Anda di halaman 1dari 11

PENGELOLAAN PASIEN STROKE HEMORAGIC DENGAN

PEMBERIAN OKSIGEN DAN POSISI HEAD UP 30° TERHADAP


PERUBAHAN HEMODINAMIK TUBUH DI RUANG IGD RSUD TUGUREJO
SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk memenuhi tugas akhir program studi

Sarjana Terapan Keperawatan

RANINDA ARGA SARI

P1337420918114

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2019
Pengelolaan Pasien Stroke Hemoragik Dengan
Pemberian Oksigen Dan Posisi Head Up 30° Terhadap
Perubahan Hemodinamik Tubuh Di Ruang IGD
RSUD Tugurejo Semarang
1 2 2
Raninda Arga Sari , Putrono , Sukiman

1
Poltekkes Kemenkes Semarang, ranindaaarga@gmail.com

Abstrak

Stroke merupakan defisit neurologis yang mempunyai awitan tiba–tiba, berlangsung lebih
dari 24 jam dan disebabkan oleh penyakit serebrovascular. Posisi Head up adalah posisi
datar dengan kepala lebih tinggi 30°dengan posisi tubuh dalam keadaan sejajar. Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian oksigen dan posisi head up 30°
terhadap ststus hemodinamik tubuh pada pasien stroke hemoragik. Metode karya tulis
ilmiah ini yaitu deskriptif dengan menggunakan dengan pendekatan pre test dan post test.
Sehingga penyajian data disajikan secara narasi, yang meliputi respon tekanan darah, nilai
MAP, heart rate, respiration rate, saturasi oksigen, suhu dan kesadaran sebelum dan
sesudah pemberian oksigen dan posisi head up 30°. Hasil studi kasus ini menunjukan
adanya perubahan status hemodinamik menuju normal melalui posisi head up 30°.
Tindakan head up 30° dapat meningkatkan venous return serebral sehingga akan
mengaktifkan system limfatik yang berfungsi mengalirkan kelebihan cairan interstitial
dan mengembalikannya pada pembuluh darah. Kesimpulan yang diperoleh dari studi
kasus ini didapatkan hasil ada perbedaan yang bermakna status hemodinamik tubuh
sebelum dan setelah tindakan pemberian oksigen dan posisi head up 30°.

Kata Kunci : Posisi Head Up 30°, Status Hemodinamik Tubuh, Stroke Hemoragik

Abstract
Stroke is a neurological deficit that has a sudden onset, lasts more than 24 hours and is
caused by cerebrovascular disease. The position of the head up is a flat position with the
head higher 30° with the body position in parallel. The purpose of this study was to
determine the effect of giving oxygen and head up 30° position on body hemodynamic
status in hemorrhagic stroke patients. The method of scientific writing is descriptive by
using the pre test and post test approach. So the presentation of the data is presented
narratively, which includes blood pressure response, MAP value, heart rate, respiration
rate, oxygen saturation, temperature and awareness before and after giving a 30 ° head up
position. The results of this case study show a change in hemodynamic status to normal
through a 30 ° head up position. The head up 30 ° action can increase cerebral venous
return so that it activates the lymphatic system which functions to drain excess interstitial
fluid and restore it to the blood vessels. The conclusions obtained from this case study
showed that there were significant differences in body hemodynamic status before and
after 30 up head up position.

Keywords: Head Up 30° Position, Body Hemodynamic Status, Hemorrhagic Stroke


PENDAHULUAN yang tepat karena kondisi hemodinamik
Stroke merupakan defisit sangat mempengaruhi fungsi
neurologis yang mempunyai awitan pengantaran oksigen dalam tubuh yang
tiba–tiba, berlangsung lebih dari 24 jam pada akhirnya akan mempengaruhi
dan disebabkan oleh penyakit fungsi jantung. Pemberian posisi head
serebrovascular (Ekacahyaningtyas, 0
up 30 pada pasien stroke mempunyai
2017). Pasien stroke dimungkinkan
manfaat yang besar yaitu dapat
mengalami gangguan transfer oksigen
memperbaiki kondisi hemodinamik
atau cerebro blood flow (CBF) menurun
dengan memfasilitasi peningkatan aliran
sehingga mengakibatkan penurunan
darah ke serebral dan memaksimalkan
perfusi jaringan, sehingga dapat
oksigenasi jaringan serebral.
mengakibatkan iskemik (Hasan, 2018).
Salah satu upaya untuk menekan angka Hal tersebut juga selaras dengan
kematian dan resiko terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Martina
komplikasi akibat stroke adalah dengan Ekacahyaningtyas (2017), pada
memberikan tindakan pemberian penelitian ini didapatkan hasil bahwa
oksigen dan head up 30° yang bertujuan terdapat peningkatan nilai rata-rata
untuk mencukupi oksigenasi otak. Black saturasi oksigen setelah intervensi
& Hawks, (2014) mengatakan bahwa (sebelum pemberian posisi 97.07% dan
dengan terpenuhinya oksigen pada otak setelah pemberian posisi 98.33%). Hasil
maka otak akan tetap mempertahankan uji statistic wilcoxon didapatkan p value
metabolisme serebral. Sedangkan jika = 0.009 (< 0.05) yang artinya ada
pada otak terjadi hipoksia maka dapat pengaruh pada saturasi oksigen setelah
menyebabkan iskemik serebral, 0
dilakukan pemberian posisi head up 30 .
selanjutnya terjadi kerusakan yang tidak
dapat diperbaiki pada jaringan otak atau METODE
infark dalam hitungan menit.
Studi kasus ini menggunakan jenis
Aliran darah yang tidak lancar penelitian deskriptif. Penelitinan ini
pada pasien stroke mengakibatkan dilakukan di IGD RSUD Tugurejo
gangguan hemodinamik termasuk Semarang. Jumlah responden sebanyak
saturasi oksigen. Oleh karena itu 2 responden. Teknik pengumpulan
diperlukan pemantauan dan penanganan data studi kasus ini menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu oksigen dan posisi head up 30°
data primer dan data sekunder. Etika selama 1x1 jam pada Ny. N yaitu
pengumpulan data meliputi beneficence terjadi penurunan tekanan darah
dan non maleficience, dan justice. (dari 190/100 mmHg menjadi
150/80 mmHg), MAP (dari 130
HASIL mmHg menjadi 110 mmHg).
Kemudian terjadi peningkatan heart
Pemenuhan kebutuhan oksigenasi rate (dari 78x/menit menjadi
otak sebelum dan sesudah diberikan 96x/menit), respitarory rate ( 18
oksigen dan posisi head up 30° pada x/menit menjadi 20x/menit), suhu
pasien stroke hemoragik (dari 36,1°C menjadi 36,2°C), dan
saturasi oksigen (dari 87% menjadi
1) Responden 1 98%). Sedangkan nilai pada GCS
tidak terjadi perubahan dan tetap
Pemenuhan kebutuhan oksigenai
dipertahankan pada skor GC
otak sebelum dan sesudah dilakukan
oksigen dan posisi head up 30°
selama 1x1 jam pada Ny. D yaitu
terjadi penurunan tekanan darah PEMBAHASAN
(dari 201/123 mmHg menjadi
1. Analisis Masalah Keperawatan
155/90 mmHg), MAP (dari 149
mmHg menjadi 118 mmHg), heart Kasus Kelolaan dengan Konsep
rate (dari 96x/menit menjadi Penelitian Terkait
86x/menit), respiratori rate ( dari 1) Jenis kelamin
18x/menit menjadi 20x/menit)
mendekati rentang normal. Data jenis kelamin pasien pada
Kemudian terjadi peningkatan studi kasus ini keduanya adalah
saturasi oksigen (dari 97% menjadi perempuan. Jenis kelamin
99%) dan suhu (dari 36°C menjadi
merupakan salah satu faktor
36,5°C). Sedangkan pada
resiko stroke, yang mana laki-
indikator/kriteria hasil GCS tidak
laki memiliki resiko lebih tinggi
mengalami perubahan dan tetap
dipertahankan pada skor GCS 8. terhadap terjadinya penyakit
stroke. Namun demikian, insiden
2) Responden 2
stroke hemoragik pada studi
Pemenuhan kebutuhan oksigenai kasus terjadi pada pasien dengan
otak sebelum dan sesudah dilakukan jenis kelamin perempuan. Dapat
dijelaskan bahwa kedua pasien proses penuaan, dimana semua
memiliki faktor resiko yaitu organ tubuh mengalami
hipertensi dan satu di antaranya kemunduran fungsi termasuk
memiliki faktor riwayat pembuluh darah otak. Sofyan,
keturunan penyakit stroke pada dkk. (2013) mengatakan bahwa
keluarga. Hal ini didukung oleh kelompok umur yang berisiko
Audina & Halimuddin, (2016) tinggi adalah kelompok umur >
yang mengatakan bahwa laki- 55 tahun dan kelompok umur
laki dan perempuan memiliki berisiko rendah adalah kelompok
peluang yang sama untuk terkena umur 40-55 tahun.
stroke. Stroke terjadi karena
3) Riwayat hipertensi
adanya faktor resiko yang
menyertai, dan stroke hemoragik Pasien pada studi kasus ini,
lebih sering terjadi dipicu oleh keduanya memiliki riwayat
adanya riwayat hipertensi. hipertensi. Hipertensi adalah
suatu keadaan ketika tekanan
2) Umur
darah di pembuluh darah
Data umur pasien pada studi meningkat secara kronis. Ariani,
kasus ini adalah umur 49 tahun (2012) mengatakan bahwa
dan 52 tahun. Umur merupakan hipertensi dapat megakibatkan
karakteristik yang masuk ke pecahnya maupun
dalam faktor pencetus stroke menyempitnya pembuluh darah
yang tidak dapat dimodifikasi. otak. Hal ini didukung oleh
Semakin bertambah umur Soewarno & Annisa (2017) yang
seseorang maka akan semakin mengatakan bahwa pasien yang
beresiko terhadap terjadinya mengalami hipertensi
stroke. Hal ini didukung oleh mempunyai kemungkinan
Audina & Halimuddin, (2016) mengalami stroke hemoragik
yang menjelaskan bahwa 4,76 kali lebih besar dari pada
peningkatan frekuensi stroke yang tidak mengalami hipertensi.
seiring dengan peningkatan Wijaya & Putri, (2013)
umur berhubungan dengan menambahkan bahwa hipertensi
dapat disebabkan oleh mengatakan bahwa stroke yang
arterosklerosis pembuluh darah disebabkan karena perdarahan
serebral, sehingga pembuluh sering kali menyebabkan spasme
darah tersebut mengalami pembuluh darah serebral dan
penebalan dan degenerasi yang iskemik pada serebral karena
kemudian mudah darah yang berada di luar
pecah/menimbulkan perdarahan. pembuluh darah membuat iritasi
pada jaringan. Dari hasil CT-
4) Kelemahan anggota gerak
SCAN terjadi perdarahan pada
Kedua pasien pada studi kasus otak bagian kiri, sehingga pada
ini mengeluh mengalami otak bagian kiri terjadi
kelemahan anggota gerak kekurangan aliran darah yang
sebelah kanan secara mendadak. membawa oksigen. Ketika infark
Kelemahan anggota gerak terjadi pada otak bagian kiri
merupakan salah satu maka akan menyebabkan
manifestasi klinis dari stroke kelemahan tubuh bagian kanan
yang terjadi secara cepat. Black dan sebaliknya. Hal ini di
& Hawk, (2014) mengatakan dukung oleh Black dan Hawks,
bahwa kelemahan dari satu (2014) yang mengatakan bahwa
bagian tubuh bisa terjadi setelah jaringan saraf berjalan

stroke yang disebabkan oleh bersilangan dalam jalur piramid


stroke arteri serebral anterior dari otak ke saraf spinal.
atau media sehingga
2. Analisis Intervensi Kasus
mengakibatkan infark pada
Kelolaan dengan Konsep
bagian otak yang mengontrol
Penelitian Terkait
gerakan (saraf motorik) dari
1) Tekanan darah
korteks bagian depan.
Kedua pasien mengalami
Pada hasil pemeriksaan
hipertensi dan terjadi penurunan
penunjang CT-SCAN kedua
tekanan darah. Tarwoto &
pasien tampak terjadi ICH di
Wartonah, (2015) menjelaskan
lobus temporoparietalis kiri.
bahwa tekanan darah merupakan
Black dan Hawks(2014),
daya dorong darah keseluruh dapat memfasilitasi aliran darah
dinding pembuluh darah pada vena dari serebral, sehingga hal
permukaan yang tertutup. Pada tersebut dapat mengurangi
pasien stroke, tekanan darah edema serebral.
harus dimonitor agar perfusi
2) Mean arterial pressure (MAP)
jaringan serebral dapat
dipertahankan secara adekuat. Terjadi penurunan MAP setelah
Morton, dkk, (2013) mengatakan dilakukan head up kepala 30°.
bahwa tekanan darah dapat Sherwood, (2016) mengatakan
dipertahankan ±10% di atas bahwa tekanan arteri rerata
tekanan darah normal untuk (mean artery pressure/MAP)
memberikan CPP yang baik. adalah gaya dorong utama yang
Reflek hipertensi merupakan mengalirkan darah ke jaringan.
manifestasi dari peningkatan Tanpa tekanan ini otak maupun
TIK. Black & Hawk, (2014) organ lain tidak akan menerima
mengatakan bahwa peningkatan aliran darah yang membawa
TIK merupakan komplikasi suplai oksigen. MAP perlu
potensial pada perdarahan dikondisikan dalam rentang
intraserebral. Peningkatan TIK normal (60-100 mmHg), guna
mengurangi tekanan perfusi menjamin tekanan pendorong
serebral yang akan mengaktifkan yang memadai. Potter & Perry,
reflex iskemia, sehingga (2010) mengatakan bahwa MAP
mengakibatkan vasokonstriksi merupakan mekanisme
dan konsekuensinya peningkatan kompensasi dalam
tekanan arteri. memepertahankan tekanan
Penurunan tekanan darah terjadi perfusi serebral yaitu dengan
setelah posisi head up 30° meningkatkan tekanan arteri
dikarenakan posisi elevasi rerata tersebut. Hal ini sejalan
kepala dapat mengontrol dengan Martono, dkk., (2016)
peningkatan TIK. Black & yang mengatakan bahwa
Hawk, (2014) mengatakan peningkatan nilai kritis MAP
bahwa posisi elevasi kepala 30° lebih dari 65 mmHg dapat
memperbaiki mikrosirkulasi dan 100x/menit. Pada jantung
autoreglasi otak. manusia normal, tiap- tiap
denyut berasal dari nodus SA
Namun demikian pada studi
(irama sinus normal). Semakin
kasus ini terjadi penurunan
besar metabolisme dalam suatu
MAP. Adapun penurunan yang
organ, maka makin besar aliran
terjadi merupakan kompensasi
darahnya. hal ini menyebabkan
dari penurunan tekanan darah.
kompensasi jantung dengan
Sehingga dengan adanya
mempercepat denyutnya dan
penurunan tekanan darah maka
memperbesar banyaknya aliran
akan diikuti dengan penurunan
darah yang dipompakan dari
MAP. Penurunan MAP pada
jantung ke seluruh tubuh.
studi kasus ini merupakan hal
yang diharapkan karena MAP 4) Saturasi oksigen
berbanding lurus dengan CPP.
Terjadi peningkatan saturasi
3) Heart rate oksigen baik pada responden 1
maupun responden 2. Sherwood,
Heart rate pada studi kasus ini
(2016) mengatakan bahwa
adalah frekuensi rata-rata denyut
saturasi oksigen adalah
jantung yang dihitung dalam satu
persentase oksigen yang telah
menit. Hal ini sesuai dengan
bergabung dengan molekul
pendapat Udjianti, (2013) yang
hemoglobin (Hb). Saturasi
mengatakan bahwa heart rate
oksigen dalam jumlah yang
atau denyut jantung adalah
cukup akan dilepas untuk
jumlah kontraksi ventrikel
memenuhi kebutuhan jaringan.
permenit. Denyut jantung harus
Hidayat, (2014) mengatakan
berlangsung dalam pola yang
bahwa saturasi oksigen normal
kontinu dan siklik untuk
adalah antara 95 – 100 %.
mempertahankan proses
Adapun faktor yang
kehidupan. Potter & Perry,
mempengaruhi terhadap saturasi
(2010) mengatakan bahwa
oksigen adalah sistem
secara fisiologis denyut jantung
pernapasan, hemoglobin yang
normal orang dewasa yaitu 60-
mengikat oksigen, dan curah dapat berubah-ubah secara sadar.
jantung. Sherwood, (2016) mengatakan
bahwa pola bernapas yang ritmik
5) Suhu tubuh dihasilkan oleh aktivitas saraf
siklik ke otot-otot pernapasan,
Terjadi peningkatan suhu tubuh
sehingga aktivitas pemacu yang
baik pada responden 1 maupun
menciptakan irama napas bukan
responden 2. Suhu tubuh yang
di paru atau otot pernapasan
tinggi setelah perdarahan
melainkan berada di pusat
intraserebral dikaitkan dengan
kontrol pernapasan (di otak).
ekspansi hematoma, edema
Selanjutnya saraf yang menuju
serebral, peningkatan tekanan
sistem pernapaan sangat
intrakranial, dan kerusakan
menyesuaikan tingkat ventilasi
neurologis awal. Parameter suhu
untuk menyamai kebutuhan
tubuh hipotermi jika suhu tubuh
terhadap penyerapan oksigen
< 35,5°C, normotermi jika suhu
dan karbondioksida yang
tubuh 36-37,5°C, dan hipertemi
berubah-ubah. Black & Hawk,
jika suhu tubuh > 37,5°C, yang
(2013) menjelaskan bahwa
diukur dengan alat ukur
gerakan respirasi berirama
thermometer.
merupakan hasil dari keluaran
6) Respiration rate neuron respirasi yang berada di
medula, menurun melalui
Terjadi peningkatan respiration
kolumna ventralis dan lateralis
rate pada responden 1 dan
medula spinalis ke neuron
responden 2 yaitu dari 18x/menit motorik frenikus pada diafragma
menjadi 20x/menit. Respiration dan neuron motorik interkostalis
rate pada studi kasus ini adalah
pada otot-otot interkostalis.
frekuensi rata-rata pernafasan
pasien yang di hitung dalam satu 7) Glasgow Coma Scale (GCS)
menit. Udjianti, (2013)
Tidak terjadi perubahan GCS.
mengatakan frekuensi
GCS merupakan skala yang
pernapasan normal adalah 16-24
digunakan untuk menilai tingkat
napas per menit. Frekuensi ini
kesadaran pasien. Ariani, (2012)
mengatakan bahwa pemeriksaan
SARAN
tingkat kesadaran menggunakan
GCS dilakukan dengan menilai
Setelah melihat hasil dari
respon pasien terhadap penelitian yang telah didapat, peneliti
rangsangan yang diberikan. ingin memberikan saran dan masukan
Respon pasien yang perlu yang diharapkan dapat diterima oleh
diperhatikan mencakup 3 hal semua pihak yang terkait dalam
yaitu reaksi membuka mata, penelitian.

kemampuan bicara dan tanggap 1. Dalam pemberian oksigen dan


motorik (gerakan). posisi head up 30° perlu adanya
pemantauan dari respon klinis
KESIMPULAN pasien.
2. Diharapkan setiap rumah sakit
Pemenuhan kebutuhan
memiliki standar prosedur
oksigenasi otak sesudah dilakukan operasional tentang pemberian
tindakan elevasi kepala 30° pada posisi head up 30°.
responden 1 yaitu terjadi penurunan 3. Studi kasus ini dapat
tekanan darah sistole 46 mmHg, tekanan diaplikasikan dalam
penatalaksanaan pasien dengan
darah diastole 33 mmHg, nilai MAP 60
stroke hemoragik yang berguna
mmHg, heart rate 10x/menit, terjadi
dalam pemenuhan status
peningkatan suhu 0,5°C, saturasi
hemodinamik tubuh.
oksigen 14%, dan respiration rate
2x/menit, sedangkan kesadaran tidak
terjadi perubahan. Selanjutnya untuk DAFTAR PUSTAKA
responden 2 yaitu terjadi penurunan
Ariani, T. A. (2012). Sistem
tekanan darah systole 40 mmHg, tekanan
Neurobehaviour. Jakarta: Salemba
darah diastole 20 mmHg, nilai MAP 20
Medika
mmHG, terjadi peningkatan heart rate
18x/menit, respiration rate 2x/menit, Sunardi, N . (2011). Pengaruh
suhu 0.1°C, saturasi oksigen 12 %, Pemberian Posisi Kepala Terhadap
Tekanan Intra Kranial Pasien Stroke
sedangkan tingkat kesadaran tidak ada
Iskemik di RSCM Jakarta. Jurnal
perubahan.
Publikasi dan Komunikasi Karya Ilmiah
Bidang Kesehatan Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
Dengan Penurunan Kesadaran Pada
Ekacahyaningtyas, N. (2017). Posisi Klien Stroek Hemoragik Setelah
Head Up 30° Sebagai Upaya Diberikan Posisi Kepala Elevasi 30 °.
Menigkatkan Sarurasi Oksigen Pada Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan
Pasien Stroke Hemoragik Dan Non
Hemoragik. Adi Husada Nursing Jurnal Wijaya, Andrea & Putri,Yessie. (2013).
KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah
Supadi. (2011). Pengaruh Elevasi (Keperawatan Dewasa), Jogjakarta:
Kepala Pada Klien Stroke Hemoragik Nuha Medika.
Terhadap Tekanan Rata-rata Arterial,
Tekanan Darah Dan Tekanan Black J.M & Hawks J.H. (2014).
Intrakranial Di Rumah Sakit Margono Keperawatan Medikal Bedah:Manajmen
Soekarjo Purwokerto. Jurnal Kemasindo Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan,
Edisi 8-Buku 3. Jakarta: Salemba
Purnajaya. ( 2014). Akurasi Pemasangan Medika.
Nasal Kanul Berhubungan Dengan
Perubahan Saturasi Oksigen Pada Pasien Mahmudah, Raisa. (2014). Jurnal
Di ICU. Media Ilmu Kesehatan Medula. Volume 2. Nomor 4. Left
Hemiparesis E.C Hemorrhagic Stroke.
Hasan, A. K. (2018). Study Kasus

Anda mungkin juga menyukai