BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
c. Agar data teknis medis bisa menjadi informasi penting sebagai dasar untuk
mengambil kebijakan, diperlukan keseragaman dan pemahaman pelaporan oleh sebab
itu perlu dibuat buku pedoman tentang sistem pelaporan data teknis medis di lingkungan
Kesehatan Angkatan Darat yang sesuai dengan kondisi saat ini.
e. Pelajaran pencatatan dan pelaporan data Teknis medis penting diberikan pada
Pasis Dikcabpakes, karena para Pama kesehatan TNI AD akan menangani langsung
pencatatan dan pelaporan Medis di kesatuannya.
a. Maksud. Naskah ini disusun dengan maksud untuk dijadikan salah satu
bahan ajaran bagi Pendidikan Kecabangan Perwira Kesehatan (Dikcabpa Kes).
RAHASIA
2
3. Ruang Lingkup.
a. Pendahuluan
b. Dasar Sistim Informasi Kesehatan
c. Prinsip Dasar Pencatatan dan Pelaporan Data Medis
d. Catpormedik dan Satistik Kesehatan.
e. Evaluasi.
f. Penutup.
4. Referensi.
a. Kep Puskesad Nomor Kep / 532 / XII / 2017 tanggal 4 Desember 2017 tentang
pengesahan berlakunya Revisi Buku Pedoman tentang Sistem Pelaporan Data Teknis
Medis di Lingkungan Kesehatan Angkatan Darat.
5. Pengertian
g. Informasi. Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain
yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima
dalam pengambilan keputusan baik masa sekarang ataupun masa mendatang.
BAB II
DASAR SISTEM INFORMASI KESEHATAN
7. Ketentuan Dasar.
a. Sistem. Sistem diartikan sebagai suatu tatanan yang terdiri dari bagian-
bagian/ sub sistem yang saling bergantung dan saling berinteraksi satu sama lain dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang mempunyai tujuan tertentu.
Secara singkat sistem mengandung makna :
dan mengelola organisasi. Ruang lingkup dari suatu sistem informasi tergantung pada
tingkat dan bidang kegiatan apa yang dibutuhkannya. Oleh karena itu besar kecilnya
sistem informasi ditentukan oleh 6 ( enam ) dimensi informasi:
1) Sumber informasi
2) Jenis informasi
3) Metode pengukuran yang dipakai pada informasi
4) Waktu dari kebutuhan informasi
5) Tempat pengambilan keputusan
6) Penggunaan informasi oleh pengambil keputusan
8. Data dan Informasi. Informasi disebut juga sebagai pengetahuan yang bersifat
potensial dan merupakan "Life Blood" bagi suatu organisasi. Oleh karena itu informasi harus
dapat selalu mengalir agar dapat selalu digunakan dalam setiap tahap kegiatan organisasi.
Informasi harus mempunyai kriteria-kriteria tertentu agar berdaya guna dan hasil guna
yang tinggi. Kriteria tersebut adalah :
10. Evaluasi.
BAB III
PRINSIP DASAR PENCATATAN DAN PELAPORAN DATA MEDIS
11. Umum. Pencatatan dan pelaporan adalah kegiatan yang merupakan bagian dari
kegiatan pengelolaan manajemen data secara keseluruhan. Kegiatan ini meliputi kegiatan
pengumpulan, pencatatan, pelaporan, pengolahan, analisa dan penyajian data, dimana
hasil akhirnya adalah informasi. Kegiatan pencatatan bertujuan untuk melakukan perekaman
setiap data kegiatan atau kejadian, sedangkan pelaporan dimaksudkan sebagai penyampaian
data kepada satuan atasan.
6
12. Tujuan. Tujuan sistem pelaporan data teknis medis adalah untuk menyeragamkan
dan menyelaraskan dengan ketentuan pelaporan yang berlaku di Kementerian Kesehatan RI.
a. Tersedianya informasi yang akurat yang bisa digunakan sebagai salah satu
dasar bagi pimpinan dalam mengambil keputusan.
e. Periodisasi sistem pelaporan data teknis medis dilaksanakan setiap bulan, dengan
ketentuan batas akhir diterima oleh Kapuskesad sebelum tanggal 15 bulan berikutnya.
16. Data Teknis medis.Data adalah suatu himpunan yang berbentuk angka
( kuantitatif ) atau berbentuk sifat ( kualitatif ), perhitungan atau pengamatan terhadap suatu
obyek tertentu. Suatu data akan mempunyai arti bagi penggunanya apabila data tersebut
bersifat Sahih ( valid ), tepat waktu dan tepat guna.
a. Data Teknis Medis. Data Teknis medis adalah data keadaan masyarakat
yang berhubungan langsung dengan pelaksanaan program medis. Bagi Ditkesad data
Teknis medis sangat penting karena akan menjadi dasar dari setiap kegiatan
pembinaan mulai dari perencanaan sampai dengan evaluasi.
(7) Kematian.
(1) Obat-obatan.
Sumber dari data Teknis medis adalah setiap bagian dari satuan/ instansi
kesehatan TNI AD yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan dan dukungan
kesehatan serta administrasi kesehatan yang berada pada satuan pelapor dari
tingkat terendah sampai tingkat tertinggi. Bagi satuan pembina seperti
Denkesyah dan Kes Kotama yang menjadi sumber data adalah satuan atau
instansi pelaksananya.
a. Organisasi Pelaksana.
18. Evaluasi.
12
BAB IV
CATPOR MEDIK DAN STATISTIK KESEHATAN
19. Umum. Guna menjamin pelaporan data teknis medis di lingkungan Kesehatan
Angkatan Darat yang akurat, dapat dipertanggungjawabkan serta dapat menyajikan informasi
yang memadai untuk pengambilan kebijakan, maka diperlukan suatu metode dan tahapan
yang diawali dengan tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan sampai dengan tahap
pengakhiran.
20. Metode pelaksanaan. Metode yang dipergunakan dalam sistem pelaporan data
teknis medis di lingkungan Kesehatan Angkatan Darat adalah dengan mencatat semua data
langsung dari objek atau penderita kemudian dikompilasi sesuai dengan format data yang
sudah ditentukan, dianalisa dan dievaluasi sehingga menjadi suatu informasi yang berguna
bagi pengambil kebijakan.
21. Tata cara Pencatatan dan pelaporan. Kegiatan sistem pelaporan data teknis
medis di lingkungan Angkatan Darat dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut
yang dimulai dari tingkat daerah satuan pelaksana, tingkat wilayah, tingkat kotama sampai
tingkat pusat yang meliputi pencatatan, mengkompilasi, mengolah dan menganalisa data serta
memberikan saran terkait tentang laporan teknis medis. Satuan pelapor adalah satuan/
Instalasi kesehatan TNI AD yang berkewajiban melaporkan data Teknis medis sesuai dengan
lingkup tugasnya kepada Satuan Kesehatan Atasan sesuai dengan jalur pelaporan. Stratifikasi
Satuan pelapor ditentukan sebagai berikut:
a. Satpor Tingkat I
1) Poskes.
2) Polkes.
3) Rumkit Ban.
4) Tonkesyonif.
5) Rumkit Tk. Ill/ IV dibawah Denkesyah.
6) Kes Lemdik.
b. Satpor Tingkat II
1) Denkesyah.
2) Rumkit Tk. II dibawah Kesdam.
3) Gudkesrah.
13
4) Satkessus (Kes Kostrad, Kes Kopassus, Kes Akmil, Kes Paspampres, Kes
Penerbad).
5) Kodiklat
1) Kesdam
2) RSPAD
22. Alur Pelaporan. Sesuai dengan hirarki organisasi maka pelaporan disusun secara
bertingkat yaitu satpor mengirimkan laporannya kepada atasan langsung dengan tembusan
atasan satu tingkat diatas atasan langsung itu, kecuali untuk laporan kejadian medis khusus
dari satpor kepada Kapuskesad Up. Dirbin Bindukkes.
Dan untuk laporan obat bius jalur laporannya berbeda dan disesuaikan dengan
ketentuan dari Departemen kesehatan RI, sedangkan satuan kesehatan operasi (Satkesops )
mengirimkan laporannya ke Kapuskes TNI dengan tembusan Kapuskesad.
a. Dengan Periodisasi
PUSKESAD
KESDAM RSPAD
RUMKIT TK II DENKESYAH
Keterangan :
= Alur pengiriman laporan
= Tembusan
= Untuk satuan bawah semua pelaporan bermuara di Kesdam, tidak ada
laporan langsung ke Puskesad
b. Tanpa Periodisasi
14
SATPOR KAPUSKESAD
KESDAM
JAJ KESDAM
SATPOR
DENKESYAH
JAJ DENKESYAH
Keterangan :
= Alur pengiriman laporan
= Tembusan
b. Dengan Periodisasi.
a. Laporan Keskurehab :
b. Laporan Kesprev :
a. Laporan Instalyankes
hari, mingguan, bulanan dan lain-lain yang dapat digunakan oleh manajemen Rumah sakit
untuk :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur). BOR menurut
Depkes RI (2005) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu.
Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah
sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu
periode)) X 100%
Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR
berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien.
Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin
sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya,
pasien kurang mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan. Pada
akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja tim
medis dan menurukan kepuasan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR
berarti semakin sedikit tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan
dengan tempat tidur yang telah disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini
bisa menimbulkan kesulitan pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.
b. AvLOS (Average Length of Stay). AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien
rawat inap yang tinggal di suatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir.
AVLOS adalah rata-rata lama rawat seorang pasien (Depkes RI. 2005). Nilai AVLOS yang ideal antara
6-9 hari (Depkes RI. 2005).
Rumus :
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis
yang kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek
ekonomis, semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar
oleh pasien kepada pihak rumah sakit
c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran). TOI menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi
berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.
Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Rumus :
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup
+mati)
18
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur). BTO menurut Depkes RI
(2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-
rata dipakai 40-50 kali
Rumus :
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur.
e. NDR (Net Death Rate). NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran
mutu pelayanan di rumah sakit.
Rumus :
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati) ) X 1000 ‰
f. GDR (Gross Death Rate). GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian
umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
Rumus :
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)) X 1000 ‰
27. Evaluasi.
a. Sesuai dengan fungsi pembinaan pada organisasi Kesehatan Angkatan Darat
data Teknis medis dapat digolongkan menjadi berapa ? Sebutkan !
b. Dalam periodisasi laporan terdiri dari tanpa periodisasi dan dengan periodisasi,
sebutkan laporan dengan periodisasi !
c. Sebutkan stratifikasi satuan pelapor tk I dan tk II !
d. Bagaimankah jalur pelaporan untuk LKMKP ?
BAB V
EVALUASI
a. Apa yang dimaksud dengan sistem informasi, dan besar kecilnya ditentukan
oleh apa.
b. Agar berdaya guna dan berhasil guna informasi harus mempunyai kriteria,
sebutkan dan jelaskan RAHASIA
c. Mengapa informasi sangat dibutuhkan dalam bidang kesehatan
d. Apa yang harus diperhatikan dalam pencatatan dan pelaporan
e. Sesuai dengan fungsi pembinaan data Teknis medis digolongkan menjadi
beberapa golongan,sebutkan dan uraikan.
f. Jelaskan stratifikasi pelaporan dari tingkat terendah sampai pusat dijajaran
kesad
g. Apa yang dimaksud dengan kejadian medis khusus/penting, jelaskan.
h. Bagaimana periodisasi pelaporan termasuk kejadian medis khusus
i. Jelaskan tentang indikator mutu pelayanan rumah sakit, dan data apa aja yang
dibutuhkan oleh manajemen rumah sakit untuk pengambilan keputusan.
19
BAB VI
PENUTUP
26. Penutup. Demikian Naskah Departemen ini disusun sebagai bahan ajaran untuk
pedoman Gadik dan Perwira Siswa dalam proses belajar mengajar pada pelajaran
Pencatatan dan Pelaporan Medik untuk Pendidikan Kecabangan Perwira Kesehatan
(Dikcabpa Kes) Pusdikkes Kodiklatad.
RAHASIA