PEMASANGAN
KATETER VENA
SENTRAL (KTS)
No. Dokumen :
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontra indikasi
Diagnosis banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Tehnik operasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Mortalitas
SMFPELAYANAN BEDAH
VENA SEKSI
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
: 1/2
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang Lingkup
Indikasi operasi
Kontra indikasi
Trombosis vena
Koagulopati (PT atau PTT > 1.5 x kontrol)
Diagnosis Banding
Syok kardiogenik
Syok septik
Syok neurogenik
PemeriksaanPenunjang
Algoritma
TehnikOperasi
Komplikasi Operasi
Mortalitas
Mortalitas rendah
Follow-Up
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
SMFPELAYANAN BEDAH
PEMASANGAN PIPA
INTRATORAKAL
ATAU
WATER SEAL
DRAINASE (WSD)
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Menyalurkan zat baik berupa zat padat,cairan, udara atau gas dari
rongga dada
1. Pneumothoraks lebih dari 30%.
2. Pneumothoraks residif
3. Pneumothoraks bilateral
4. Hematothoraks lebih dari 300cc
5. Hematothoraks bilateral
6. Hemato-pneumothoraks
7. Flail-chest
8. Fluidothoraks yang hebat,dengan sesak
9. Chylothoraks
10. Empyema thoracis setelah dipungsi tidak berhasil atau pus
sangat kental
11. Pasca thoracotomi
Kontra indikasi
Umum
Khusus ( tidak ada )
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Foto toraks
Tehnik Operasi
Mortalitas
SMFPELAYANAN BEDAH
PERAWATAN VARISES
NON BEDAH
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Terdapat 3 jenis vena pada tungkai, yaitu vena tepi, vena dalam dan
vena perforantes. Vena tepi terdiri dari vena saphena magna dan
vena saphena parva. Vena safena magna merupakan vena
terpanjang di tubuh, mulai dari mata kaki sampai ke fossa ovalis.
Merupakan vena yang paling sering menderita varises.
Ada dua bentuk varises pada vena safena yaitu varises primer yang
diduga disebabkan oleh kelemahan dinding vena sehingga terjadi
pelebaran dan akhirnya menyebabkan kegagalan katub. Yang kedua
adalah varises sekunder yang disebabkan oleh peningglan tekanan
vena tepi ( hipertensi vena )akibat suatu kelainan tertentu misainya
sindroma pasca flebitis ( trombosis vena dalam dengan
rekanalisasi ), fistula arterl vena, sumbatan vena dalam karena
tumor atau trauma serta anomali vena dalam atau vena penghubung.
Terdiri dari 4 stadium :
Stadium 1 gejala pegal, lekas lelah
Stadium 2 venaektasia
Stadium 3 varises yang masif ( vena memanjang, melebar,dan
berkelok )
Stadium 4 ulcus / kelainan trofik
Diagnostik melalul anamnesis dan beberapa pemeriksaan fisik
seperti test trendelenburg, tes perthes, atau dengan venous
phlethysmografi untuk menentukan aliran vena secara kuantitatif
Penatalaksanaan
Perawatan varises bertujuan untuk menghilangkan akibat dari katub
yang tidak berfungsi lagi. Ada 2 cara yang dapat diterapkan sendiri
sendiri atau bersamaan -.
Perawatan non bedah untuk kasus varises stadium I dan 2
Perawatan bedah untuk kasus varises stadium 3 dan 4
Indikasi Operasi
Tidak ada
Tidak ada
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada
Tehnik operasi
Tidak ada
A. Pencegahan
Hindari duduk dan berdiri lama, lebih baik berbaring atau
berjalan kaki. Artinya lebih banyak pergerakan, jalan, turun
naik tangga, senam, naik sepeda, berenang dan semua
olahraga yang menggerakkan otot otot tungkai.
Bila terpaksa duduk atau berdiri lama aktifkan pompa otot
dengan cara menggerakkan kaki ke atas dan ke bawah
sesering mungkin ( travel medicine )
Meninggikan kaki 15 cm ( sedikit lebih tinggi dari pada
Mortalitas
Tidak ada
Tidak ada
Follow-Up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Algoritma
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Tidak ada
Diagnosis banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Algoritma
Tehnik operasi
Torakotomi Anterolateral
Prosedur:
Pasien diposisikan dalam posisi supinasi diatas meja operasi
dengan sisi yang akan dioperasi di tinggikan 300 dari meja.
Bahu dan siku diflexikan pada sudut kanan dan lengan bawah
diikatkan pada layar anestesi, dilindungi bantalan empuk. Pelvis
Mortalitas
Jadwal follow up
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
tidak ada
Diagnosis banding
tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Algoritma
a. USG Doppler
b. Arteriografi ( bukan pemeriksaan rutin )
Penatalaksanaan
Bila adanya trauma vaskular telah ditentukan, maka prioritas
tindakan harus segera ditentukan. Pada dasar dasarnya, makin
cepat dilakukan tindakan, semakin baik hasilnya. Algoritma tata
laksana tetap memprioritaskan tahap tahap membebaskan jalan
nafas, memastikan tidak ada gangguan dalam ventilasi. Dan
menghentikan perdarahan yang memancar ( bisa dengan klem
vaskuler ). Setelah perdarahan berhenti, barulah dilakukan tindakan
definitif. Dari beberapa buku acuan mengatakan golden periode
adalah 6 12 jam, namun hal itu adalah relatif karena semakin
cepat semakin baik.
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Fistula arteri vena dapat disebabkan oleh trauma atau berupa suatu
kelainan bawaan. Biasanya fistula arteri vena traumatik disebabkan
oleh cedera luka tembus yang mengenai arteri dan vena yang
berdekatan sehingga darah dapat langsung mengalir arteri ke vena.
Biarpun jarang, namun kelainan ini dapat pula terbentuk pada
tindakan operasi yang kurang cermat didaerah yang kaya pembuluh
darah.
Akibat dari fistula arteri vena ini maka darah dari arteri yang
melalui pintasan vena selanjutnya diteruskan ke jantung, hal ini
akan menyebabkan menurunnya resistensi pembuluh darah perifer,
tekanan diastole akan menurun dan denyut jantung akan bertambah
cepat. Hal ini jika berlangsung lama akan menyebabkan payah
jantung karena curahnya yang bertambah.
Diagnosis fistula arteri vena tidak begitu sukar ditegakkan. Riwayat
trauma tajam yang jelas disertai getaran dan perabaan dan pada
auskultasi terdengar bising seperti bunyi mesin, semuanya ini
menunjukkan adanya fistula antara pembuluh arteri dan vena. Tanda
lain yang mungkin timbul sebelah
distal dari fistula adalah klaudikasio intermiten, edema dan
pelebaran vena yang berkelok kelok dan disertai warna kulit yang
agak kebiruan.
Angiografi dapat dipakai untuk menentukan lokasi pintasan yang
akan dikoreksi. Koreksi disini adalah melakukan jerat sementara
pada arteri dan vena yang terlibat, sebelum fistulanya di eksisi.
A neurisma palsu
Penyebab dari anaeunisma palsu ini adalah luka tembus yang
mengenai ketiga lapisan dinding pembuluh arteri secara
menyamping ( tangential ). Biasanya disebabkan karena jarum atau
kateter.
Aneurisma traumatik dapat terbentuk di daerah yang anatomis
mengandung banyak jaringan ikat dan bersekat, yang dapat
mendapatkan tamponade terhadap hematoma. Kemudian dengan
tumbuhnya lapisan endotel baru yang berasal dari pinggir luka lesi
vaskuler, maka terbentuklah rongga aneurisma palsu.
Ciri cirinya adalah adanya benjolan yang berdenyut merupakan
tanda paling nyata dari aneurisma
palsu. Ada riwayat trauma tembus. Batas tidak begitu tegas karena
benjolan ini terlatak dibawah fasia yang kuat. Biasanya teraba
getaran sistolik pada seluruh benjolan ini yang kadang disangka
abses atau neoplasma.
Koreksi dari aneurisma palsu ini adalah dengan mengikat sementara
arteri sebelah proksimal dan distal dari aneurisma ini.
Mortalitas
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Sumbatan akut arteri pada ekstremitas bernanifestasi sebagai gejalagejala iskemi yang timbulnya mendadak , meliputi 6 P : pain, palor,
parestia, poikilotermi, pulselesness, paralysis. Lokasi paling sering
adalah cabang arteri femoralis. Pada pemeriksaan terabanya denyut
nadi femoral yang bersifat water hammer yaitu hilangnya
denyut didaerah distal.
Indikasi Operasi
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Tehnik operasi
Mortalitas
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Bila tulang iga mengalami patah maka akan timbul nyeri terutama
bila saat bernapas. Hal ini diikuti dengan terbatasnya daya inspirasi
sehingga proses pernapasan menjadi tidak adekuat. Fiksasi iga akan
memperbaiki kondisi ini.
Patahnya tulang iga juga dapat diwaspadai dngan kemungkinan
timbulnya kerusakan pada organ bagian dalam yang dilindungi
tulang iga.
Diagnosis banding
Pemeriksaan Penunjang
Tehnik operasi
X Ray foto
Computed Tomografi Scan
a. Persiapan penderita dan lapangan operasi serta posisi penderita
b. Buat insisi pada daerah tulang iga yang akan dilakukan fiksasi /
diatas garis fraktur
c. Pisahkan fascia dan otot lapis demi lapis sehingga tampak tulang
iga dengan warna putih, hindari cidera neurovaskular
d. Periosteal tetap melekat pada iga
e. Bebaskan iga dari costal bed dengan doyen
f. Hindari robeknya pleura parietalis
g. Bending SHAPP clip dengan knogle tang, sesuaikan dengan
bentuk lengkung iga
h. Pasang SHAPP clip dengan tang atau wire
i. Bila pleura terbuka perlu dipasang Water Sealed Draenage,
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Tidak ada
Diagnosis banding
Tumor
Pemeriksaan Penunjang
USG - Doppler
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Mortalitas
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Kontra Indikasi Operasi
Diagnosis banding
Pemeriksaan Penunjang
- USG Doppler
- Arteriografi
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Mortalitas
Jadwal follow up
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Diagnosis banding
Pemeriksaan Penunjang
Algoritma
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Trauma dari residal limb dapat disebabkan oleh karena cara jalan
yang belum biasa sehingga kemungkinan pasien dapat terjatuh
mengakibatkan fraktur terutama pada residual limb.
Hematoma
Tromboembolisme dapat terjadi karena amputasi merupakan faktor
resko ntk terjadinya Deep Vein. Trombosis hal ini disebabkan oleh
karena mobilisasi yang terlalu lama pasca operasi, penyakit dasar
yang tidak diobati, dan meligasi vena pada saat operasi bisa
mengakibatkan stagnasi dan aliran darah.
Mortalitas
Kurang dari 1 %
Jadwal follow up
Yang dievaluasi :
a. Kemampuan pasien dalam melakuka aktivitas
dengan bagian yang teramputasi
b. Pengkerutan dari sisa amputasi
sehari hari
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Diagnosis banding
Lymphangioma, AV malformasi
Pemeriksaan Penunjang
4. MRI
5. Angiografi
6. Biopsi
Algoritma
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
Mortalitas
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Tidak ada
Diagnosis banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Algoritma
Tidak ada
Komplikasi Operasi
Tidak ada
Mortalitas
Kurang dari 2%
Jadwal follow up
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi Operasi
Tidak ada
Diagnosis banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Tehnik operasi
Komplikasi Operasi
a.
b.
c.
d.
Infeksi
Perdarahan
Stenosis pada tempat anostomosis
Folksmann inchaemic
Mortalitas
Kurang dari 1%
Follow-Up