Anda di halaman 1dari 16

ADANYA FAKTOR- FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI NILAI SATURASI OKSIGEN


PADA PASIEN KRITIS
• Kelompok 3

Moch. Dwi Agus S


Dwi wahyuningsih
Rahma Murti
Lilis Suryani
Ahmad Sixtabroni
OUTLINE
 Pendahuluan
 Definisi
 Cara mengukur SpO2
 Faktor- faktor yang
mempengaruhi nilai
saturasi oksigen (SpO2)
 Kesimpulan & saran
Pendahuluan

 Intensive Care Unit (ICU) merupakan bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan
staf dan perlengkapan khusus. Menurut Patient and Family Support Committee of
the Society of Critical Care Medicine (2002) dalam Berger & Pichard (2012)
mengungkapkan bahwa permasalahan yang sering terjadi pada pasien kritis di ruang
ICU antara lain gangguan neurologis, perdarahan, ketidakstabilan hemodinamik dan
cairan elektrolit, syok, gagal napas akut dan kronik, infeksi nosokomial, gagal
ginjal, nyeri dada, sepsis serta Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS).
 Pasien kritis yang ada di ICU harus melakukan bed rest. Stabilisasi kondisi
hemodinamik, pemasangan alat monitoring ataupun support kehidupan
 Kompleksitas program terapi dan pemantauan pasien kritis mengharuskan perawat
fokus terkait dengan kondisi status fisiologis dan hemodinamik termasuk saturasi
oksigen. Oleh karena itu perlunya pemantauan yang tepat karena kondisi
hemodinamik sangat mempengaruhi penghantaran oksigen ke seluruh tubuh dan
akhirnya akan mempengaruhi fungsi jantung (Hermawati, 2017).
Lanjutan…..

Menurut data World Health Organization (WHO) 2016, pasien kritis di ICU
meningkat setiap tahunnya. Terdapat 9,8-24,6 % pasien sakit kritis dan dirawat di
ICU per 100.000 penduduk, serta kematian akibat penyakit kritis hingga kronik di
dunia meningkat sebanyak 1,1-7,4 juta orang. Negara Asia termasuk Indonesia
sebayak 16 ICU di rumah sakit terdapat 1285 pasien sepsis yang menggunakan
ventilator dengan lama penggunaan ventilator rata-rata 3-10 hari dan 575 pasien
diantaranya meninggal dunia Beberapa penyakit kronis yang sering dijumpai di
ICU

Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh
(Andarmoyo, 2013).

Saturasi oksigen merupakan masalah yang harus ditangani pada pasien yang
mengalami penurunan kesadaran

Nilai normal saturasi oksigen antara 95-100%. (Riskesdas, 2018). Keadaan yang
lebih buruk dari penurunan saturasi oksigen adalah apabila lebih dari 4 menit
pasien tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak
yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
DEFINISI
 Saturasi oksigen merupakan salah satu indikator dari status
oksigenasi.
 Nilai saturasi oksigen adalah berapa persen dari semua situs
pengikatan hemoglobin yang ditempati oleh hemoglobin.
 Pulse oksimetry merupakan alat non invasif yang mengukur
saturasi oksigen darah arteri
 Nilai normal saturasi oksigen yaitu 95-100%. nilai saturasi
oksigen kurang dari 94% menandakan hipoksemia (Handanny
& Shai, 2015) dan hypoxia
 Hipoksemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi
penurunan konsentrasi oksigen dalam pembuluh darah arteri
(Kozier )
 Hipoxia : Kekurangan O2 pada tingkat jaringan
Cara pengukuran SpO2

 Dilakukan sebelum dan sesudah


melakukan tindakan
 Pasang Pulse oksimetry pada
ujung jari, ibu jari.
 oksimertri nadi dapat dapat
mendeteksi hipoksemia sebelum
tanda dan gejala klinis muncul
 catat nilai saturasi oksigen
 Observasi dan bandingkan hasil
saturasi oksigen sebelum dan
sesudah melakukan tindakan dan
Klinis pasien
Nilai nornal Keterangan

 saO2 ≥ 95%
 SaO2→ alat ini
 Hipoksemia→ ada 3 : memncarkan cahaya ke
 Hipoksia ringan : jaringan seperti jari,
 SaO2 90-94% jempol kaki→diukur pada
 Hipoksia sedang : pembuluh arteri kecil
 SaO2 75-89%
 Hipoksia berat
 SaO2 < 75%
Jurnal yang kami riview

 1. Studi literatur: fakor yang mempengaruhi saturasi oksigen


pada pasien kritis
 2. Saturasi oksigen pada pasien kritis dalam posisi headup:
studi literatur
 3. Terapi oksigen terhadap perubahan saturasi oksigen
melalui pemeriksaan oksimetri pada pasien IMA
 4. Pengaruh variasi tekanan negatif suction ETT terhadap
nilai saturasi oksigen ( SpO2)
 5. Perbedaan saturasi oksigen pada pasien kritis yang di
pasang ETT sebel
Faktor- faktor yang mempengaruhi nilai saturasi
oksigen (SpO2 )
 Posisi head Up 150
 Penelitian Pertami (2017) mengenai pengaruh posisi head up150 terhadap
perubahan tekanan intrakranial pada pasien cidera kepala menunjukkan hasil
mean mengalami penurunan sebesar 3,96
 Posisi head up 15-30°
 penelitian Sunarto (2015) yang menyatakan bahwa peningkatan nilai saturasi
oksigen pada pasien stroke paling sering dilakukan adalah dengan meninggikan
kepala 150 sampai 300 mampu mengurangi potensi peningkatan TIK
 Posisi head up 30°
 PenelitianPertami(2019) mengenai pemberian elevasi kepala300 dapat
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien stroke dengan hasil terdapat
peningkatan nilai saturasi oksigen dengan selisih 2,48, yang mana pengaturan
posisi kepala lebih tinggi dari jantung dapat melancarkan aliran oksigen yang
menuju ke otak serta dapat memfasilitasi peningkatan aliran darah serebral
Lanjutan….
 Posisi Head Up 90°
 Penelitian Khasanah (2019) mengenai Perbedaan Saturasi Oksigen dan Respirasi
Rate Pasien Congestive Heart Failure pada Perubahan Posisi menunjukkan hasil
rerata saturasi oksigen (SaO2), dari posisi head up ke semi fowler mengalami
peningkatan 0.5% dan dari posisi semi fowler ke fowler juga mengalami
peningkatan sebesar 0,2%
 Terapi Oksigen binasal kanule
 Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p value
0,000 (p < 0,05) maka disimpulkan bahwa ada pengaruh perubahan saturasi oksigen
yang sangat signifikan sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah pemberian
terapi oksigen pada pasien infark miokard akut sesuai hasil penelitian. oksigen
binasal kanul dapat mengembalikan saturasi oksigen dari kondisi hipoksia ringan ke
kondisi normal secara bermakna pada pasien infark miokard terjadi sumbatan
ataupun penyempitan arteri koroner secara mendadak yang menyebabkan jaringan
miokard mengalami iskemik, maka dengan pemberian terapi oksigen dapat
mempengaruhi tonus otot arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi dari arteri
koroner
Lanjutan…
 Tindakan suction (penghisapan lendir)
 Adanya penurunan nilai saturasi oksigen (SaO2) sesudah dilakukan
tindakan penghisapan lendir (suction) Endotrakeal Tube (ETT) yangterlihat
dari nilai minimum dari sebelum suction ke sesudah 0 menit lalu mulai
meningkat di sesudah 3 menit dan saturasi kembali normal di sesudah 5
menit.
 Variasi Tekanan negatif suction ETT
 Penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan 25 kPa memberikan efek
signifikan menurunkan SpO2 lebih besar dibandingkan tekanan 20 kPa,
namun dalam menghilangkan sekret secara keseluruhan tekanan 25 kPa
lebih efektif dibandingkan 20 kPa.
lanjutan
Mobilisasi / aktivitas
mobilisasi atau pergerakan ekstremitas dapat menyebabkan perubahan saturasi
oksigen kurang dari 90 %. Sehingga pada pasien kritis perlu dilakukan latihan
fisik (Ozyurex, 2012). Mobilisasi adalah kegiatan fundamental keperawatan
yang membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menerapkan secara
efektif untuk pasien sakit kritis. Mobilisasi dapat menghasilkan outcome yang
baik bagi pasien seperti meningkatkan pertukaran gas, mengurangi angka VAP,
mengurangi durasi penggunaan ventilator, dan meningkatkankemampuan
fungsional jangka panjang (Vollman, 2013).
Hemoglobin
penurunan konsentrasi Hb menjadi seperempat dari normal dimana aliran
darah normal dapat mengurangi PO2 cairan intertisial menjadi kira-kira 13
mmHg. Selain kadar Hb, pH darah juga mempengaruhi hasil pengukuran
SpO2
Kesimpulan

a. Dari hasil jurnal studi literatur, faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen pada
pasien kritis, dari beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai saturasi oksigen yaitu suction, posisi head up, dan aktivitas atau
mobilisasi.

b. dari hasil saturasi oksigen pada pasien kritis dalam posisi headup: studi literatur
didapatkan beberapa literatur yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa posisi head
up150, 300, 450,900 dapat mempengaruhi peningkatan nilai saturasi oksigen

c. Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai p
value 0,000 (p < 0,05) maka disimpulkan bahwa ada pengaruh perubahan saturasi
oksigen yang sangat signifikan sebelum pemberian terapi oksigen dengan setelah
pemberian terapi oksigen pada pasien infark miokard akut RSUD Dr. Moewardi di
Surakarta.
Lanjutan.......
 d. dari hasil jurnal pengaruh variasi tekanan negatif suction ETT terhadap
nilai saturasi oksigen (spo2) didapatkan Tekanan negatif 25 kPa lebih efektif
dalam mengeluarkan sekresi sekret pada jalan nafas dan memungkinkan
peningkatan saturasi oksigen setelah tindakan suction pada pasien dengan
ventilator dibandingkan dengan tekanan 20 kPa.
 e. Hasil penelitian Perbedaan Saturasi Oksigen Pada Pasien Kritis Yang
Dipasang Endotracheal Tube Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Tindakan
Suction Di Ruang ICU RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2019
menunjukkan Sebelum diberikan tindakan penghisapan lendir (suction)
Endotrakeal Tube (ETT) adalah mayoritas responden memiliki nilai saturasi
oksigen (SaO2) yangnormal. ) sesudah dilakukan tindakan penghisapan
lendir (suction) Endotrakeal Tube (ETT) ada penurunan nilai saturasi
oksigen (SaO2), yangterlihat dari nilai minimum dari sebelum suction ke
sesudah 0 menit lalu mulai meningkat di sesudah 3 menit dan saturasi
kembali normal di sesudah 5 menit.
Saran
Bagi perawat
a. Diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien
infark miokard akut melalui terapi oksigen dengan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain; kadar hemoglobin,
fungsi paru, fungsi ginjal.
b. Pada pasien infark miokard yang telah mendapatkan terapi oksigen
binasal kanul dan tetap mengalami hipoksia ringan, diharapkan
peran perawat untuk memonitoring setiap waktu serta
mempertimbangkan pemberian terapi oksigen dengan konsentrasi
yang lebih tinggi misalkan dengan masker non rebreathing mask (NR)
untuk meningkatkan proses ventilasi dengan FiO2 yang lebih tinggi.
c.Diharapkan perawat bertugas lebih memperhatikan faktor – faktor
yang mempengaruhi penurunan saturasi oksigen pada pasien kritis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai