Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
merupakan suatu hasil pengembangan yang canggih dari
metode terapi untuk prosedur perawatan luka.
Cara kerja metode ini yaitu menggunakan foam
dressing serta memberikan tekanan negatif yang akan
menghasilkan efek vakum pada daerah luka sehingga
cairan eksudat ulkus diabetik yang ada akan terhisap dan
terbuang, hal ini dapat meningkatkan kelancaran aliran
darah di sekitar area luka, yang menghasilkan adanya
pembentukan jaringan granulasi semakin cepat dan
penurunan kolonisasi bakteri pada luka, sehingga proses
penyembuhan luka dapat segera tercapai [1].
Meskipun sudah berbagai macam bahan yang
dicoba untuk perawatan pada luka, tetapi penggunaan
foam dressing yang memiliki pori-pori terbukti lebih
ampuh pada ulkus diabetik, karena memungkinkan
sistem sel terbuka untuk menciptakan tekanan negatif
yang merata pada permukaan luka [2]. Besar tekanan
negatif yang diberikan pada luka sebesar 50 mmHg – 150
1
mmHg , mengacu pada clinical user manual alat NPWT
PRO oleh perusahaan Cardinal Health. Dan biasanya
besar tekanan negatif yang diberikan pada luka adalah
sebesar 125mmHg [3]. Penggunaan metode ini terbukti
aman karena menyebabkan luka cepat sembuh dan
berhasil menutup, menghilangkan ulkus diabetik yang
ada agar meminimalkan resiko terkena amputasi,
kemungkinan terkena infeksi lebih kecil, mengurangi
pengeluaran biaya untuk perawatan dan juga waktu inap
di rumah sakit yang menjadi lebih singkat sehingga
kenyamanan yang didapatkan oleh pasien akan lebih
optimal [4]. Pola hidup yang serba instan dan juga
tingginya tingkat ketidak pedulian masyarakat dalam hal
mengatur pola makan dan jadwal olahraga yang tidak
sesuai, diduga menjadi salah satu penyebab semakin
meningkatnya penyakit Diabetes Melitus. Pengertian
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme
kronis yang ditandai tingginya kadar gula dalam darah
dan tidak adanya hubungan yang signifikan antara asupan
vitamin C dan E terhadap kadar gula darah [5].
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit ini
yaitu berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi,
sehingga jika dibiarkan dan tidak ditangani secara tepat
2
dapat berkembang menjadi ulkus diabetik yang susah
sekali untuk disembuhkan dan bahkan bisa
mengakibatkan terjadinya amputasi pada bagian tubuh
tersebut.
Seiring berjalannya waktu, metode perawatan luka
pada ulkus diabetik baik secara konvensional maupun
modern dressing menunjukan hasil yang kurang efektif.
Hal ini memicu metode Negative Pressure Wound
Therapy (NPWT) yang awalnya di Indonesia masih
jarang digunakan menjadi semakin sering diterapkan dan
juga dikembangkan, setelah mengetahui hasil dan efek
yang bagus serta memuaskan dari penggunaan metode
ini, karena dinilai lebih cepat tercapainya proses
penyembuhan luka [6]. Salah satu contoh yaitu
berhasilnya Kementerian Kesehatan RI meraih
penghargaan dalam kompetisi Inovasi Pelayanan Publik
2019. Inovasi ini merupakan hasil karya dari RSUP Dr.
Sardjito Yogyakarta untuk perawatan luka dengan
metode Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
yang sudah terbukti hasilnya selama 3 tahun dipakai
dalam perawatan di rumah sakit (KEMENKES RI, 2019).
Berdasarkan hasil telusur pustaka yang telah
dilakukan, telah dibuat “Rancang Bangun Negative
3
Pressure Wound Therapy (NPWT) untuk Mempercepat
Penyembuhan Ulkus Diabetik Berbasis Mikrokontroler”
[7]. Kelemahan dari alat tersebut yaitu masih
menggunakan Ball valve sehingga pemilihan input
tekanan dirasa masih kurang halus, hal ini dapat
menimbulkan efek yang kurang nyaman kepada pasien
saat dilakukan proses terapi. Disamping itu, keluhan
lainnya terdapat pada besarnya ukuran volume pada
Disposable Canister, yaitu sebesar 400 ml, serta desain
keseluruhan alat yang masih sederhana.
Hasil telusur pustaka berikutnya, telah dibuat
“Modifikasi Pompa Asi Sebagai Terapi Luka Bertekanan
Negatif Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka
Diabetes” [8]. Kekurangan pada alat ini yaitu tidak
terdapatnya display untuk menampilkan besarnya
tekanan yang dipilih, serta tidak tersedia fitur setting
lamanya waktu terapi, sehingga kurang praktis dalam
pengoperasian alat.
Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka
penulis ingin membuat alat “Rancang Bangun Negative
Pressure Wound Therapy (NPWT) Berbasis Arduino”
dengan tujuan dapat mempermudah bagi dokter atau
perawat untuk melakukan terapi dengan mudah ketika
4
memberikan tekanan negatif sehingga dapat
mempercepat proses penyembuhan luka yang ada pada
pasien.
1.2 Batasan Masalah
Agar dalam pembahasan alat ini tidak terjadi
pelebaran masalah dalam penyajiannya, penulis
membatasi pokok-pokok batasan permasalahan yang
akan dibahas yaitu :
1.2.1 Pemodelan Rancang Bangun Negative Pressure
Wound Therapy (NPWT) Berbasis Arduino yang
berfungsi untuk menghasilkan kondisi vacuum.
1.2.2 Menggunakan pemilihan tekanan sebesar
-50mmHg sampai dengan -350mmHg dengan
rentang kenaikan sebesar 25mmHg.
1.2.3 Menggunakan motor vacuum DC.
1.2.4 Menggunakan 2 sensor tekanan negatif yang
berbeda.
1.2.5 Menggunakan sensor MPXV4115VC6U dengan
akurasi ±1.5
1.2.6 Menggunakan sensor MPXV5050VC6T1 dengan
akurasi ±2.5
1.2.7 Menggunakan pemilihan Timer untuk lamanya
waktu terapi.

5
1.2.8 Menggunakan LCD 2x16.
1.2.9 Pengolahan data menggunakan Arduino.

1.3 Rumusan Masalah


Dapatkah dibuat alat “Rancang Bangun Negative
Pressure Wound Therapy (NPWT) Berbasis Arduino”?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Dibuatnya alat “Rancang Bangun Negative
Pressure Wound Therapy (NPWT) Berbasis
Arduino”.

1.4.2 Tujuan Khusus


1.4.2.1 Membuat rangkaian sensor untuk mendeteksi
tekanan negatif.
1.4.2.2 Membuat rangkaian timer untuk mengatur
lamanya waktu terapi.
1.4.2.3 Membuat rangkaian display LCD 2x16
1.4.2.4 Membuat program Arduino untuk menampilkan
hasil pengukuran tekanan.

6
1.4.2.5 Membuat program Arduino untuk menampilkan
lamanya waktu terapi.
1.4.2.6 Merancang box alat.
1.4.2.7 Melakukan uji fungsi alat.
1.4.2.8 Menganalisa hasil perbandingan pengukuran dari
kedua sensor yang telah digunakan.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan bagi
mahasiswa Teknik Elektromedik di bidang alat terapi,
khususnya Rancang Bangun Negative Pressure Wound
Therapy (NPWT) Berbasis Arduino.

1.5.2 Manfaat Praktis


Dengan dibuatnya Rancang Bangun Negative
Pressure Wound Therapy (NPWT) Berbasis
Arduino, diharapkan dapat membantu dokter atau
perawat dalam proses terapi untuk melakukan
penghisapan cairan pada daerah luka.

7
*Halaman sengaja dikosongkan*

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Pustaka


Pada penelitian Rizka Nindyasari telah dapat
dibuat Rancang Bangun Negative Pressure Wound
Therapy (NPWT) untuk mempercepat penyembuhan
ulkus Diabetik Berbasis Mikrokontroler. Namun pada
penelitian ini memiliki kelemahan masih menggunakan
Ballvalve sehingga pemilihan input tekanan dirasa masih
kurang halus, hal ini dapat menimbulkan efek yang
kurang nyaman kepada pasien saat dilakukan proses
terapi. Disamping itu, keluhan lainnya terdapat pada
besarnya ukuran volume pada Disposable Canister, serta
desain keseluruhan alat yang masih sederhana.

Gambar 2.1 NPWT

(Sumber: [7] )
9
Pada penelitian Yunita Sari telah dapat
dibuat Modifikasi Pompa Asi Sebagai Terapi Luka
Bertekanan Negatif Untuk Mempercepat
Penyembuhan Luka Diabetes. Namun pada
penelitian ini memiliki kelemahan tidak
terdapatnya display untuk menampilkan besarnya
tekanan yang dipilih, serta tidak tersedia fitur
setting lamanya waktu terapi, sehingga kurang
praktis dalam pengoperasian alat.

Gambar 2.2 Modifikasi Pompa Asi Menjadi NPWT

(Sumber: [8] )
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Negative Pressure Wound Therapy
(NPWT)
Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)
merupakan suatu hasil pengembangan yang canggih
10
dari metode terapi untuk prosedur perawatan luka.
Cara kerja metode ini yaitu menggunakan foam
dressing serta memberikan tekanan negatif sebesar
-50mmHg sampai -150mmHg secara terus-menerus
yang akan menghasilkan efek vakum pada daerah
luka sehingga cairan yang ada pada luka akan
terhisap dan terbuang [9]. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkatan kelancaran aliran darah di
sekitar area luka, yang menghasilkan adanya
pembentukan jaringan granulasi semakin cepat dan
penurunan kolonisasi bakteri pada luka, sehingga
proses penyembuhan luka dapat segera tercapai.

Gambar 2.3 NPWT PRO

(Sumber: [9])
11
2.2.2 Suction Pump
Suction Pump adalah suatu alat yang
dipergunakan untuk menghisap cairan yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh manusia. Penghisap pada
bagian ini ada 2 jenis:
a. Jenis Centrifugal Rotary yaitu penghisap terdiri
dari: beberapa kipas (pisau) dan dihubungkan dengan
motor. Pada rumah penghisap bagian luar terdapat
dua katup (lubang hisap dan lubang tiup) serta
lubang pembuangan oli.
b. Jenis membran terdiri dari stang kedudukan, karet
membran kedudukan katup, katup hisap dan katup
tekan.
Kekuatan daya hisapnya dikontrol dengan
menggunakan regulator, ini biasanya diatur saat
suction kita pakai untuk kondisi hisapan yang
berbeda-beda ketika cairan terlalu kental maka
regulator kita atur dengan kemampuan hisap yang
lebih besar sedang untuk kondisi cairan yang lebih
encer maka sebaliknya. Digunakan pada saat
kegiatan operasi di ruang bedah, yaitu untuk
menghisap darah pada pasien, sedangkan pada ruang

12
perawatan digunakan untuk menghisap lendir dalam
mulut dan tenggorokan.
Alat ini terdapat banyak dipasaran yaitu,
Suction Pump type mobile biasanya dilengkapi 2
botol suction, Suction Portable dan Suction Pump
Transport, Suction Type ini desainnya compact,
ringan, kuat dilengkapi dengan baterai dan AC/DC
sehingga sangat cocok digunakan untuk ambulance,
evakuasi helikopter, pesawat dll [10].

Gambar 2.4 Suction Pump

(Sumber: [11] )

13
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Menggunakan
Tekanan Negatif
* Keuntungan [1] & [4] & [12] :
1. Cairan eksudat ulkus diabetik akan terhisap dan
terbuang
2. Mempercepat pembentukan jaringan granulasi /
jaringan baru
3. Menurunkan jumlah kolonisasi bakteri, sehingga
peluang terkena infeksi akan lebih kecil
4. Proses penyembuhan luka dapat segera tercapai
dibandingkan menggunakan cara konvensional
5. Meminimalkan resiko terjadinya amputasi
* Kerugian [13] & [14] :
1. Mengakibatkan rasa tidak nyaman ke pasien
saat pertama kali melakukan terapi
2. Menimbulkan rasa gatal di sekitar luka akibat
plester
3. Menyebabkan edema (pembengkakan) apabila
terlalu lama digunakan
4. Menyebabkan pendarahan apabila tekanan
yang digunakan terlalu besar
* Memastikan Tidak Ada Kebocoran Pada Kulit

14
1. Penutupan luka dengan menggunakan busa
(foam dressing) harus disesuaikan dengan besar
ukuran luka, agar dapat vakum dengan
sempurna.
2. Menggunakan plester medis khusus pada sekitar
luka untuk mencegah masuknya udara dari luar
serta mencegah terjadinya kebocoran
3. Menutupi semua bagian busa dari atas hingga
daerah pinggiran sekitar luka yang telah diberi
plester khusus dan memastikan tidak ada bagian
yang terkelupas atau belum tertutup sempurna.
Sumber : [9]

2.2.4 Tekanan Negatif


Tekanan negatif merupakan salah satu acuan
yang ada pada alat Negative Pressure Wound
Therapy (NPWT). Tekanan ini akan menghasilkan
daya hisap yang menimbulkan efek vacuum pada
obyek yang dikenainya. Menurut Blurne, tekanan
negatif yang dapat diberikan untuk proses terapi
sebesar -50mmHg sampai -125mmHg, sedangkan
menurut Nather, tekanan negatif yang bisa diberikan
untuk proses terapi sebesar -75mmHg sampai
15
-125mmHg, itu semua terdapat dalam [8] yang juga
mengatakan bahwa tekanan negatif yang dianjurkan
dalam proses terapi yaitu sebesar -80mmHg sampai
-150mmHg. Menurut [15] tekanan negatif yang
boleh digunakan sekitar -250mmHg sampai
-350mmHg, disarankan juga agar tekanan tidak
melebihi dari -400mmHg karena dapat menimbulkan
dampak buruk pada area luka.
2.2.5 Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah suatu kelainan
metabolisme kronis yang ditandai tingginya kadar
gula dalam darah. Pada prinsipnya penyebab
penyakit ini adalah terganggunya kemampuan tubuh
untuk menggunakan glukosa ke dalam sel, karena sel
– sel tidak dapat mengambil glukosa, akibatnya ini
akan menumpuk dalam aliran darah dan semakin
lama akan merusak organ - organ yang ada.

2.2.6 Ulkus Diabetik


Ulkus Diabetik merupakan salah satu
komplikasi yang dapat timbul dari penyakit Diabetes
Melitus. Penderita diabetes tidak akan merasakan
rasa sakit pada ulkus diabetik yang ada pada

16
tubuhnya,hal ini bisa timbul akibat gula darah yang
tinggi disertai dengan penyempitan pembuluh darah
dan akhirnya mempengaruhi aliran darah sehingga
menjadi tidak lancar, serta mengakibatkan kerusakan
saraf yang bisa disebut neuropati perifer yang
menyebabkan efek mati rasa pada ulkus diabetik
tersebut [16]. Gejala awal timbulnya ulkus diabetik
pada penderita diabetes yaitu kaki tampak bengkak,
iritasi, kemerahan, keluarnya cairan dan
menimbulkan bau.
Metode perawatan ulkus diabetik biasanya
menggunakan pembalutan pada luka tersebut, hal ini
bertujuan agar menjaga kelembapan di sekitar area
luka dan mencegah patogen asing masuk kedalam
luka serta dapat dilakukan pemantauan secara
berkala pada pembalutan luka tersebut [17]. Dan saat
ini juga telah dikembangkan sebuah sistem untuk
penilaian luka yang dirasa sangat membantu bagi
penderita diabetes [18].

17
Gambar 2.5 Ulkus Diabetik

(Sumber: [3] )
2.2.7 Motor Vacuum DC

Alat Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)


menggunakan metode penghisapan dengan motor
vacuum DC. Proses penghisapan motor vacuum DC
dapat diatur. Semakin cepat perputaran motor maka
semakin besar daya hisapnya, sebaliknya jika semakin
lambat perputaran motor maka semakin kecil daya
hisapnya.

Gambar 2.6 Motor Vacuum DC

(Sumber: : https://www.dc-diaphragm-vacuum-

motor-pump)

18
2.2.8 Liquid Crystal Display (LCD)
Liquid Crystal Display (LCD) adalah suatu jenis
media tampil yang menggunakan kristal cair sebagai
penampil utama. Adapun fitur yang disajikan dalam LCD
ini adalah:
a. Terdiri dari 16 karakter dan 2 baris.
b. Mempunyai 192 karakter tersimpan.
c. Terdapat karakter generator terprogram.
d. Dapat dialamati dengan mode 4-bit dan 8-bit.
e. Dilengkapi dengan backlight.
Proses inisialisasi pin arduino yang terhubung
ke pin LCD RS, Enable, D4, D5, D6, dan D7,
dilakukan dalam baris Liquid Crystal (2, 3, 4, 5, 6,
7), dimana lcd merupakan variabel yang dipanggil
setiap kali instruksi terkait LCD akan digunakan.
Definisi pin lcd 16x2 dapat dilihat ditabel 2.1 dan
gambar 2.5 adalah device LCD.

19
Gambar 2.7 Liquid Crystal Display (LCD) 16x2
(Sumber:https://www.spikenzielabs.com/learn/lcd)

2.2.9 Arduino Nano


Arduino nano adalah salah satu varian dari produk
board mikrokontroler keluaran arduino. Arduino nano
adalah board arduino terkecil, menggunakan
mikrokontroller atmega328 untuk arduino nano 3.x dan
atmega168 untuk arduino nano 2.x. Varian ini
mempunyai rangkaian yang sama dengan jenis arduino
duemilanove, tetapi dengan ukuran dan desain PCB yang
berbeda. Arduino nano tidak dilengkapi dengan soket
catu daya, tetapi terdapat pin untuk catu daya luar atau
dapat menggunakan catu daya dari mini USB
port.Arduino nano didesain dan diproduksi oleh
Gravitech.

Arduino nano dapat menggunakan catu daya


langsung dari mini-USB port atau menggunakan catu

20
daya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan pin29
(-) untuk tegangan kerja 7 – 12 V atau pin 28(+) dan pin
29(-) untuk tegangan 5V.

Arduino nano sudah dilengkapi dengan beberapa


fasilitas untuk komunikasi yang dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan komputer (PC atau laptop), atau
dengan board mikrokontroler lainnya. ATmega168 dan
ATmega328 dilengkapi dengan komunikasi serial UART
TTL (5V), yang terdapat pada pin D 0 dan pin D1. Board
juga dilengkapi dengan sebuah IC FTDI 232 Rl yang
dapat dihubungkan langsung ke komputer untuk
menghasilkan sebuah virtual com-port pada operating
sistem.

Software arduino (sketch) yang digunakan sebagai


IDE arduino juga dilengkapi dengan serial monitor yang
memungkinkan programmer untuk menampilkan data
serial sederhana yang dapat dikirim atau diterima dari
board arduino nano. Led RX dan TX yang terpasang
pada board arduino nano akan berkedip jika terjadi
komunikasi data serial antara PC dengan arduino nano.

21
Selain dapat berkomunikasi dengan menggunakan
data serial melalui virtual com-port, arduino nano juga
dilengkapi dengan mode komunikasi I2C (TWI) dan SPI
untuk komunikasi antar hardware.

Gambar 2.8 Arduino Nano

(Sumber:https://arduino-nano/)

2.2.10 Sensor Tekanan Negatif


Sensor tekanan negatif adalah suatu sensor yang
berfungsi untuk mengukur tekanan kurang dari
tekanan atmosfer di lokasi tertentu. Hasil telusur
pustaka menyatakan ada beberapa contoh sensor
tekanan negatif, yaitu antara lain :
• Seri MPXV4115VC6U
• Seri MPXV5050VC6T
22
Gambar 2.9 MPXV4115VC6U

(Sumber: [19] )
Tabel 2.1 Datasheet MPXV4115VC6U

23
Gambar 2.10 MPXV5050VC6T1

(Sumber: [20] )

24
Tabel 2.2 Datasheet MPXV5050VC6T1

Perbedaan spesifikasi sensor =

25
 MPXV4115VC6U :
* Besar tekanan -115 kPa sampai 0 kPa

* Akurasi sensor sebesar ±1,5

* Sensitivitas sensor sebesar 38,26 mV/kPa

 MPXV5050VC6T1 :
* Besar tekanan -50 kPa sampai 0 kPa

* Akurasi sensor sebesar ±2,5

* Sensitivitas sensor sebesar 90 mV/kPa

26
BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Blok Sistem

INPUT PROSES OUTPUT

PROGRAM
ARDUINO

DISPLAY
START
LCD 2x16

SETTING
DRIVER
TEKANAN

SETTING
MIKROKONTROLLER MOTOR
TIMER

TABUNG
STOP
PENAMPUNG

SENSOR PASIEN

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

27
3.1.1 Cara Kerja Diagram Blok Sistem

Power supply memberikan tegangan ke semua blok


sehingga semua blok rangkaian bekerja. Kemudian pada
blok input terdapat pemilihan start, up, down, stop yang
memiliki fungsi berbeda. Untuk start berfungsi untuk
menjalankan perintah yang sudah di setting, fungsi up
dan down untuk memilih lama waktu yang akan dipilih,
sedangkan fungsi tombol stop untuk menghentikan
perintah.
Untuk blok proses terdapat mikrokontroller yang
berfungsi untuk mengontrol semua blok rangkaian.
Output dari mikrokontroler adalah driver yang
fungsinya untuk menggerakan motor, setelah motor
bergerak maka menghasilkan daya hisap dan tekanan,
kemudian tekanan pada tabung akan dibaca oleh sensor
tekanan, sensor tekanan bisa dipilih menggunakan
MPXV4115VC6U atau MPXV5050VC6T1, hasil dari
data sensor tersebut diolah ke mikrokontroler, setelah
diolah maka hasil dari mikrokontroler akan ditampilkan
pada display LCD 2x16.

28
3.2 Diagram Alir Proses

BEGIN

INISIALISASI

PEMILIHAN
TEKANAN & TIMER

START

No
TIMER BEKERJA

Yes

No
WAKTU TERCAPAI

Yes

END

Gambar 3.2 Diagram Alir

29
3.2.1 Cara Kerja Diagram Alir
Ketika saklar ON maka alat menyala dan proses
selanjutnya akan dimulai, kemudian tekan enter untuk
melakukan pemilihan sensor yang akan digunakan,
setelah itu tekan enter lagi untuk pemilihan level tekanan,
yaitu pada tekanan -50mmHg sampai -350mmHg, ketika
level tekanan sudah terpilih selanjutnya tekan enter lagi
untuk pemilihan lamanya waktu terapi dalam rentang 30
menit sampai 5 jam menggunakan tombol up dan down,
kemudian tekan tombol enter untuk mulai menyalakan
timer dan motor, sehingga motor pump aktif. Selanjutnya
motor pump akan memberikan tekanan negatif menuju
tabung, kemudian sensor akan membaca tekanan negatif
pada tabung dan hasil pembacaan dari sensor selanjutnya
ditampilkan ke LCD. Jika ingin mengganti level tekanan
pilih tombol stop lalu setting level tekanan sesuai yang
diinginkan, lalu tekan enter, maka tekanan pada motor
pump akan berubah sesuai tekanan yang dipilih, alat akan
beroperasi terus selama timer bekerja, kemudian alat
akan berhenti beroperasi ketika timer telah tercapai atau
dengan cara ditekan tombol stop.

30
3.3 Diagram Mekanis Alat

Gambar 3. 3 Diagram Mekanis Alat


3.4 Alat dan Bahan
3.4.1 Tabel Alat :
NO ALAT

1. Multimeter

2. Bor Listrik

3. Solder

4. Timah

5. Sedot
Timah
6. Tang :
- Kombinasi
- Cucut
- Potong

31
7. Obeng +
&-

3.4.2 Tabel Bahan :


NO ALAT
1. PCB
2. Komponen
3. Arduino Nano
4. Sensor tekanan
negative
5. Motor Vacuum
DC
6. LCD 2x16

7. Disposable
Canister
300ml

3.5 Jenis Penelitian


Perancangan dan pembuatan modul ini dengan
menggunakan desain penelitian pre-eksperimental
dengan jenis penelitian “one group posttest design“,
penulis memberikan perlakuan pada alat Negative
Pressure Wound Therapy, kemudian langsung

32
dilakukan pengukuran pada hasilnya. Disini tanpa
ada kelompok kontrol dan pembanding. Design
rancangan dapat digambarkan sebagai berikut :
X ------------------ O
Non Random

X = Treatment/perlakuan yg diberikan
(variabel Independen)
O = Observasi (variabel dependen)

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Bebas


Variabel bebas yang dimaksud disini yaitu
tekanan yang didapat dari output motor.
3.6.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung yang dimaksud disini adalah
pembacaan hasil sensor dari output motor.
3.6.3 Variabel Terkendali
Variabel terkendali disini yaitu Arduino.

3.7 Definisi Operasional Variabel

33
Dalam kegiatan operasionalnya, variabel-
variabel yang digunakan dalam pembuatan modul,
baik variabel tekendali, tergantung, dan bebas
memiliki fungsi-fungsi antara lain.
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel
DEFINISI ALAT HASIL SKALA
VARIABEL
OPERASIONAL UKUR UKUR UKUR

. Digunakan
Daya Hisap
DPM mmHg Interval
untuk menghisap
(Tekanan)
cairan
Sensor yang

berfungsi untuk

Sensor tekanan mengetahui


DPM mmHg Interval
negative besaran tekanan

yang keluar dari

motor vacuum

0=
Pengendali
Mikrokontrolle
Ground
sistem yang harus -
r Nominal
diprogram 1=

Vcc

34
3.8 Teknik Analisa Data

3.8.1 Rata-rata

Adalah nilai atau hasil pembagian dari jumlah


data yang diambil atau diukur dengan banyaknya
pengambilan data atau banyaknya pengukuran.

Keterangan :
X : rata-rata
X1,…, Xn : Jumlah nilai data
n : Banyak data ( 1,2,3,…,n )

3.8.2 Error

Error (kesalahan) adalah selisih antara mean


terhadap masing-masing data. Rumus error adalah:

Dimana :
35
X’= data yang diukur

X=data yang disetting

3.8.3 Standar Deviasi

Standar deviasi adalah suatu nilai yang


menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok data
atau ukuran standart penyimpangan dari meannya.
Rumus standar deviasi (SD) adalah:

(X 1− X́ )2+(X 2− X́ )2+ …+( X 5− X́ )2


SD=
√ (n−1)

Keterangan :
SD : standar deviasi
X : Rata-rata
X : Nilai data
n : banyak data

3.8.4 Jadwal Kegiatan


Penulis menyusun kegiatan jadwal kegiatan
menurut kalender Akademik yang ada di Politeknik
Kesehatan Jurusan Teknik Elektromedik Surabaya.

36
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Kegiatan Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei
Pencarian Referensi

dan Konsultasi
Pembuatan Proposal
Ujian proposal
Revisi Proposal
Pembuatan Modul
Progres 1
Pembuatan Modul
Progres 2
Ujian Modul
Persetujuan dan

Pengesahan

37
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1 Hasil Pembuatan Modul

* Nampak Depan

* Nampak Belakang

38
* Nampak Samping

* Nampak Atas

Gambar 4. 1 Hasil Pembuatan Modul


39
4.2 Output Sensor

Pada penelitian ini penulis menggunakan sensor


tekanan MPXV4115VC6U dan MPXV5050VC6T1
pengukuran test point pada modul dilakukan pada output
tegangan pada sensor tekanan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan sensor
tekanan yang mempunyai 8 pin. Pada modul ini penulis
hanya menggunakan 3 pin, yaitu pin 2 sebagai vcc, pin 3
sebagai gnd, dan pin 4 sebagai output.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Output Sensor


MPXV4115VC6U

Tegangan Output Tekanan Pada


Setting Alat Sensor (V) Modul (mmHg)
-50 3,32V -55,97
-75 3,13V -74,17
-100 3,03V -103,88
-125 3V -125,91
-150 2,95V -151,78

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 4.1,


didapatkan hasil pembacaan pada settingan -50 yaitu
didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar 3,32v dan
tekanan pada modul terbaca -55,97 mmHg, pada settingan
-75 yaitu didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar
3,13v dan tekanan pada modul terbaca -74,17 mmHg,

40
pada settingan -100 yaitu didapatkan nilai output tegangan
sensor sebesar 3,03v dan tekanan pada modul terbaca
-103,88 mmHg, pada settingan -125 yaitu didapatkan nilai
output tegangan sensor sebesar 3v dan tekanan pada
modul terbaca -125,91 mmHg, pada settingan -150 yaitu
didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar 2,95v
dan tekanan pada modul terbaca -151,78 mmHg.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Output Sensor


MPXV5050VC6T1

Tegangan Output Tekanan Pada


Setting Alat Sensor (V) Modul (mmHg)
-50 3,18V -51,18
-75 3,10V -77,05
-100 3,06V -108,67
-125 2,99V -124,95
-150 2,93V -148,91

Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 4.2 ,


didapatkan hasil pembacaan pada settingan -50 yaitu
didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar 3,18v dan
tekanan pada modul terbaca -51,18 mmHg, pada settingan
-75 yaitu didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar
3,10v dan tekanan pada modul terbaca -77,05 mmHg,

41
pada settingan -100 yaitu didapatkan nilai output tegangan
sensor sebesar 3,06v dan tekanan pada modul terbaca
-108,67 mmHg, pada settingan -125 yaitu didapatkan nilai
output tegangan sensor sebesar 2,99v dan tekanan pada
modul terbaca -124,95 mmHg, pada settingan -150 yaitu
didapatkan nilai output tegangan sensor sebesar 2,93v
dan tekanan pada modul terbaca -148,91 mmHg.

42
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Rangkaian Sensor MPXV4115VC6U

Gambar 5. 1 Sensor MPXV4115VC6U

Spesifikasi dari rangkaian yang dibutuhkan adalah:


1. Tegangan Supply + 5 VDC dan ground.
2. Vcc pada kaki 2, Ground pada kaki 3 dan Vout pada
kaki 4.

Spesifikasi Sensor MPXV4115VC6U :


1. Kisaran tekanan : (-115) - 0 kPa
2. Sumber Tegangan : 4,75 - 5,25 VDC
3. Arus : 0 - 10 mAdc
4. Akurasi : ± 1,5 %

43
5. Response Time : 1 ms
6. Sensitivitas : 38,26 mV/kPa
Input pada rangkaian sensor berupa tekanan,
tekanan yang ditangkap oleh sensor akan
dikonversikan menjadi tegangan. Pada sensor tipe ini
hasil perbandingan tekanan dan tegangan berbanding
lurus sehingga nilai yang dihasilkan semakin tinggi
tekanan maka hasil outputnya semakin tinggi.

5.1.2 Rangkaian Sensor MPXV5050VC6T1

Gambar 5. 2 Sensor MPXV5050VC6T1

Spesifikasi dari rangkaian yang dibutuhkan


adalah :
1. Tegangan Supply + 5 VDC dan ground.
44
2. Vcc pada kaki 2, Ground pada kaki 3 dan Vout
pada kaki 4.
Spesifikasi Sensor MPXV5050VC6T1:
1. Kisaran tekanan : (-50) - 0 kPa
2. Sumber Tegangan : 4,75 - 5,25 VDC
3. Arus : 7 - 10 mAdc
4. Akurasi : ± 2,5 %
5. Response Time : 1 ms
6. Sensitivitas : 90 mV/kPa
Input pada rangkaian sensor berupa tekanan,
tekanan yang ditangkap oleh sensor akan dikonversikan
menjadi tegangan. Pada sensor tipe ini hasil perbandingan
tekanan dan tegangan berbanding lurus sehingga nilai
yang dihasilkan semakin tinggi tekanan maka hasil
outpunya semakin tinggi.

45
5.1.3 Rangkaian Driver Motor

Gambar 5.3 Rangkaian Driver Motor


Spesifikasi dari rangkaian yang dibutuhkan
adalah :
1. Tegangan Supply AC untuk motor dan MOC
2. Ground dibutuhkan oleh MOC
Motor pada rangkaian dikontrol menggunakan
driver MOC yang diberi input sinyal pwm untuk
mengatur duty cycle atau kapan dia menyala dan
kapan dia matinya, MOC disini bertindak sebagai
gerbang inputan pada motor.

46
5.1.4 Rangkaian Minimum Sistem

Gambar 5.4 Rangkaian Minimum Sistem

Spesifikasi Rangkaian Minimum System


1. Tegangan Supply + 5 VDC dan ground
2. PushButton terhubung dengan pin D6, pin D7, pin
D8, pin D9.
3. Menggunakan LCD 4 x 20 sebagai display

47
Langkah-langkah pengaturan / pengujian yaitu:
1. Melakukan konfigurasi inisialisasi program I2C
konverter untuk mengatur layar display LCD 20 X 4.
2. Menjalankan program sederhana untuk mengecek
fungsi push button ketika tidak ditekan dan ketika
ditekan sesuai dengan pin digital masing-masing push
button.

Data analog dari sensor dikonversikan ke data


digital oleh arduino melalui PIN A0 (untuk sensor
MPXV5050VC6TI) dan PIN A1 (untuk sensor
MPXV4115VC6U). LCD 2 X 16 digunakan untuk
menampilkan tekanan data yang telah diambil dan
tombol digunakan untuk pemilihan sensor yang
digunakan dan juga pemilihan besaran tekanan yang
akan digunakan.

48
5.1.5 Rangkaian driver solenoid valve

Gambar 5.5 Rangkaian Driver Selenoid Valve


Spesifikasi dari rangkaian yang dibutuhkan
adalah :
1. Membutuhkan Vcc 12V DC dan ground untuk
inputan relay.

Pada rangkaian tersebut digunakan untuk


mengontrol solenoid valve, kontrolnya menggunakan
relay dan transistor, jika tekanan sudah terpenuhi
maka transistor akan saturasi sehingga mengakibatkan
relay bekerja dan solenoid menutup. Diode pada
rangkaian ini dipasang paralel pada coil relay
bertujuan agar tidak terjadi arus balik yang
mengakibatkan relay trilling.
49
5.1.6 Pembahasan Cara Kerja Rangkaian Keseluruhan

Gambar 5.6 Rangkaian Keseluruhan


Power supply memberikan tegangan ke semua blok
sehingga semua blok rangkaian bekerja. Kemudian pada
blok input terdapat pemilihan start, up, down, stop yang
memiliki fungsi berbeda. Untuk start berfungsi untuk
menjalankan perintah yang sudah di setting, fungsi up
dan down untuk memilih lama waktu yang akan dipilih,
sedangkan fungsi tombol stop untuk menghentikan
perintah.
Untuk blok proses terdapat mikrokontroler yang
berfungsi untuk mengontrol semua blok rangkaian.
Output dari mikrokontroler adalah driver yang
50
fungsinya untuk menggerakan motor, setelah motor
bergerak maka menghasilkan daya hisap dan tekanan,
kemudian tekanan pada tabung akan dibaca oleh
sensor tekanan, sensor tekanan bisa dipilih
menggunakan MPXV4115VC6U atau
MPXV5050VC6T1, hasil dari data sensor tersebut di
olah ke mikrokontroller, setelah diolah maka hasil
dari mikrokontroller akan ditampilkan pada display
LCD 2x16.
5.2 Standar Operasional Prosedur Alat
5.2.1 Standar Operasional Prosedur Alat
 Hubungkan alat dengan sumber PLN
 Pasang aksesoris alat yang diperlukan
 Tekan saklar on/off untuk menghidupkan alat
 Pilih sensor yang akan dipakai
 Setting besar tekanan dan timer
 Tekan enter maka alat akan bekerja
 Alat akan berhenti bekerja ketika timer
tercapai
 Simpan dan rapikan alat pada tempat yang
aman

51
5.3 Listing Program
5.3.1 Program Inisialisasi Variabel dan

#include <LiquidCrystal_I2C.h>
LiquidCrystal_I2C lcd(0x3F,16,2);
unsigned long waktusekarang=0;
int detik = 0; int menit = 0;int jam=0;int swt=0;
int detset = 0; int menset = 0;int jamset=0;
float voltage,voltage2,mmHg1,mmHg2,np2,np;
int
sensorValue=0,sensorValue2=0,sensorMax=1023,sensorO
ffset=52;
float
pid,error,errorx,sumerr,lastErr,Temp,rate1,rate2,rate3;
float vol=0;
float p=0,p2=0,voltageMax=5.0;
int enter,up,down,zero,state,wt,hsl,sw;
float kp = 8;float ki= 1;float kd= 1.54;
int sen=0;
int setP=-50;
int pmmhg,ds,ms,js,cntl;
float nul=0,nkp;
float nul2=0,nkp2;
uint32_t tsLastReport = 0;
uint32_t tsLastReport1 = 0;

unsigned long lastTime;


int mpx =1000;
Pemanggilan

52
Program diatas terdiri dari library dan inisialisasi variabel.
Library diatas merupakan library yang diperuntukan untuk
LCD sebagai tampilan yang digunakan pada alat dan
untuk inisialisasi variabel lainnya berfungsi untuk
memberikan perintah
5.3.2 Program Void Setup
pinMode(6,INPUT);

pinMode(7,INPUT);

pinMode(8,INPUT);

pinMode(9,INPUT);

pinMode(3,OUTPUT);

pinMode(4,OUTPUT);

pinMode(5,OUTPUT);

pinMode(11,OUTPUT);
Program diatas berfungsi untuk mengkonfigurasi pin

tertentu sebagian input/output. Pin 6,7,8,9 sebagai

input dan pin 3,4,5,11 sebagai output

lcd.init();

lcd.backlight();
53
lcd.setCursor(1, 0);

lcd.print("NPWT");

lcd.setCursor(2, 1);

lcd.print("FIKRI F P");

delay(2000);

lcd.clear();
Program diatas merupakan program tampilan awal saat
alat dinyalakan dimana tampilan berupa tulisan NPWT
pada kolom 1 baris ke 0 dan tulisan FIKRI F P pada kolom
2 baris ke 1

Serial.begin(9600);

analogReference(DEFAULT);

54
Program diatas untuk Serial.begin(9600) berfungsi
mengatur kecepatan data dalam bit per detik (baud) untuk
transmisi data serial sebesar 9600 dan untuk
analogReference(DEFAULT) berfungsi mengkonfigurasi
tegangan yag digunakan untuk masukan analog dengan
referensi analog bawaan 5 volt (pada papan Arduino 5V).

5.3.3 Program Pembacaan Sensor


if (millis() - tsLastReport > mpx) {

sensorValue = analogRead(A0);

sensorValue2 = analogRead(A1);

voltage=(sensorValue*(voltageMax/sensorMax));

voltage2=(sensorValue2*(voltageMax/sensorMax));

p=((voltage-4.54261)/0.03826);

p2=((voltage2-4.54261)/0.03826);

mmHg1=(p*7.5);

mmHg2=(p2*7.5);

55
np=mmHg1-nul;

np2=mmHg2-nul2;

if(np>=0){np=0;}

if(np2>=0){np2=0;}

tsLastReport = millis();}

Program diatas merupakan konversi perhitungan pada


sensor, Nilai ADC sensor akan dikalikan oleh
perbandingan antara tegangan maksimal dengan nilai
sensor maksimal untuk mendapatkan nilai tegangan
sensor. Nilai tegangan tersebut akan dikurangi 4.54261
dan di bagi 0.03826 untuk mendapatkan nilai p. dan nilai p
tersebut akan dikalikan 7.5 untuk mendapatkan satuan
tekanan dalam mmhg.

5.3.4 Program Counter Timer


void waktu(){

56
if(state==1){

unsigned long waktu = millis();

if (waktu - waktusekarang > 1000)

waktusekarang = millis();

detik++;

if (detik > 59)

menit++;

detik = 0; }

if (menit > 59)

{jam++;

menit = 0;

if (jam >= 5)

57
{

jam = 0;

if(detik==detset&&menit==menset&&jam==jamset)

{menit=menit;detik=detik;jam=jam;state=0;hsl=1;}

}}

Program diatas merupakan program setting timer yang


digunakan pada alat, pengonteran akan dimulai dari detik.
Jika detik > 59 maka akan dilakukan perhitungan menit,
jika menit>59 maka akan dilakukan perhitungan jam, dan
jika jam >= 5 maka jam =0. Jika waktu yang ditampilkan
pada LCD telah sesuai waktu setting, maka waktu akan
berhenti.

5.3.5 Program Kendali Kecepatan Motor


void motor()

58
{if (sen==1&&hsl==0){

float Input=np;

float selisih=pmmhg - np;

unsigned long now = millis();

double timeChange = (double)(now - lastTime);

double error = pmmhg - Input;

double errSum = (error * timeChange);

double dErr = (error - lastErr)/timeChange;

int Output = (((kp * error) + (ki * errSum)) + (kd*

dErr));

lastErr= error;

lastTime= now;

// double Outtt=100;

if (Output<=0){Output=0;}

if (Output>=250){Output=255;}

analogWrite(3,Output);

59
if(np>=pmmhg){analogWrite(5,0);;

if(np<=pmmhg){analogWrite(5,255);}

if(sen==2&&hsl==0){

float Input=np2;

float selisih=pmmhg - np2;

unsigned long now = millis();

double timeChange = (double)(now - lastTime);

double error = pmmhg - Input;

double errSum = (error * timeChange);

double dErr = (error - lastErr)/timeChange;

int Output = (((kp * error) + (ki * errSum)) + (kd*

dErr));

lastErr= error;

lastTime= now;

60
// double Outtt=100;

if (Output<=0){Output=0;}

if (Output>=250){Output=255;}

analogWrite(3,Output);

if(np2>=pmmhg){analogWrite(5,0);

if(np2<=pmmhg){analogWrite(5,255);}

}}
Program diatas merupakan program yang digunakan

untuk motor, diketahui pada setting sensor 1 maupun

sensor 2 jika np1>=pmmhg maka akan mengeluarkan

PWM(5,0) dan jika np2<=pmmhg maka akan

mengeluarkan PWM (5,225).

5.3.6 Program Pemilihan Sensor


menups:

while(1)

61
{

//Serial.println("Kebocoran");

//lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print(">MPXV4115VC6U<");

lcd.setCursor(2, 1);

lcd.print("MPXV5050VC6T1");

//delay(1000);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();sen=2;goto

menupt;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto menups2;}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto

menups2;}}

62
menups2:

while(1)

//lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print("MPXV4115VC6U");

lcd.setCursor(2, 1);

lcd.print(">MPXV5050VC6T1<");

//delay(1000);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();sen=1;goto

menupt;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto menups;}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto

63
menups;}}

Program diatas berfungsi sebagai setting pemilihan

untuk sensor 1 atau sensor 2 yang akan muncul

tampilan pemilihan pada LCD MPXV4115VC6U dan

>MPXV5050VC6T1< . Dengan menekan tombol up

dan down. Jika telah memilih, tekan tombol enter

untuk memulai pemilihan tekanan.

5.3.7 Program Pemilihan Tekanan


menupt:

while(1)

{if(setP<=-350){setP=-350;}

if(setP>=-50){setP=-50;}

pmmhg=setP;

//Serial.println("Kebocoran");

lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

64
lcd.print("PILIH TEKANAN");

lcd.setCursor(4, 1);

lcd.print(pmmhg);

lcd.setCursor(11, 1);

lcd.print("mmHg");

delay(100);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto

menupwd;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();setP=pmmhg-25;}

if(down==HIGH)

{delay(200);lcd.clear();setP=pmmhg+25;}}

65
Pada program ini akan menampilkan pemilihan nilai

tekanan yang ingin digunakan dengan cara menekan

tombol up untuk meningkatkan nilai tekanannya dan

tombol down untuk mengurangi nilai tekanannya

dalam range -50 hingga -350 mmhg. Jika tombol enter

di tekan, maka akan berlanjut pada pengaturan waktu.

5.3.8 Program Pemilihan Waktu


menupwd:

while(1)

//Serial.println("Kebocoran");

if(detset<=0){ds=0;};

if(detset>=60){ds=60;};

lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print("P:");

66
if(sen==1){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np);}

if(sen==2){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np2);}

lcd.setCursor(1, 1);

lcd.print(jamset);

lcd.setCursor(3, 1);

lcd.print(":");

lcd.setCursor(5, 1);

lcd.print(menset);

lcd.setCursor(7, 1);

lcd.print(":>");

lcd.setCursor(10, 1);

lcd.print(detset);

67
delay(100);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

zero=digitalRead(9);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto

menupwm;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();ds=detset++;}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();ds=detset--;}

if(zero==HIGH)

{delay(200);nul=np;nul2=np2;lcd.clear();}}

menupwm:

while(1)

//Serial.println("Kebocoran");

68
if(menset<=0){menset=0;ms=0;}

if(menset>=60){menset=60;ms=60;}

lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print("P:");

if(sen==1){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np);}

if(sen==2){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np2);}

lcd.setCursor(1, 1);

lcd.print(jamset);

lcd.setCursor(3, 1);

lcd.print(":>");

lcd.setCursor(6, 1);

69
lcd.print(menset);

lcd.setCursor(8, 1);

lcd.print(":");

lcd.setCursor(10, 1);

lcd.print(detset);

delay(100);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

zero=digitalRead(9);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto

menupwj;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();ms=menset++;}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();ms=menset--;}

if(zero==HIGH)

{delay(200);nul=np;nul2=np2;lcd.clear();}}

70
menupwj:

while(1)

//Serial.println("Kebocoran");

if(jamset<=0){js=0;jamset=0;}

if(jamset>=5){js=5;jamset=5;}

lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print("P:");

if(sen==1){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np);}

if(sen==2){

lcd.setCursor(4, 0);

71
lcd.print(np2);}

lcd.setCursor(0, 1);

lcd.print(">");

lcd.setCursor(2, 1);

lcd.print(jamset);

lcd.setCursor(4, 1);

lcd.print(":");

lcd.setCursor(6, 1);

lcd.print(menset);

lcd.setCursor(8, 1);

lcd.print(":");

lcd.setCursor(10, 1);

lcd.print(detset);

delay(100);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

72
down=digitalRead(8);

zero=digitalRead(9);

if(enter==HIGH){delay(200);lcd.clear();goto menurd;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();js=jamset++;}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();js=jamset--;}

if(zero==HIGH)

{delay(200);nul=np;nul2=np2;lcd.clear();}}

menufin:

while(1)

//Serial.println("Kebocoran");

motor();

waktu();

sensor();

if(hsl==0){analogWrite(4,0);}

if(hsl==1){analogWrite(4,255);}

73
lcd.clear();

lcd.setCursor(2, 0);

lcd.print("P:");

if(sen==1){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np);}

if(sen==2){

lcd.setCursor(4, 0);

lcd.print(np2);}

lcd.setCursor(1, 1);

lcd.print(jam);

lcd.setCursor(3, 1);

lcd.print(":");

lcd.setCursor(5, 1);

lcd.print(menit);

lcd.setCursor(7, 1);

74
lcd.print(":");

lcd.setCursor(9, 1);

lcd.print(detik);

delay(100);

enter=digitalRead(6);

up=digitalRead(7);

down=digitalRead(8);

zero=digitalRead(9);

if(enter==HIGH)

{delay(200);lcd.clear();menit=0;detik=0;jam=0;goto

menupwd;hsl=0;}

if(up==HIGH){delay(200);lcd.clear();}

if(down==HIGH){delay(200);lcd.clear();}

if(zero==HIGH)

{delay(200);nul=np;nul2=np2;lcd.clear();}}

75
Pada proses pengaturan timer terdapat 3 langkah yang

pertama ialah mengatur detik dengan cara menekan

tombol up dan down lalu tekan enter maka akan lanjut

ke Langkah kedua. Pada Langkah kedua akan

mengatur menitnya dengan cara menekan tombol up

dan down setelah itu tekan tombol enter maka akan

lanjut Langkah ketiga. Pada Langkah ketiga akan

mengatur jamnya dengan menekan tombol up dan

down. Terakhir, jika tombol enter di tekan maka

motor akan bekerja dan akan memulai pembacaan

sensor.

76
77
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan tujuan
pembuatan modul dapat disimpulkan bahwa:
a. Telah dapat dibuat alat NPWT dengan menggunakan 2
tipe sensor yang berbeda
b. Alat telah dapat berfungsi meskipun belum maksimal
c. Pengambilan data alat masih sederhana dikarenakan
masih adanya kendala atau trouble pada alat
d. Pengambilan data masih belum menggunakan alat
pembanding
e. Perhitungan nilai eror belum bisa didapatkan karena
untuk pengukuran hanya dilakukan sebanyak 1x saja.

6.2 Saran
Pengembangan pada penelitian selanjutnya dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menggunakan tipe sensor yang berbeda
b. Merancang desain alat yang lebih praktis
c. Alat dapat dibuat menjadi portable

78
DAFTAR PUSTAKA

[1] A. M. Kapoor, “Wound Machine Wound Healing


Healing Therapy Therapy Machine,” 2018 3rd Int.
Innov. Appl. Comput. Intell. Power, Energy
Control. with their Impact Humanit., pp. 1–5, 2018.

[2] D. Parducho et al., “Smart wound dressing with


arduino microcontroller,” 2018 IEEE 10th Int.
Conf. Humanoid, Nanotechnology, Inf. Technol.
Commun. Control. Environ. Manag. HNICEM
2018, pp. 4–7, 2019.

[3] R. W. Kartika, “Terapi Ulkus Kaki Diabetes dengan


NPWT ( Negative Pressure Wound Therapy ),” vol.
45, no. 9, pp. 674–677, 2018.

[4] K. Labertus, “PERKEMBANGAN PERAWATAN


LUKA TERKINI (VAC),” 2016.

[5] C. Yanuar Dini, M. Sabila, I. Yusuf Habibie, F. Ari


Nugroho, and J. Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang, “Indonesian Journal
of Human Nutrition Asupan Vitamin C dan E Tidak
Mempengaruhi Kadar Gula Darah Puasa Pasien
DM Tipe 2,” Indones. J. Hum. Nutr., vol. 4, pp. 65–
79
78, 2017.

[6] R. Kaur, “Negative pressure wound therapy impact


on fast recovery in major and minor surgery
recovery time,” Proc. 2015 Int. Conf. Green
Comput. Internet Things, ICGCIoT 2015, pp. 1604–
1606, 2016.

[7] R. Nindyasari, “Rancang bangun NPWT (Negative


Pressure Wound Therapy) untuk Mempercepat
Penyembuhan Ulkus Diabetik Berbasis
Mikrokontroller,” p. 2012, 2012.

[8] S. Yunita, S. Saryono, P. Iwan, and H. Hartono,


“Modifikasi pompa asi sebagai terapi luka
bertekanan negatif untuk mempercepat
penyembuhan luka diabetes,” J. Ners, vol. 10, no. 1,
pp. 104–111, 2015.

[9] Manual Clinician User, “NPWT PRO and PRO to


GO,” 2017.

[10] F. U. Djawas, T. B. Indrato, and M. R. Makruf,


“Automatic Suction Pump Continous dilengkapi
Safety berbasis Mikrokontroler,” Jur. Tek.

80
Elektromedik Politek. Kesehat. KEMENTRIAN
Kesehat. SURABAYA, pp. 1–9, 2012.

[11] M. B. Mevac, “medist_mevac1_content_88.pdf.” .

[12] N. Shaheed et al., “Negative Pressure Wound


Therapy (NPWT) in open wound management: A
study of 16 Cases in Orthopaedic Department of
Faridpur Medical College Hospital,” Faridpur Med.
Coll. J., vol. 7, no. 2, pp. 63–66, 2013.

[13] J. Białecki, P. Pyda, A. Kołodziejska, A. Rybak,


and S. Sowier, “Applying NPWT to bleeding open
wounds after forefoot amputation in diabetic foot
patients - a case report,” Negat. Press. Wound Ther.
J., vol. 5, no. 4, pp. 5–8, 2018.

[14] B. Mrozikiewicz-Rakowska, E. Bucior, J. Kania, A.


Nowak, M. Chojnowski, and J. Krzymień, “Modern
alternative or first-line treatment: How to safely use
Negative Pressure Wound Therapy in Diabetic Foot
Syndrome?,” Negat. Press. Wound Ther. J., vol. 2,
no. 1, pp. 21–25, 2015.

[15] M. S. Timmers, S. Le Cessie, P. Banwell, and G. N.

81
Jukema, “The effects of varying degrees of pressure
delivered by negative-pressure wound therapy on
skin perfusion,” Ann. Plast. Surg., vol. 55, no. 6,
pp. 665–671, 2005.

[16] C. Sardella, “One step at a time - making strides


toward a solution for the diabetic foot problem,”
IEEE Pulse, vol. 35, no. june, pp. 18–22, 2014.

[17] Y. Umasankar, “Towards Biosensor Enabled Smart


Bandages for Wound Monitoring: Approach and
Overview,” Proc. IEEE Sensors, vol. 2018–Octob,
no. Di, pp. 1–4, 2018.

[18] L. Wang, P. C. Pedersen, D. M. Strong, B. Tulu, E.


Agu, and R. Ignotz, “Smartphone-based wound
assessment system for patients with diabetes,”
IEEE Trans. Biomed. Eng., vol. 62, no. 2, pp. 477–
488, 2015.

[19] F. Semiconductor, “Freescale Semiconductor


Integrated Silicon Pressure Sensor On-Chip Signal
Conditioned , Temperature Compensated and
Calibrated,” Sensors (Peterborough, NH), pp. 1–8,
2010.
82
[20] NXP Semiconductors, “Integrated Silicon Pressure
Sensor On-Chip Signal Conditioned , Temperature
Compensated and Calibrated SERIES,” Time, no. 2,
pp. 1–9, 2012.

83

Anda mungkin juga menyukai