Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KELOMPOK II

MATA KULIAH : KEPERAWATAN KRITIS


DOSEN : NAJIHAH, S.KEP. NS. M.KES

MAKALAH
“ASUHAN KEPERAWATAN ASMA”

DISUSUN OLEH :
 SYARIFATUN NISAA JAMAL
 IRMAYANI
 TIARA DESINIARY BAGENDA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan Asma”.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah
ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 06 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS

A. Definisi.............................................................................................3
B. Etiologi.............................................................................................4
C. Manifestasi Klinis...........................................................................6
D. Patofisiologi.....................................................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


E. Pathways..........................................................................................7
F. Komplikasi......................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang................................................................9
BAB IV PENUTUP
H. Penatalaksanaan...........................................................................10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian.....................................................................................12
B. Diagnosa Keperawatan................................................................14
C. Intervensi Keperawatan...............................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................19
B. Saran..............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20

ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah penyebab utama penyakit kronik pada anak, yang
menyebabkan sebagian besar hilangnya hari sekolah akibat penyakit
kronik. Asma mempunyai awitan pada setiap usia. Sekitar 80-90% anak
asma mendapat gejala pertama sebelum usia 4-5 tahun. Pada suatu waktu
selama masa anak akan mendapat gejala dan tanda yang sesuai dengan
asma.
Berat dan perjalanan asma sulit diramalkan. Sebagian besar anak
yang menderita sebagian kecil akan menderita asma berat yang sulit
diobati, biasanya lebih bersifat menahun daripada musiman. Yang
menyebabkan ketidakberdayaan dan secara nyata mempengaruhi hari-hari
sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi sehari-hari. Sungguh merupakan hal
yang tidak menyenangkan apabila dalam masa-masa bermain dan
beraktivitas, anak-anak terganggu karena penyakit yang diderita. Hal ini
tentunya membutuhkan perhatian khusus baik berupa perawatan,
pengobatan dan pencegahan.
Oleh karena itu penyakit asma memerlukan penanganan khusus
terlebih lagi pada anak-anak yang selalu diliputi keceriaan dalam hari-hari
dalam bermain dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dengan
melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang multidisipliner. Dalam
pelayanan keperawatan, perawat mempunyai peranan sebagai tenaga
profesional yaitu bertindak memberikan asuhan keperawatan, penyuluhan
kesehatan kepada orang tua, memberikan informasi tentang pengertian,
tanda dan gejala, serta pencegahan secara mandiri maupun secara
kolaboratif dengan berbagai pihak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi asma ?

P a g e 1 | 30
2. Apa saja etioogi asma ?
3. Bagaimana Manifestasi klinik asma ?
4. Bagaimana patofisiologi asma ?
5. Bagaimana Pemeriksaan penunjang pada asma ?
6. Bagaimana Pentalaksanaan  pada asma ?
C. TUJUAN
Tujuan secara umum : mengerti tentang asma dan memahami apa yang
hrus di lakukan seorang perawat untuk menangani asma .
Tujuan khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, kompikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
asma
D. MANFAAT PENULISAN
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat berupa :
1. Mengetahui tentang definisi asma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit asma.
3. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus asma
yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi

P a g e 2 | 30
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI ASMA
Asma adalah gangguan jalan nafas reaktif kronis termasuk obstruksi
jalan nafas episodik dan obstruksi jalan nafas reversible akibat
bronkospasme, peningkatan sekresi mucus, dan edema mukosa (kapita
selekta penyakit, 2002).
Asma adalah sebuah penyakit radang kronik pada saluran pernafasan
dimana banyak sel-sel dan elemennya berperan.
Pada individu tertentu, peradangan menyebabkan beberapa kondisi
seperti wheezing, sulit bernafas, retraksi dinding dada, dan batuk sering
terutama di malam hari, pagi hari, atau ketika melakukan aktifitas.
Beberapa gejala ini dihubungkan dengan penyakit yang menetap tetapi
obstruksi saluran pernafasan dan sering reversible secara spontan atau
dengan perawatan (Michele Geiger, Bronsky Donna J.W; 2008)
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran nafas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus terhadap berbagi
rangsanan yang ditandai dengan gejala epidosik berulang berupa mengi,
batuk, sesak nafas dan rasa berat didada terutama di malam hari dan atau
dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan (Pedoman pengendalian asma, Depkes; 2009)
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulakan penyakit asma
adalah suatu penyakit yang menyerang saluran pernafasan (bronchiale)
pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) kronis dinding rongga
bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang
akhirnya seseorang mengalami sesak nafas.
Asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Asma alergik (Ekstrinsik)

P a g e 3 | 30
Merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu
binatang, debu, ketombe. Bentuk asma ini biasanya di mulai dari kanak
– kanak.
2. Idiopatik atau nonalergik asma (Intrinsic)
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik, saluran
nafas atas, aktifitas, emosi/stress dan polusi lingkungan akan mencetuskan 
serangan. Bentuk asma ini biasanya di mulai ketika dewasa > 35 tahun.
3. Asma Campuran
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Di karakteristikan dengan
bentuk ke dua jenis asma alergik dan ideopatik atau nonalergik (Soemantri,
2009
B. ETIOLOGI
1. Zat allergen
Adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, tengau debu
rumah (dermatophagoides pteronissynus), spora, jamur, bulu kucing,
bulu binatang , beberapa makanan laut, dan sebagainya.
2. Infeksi saluran pernapasan ( respiratorik )
Infeksi saluaran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma. Diperkirakan, dua pertiga penderita asma dewasa
serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluaran pernapasan.
(sundaru 1991)
3. Olahraga / kegiatan jasmani yang berat.
Sebagian penderita asma akan mendapatkan serangan asma bila
melakukan olaharaga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat 
dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena kegiatan jasmani ( exercise
induced asma -EIA)

P a g e 4 | 30
terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang
serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.
4. Perubahan suhu udara (udara dingin, panas, kabut)
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
5. Polusi udara
Klien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik /
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
6. Memiliki kecenderungan alergi obat-obatan
Beberapa klien denga asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu
seperti penisilin, salisilat beta bloker, kodein,dan sebainya.
7. Riwayat keluarga (factor genetic), orang tua menderita asma
8. Lingkungan pekerajan
Lingkungan kerja merupakan factor pencetus yang menyumbang 2-
15% klien dengan asma.( sundaru,1991 ). Mempunyai hubungan
langsung dengan sebab terjadinya serangan Asma. Hal ini berkaitan
dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
9. Emosi dan stress
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan Asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan Asma yang sudah ada.
Disamping gejala Asma yang timbul harus segera diobati penderita
Asma yang mengalami stres atau gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyele

P a g e 5 | 30
saikan masalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi maka
gejala belum bisa diobati.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Serangan tiba-tiba yang diawali dengan batuk-batuk dan sesak nafas
2. Wheezing
3. Ekspirasi lebih panjang
4. Kontraksi otot-otot bantu pernapasan
5. Hypoksemia dan sianosis
6. Keletihan
D. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar
dengan allergen yang ada di lingkungan dan membentuk immunoglobulin
(Ig) E, allergen yang masuk akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja
sebagai antigen presenting sel (APC), allergen tersebut dipresentasikan ke
sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskannya
interlukin 2 (IL-2) untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk
IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan
dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang,
maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan. Jika terpapar 2
kali atau lebih dengan allergen yang sama allergen tersebut akan diikat oleh
IgE yang sudah ada dalam permukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini akan
menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan perubahan di dalam sel yang
menurunkan kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan
mediator-mediator kimia yang meliputi histamine, slow releasing suptance
of anaphylaksis (SRS-A), eosinofilik chomotetik faktor of anaphylacsis
(ECF-A), dan lain-lain. Mediator tersebut menyebabkan timbulnya tiga
reaksi utama yaitu: kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar

P a g e 6 | 30
ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan
permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah semakin menyempitnya saluran nafas. Peningkatan sekresi
kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mucus. Tiga reaksi tersebut
menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli,
akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap
yang sangat lanjut.
E. PATHWAYS

P a g e 7 | 30
F. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul
adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura
yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat
menyebabkan kegagalan napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal
sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir
di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec,
kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi lain yang
mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau usus ke
dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh
jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.
Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,
misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk
menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan
pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian

P a g e 8 | 30
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis)
mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi
lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang
dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan, atau merasa sulit
bernapas karena sebagian saluran udara menjadi sempit oleh adanya
lendir.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisa Gas Darah ( AGD / astrup ).
Hanya dilakukan pada serangan asma berat karna terdapt hipoksia,
hiperkapnea, dan asidosis respiratorik.
2. Sputum
Pewarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut
kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.  
3. Sel eosinofil
Sel eosinofil pada klien dengan status asma dapat mencapai 1000 –
1500  / mm3 . sedangkan hitung eosinofil normal antara 100 – 200/mm 3
.Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil
menunjukan pengobatan telah tepat.
4. Pemerikasaan darah rutin dan kimia
Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/ mm3 terjadi karena adanya
infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan kerusakan hati akibat
hipoksia atau hiperkapnea.
5. Pengukuran fungsi paru ( Spirometri )
Menilai derajat obstruksi pada asma, kapasitas vital mungkin belum
menurun, tapi bila serangan asma makin berat FVC akan turun karena
sebagian udara yang harus dikeluarkan terjebak dalam paru-paru.
6. Tes provokasi bonkus
Tes ini dilakukan pada spirometri internal.penurunan FEV sebesar 20
% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80 – 90% dari
maksimum dianggap bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR
10% atau lebih.

P a g e 9 | 30
7. Pemerikasaan kulit
Untuk menunjukan  adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik
dalam tubuh.
8. Pemeriksan radiologi
Hasil pemeriksan radiologi dari klien dengan asma biasanya normal,
tetapi prosedur ini tetap dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya proses patologi di paru atau komplikasi asma seperti
pneumatoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain – lain
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap
gejalagejala yang timbul saat serangan, mengendalikan penyebab
spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal yang umum.
Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera
mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu:
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg
atau terbutalin 10 mg). Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang
dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis
beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis
salbutamol 0,25 mg dalam larutan dekstrose 5%. Salbutamol
termasuk dalam golongan obat  Agonis Reseptor Beta-2
Adrenergik. Golongan bat ini merupakan obat terbaik untuk
mengurangi serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba
dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor
beta-adrenergik. Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor
beta-2 adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping
berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor
(gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor
beta-2 adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di

P a g e 10 | 30
paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ
lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih
sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang
bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik. Aminophilin
intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis. Home » A »
Informasi Obat » Aminofilin Aminofilin Pharmacy Care Monday,
May 23, 2016 A, Informasi Obat Aminofilin adalah obat
Bronkodilator. Aminofilin berdasarkan struktur kimia termasuk
golongan xanthin. Aminofilin bekerja dengan memperluas saluran
udara dan mempermudah untuk bernafas.Kortikosteroid
hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera
atau dalam serangan sangat berat25 Kortikosteroida berkhasiat
meghilangkan efek mediator, seperti peradangan daan gatal-gatal.
Penggunaan obat ini terutama bermanfaat pada serangan asma
akibat infeksi virus, selain itu juga pada infeksi bekteri untuk
melawan reaksi peradangan. Mekanisme obat ini adalah
kortikosteroida dapat mengurangi jumlah eosinofil yang berada
dalam sirkulasi dan jumlah sel mast di saluran pernafasan dan
meningkatkan jumlah reseptor adrenergik β-2, selain itu juga
mengurangi hiperresponsivitas saluran nafas dengan mengurangi
inflamasi.
2. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis
Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma
yaitu:

ii
b. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk
mengeluarkan sputum dengan baik
c. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
d. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
e. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
f. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
g. Hindarkan pasien dari faktor pencetus

P a g e 11 | 30
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN PRIMER ASMA
1. Airway
a. Bersihan jalan nafas
b. Adanya / tidaknya sumbatan jalan nafas
c. Distress pernafasan
d. Tanda-tanda perdarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
2. Breathing
a. Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b. Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
c. Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3. Circulation
a. Denyut nadi karotis
b. Tekanan darah
c. Warna kulit, kelembapan kulit
d. Tanda tanda perdarahan eksternal dan internal
4. Dissability
a. Tingkat kesadaran
b. Gerakan ekstremitas
c. GCS, atau pada anak tentukan: Alert (A), Respon verbal (V),
Respon nyeri / pain (P), Tidak berespon / unresponsive (U)
d. Ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya
5. Exposure
a. Tekanan darah
b. Irama dan kekuatan nadi
c. Irama, kekuatan dan penggunaan otot bantu
d. Saturasi oksigen

PENGKAJIAN SEKUNDER ASMA


1. Pengkajian Anamnesa
a. Identitas
b. Keluhan utama yang sering dikeluhkan.
c. Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat
menanyakan hal berikut:
1) Kaji obat-obatan yang biasa diminum klien dan
memeriksa kembali setiap jenis obat apakah masih
relevan untuk digunakan kembali.
2) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan frekuensi
nafas.
3) Kaji adanya keluhan sesak dan batuk.
4) Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu
mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti
adanya infeksi saluran oernapasan atas, sakit
tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip hidung.

P a g e 14 | 30
Riwayat serangan asma, frekuensi, waktu, dan alergen-
aleren yang dicurigai sebagai pencetus serangan, serta
riwayat pengobatan yang dilakukan untuk meringankan
gejala asma.
5) Pada pengkajian psiko-sosio-kultural, kecemasan dan
koping yang tidak efektif sering didapatkan pada klien
dengan asma bronkhial. Status ekonomi berdampak pada
asuransi kesehatan dan perubahan mekanisme peran
dalam keluarga. Gangguan emosional sering dipandang
sebagai salah satu pencetus bagi serangan asma baik
gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan
sekitar, sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban
hidup yang berat lebih berpotensial mengalami serangan
asma. Berada dalam keadaan yatim piatu, mengalami
ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain, sampai
mengalami ketakutan tidak dapat menjalankan peranan
seperti semula.
6) Pola Resepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma dapat membatasi manusia untuk berperilau
hidup normal sehingga klien dengan asma harus
mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang tidak akan
menimbulkan serangan asma.
7) Pola Penanggulangan Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor
instrinsik pencetus serangan asma. Oleh karena itu, perlu
dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan engaruh
stress terhadap kehidupan klien serta cara
penanggulangan terhadap stressor.
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, perawat juga perlu mengakji tentang kesadaran klien,
kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara bicara, denyut nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkat, penggunaan otot bantu pernapasan,
sianoss, batuk dengan lendir lengket, dan posisi istirahat klien.
a. B1 (Breating)
1) Inpeksi
Pada klien asma terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernapasan, serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Inspeksi dada terutama untuk melihat postur bentuk dan
kesimetrisan, adanya peningkatan diameter anteroposterior,
retraksi otot-otot insterkostalis, sifat dan irama pernapasan dan
frekuensi pernapasan.
2) Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan, ekspansi, dan taktil
fremitus normal.
3) Perkusi

ii
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
4) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi,
dengan bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir
ekspirasi.
b. B2 (Blood)
Perawat perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular
meliputi keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan
CRT.
c. B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji. Di samping itu,
diperlukan pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah compos mentis, somnolen, atau koma.
d. B4 (Bladder)
Pengukurna volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan
dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada
tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal dari
syok.
e. B5 (Bowel)
Kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi,
mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang serangan asma.
Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi,
dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien
dengan sesak nafa sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju
metabolisme, serta kecemasan yang dialami klien.
f. B6 (Bone)
Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi
pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada
integumen perlu dikjai adanaya permukaan yang kasar, kering,
keliaan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, pendarahan, pruritus, eksim, dan adanya bekas atau tanda
urtikuria atau dermatitis. Pada rambut, dikaji warna rambut,
kelembapan, dan kusam. Perlu dikaji pula tentang bagaimana tidur
dan istirahat klien yang meliputi berapa lama klien tidur dan
istirhahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien.
Adanya wheezing, sesak, dan ortopnea dapat mempengaruhi pola
tidur dan istirahat klien.
Perlu dikaji pula tentang aktivitas keseharian klien seperti olahraga,
bekerja, dan aktivitas lainnya. Aktivitas fisik juga dapat menjadi
faktor pencetus asma yang disebut dengan exercise induced asma.

ii
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Gangguan pola tidur

ii
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan pola napas NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran udara inspirasi
dan/atau ekspirasi tidak adekuat 1. Respiratory status : Airway Management
Ventilation
Batasan karakteristik : 2. Respiratory status : Airway 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
patency lift atau jaw thrust bila perlu
1. Penurunan tekanan 3. Vital sign Status 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : ventilasi
2. Penurunan pertukaran udara per 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
menit 1. Mendemonstrasikan batuk alat jalan nafas buatan
3. Menggunakan otot pernafasan efektif dan suara nafas yang 4. Pasang mayo bila perlu
tambahan bersih, tidak ada sianosis dan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Nasal flaring dyspneu (mampu 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
5. Dyspnea mengeluarkan sputum, suction
6. Orthopnea mampu bernafas dengan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
7. Perubahan penyimpangan dada mudah, tidak ada pursed lips) tambahan
8. Nafas pendek 2. Menunjukkan jalan nafas 8. Lakukan suction pada mayo
9. Assumption of 3-point position yang paten (klien tidak 9. Berikan bronkodilator bila perlu
10. Pernafasan pursed-lip merasa tercekik, irama nafas, 10. Berikan pelembab udara Kassa basah
11. Tahap ekspirasi berlangsung frekuensi pernafasan dalam NaCl Lembab
sangat lama rentang normal, tidak ada 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
12. Peningkatan diameter anterior- suara nafas abnormal) keseimbangan.
posterior 3. Tanda Tanda vital dalam 12. Monitor respirasi dan status O2
13. Pernafasan rata-rata/minimal rentang normal (tekanan Oxygen Therapy
a. Bayi : < 25 atau > 60 darah, nadi, pernafasan

P a g e 18 | 30
b. Usia 1-4 : < 20 atau > 30 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
c. Usia 5-14 : < 14 atau > 25 2. Pertahankan jalan nafas yang paten
d. Usia > 14 : < 11 atau > 24 3. Atur peralatan oksigenasi
14. Kedalaman pernafasan 4. Monitor aliran oksigen
a. Dewasa volume tidalnya 5. Pertahankan posisi pasien
500 ml saat istirahat 6. Observasi adanya tanda tanda
b. Bayi volume tidalnya 6-8 hipoventilasi
ml/Kg 7. Monitor adanya kecemasan pasien
15. Timing rasio terhadap oksigenasi
16. Penurunan kapasitas vital
Faktor yang berhubungan :
Vital sign Monitoring
1. Hiperventilasi
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Deformitas tulang
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Kelainan bentuk dinding dada
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
4. Penurunan energi/kelelahan
atau berdiri
5. Perusakan/pelemahan muskulo-
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan
skeletal
bandingkan
6. Obesitas
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
7. Posisi tubuh
dan setelah aktivitas
8. Kelelahan otot pernafasan
6. Monitor kualitas dari nadi
9. Hipoventilasi sindrom
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
10. Nyeri
8. Monitor suara paru
11. Kecemasan
9. Monitor pola pernapasan abnormal
12. Disfungsi Neuromuskuler
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban
13. Kerusakan persepsi/kognitif
kulit
14. Perlukaan pada jaringan syaraf
11. Monitor sianosis perifer
tulang belakang

ii
15. Imaturitas Neurologis 12. Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign
2. Ketidakefektifan bersihan jalan NOC NIC
napas 1. Respiratory status : Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk Ventilation 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
membersihkan sekresi atau obstruksi 2. Respiratory status : Airway suctioning
dan saluran pernafasan untuk patency 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan
mempertahankan kebersihan jalan Kriteria Hasil : sesudah suctioning.
nafas. 1. Mendemonstrasikan batuk 3. Informasikan pada klien dan keluarga
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang tentang suctioning
1. Tidak ada batuk bersih, tidak ada sianosis dan 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
2. Suara napas tambahan dyspneu (mampu dilakukan.
3. Perubahan frekwensi napas mengeluarkan sputum, 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal
4. Perubahan irama napas mampu bernafas dengan untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
5. Sianosis mudah, tidak ada pursed lips) 6. Gunakan alat yang steril setiap melakukan
6. Kesulitan berbicara atau 2. Menunjukkan jalan nafas tindakan
mengeluarkan suara yang paten (klien tidak 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
7. Penurunan bunyi napas merasa tercekik, irama nafas, dalam setelah kateter dikeluarkan dan
8. Dipsneu frekuensi pernafasan dalam nasotrakeal
9. Sputum dalam jumlah yang rentang normal, tidak ada 8. Monitor status oksigen pasien
berlebihan suara nafas abnormal) 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara
10. Batuk yang tidak efektif 3. Mampu mengidentifikasikan melakukan suksion
11. Orthopneu dan mencegah faktor yang 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen
12. Gelisah dapat menghambat jalan apabila pasien menunjukkan bradikardi,

ii
13. Mata terbuka lebar nafas peningkatan saturasi O2, dll
Faktor Yang Berhubungan : Airway Management
Lingkungan 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
1. Perokok pasif lift atau jaw thrust bila perlu
2. Mengisap asap 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
3. Merokok ventilasi
Obstruksi jalan nafas 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
1. Spasme jalan nafas alat jalan nafas buatan
2. Mukus dalam jumlah berlebihan 4. Pasang mayo bila perlu
3. Eksudat dalam jalan alveoli 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Maten asing dalan jalan napas 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
5. Adanya jalan napas buatan suction
6. Sekresi bertahan/sisa sekresi 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
7. Sekresi dalam bronki tambahan
Fisiologis : 8. Lakukan suction pada mayo
1. Jalan napas alergik 9. Berikan bronkodilator bila perlu
2. Asma 10. Berikan pelembab udara Kassa basah
3. Penyakit paru obstruktif kronik NaCI Lembab
4. Hiperplasi dinding bronchial 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
5. Infeksi keseimbangan.
6. Disfungsi neuromuscular 12. Monitor respirasi dan status O2
3. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :

Definisi : Kelebihan atau 1. Respiratory Status : Gas Airway Management


kekurangan dalam oksigenasi dan exchange
atau pengeluaran karbondioksida di 2. Respiratory Status : 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
ventilation lift atau jaw thrust bila perlu
dalam membran kapiler alveoli 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan

ii
Batasan karakteristik : 3. Vital Sign Status ventilasi
Kriteria Hasil : 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan
1. Gangguan penglihatan alat jalan nafas buatan
2. Penurunan CO2 1. Mendemonstrasikan 4. Pasang mayo bila perlu
3. Takikardi peningkatan ventilasi dan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Hiperkapnia oksigenasi yang adekuat 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
5. Keletihan 2. Memelihara kebersihan paru suction
6. Somnolen paru dan bebas dari tanda 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
7. Iritabilitas tanda distress pernafasan tambahan
8. Hypoxia 3. Mendemonstrasikan batuk 8. Lakukan suction pada mayo
9. Kebingungan efektif dan suara nafas yang 9. Berikan bronkodilator bial perlu
10. Dyspnoe bersih, tidak ada sianosis dan 10. Berikan pelembab udara
11. AGD tidak normal dyspneu (mampu 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
12. Sianosis mengeluarkan sputum, keseimbangan.
13. Warna kulit abnormal (pucat, mampu bernafas dengan 12. Monitor respirasi dan status O2
kehitaman) mudah, tidak ada pursed lips) Respiratory Monitoring
14. Hipoksemia 4. Tanda tanda vital dalam
15. Hiperkarpnea rentang normal 1. Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
16. Sakit kepala ketika bangun usaha respirasi
17. Frekuensi dan kedalaman nafas 2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
abnormal penggunaan otot tambahan, retraksi otot
Faktor faktor yang berhubungan : supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur
1. Ketidakseimbangan perfusi 4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
ventilasi kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
2. Perubahan membran kapiler- biot
alveoli 5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot diagfragma

ii
(gerakan paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
4. Gangguan pola tidur NOC NIC
Definisi : Gangguan kualitas dan 1. Anxiety reduction Sleep Enhancement
kuantitas waktu tidur akibat faktor 2. Comfort level 1. Determinasi efek-efek medikasi terhadap
eksternal 3. Pain level pola tidur
Batasan Karakteristik : 4. Rest : Extent and Pattern 2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
1. Perubahan pola tidur normal 5. Sleep : Extent an Pattern 3. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas
2. Penurunan kemampuan Kriteria Hasil : sebelum tidur (membaca)
berfungsi 1. Jumlah jam tidur dalam batas 4. Ciptakan lingkungan yang nyaman
3. Ketidakpuasan tidur normal 6-8 jam/hari 5. Kolaborasikan pemberian obat tidur
4. Menyatakan sering terjaga 2. Pola tidur, kualitas dalam 6. Diskusikan dengan pasien dan keluarga
5. Meyatakan tidak mengalami batas normal tentang teknik tidur pasien
kesulitan tidur 3. Perasaan segar sesudah tidur 7. Instruksikan untuk memonitor tidur
6. Menyatakan tidak merasa cukup atau istirahat pasien
istirahat 4. Mampu mengidentifikasikan 8. Monitor waktu makan dan minum dengan
Faktor Yang Berhubungan hal-hal yang meningkatkan waktu tidur
1. Kelembaban lingkungan sekitar tidur 9. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien
2. Suhu lingkungan sekitar setiap hari dan jam
3. Tanggung jawab memberi

ii
asuhan
4. Perubahan pejanan terhadap
cahaya gelap
5. Gangguan(mis.,untuk tujuan
terapeutik, pemantauan,
pemeriksaan laboratorium)
6. Kurang kontrol tidur
7. Kurang privasi, Pencahayaan
8. Bising, Bau gas
9. Restrain fisik, Teman tidur
10. Tidak familier dengan prabot
tidur

ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru
meradang hingga lebih sensitive terhadap factor pemicu berupa alergi,
asap, debu dan bau yang menyengat, yang menyebabkan jalan udara
menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas
dan bunyi napas mengikik.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca
dapat lebih mengetahui dan memahami tentang gangguan sistem
pernafasan asma dan memberikan pemahaman tentang asuhan keperawatan
pada pasien asma serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia
keperawatan.

P a g e 19 | 30
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. (2009). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1023/MENKES/SK/XI/2008. Pedoman pengendalian penyakit asma.
Jakarta : Depkes RI.
Geiger, M. & Wilson, B.D.J (2008). Respiratory nursing (a core curriculum).
New York: Springer Publishing Company.
John, Esther c & Elliott Daly D. (2006). Patofisiologi (aplikasi pada praktek
keperawatan). Jakarta: ECG.
Mangunegoro, H. dkk. (2004). Asma pedoman diagnosis & penatalaksanaan di
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nurarif, A.H., & Kusuma.(2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & NANDA (NIC-NOC).Edisi Revisi Jilid 1.Yogyakarta:
MediaAction Publishing.
Wilkinson, Judith M. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis
NANDA. Intervensi NIC. kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC.

Williams, Lippincott & Wilkins. (2002).Kapita selekta penyakit dengan


implikasi keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC.
http://duniakeperawatan92.blogspot.com/2014/02/asma.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-6715-2-
babii.pdf

P a g e 20 | 30

Anda mungkin juga menyukai