuluan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan
pendahuluan ini.

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Manfaat............................................................................................................................2
BAB II AMPUTASI....................................................................................................................3
A. Pengertian Amputasi........................................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................................................3
C. Patofisiologi.....................................................................................................................3
D. Manifestasi Klinis.............................................................................................................6
E. Jenis- jenis Amputasi........................................................................................................7
F. Tingkatan Amputasi.........................................................................................................8
G. Komplikasi.......................................................................................................................9
H. Penatalaksanaan Amputasi...............................................................................................9
I. Management Keperawatan.............................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................................13
A. Pengkajian Riwayat Kesehatan.......................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................15
C. Intervensi Keperawatan..................................................................................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................24
A. Kesimpulan....................................................................................................................24
B. Saran...............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang
bervariasi, tergantung dari bagianmana alat gerak yang hilang, usia, dan
penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan
amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal,seperti
penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan. Operasi pengangkatan
alatgerak pada tubuh manusia ini diebut dengan amputasi. Menurut Crenshaw,
dalam Vitriana(2002), amputasi pada alat gerak bawah mencapai 85%-90% dari
seluruh amputasi, dimana amputasi bawah lutut (transtibial amputation)
merupakan jenis operasi amputasi yang paling sering dilakukan.
Angka kejadian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui,
tapi menurut Vitriana (2002) di Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun
dari jumlah penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam
Raichle et al. (2009) disebutkan bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000per
tahun dari jumlah penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi di Amerika Serikat,
baik secara jumlah, maupun secara persentase dari jumlah penduduk

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Amputasi?
2. Apa saja etiologi dari Amputasi?
3. Bagaimana pathofisiologi dari Amputasi?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Amputasi?
5. Apa saja komplikasi dari Amputasi?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Amputasi?

i
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Amputasi?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Amputasi?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan seputar penyakit Amputasi serta asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat pada pasien Amputasi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Amputasi
b. Untuk mengetahui gejala-gajala yang timbul pada penderita
Amputasi
c. Untuk mengetahui apa saja penyebab Amputasi
d. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Amputasi

D. Manfaat
1. Mahasiswa akan lebih mengetahui tentang Amputasi
2. Lebih mengerti tentang penatalaksanaan terhadap klien dengan
Amputasi
3. Lebih memahami tentang penerapan asuhan keperawatan Amputasi

2
BAB II AMPUTASI

BAB II
AMPUTASI

A. Pengertian Amputasi
Amputasi berasal dari bahasa latin yaitu amputate yang berarti pancung.
Dalam ilmu kedokteran diartikan sebagai membuang sebagian atau seluruh
anggota gerak, sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ) tubuh (Soelarto
Reksoprodjo, 1995 : 581)
Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap
(Syamsuhidayat, 1997 :1282 )
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa amputasi
adalah perlakuan berupa penghilangan seluruh atau sebagian ekstremitas atau
sesuatu yang menonjol yang mengakibatkan cacat menetap.

B. Etiologi
Penyebab amputasi adalah kelainan ekstremitas yang disebabkan oleh penyakit
DM, Gangren, cedera, dan tumor ganas. Tindakan amputasi dapat dilakukan pada
kondisi :
1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.
2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya.
5. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6. Deformitas organ.

C. Patofisiologi
Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit
pembuluh darah, cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus

3
dilakukan karena dapat mengancam jiwa manusia. Adapun pengaruhnya
meliputi :
1. Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan
penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah
sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid
plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar
keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan
oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga
menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke
hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga
terjadi peningkatan diuresis.
3. Sistem respirasi
a. Penurunan kapasitas paru
Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka
kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam
rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b. Perubahan perfusi setempat
Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi
perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara
mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan
atau infeksi) terjadi hipoksia.
c. Mekanisme batuk tidak efektif
Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan
sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih
kental dan mengganggu gerakan siliaris normal.
4. Sistem Kardiovaskuler
a. Peningkatan denyut nadi

4
Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik,
endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik
sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi.
b. Penurunan cardiac reserve
Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini
mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan
isi sekuncup.
c. Orthostatik Hipotensi
Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana
arteriol dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi
lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak
berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi
menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk
memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya
klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga
merasakan pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a. Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler
memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan,
demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu
sehingga menjadikan kelelahan otot.
b. Atropi otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya
penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi
dan paralisis otot.
c. Kontraktur sendi
Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta
adanya keterbatasan gerak.
d. Osteoporosis

5
Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan
persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis
dan tulang menjadi keropos.

6. Sistem Pencernaan
a. Anoreksia
Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi
serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya
nafsu makan.
b. Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus
dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan
meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit
buang air besar.
7. Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi dan pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat
menyebabkan :
a. Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu
ginjal.
b. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang
biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.
8. Sistem integumen
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia,
hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit
dimasase untuk meningkatkan suplai darah.

6
D. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf
yang dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengankeronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan

7
E. Jenis- jenis Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana. Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit
yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau
secara terus-menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan
alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma. Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat
trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki
kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat. Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim
kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang
cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.
Jenis amputasi yang dikenal adalah :
a. Amputasi terbuka. Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang
berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor, seperti luka perang atau
infeksi berat antara lain gangrene, dibuat sayatan dikulit secara sirkuler
sedangkan otot dipotong sedikit proximal dari sayatan kulit dan digergaji
sedikit proximal dari otot.
b. Amputasi tertutup. Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat
dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan
tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya
meliputi perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga
kekuatan otot/mencegah kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan
persiapan untuk penggunaan protese ( mungkin ). Amputasi tertutup dibuat
flap kulit yang direncanakan luas dan bentuknya secara teliti untuk
memperoleh kulit penutup ujung putung yang baik dengan lokasi bekas
pembedahan

8
F. Tingkatan Amputasi
1. Estremitas atas. Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan
kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan,
minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan
tangan. Ekstremitas atas, terdiri dari : telapak, pergelangan tangan, lengan
bawah, siku dan lengan atas.
2. Ekstremitas bawah. Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua
atau sebagian dari jari-jari kaki yang menimbulkan penurunan seminimal
mungkin kemampuannya. Ekstremitas bawah terdiri dari  : jari kaki dan
kaki, proksimal sendi pergelangan kaki, tungkai bawah, tungkai atas, sendi
panggul, lutut, hemipeivektomi. Adapun amputasi yang sering terjadi pada
ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
a. Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).Ada 2 metode pada
amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan
inschemic limb. 
b. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan
tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
3. Nekrosis. Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif,
bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
4. Kontraktur. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump
amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur
sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
5. Neuroma. Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah
sehinggamelengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan
memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6. Phantom sensation. Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan
masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi
dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara
kombinasi.

G. Komplikasi

9
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit.
Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat
menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran
darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit
akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.

H. Penatalaksanaan Amputasi
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi
dan  menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit
yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka
karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan
penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa
tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid)
dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari
infeksi.
1. Balutan rigid tertutup
Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus
direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan
dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki
buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang
merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah
kontraktur. Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang
pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan
gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata.
Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-
14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai
longgar harus segara diganti.
2. Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan
inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi

10
dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat
drainase luka untuk meminimalkan infeksi.

3. Amputasi bertahap
Amputasi  bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama
dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis
dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam
beberapa hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan
amputasi definitife dengan penutupan kulit.
4. Protesis
Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera
dapat dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah
membiasakan klien menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis
darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi,
untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4
minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang
hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek
faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat
dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan
dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari
otot biseps dan triseps.

I. Management Keperawatan
Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap
yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap post operatif.
1. Pre Operatif . Pada tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih
ditekankan pada upaya untuk mempersiapkan kondisi fisik dan psikolgis
klien dalam menghadapi kegiatan operasi. Pada tahap ini, perawat
melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,khususnya yang
berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

11
2. Intra Operatif. Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan
kondisi terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan
saat ini adalah untuk menciptakan kondisi opyimal klien dan menghindari
komplikasi pembedahan. Perawat berperan untuk tetap mempertahankan
kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan
mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi
dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuktindakan perawatan luka,
perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan
kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk
perawatan luka selanjutnya dimasa postoperatif
3. Post Operatif. Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk
mempertahankan tanda-tanda vital, karena pada amputasi, khususnya
amputasi ekstremitas bawah diatas lutut merupakan tindakan yang
mengancam jiwa. Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama
klien belum sadar secara rutin dan tetap mempertahankan kepatenan jalas
nafas, mempertahankan oksigenisasi jaringan, memenuhi kebutuhan cairan
darah yang hilang selama operasi dan mencegah injuri. Daerah luka
diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif
atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang
drainase benar-benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat
oleh clot darah. Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan
tindakan perawatan secara umum yaitu menstabilkan kondisi klien dan
mempertahankan kondisi optimum klien. Perawat bertanggungjawab dalam
pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang dapat menyebabkan
gangguan atau mengancam kehidupan klien. Berikutnya fokus perawatan
lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk membentuk
pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan
keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul
pada klien seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah
nyeri terjadi pada daerah yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini
dapat menimbulkan adanya depresi pada klien karena membuat klien
seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri pada daerah

12
yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien
mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh
klien benar adanya.

13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Riwayat Kesehatan


Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji
riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.
1. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh
klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi
manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan
untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan
trauma/ tindakan darurat.
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi  :

SISTEM KEGIATAN
TUBUH
Integumen : Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat
Kulit secara hidrasi.
umum. Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut
Lokasi amputasi atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi
terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus
return.
Sistem Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan
Cardiovaskuler : pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator
Cardiac reserve fungsi jantung.
Pembuluh darah Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.

14
Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai
adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.
Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.
Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.
Cairan dan Mengkaji tingkat hidrasi.
elektrolit Memonitor intake dan output cairan.
Sistem Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Neurologis Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem
motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi.
Sistem Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
Mukuloskeletal

2. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual


Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian
pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan
terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi
yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi
terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri.
Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi
terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan
memperhatikan tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran
ideal diri klien dengan meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah
dilaksanakan dan dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien
sendiri, pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan
penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara
seksama dan bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan
tindakan dan pemilihan koping konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti
terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan
dengan klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi
amputasi itu sendiri. Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha
berbuat yang terbaik bagi kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi

15
perawat untuk melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah
umum pada saat pre operatif.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera fisik/jaringan dan trauma
saraf.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan fungsi otot
dan pergerakan akibat gangren.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan
perioperatif.
d. Berduka yang  antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi.
2. Post Operasi
a. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah
sekunder terhadap amputasi.
b. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan aliran darah arteri/ vena
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan/anoreksia.
d. Resiko kerusakan Integritas kulit b.d adanya dekubitus akibat tirah
baring lama.
e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan otot akibat
tirah baring lama post amputasi.
f. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, berdandan
berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu
anggota badan akibat amputasi.

C. Intervensi Keperawatan
1. Pre Operasi

16
No Analisa Data Diagnosa NOC NIC
. keperawatan
1. Ds: Pasien Nyeri (akut) Setelah dilakukan Mandiri
1.      Catat lokasi,
mengatakan berhubungan asuhan
frekwensi dan
nyeri pada dengan cedera keperawatan
intensitas nyeri
daerah luka. fisik/jaringan selama 3x24 jam
(skala 0-10). Amati
Do: dan trauma pasien dapat
perubahan
-     Wajah saraf. mentoleransi
karakteristik nyeri,
meringis nyeri dan nyeri
misalnya kebas dan
-     nadi: berkurang.
kesemutan.
120x/mnt Dengan kriteria
2.      Tinggikan bagian
-     RR: 25x/mnt hasil:
yang sakit dengan
TD: -Px. Tampak
meninggikan tempat
170/90mmH rileks
tidur atau bantal
g Nadi: 60-
guling sebagai
100x/mnt
penyangga.
RR:16-24x/mnt
3.      Tingkatkan
TD:120/80mmHg
kenyamanan klien
Skala nyeri
(rubah posisi
berkurang 0-2.
sesering mungkin,
dan beri pijatan
punggung). Dotong
penggunaan teknik
manajemen stres
(napas dalam,
visualisasi).
4.      Berikan pijatan
lembut pada sisa
tungkai (puntung)
sesuai toleransi bila
balutan telah dilepas.
5.      Kolaborasi dalam

17
pemberian analgetik

2. Data Kecemasan Setelah dilakukan1.  Memberikan


Subjetif: berhubungan tindakan bantuan secara fisik
-     pasien dengan kurang keperawatan dan psikologis,
sering pengetahuan selama 3 jam memberikan
menanyakan tentang pasien mampu dukungan moral.
tentang kegiatan mengontrol 2.  Menerangkan
prosedur perioperatif. tingkat prosedur operasi
tindakan ansietasnya serta dengan sebaik-
yang akan mampu baiknya.
dilakukan. mengkomunikasi 3.  Mengatur waktu
Data kan perasaan khusus dengan klien
Objektif: negatifnya untuk berdiskusi
-     nadi: dengan tepat. tentang kecemasan
120x/mnt Dengan KH: klien.
-     RR: 25x/mnt Nadi: 60-4.  Bina hubungan
-     TD: 100x/mnt saling percaya
170/90mmH RR:16-24x/mnt dengan pasien dan
g TD:120/80mmHg keluarga pasien.
-     Tampak Pasien tampak5.  Kolaborasi: beri obat
bingung rileks untuk mengurangi
ansietas sesuai
kebutuhan
3. Ds: - Berduka Setelah dilakukan1.  Anjurkan klien
Do: wajah yang  antisipas asuhan untuk
pasien i (anticipated keperawatan mengekspresikan
tampak griefing) selama 1x24 jam perasaan tentang
murung. berhubungan klien mampu dampak pembedahan
Pasien tidak dengan mendemontrasika pada gaya hidup.
ingin melihat kehilangan n kesadaran akan2.  Berikan informasi
tubuh yang akibat dampak yang adekuat dan
telah di amputasi. pembedahan pada rasional tentang

18
amputasi. citra diri dengan alasan pemilihan
KH: tindakan pemilihan
Pasien amputasi.
menyadaridan 3.  Beri informasi
menerima kondisi bahwa amputasi
tubuhnya saat ini, merupakan tindakan
pasien tampak untuk memperbaiki
tenang. kondisi klien dan
merupakan langkah
awal untuk
menghindari
ketidakmampuan
atau kondisi yang
lebih parah.
4.  Fasilitasi untuk
bertemu dengan
orang dengan
amputasi yang telah
berhasil dalam
penerimaan terhadap
situasi amputasi.

2. Post Operasi
No Analisa Data Diagnosa NOC NIC
. keperawatan
1. Ds: Pasien Gangguan rasa Setelah 1.  Evaluasi nyeri :
mengatakan nyaman: Nyeri dilakukanasuhan berasal dari sensasi

19
nyeri pada berhubungan keperawatan panthom limb atau
bagian tubuh dengan insisi selama 3x24 jam dari luka insisi.
yang bedah sekunder pasien dapat Bila terjadi nyeri
diamputasi. terhadap mentoleransi panthom limb
Do: amputasi. nyeri dan nyeri2.  Ajarkan klien
-     Wajah berkurang. memberikan
meringis Dengan kriteria tekanan lembut
-     nadi: hasil: dengan
120x/mnt -Px. Tampak menempatkan
-     RR: 25x/mnt rileks puntung pada
-     TD: Nadi: 60- handuk dan
170/90mmH 100x/mnt menarik handuk
g RR:16-24x/mnt dengan berlahan.
TD:120/80mmH 3.  Ajarkan teknik
g distraksi relaksasi
Skala nyeri untuk
berkurang 0-2. menanggulangi
nyeri.
4.  Beri analgesic
 ( kolaboratif )
2. Ds: - Resiko tinggi Setelah dilakukan
1.      Pantau tanda vital,
Do: perubahan asuhan palpasi nadi perifer,
        Terdapat perfusi jaringan keperawatan perhatikan
sianosis perifer selama 1x24 jam kekuatan dan
        Suhu berhubungan menunjukkan kesamaan.
Ekstremitas dengan perfusi jaringan
2.      Lakukan
dingin penurunan aliran yang baik dengan pengkajian
        Denyut darah arteri/ vena kriteria hasil: neurovascular
proksimal         Sianosis (-) periodic misalnya
dan perifer         Suhu ekstermitas sensasi, gerakan,
distal lemah hangat nadi, warna kulit
        N: 50x/mnt         Denyut dan suhu.
        Warna kulit proksimal dan
3.      Inspeksi

20
pucat perifer distal kuat balutan/drainase,
        N: 60-100x/mnt perhatikan jumlah
        Warna kulit dan karakteristik
normal. balutan.
4.      Berikan tekanan
langsung pada sisi
perdarahan, bila
terjadi perdarahan
segera hubungi
dokter.
5.      Evaluasi tungkai
bawah yang tidak
dioperasi dari
adanya inflamasi
6.      Kolaborasi
Berikan cairan
IV/darah sesuai
order
Gunakan kaoskaki
antiembolitik untuk
kaki yang tidak
dioperasi.
Pantau
pemeriksaan
laboratorium :
        Hb/Ht
        Pt/APTT.

3. Ds: pasien Perubahan Setelah dilakukan1.  Berikan informasi


mengatakan nutrisi kurang asuhan tentang kebutuhan
adanya dari kebutuhan keperawatan nutrisi dan
sensasi rasa tubuh b.d selama 3x24 jam bagaimana cara
pahit di penurunan nafsu kebutuhan nutrisi memenuhinya

21
lidahnya makan/anoreksia. pasien terpenuhi2.  Berikan asupan
Do: dengan kriteria makanan dalam
-adanya sisa hasil: porsi sedikit tapi
makanan di -rasa pahit di sering
piring pasien lidah(-) 3.  Beri asupan
-Bising usus -sisa makanan (-) makanan tinggi
hiperaktif -Bising Usus (-) kalori tinggi
-konjungtiva -Konjungtiva dan protein
dan mukosa mukosa berwarna4.  Kolaborasi dengan
pucat merahmuda ahli gizi dalam
Menolak -annoreksia(-) menentukan
untuk makan kebutuhan nutrisi
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien.

22
BAB IV PENUTUP

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan
bentuk asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial
dalam proporsi yang cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar
diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup
besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar
adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen
keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai
tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat
amputasi.

B. Saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa
mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada
didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem
organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara ( 1999 ), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah, edisi


Indonesia, EGC: Jakarta.

Wilkinson, Judith.M. 2006. Buku saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 7. EGC: Jakarta

Anton (online http://studikeperawatan.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-


askep-amputasi.html diakses tanggal 17 November 2012, pukul 19.00)

Saskia ( online http://id.scribd.com/doc/93523943/makalah-amputasi diakses tanggal 18


November 2012, pukul 09.00)

Irvanzaky (online http://irvanzaky.blogspot.com/2012/05/amputasi.html diakses


tanggal 18 November 2012, pukul 11.00)

Icha (online http://x-asuhankeperawatan.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-


dengan-amputasi_19.html diakses tanggal 18 November 2012,pukul 15.30)

Anda mungkin juga menyukai