STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
PENANGANAN
KONSERVATIF
FRAKTUR COLLES
No. Dokumen :
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Berdasarkan perribagian:
1. Frykman 1967
Didasarkan atas adanya fraktur pada sendi
radiocarpalia, radio ulna bagian distal dan processus
styloideus ulna. Makin tinggi tipe fraktur makin jelek
prognosis.
2. Sallter
Membagi fraktur menjadi stabil dan tak stabil yang
didasarkan pada banyaknya komunitas fraktur
dibagian distal.
3. Sarmento 1981
Membagi fraktur atas dasar peranjakan dan adanya
fraktur pada sendi radio carpalia.
Insiden:
Kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60 % dari
fraktus radius umur atas 50 tahun wanita lebih
banyak dari pada pria, sedang umur kecil dari 50
tahun wanita sama dengan pria.
Indikasi
Osteoporosis masif
Kontraindikasi
Tidak ada
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
X- Ray
Alogaritma
Fraktur Colles
Non displaced
Displaced
Reduksi tertutup
Tereduksi
Gips
Tehnik /Operasi:
Mortalitas
SMFPELAYANAN BEDAH
TERAPI KONSERVATIF
FRAKTUR PATELLA
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontraindikasi
Diagnosis banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Patofisiologi
Fraktur patella
Pemeriksaan Klinik
Mekanisme fraktur
1. Trauma langsung / Direct
a. Disebabkan karena penderita jatuh dalam posisi lutut flexi
dimana patella terbentur dengan lantai
b. Karena diatas patella hanya terdapat subcutis dan kutis,
sehingga dengan benturan tersebut tulang patella mudah
patch
c. Biasanya jenis patahnya comminutiva (stelata), pada jenis
patah ini biasanya medial dan lateral quadrisep expansion
tidak ikut robek, hal ini menyebabkan penderita masih
dapat melakukan extensi lutut melawan gravitasi
Immobilisasi
2. Trauma tak langsung / Indirect
Gibs yang
a. Karena tarikan yang sangat kuat danPasang
otot quadrisep
Pangkal
paha
sampai
membentuk
musculotendineus melekat
pada
patella,
Fraktur tertutup
& undisplaced
Pergelangan
kaki
sering terjadi pada penderita yang jatuh
dengan tungkai
bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot
quadrisep kontraksi secara kerns untuk mempertahanakan
kestabilan lutut.
Penanganan
Fraktur
terbukagaris
undisplaced
b. Biasanya
patahnya transversal
avulsedebridement,
ujung atas atau immobilisasi
ujung bawah dan patella
Anamnesa
Ditemukan adanya riwayat trauma
Penderita tak dapat melakukan extensi lutut, biasanya
terjadi pada trauma indirect dimana patahnya transversal
ke spesialis orthopaedi
Displaced,
dislokasi,
frakturrobek
denganRujuk
penyulit
dan fr
quadrisep
mekanisme
Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial
dan lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga
penderita masih dapat melakukan extensi lutut
Pemeriksaan Klinik
Pada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan
hemarthrosis
Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating
patella)
Pemeriksaan Radiologis
Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk
melihat adanya fraktur patela
Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa
Tehnik /Operasi:
Komplikasi
Follow up
Rujukan
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN
KONSERVATIF
FRAKTUR
SUPRAKONDILER
HUMERUS
No. Dokumen :
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
yang terjadi:
1. Tipe Ekstensi (sering terjadi 99 % kasus). Bila
melibatkan sendi, fraktur suprakondiler tipe ekstensi
diklasifikasikan sebagai: fr transkondiler atau
interkondiler. Fraktur terjadi akibat hyperextension
injury (outstreched hand) gaya diteruskan melalui
elbow joint, sehingga terjadi fraktur proksimal
terhadap elbow joint. Fragmen ujung proksimal
terdorong melalui periosteum sisi anterior di mana
m.brachialis terdapat, ke arah a.brachialis dan
n.medianus . Fragmen ini mungkin menembus kulit
sehingga terjadi fraktur terbuka.
Klasifikasi fr suprakondiler humeri tipe ekstensi
dibuat atas dasar derajat displacement.
Tipe I undisplaced
Tipe II partially displaced
Tipe III completely displaced
2. Tipe fleksi (jarang terjadi) .Trauma terjadi akibat
trauma langsung pada aspek posterior elbow dengan
posisi fleksi. Hal ini menyebabkan fragmen proksimal
menembus m/tendon triceps dan kulit.
Klasifikasi fr suprakondiler humeri tipe fleksi juga
dibuat atas dasar: derajat displacement.
Tipe I undisplaced
Tipe II partially displaced
Tipe III completely displaced
Patofisiologi
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan Penunjang
Displaced fracture
Fraktur disertai cedera vaskular
Fraktur terbuka
Pada pendenta dewasa kebanyakan patah di daerah suprakondiler
sering kali menghasilkan fragmen distal yang komunitif dengan
garis patahnya berbentuk T atau Y. Untuk menanggulangi hal ini
lebih baik dilakukan tindakan operasi yaitu reposisi terbuka dan
fiksasi fragmen fraktur dengan fiksasi yang rigid
Pemeriksaan penunjang dengan radiologi proyeksi
AP/LAT, jelas dapat dilihat tipe ekstensi atau fleksi.
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
Follow up
Evaluasi union sekitar 3-4 minggu untuk anak usia 4 tahun dan
sekitar 4-5 minggu untuk anak-anak usia 8 tahun dengan
pemeriksaan klinis dan radiologi. Dengan meletakan jari di atas
tendon biceps kemudian dilakukan fleksi dan ekstensi elbow.
Adanya spasme m biceps menunjukkan elboe belum siap
mobilisasi. Setelah melepas splints, dilakukan latihan aktif dalam
sling selama beberapa bulan sampai range of motion tercapai sesuai
dengan yang diharapkan.
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN PATAH
TULANG TERBUKA
GRADE 1, 2, 3
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Jaringan lunak
Jaringan tulang
Indikasi
Tidak ada
Kontraindikasi
Tidak ada
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksan Penunjang
Rontgen Foto
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
dapatditutup sempurna.
Komplikasi
Perawatan Lanjut
Komplikasi
Mortalitas
Perawatan Pasca Bedah
Alogaritma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN
KONSERVATIF
FRAKTUR KOMPRESI
VERTEBRA
No. Dokumen :
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontraindikasi
Diagnosis Banding
Fraktur patologis
Pemeriksan
Penunjang
Radilogis, laboratorium
Alogaritma
Klasifikasi
d. Perawatan dekubitus
Dalam perawatan komplikasi ini sening ditemui yang
terjadi karena berkurangnya vaskularisasi didaerah
tersebut.
II. Fase Sub Akut (6-12 minggu)
Fraktur perawatan komplikasi ini sering ditemui yang terjadi
karena berkurangnya vaskularisasi didaerah tersebut.
III. Fase berdikari (3-6 bulan)
Yang banyak berperan disini adalah pekerja sosial seperti:
mempersiapkan rumah beserta isinya pada penderita.
Mengadakan alat-alat pembantu
Mempersiapkan pekerjaan
tangannya. Siapapun yang
mengelola penderita ini harus
dapat:
Mengembalikan spinal augment
Stabilitas dan tulang belakang
Mengusahakan agar penderita mencapai kehidupan normal
Mencegah komplikasi.
Fisioterapi
Tatalaksana Trauma
Cervical
I. Stadium Akut
1. Breathing exercise yang adequate
2. Mencegah kontraktur
3. Melatih otot yang lemah
II. Stadium Sub Akut
Penderita boleh duduk pada kursi roda
III. Berdikari
Spine Instability
Pada dasarnya tulang belakang mempunyai 3 tulang (kolona vertikal)
yaitu 1 (satu) kolona anterior yang terdiri korpus dan diskus dari atas
sampai kebawah. Dua kolona posterior (kanan & kiri) yang terdiri dari
rangkaian sendi (facet joint) dan atas kebawah. Tulang belakang yang
demikian dapat diumpamakan sebagai suatu gedung bertingkat dengan
3 tiang utama (1 di depan 2 di belakang) dengan masing-masing diberi
koefisien 1. Sedangkan lantainya terdiri dan pedikel kiri dan kanan,
lamina proc. spinosus, dan proc. transversum dengan nilai koefisien
antara 0,25 dan 0,5 Jadi bila koefisien instability 2 dalam arti kolona
vertikal putus >2, maka dikatakan tulang belakang tidak stabil.
Diagnosis dan Management
Semua yang dicurigai fraktur vertebrate cervical harus dirawat sebagai
cervical spinal injury sampai terbukti tidak ada.
1. Penanganan Cedera Akut Tanpa Gangguan Neorologis
Penderita dengan diagnose cervical sprain derajat I dan II yang
sening karena "wishplash Injury" yang dengan foto AP tidak
tampak kelainan sebaiknya dilakukan pemasangan culiur brace
untuk 6 minggu. Selanjutnya sesudah 3-6 minggu post trauma
dibuat foto untuk melihat adanya chronik instability
Kriteria radiologis untuk melihat adanya instability
adalah:
a.
b.
c.
d.
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN NONOPERATIF DISLOKASI
BAHU AKUT
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontraindikasi
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.
dislokasi akromioklavikula
fraktur klavikula
firaktur kolumna humeri
traktur humerus proksimal
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
DISLOKASI ANTERIOR
Dislokasi preglenoid subkorakoid, subklavikuler
Mekanisme trauma:
Paling sering ditemukan, jatuh dalam keadaan out stretched,
trauma pada scapula gambaran klinis nyeri hebat dengan
gangguan pergerakan bahu, kontur sendi bahu jadi rata, kaput
humerus bergeser ke depan pemeriksaan radiologist:
Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid
Pengobatan:
1. dengan bius umum
Metode hipocrates: dibaringkan, tank anggota gerak,
tekan kaput humeri
Metode kocher: dilakukan tahap-tahap reposisi kocher
2. tanpa pembiusan
Tehnik menggantung lengan
DISLOKASI POSTERIOR
Mekanisme trauma
Jarang ditemukan, trauma langsung pada sendi bahu
dalam keadaan rotasi interna
Gambaran klinis
Nyeri, benjolan dibagian belakang sendi pemeriksaan radiologis
Khas: light bulb karena rotasi internal humerus
Pengobatan
Reduksi dengan menarik lengan, rotasi interna, Imobilisasi 3-6
minggu
DISLOKASI INFERIOR
Kaput humerus terjepit di bawah glenoid, dengan lengan arah
ke atas pengobatan dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi
anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka dengan operasi
DISLOKASI DENGAN FRAKTUR
Biasanya adalah dislokasi tipe anterior dengan fraktur
Pent-,obatan
Dilakukan reposisi path dislokasi maka fraktur akan tereposisi
dan kembali melekat pada humerus
Komplikasi
Mortalitas
Tidak ada
Follow up
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN NONOPERATIF DISLOKASI
PANGGUL AKUT
No. Dokumen :
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Kupang
Halaman
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontraindikasi
Tidak ada
Diagnosis Banding
1. fraktur acetabulum
2. fraktur collum femur
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Tehnik Reduksi
Klasifikasi
1. Dislokasi posterior
2. Dislokasi anterior
3. Dislokasi sentral
Patofisiologi
Dislokasi posterior
Dislokasi posterior terjadi patah trauma saat panggul fleksi dan
adduksi. Arah trauma dan lutut ditransmisikan sepanjang batang
femur dan mendorong caput femur ke belakang (Dashboard injury)
atau jatuh dengan posisi kaki fleksi dan lutut tertumpu
Dislokasi anterior
Dislokasi posterior
Caput femur berada di luar
dan di atas acetabulum
Femur adduksi dan internal
rotasi
Dislokasi anterior
Caput femur terlihat di depan acetabulum
Dislokasi sentral
Terlihat pergeseran dan caput femur menembus panggul
Pengobatan
Dislokasi posterior
Dislokasi harus direposisi secepatnya dengan pembiusan
umum dengan disertai relaksasi yang cukup.
Penderita dibaringkan di 1antai dan pembantu menahan
panggul. Sendi panggul difleksikan 90 dan kemudian
dilakukan tarikan pada pada secara vertikal
Sesudah reposisi dilakukan traksi kulit 3-4 minggu disertai
exercise Weight bearing dilakukan minimal sesudah 12
minggu.
Dislokasi anterior
Dilakukan reposisi seperti dislokasi posterior, kecuali pada
saat fleksi dan tarikan pada dislokasi posterior dilakukan
adduksi pada dislokasi anterior
Dislokasi sentral
Dilakukan reposisi dengan skietal traksi sehingga self
reposisi pada fraktur acetabulum tanpa penonjolan kaput
Komplikasi dini
1. Kelumpuhan N.ischiadikus
Biasa terjadi pada dislokasi posterior karena internal rotasi yang
hebat atau tekanan langsung oleh fragmen fraktur acetabulum.
2. Kerusakan pembuluh darah (A.Glutea superior)
Biasanya terjadi pada dislokasi anterior
1. Kerusakan kaput femur
Komplikasi lanjut
1. Nekrosis avaskular
2. Miositis ossifikans
3. Rekurent dislokasi
4. Osteoarthritis
Mortalitas
Tidak ada
SMFPELAYANAN BEDAH
AMPUTASI
EKSTRIMITAS
No. Dokumen :
No. Revisi
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
Halaman
:
dr. Marsiana Y. Halek
Pembina Tk.I(IV/b)
NIP. 19770712 2001 12 2
003
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Trauma
Dead limb karena ganggan suplai vaskuler
Malignant neoplasma
Osteomyelitis kronis
Infeksi yang mengancam nyawa
Deformitas tungkai kongenital yang inoperable
Kontraindikasi
Tehnik /Operasi:
Anesthesia
Anestesia spinal umum digunakan untuk amputasi ekstremitas
bawah, anstesia umum untuk amputasi ekstremitas atas. Bisa juga
digunakan anestesia blok leksus. Untuk amputasi jari bisa
digunakan infiltrasi lokal anestesia.
Teknik operasi
Amputasi atas-lutut
Tempat terbaik untuk membagi femur adalah 8-10 cm ( selebar satu
tangan). Gunakan spidol kulit untuk merencanakan insisi, yang
harus membuat flap anterior maupun flap posterior memiliki
panjang sama atau yang anterior sedikit lebih panjang. Bagi kulit
dan jaringan subkutan sepanjang garis yang direncanakan.
Hemostasis biasanya tidak sukar pada anggota gerak yang iskemik
namun bisa terjadi perdarahan hebat pada anggota gerak yang
septik. Ikat semua vena dengan menggunakan jarum serap 2/0.
Perdalam insisi anterior sampai tulang, sambil memotong tendon
quadriceps femoris. Vasa femoralis bersama-sama nervus poplitea
media dan lateral dijumpai pada posisi posteromedial. Ikat rangkap
pembuluh darah dengan benang serap. Sebelum memotong saraf,
beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke dalam puntung
pada amputasi. Jika amputasi dilakukan pada tingkat yang lebih
tinggi, nervus sciaticus bisa dijumpai. Nervus sciaticus diikuti oleh
arteri yang harus didiseksi secara terpisah dan diikat sebelum saraf
dipotong. Setelah memotong semua otot di sekeliling femur, ikat
pembuluh yang tinggal dan hindari pemakaian diatermi. Periksa
titik amputasi yang tepat dari femur dan kerok periosteum dari
tulang di daerah ini. Otot-otot paha harus diretraksi ke arah
proksimal untuk memberikan cukup ruang dalam menggunakan
gergaji. Ini bisa dilakukan dengan bantuan beberapa pembalut
abdomen atau retraktor khusus. Setelah memotong femur dan
melepas tungkai bawah, tempatkan handuk bersih di bawah
puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok yang dibalik.
Gunakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur, kemudian bawa
otot-otot depan dan belakang bersamaan menutup tulang dengan
jahitan terputus benang serap ukuran 1. Pasang suction drain Insisi
kulit Titik pemotongan tulang di bawah lapisan otot. Tempatkan
jahitan lapis kedua yang lebih superfisial dalam otot dan jaringan
subkutan karena ini akan membantu mendekatkan flap kulit. Jahit
pinggir kulit dengan beberapa jahitan putus dengan benang non
serap 2/0. Hindari memetik pinggir kulit dengan forsep bergigi.
Tutup puntung dengan kasa dan kapas dan balut dengan crepe
bandage.
Amputasi bawah-lutut
Titik optimum untuk amputasi adalah 14 cm dari tibial plateau,
fibula dipotong 2 cm proksimal dari ini. Beri tanda insisi, dengan
flap anterior berakhir tepat distal dari garis pemotongan tulang pada
tibia dan flap posterior meluas ke bawah sampai tendon Achilles.
Buat insisi sepanjang garis yang telah diberi tanda. Di posterior
potong tendon Achilles dan perdalam insisi untuk memotong sisa
otot dan tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam sampai
Komplikasi
Mortalitas
Tergantung etiologinya
SMFPELAYANAN BEDAH
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
PENANGANAN
KONSERVATIF &
OPERATIF FRAKTUR
KLAVIKULA 1/3
TENGAH
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Fraktur terbuka.
Fraktur dengan gangguan vaskularisasi
Fraktur dengan scapulothorcic dissociation
(floating shoulder)
Fraktur dengan displaced glenoid neck fraktur
Kontraindikasi
Diagnosis Banding
Alogaritma
Patofisiologi
Pada fraktur sepertiga tengah klavikula otot stemokleidomastoideus
akan menarik fragmen ragmen medial keatas sedangkan beban
lengannya akan menarik fragmen lateral ke bawah. Jika fraktur
terdapat pada ligament korako-klavikula maka ujung medial
klavikula sedikit bergeser karena ditahan ligament ini.
Fraktur yang terjadi kearah medial terhadap fragment maka ujung
luar mungkin tampak bergeser kearah belakang dan atas, sehingg
membentuk benjolan dibawah kulit.
Tehnik /Operasi:
Komplikasi
Mortalitas
Rehabilitasi
Commersial strap yang berbentuk angka 8, harus di
follow up apakah sudah cukup kencang. Strap ini harus
dikencangkan secara teratur. Anak anak <10 tahun
menggunakan strap atau splint selama 3-4 minggu
sampai bebas nyeri, sedangkan orang dewasa biasanya
membutuhkan waktu 4-6 minggu.
Pasien dianjurkan untuk melakukan pergerakan seperti
biasa begitu nyeri berkurang (strap/splint/sling sudah
dilepas).
SMFPELAYANAN BEDAH
PENANGANAN
KONSERVATIF &
OPERATIF FRAKTUR
HUMERUS 1/3 TENGAH
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
- Operatif
Plate Osteosintesis
Rigid Intramedullary Nail Fixation
Flexible Intramedullary Nail
Fixation
Fiksasi eksternal
Fraktur distal humerus
Reduksi tertutup pada fraktur distal humerus
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Terapi
operatif merupakan pilihan utama sebaiknya kasus ini
dirujuk.
Kontraindikasi
Fraktur segmental
Multipel trauma
Fraktur terbuka
Trauma vaskuler
Fraktur shaft humeri bilateral
Floating elbow injury
Fraktur patologis
Reduksi tertutup yang sukar dipertahankan
Radial nerve palsy setelah reduksi tertutup
Pada penderita Parkinson
Lesi plexus brachial ipsilateral
Keadaan Umumnya jelek
Diagnosis Banding
Tidak ada
Indikasi
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
Mortalitas
Umumnya rendah
Nonunion
Malunion
Avascular nekrosis ( fraktur pada caput humerus )
Arthrodesis
Osteomyelitis ( pada fraktur terbuka )
Trauma vaskuler
Lesi N.radialis
SMFPELAYANAN BEDAH
FRAKTUR RADIUS
ULNA 1/3 TENGAH
No. Dokumen :
STANDAR
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Pemeriksaan Klinis
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
Komplikasi
Malunion
Kompartemen sindrom
Cross union
Atropi sudeck
Mortalitas
Perawatan Pasca Bedah
Trauma N. Medianus
Rupture tendo ekstensor sendi pergelangan tangan,
pronasi, supinasi, fleksi palmar, pergerakan serta
ekstensi
Follow up
SMFPELAYANAN BEDAH
FRAKTUR FEMUR
1/3/ TENGAH
Disahkan oleh :
No. Dokumen :
RSUD
S.K LERIK KUPANG
Jl. Timor Raya No. 134
Pasir Panjang
Kupang
No. Revisi
Halaman
:
dr. Marsiana Y. Halek
Pembina Tk.I(IV/b)
NIP. 19770712 2001 12 2
003
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
Komplikasi
Mortalitas
Perawatan Pasca Bedah
SMFPELAYANAN BEDAH
FRAKTUR CRURIS 1/3
TENGAH
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Mekanisme Injuri
Cedera yang terjadi sering terjadi akibat trauma
langsung pada kecelakaan mobil dan sepeda motor.
Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang hebat yang
menyebabkan garis fraktur transversal atau oblik,
kadang-kadang dengan fragmen komunitif. Tenaga
rotasi dapatjuga terjadi pada olah ragawan seperti
pemain bola.
Gambaran klinis
Gambaran klinis yang terjadi berupa pembengkakan
dan karena kompartment otot merupakan sistem
yang tertutup, sehinnga pembengkakan sering
menekan pembuluh darah dan dapat terjadi sindrom
kompartment dengan gangguan vaskularisasi kaki.
Terapi
Jika tibia dan fibula fraktur yang diperhatikan adalah
reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan
sekalipun dapat mudah terlihat dan dikoreksi.
Pemendekan kurang 2 cm tidak akan jadi masalah
karena akan dikompensasi pada waktu pasien sudah
mulai berjalan. Sekalipun demikian pemendekan
sebaiknya dihindari.
Fraktur tibia dan fibula dengan garis fraktur
transversal atau oblik yang stabil, cukup diimobilisasi
dengan gips dan jan kaki sampai puncak paha
dengan lutut posisi fisiologis yaitu fleksi ringan, untuk
mngatasi rotasi pada daerah fragmen. Setelah
dipasang, harus ditunggu samapi gips menjadi kering
betul yang biasanya membutuhkan waktu dua hari.
Saat itu gips tidak boleh dibebani. Penyambungan
fraktur diafisis biasanya terjadi antara 3-4 bulan.
Angulasi dalam gips biasanya dapat dikoreksi dengan
membentuk insis baji pada gips. Pada fraktur yang
tidak dislokasi diinstruksikan untuk menopang berat
badan dan berjaian. Makin cepat fraktur dibebani
maka makin cepat penyembuhan. Gips tidak boleh
dibuka sebelum penderita dapat jalan tanpa nyeri.
Garis fraktur yang oblik dan membentuk spiral
merupakan fraktur yang tidak stabil karena
cenderung membengkok dan memendek sesudah
reposisi. Oleh karena itu diperlukan tindakan reposisi
terbuka dan penggunaan fiksasi interna atau
eksterna. Fraktur dengan dislokasi fragmen dan tidak
stabil membutuhkan traksi kalkaneus terus menerus.
Setelah terbentuk kalus fibrosis, dipasang gips
sepanjang tungkai dan jan hingga paha.
Metode terapi alternatif lain pada fraktuf shaft tibia
tertutup adalah dengan intramedullary nailing dan
bagian teratas tibia
Indikasi
Fraktur terbuka
Fraktur dengan gangguan vaskular
Kontraindikasi
Diagnosis Banding
Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
Alogaritma
Tehnik /Operasi:
Komplikasi
Follow up
SMFPELAYANAN BEDAH
CONGENITAL TALIPES
EQUINOVARU
( CLUBFOOT )
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR ( SOP )
Disahkan oleh :
Direktur RSUD Kota
Kupang
No. Dokumen :
No. Revisi
Halaman
:
Tahun Terbit : 2016
Pengertian
Kebijakan
Ruang lingkup
Indikasi
Kontraindikasi
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Relatif mudah didiagnosa, namun perlu diwaspadai adanya mild
clubfoot yang dapat diketahui dari equinovarus posisional
2. Pada usia yang lebih tua dimana pembentukan tulang sudah
sempurna dengan 2 proyeksi
Pada proyeksi AP, garis melalui axis panjang talus dan calcaneus
hampir paralel, normalnya membentuk sudut 20-40 derajat. Pada
proyeksi lateral, axis longitudinal talus dan calcaneus membentuk
sudut kurang dari 20 derajat, normalnya membentuk sudut 20-40
derajat.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Aloga
CTEV
ritma
Newborn
Manipulation Casting
Neblected
Dirujuk ke spesialis orthopaedi
Tidak terkoreksi
Netral
Denis browne splint (3 bln)
Operasi definitif
Rekuren
Manipulatioand Casting
Tehnik /Operasi:
Prinsip Pengobatan
Pengobatan sebaiknya dimulai secepatnya, paling baik dalam5 hari
pertama setelah lahir. Pengobatan konservatif berupa
passive gentle correction dari deformitas. maintenance dari koreksi
dalam jangka waktu yang lama dan pengamatan terhadap anak
tersebut sampai akhir masa pertumbuhannya.
Pemasangan Cast :
1. Gips sirkuler dipasang secara serial /mingguan untuk
koreksi yang lembut tapi progresif terhadap deformitas.
Pemasangan gips dilakukan selama 6 minggu.
2. Pemasangan gips bisa dilanjutkan dengan pemakaian
splint Denis Brown. Pemakaian splint ini sedemikian rupa
sehigga berada dalam posisi valgus. Splint ini dipakai
selama 8 minggu dimana setiap minggu direduksi.
1. Pemasangan splint Denis Brown dilakukan siang dan
malam dan hanya dilepas saat anak mandi sampai anak
berumur 3 bulan. Kemudian dapat diikuti dengan melepas
splint untuk jangka waktu yang agak lama sampai anak
dapat berjalan. Splint kemudian dipakai lagi hanya pada
malam hari selama 1-2 tahun kemudian untuk mencegah
terjadi rekuren.
2. Koreksi dilanjutkan dengan memakai sepatu boot lurus
sampai anak berumur 3 tahun. Sepatu ini hanya dipakai
siang hari.
3. Evaluasi terhadap semua tahapan koreksi deformitas ini
dilakukan dengan pemeriksaan radiologik.
Didapatkan 15 % dari kasus CTEV resisten terhadap metode
pengobatan konservatif ini. Pada kasus yang resisten tersebut lebih
baik diputuskan untuk melakukan tindakan operatif koreksi soft
tissue terhadap semua tendon dan kontraktur ligamen yang ada pada
saat anak berusia 4-6 bulan
Komplikasi
o
o
Rekurensi
Rocker Bottom Foot
Mortalitas
Tidak ada