A
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Tahap Profesi
Oleh :
Aqil Agustina 22020119210033
Istriyani 22020119210001
Ni’mah Vicky P 22020119210018
Qoirina Sukma Widyasari 22020119210029
Halimah Wenny Y.A 22020119210046
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan pernapasan merupakan salah satu penyebab paling umum seorang pasien
dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kegagalan pernapasan terjadi ketika salah satu
fungsi pertukaran gas, yaitu oksigenasi atau eliminasi CO2 tidak berjalan dengan
semestinya. Herdman dan Kamitsuru (2018) mendefinisikan hambatan pertukaran gas ini
sebagai kondisi di mana tubuh mengalami kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar kapiler. Kegagalan pernapasan dapat
bersifat akut atau kronis. Indikator klinis gagal napas akut meliputi: tekanan parsial
oksigen arteri (PaO2) di bawah 60 mmHg, saturasi oksigen arteri yang diukur dengan
pulse oximetry (SpO2) di bawah 91%, PaCO2 di atas 50 mmHg, dan pH di bawah 7,35
(Fournier, 2014).
Salah satu hambatan pertukaran gas yang sering ditemui pada pasien perioperatif dan
pasien yang menjalani operasi dalam jangka waktu cukup lama adalah asidosis
metabolik. Selama prosedur bedah, kehilangan darah atau penurunan volume sirkulasi
pada pasien mengakibatkan hipoperfusi jaringan sistemik, lokal, atau hipoksemia seluler.
Gangguan oksigenasi pada jaringan menyebabkan peningkatan metabolisme anaerob
yang berakibat pada peningkatan produksi laktat. Akan tetapi, beberapa penelitian
menyebutkan bahwa asidosis perioperatif disebabkan oleh pemberian infus saline 0,9%
yang berlebihan. Pemberian infus saline dapat meningkatkan konsentrasi serum klorida
(hiperkloremia), sehingga menurunkan Strong Ion Difference (SID) dan mengakibatkan
asidosis metabolik (Park et al., 2012).
B. Tujuan Penulisan
a) Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pertukaran gas.
b) Tujuan khusus
1. Memahami konsep teori gangguan pertukaran gas.
2. Mampu melakukan pengkajian kepada pasien dengan gangguan pertukaran gas.
3. Mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
gangguan pertukaran gas.
4. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan yang diberikan.
5. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Gangguan pertukaran gas adalah kondisi di mana tubuh mengalami kelebihan
atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar
kapiler (Herdman & Kamitsuru, 2018). Kegagalan pernapasan terjadi ketika salah satu
fungsi pertukaran gas, yaitu oksigenasi atau eliminasi CO2 tidak berjalan dengan
semestinya dan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen pada tingkat
jaringan hingga seluler (Fournier, 2014).
B. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan gangguan pertukaran gas antara lain (Herdman &
Kamitsuru, 2018) :
1) Perubahan membran alveolar kapiler
Membrane alveolar kapiler merupakan permukaan antar alveoli dan endotel
kapiler yang merupakan tempat O2 berdifusi dari alveoli ke kapiler darah / CO 2
berdifusi dari kapiler ke alveoli
2) Ventilasi perfusi
Tidak seluruh napas mempunyai membrane napas memiliki alveoli, maka daerah
tersebut tidak memiliki peran dalam penukaran gas dan darah disebut dengan
dead space. Area beralveoli tersebut di paru inilah terjadi proses pertukaran udara
yag disebut sebagai zona alveoli (24 jam) (Laitupa, Afrita, Amin M. 2016)
C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi merupakan proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan yang keluar
dari paru dan keparu paru. Apabila dalam proses tersebut terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalurkan dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan napas sebagai suatu benda asing uang dapat menimbulkan pengeluaran mucus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang mengganggu akan
menyebabkan ketidaefektifan pertukaran gas. Selain terdapat kerusakan pada proses
ventilasi, difusi maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload dan kontraktilitas miokart dapat mempengaruhi adanya
pertukaran gas (Bunner & Suddart, 2002).
Monitor pernapasan
- Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot subclavicular dan intercostal
- Monitor suara napas seperti mendengkur
- Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes)
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara napas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi pasien suara
tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Klien/Pasien
a. Nama (Inisial) : Tn A
b. No. Rekam medik : C784989
c. Umur : 23 tahun
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : S1
g. Pekerjaan : Pegawai swasta
h. Suku : Jawa
i. Bahasa : Indonesia
j. Alamat : Randusari 10/1 Teras Boyolali Jawa Tengah
k. Diagnosa Medis : Post laparotomy spelenectomy
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama (Inisial) : Tn S
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Alamat : Randusari 10/1 Teras Boyolali Jawa Tengah
d. Hubungan dengan klien : Kakak
B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
a. Tidak ada hambatan atau sumbatan jalan napas
b. Terpasang fentanyl 0.05 mg
c. Terpasang ETT dengan 10 lpm
2. Breathing
a. Pergerakan dinding dada simetris antara kanan dan kiri
b. Warna kulit pucat
c. Suara napas vesikuler
3. Circulation
a. Vital sign:
1) Tekanan darah : 121/72 mmHg
2) Nadi : 98 kali/menit
3) Suhu : 36,6oC
4) RR : 17 kali/ menit
5) SPO2 : 100%
b. Capilarry refill time : < 2 detik
c. MAP : 81
d. Akral : hangat
4. Disability
a. Kesadaran : Tn A dibawah efek sedasi
b. GCS : Skor RASS tidak terkaji
c. Pupil : isokor
d. Gangguan motorik : -
e. Gangguan sensorik : -
5. Exposure:
Terpasang drain
Terdapat luka jahitan sekitar +/- 10 cm
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Anamnesis (SAMPLE)
a. S (Signs and Symptoms)
S: Keluhan belum dapat dikaji
O: Klien post laparatomi splenectomy ruptur lien grade V, fraktur costa 8,9,10
lateral sinistra, contusion pulmo sinistra, fraktur pelvis, terpasang ET mode CPAP
dengan RR/MS 31, tidal volume 427, PEEP/PIP 6, FiO2/FLOW 50%, dan
SENS/P. Support 1/5, terpasang NGT, DC, drain, dan masih di bawah efek
sedasi.
b. A (Allergies)
Dari penjelasan keluarga, klien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan
c. M (Medications)
Dari riwayat pengkajian sebelumnya di IGD klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun sebelum masuk rumah sakit.
d. P (Pertinent Medical History)
Berdasarkan catatan medis, klien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
e. L (Last Meal)
Berdarkan pengkajian keluarga, riwayat makan klien tidak mengalami gangguan.
Klien makan 3x sehari dengan habis 1 porsi.
f. E (Events)
Klien mengalami kecelakaan motor vs mobil pada tanggal 30 Oktober 2019
dengan trauma tumpul dan dibawa ke RS Demak, selanjutnya dirujuk ke RSUP
Kariadi. Tn A sampai di IGD RSUP Dr. Karyadi pukul 23.00 WIB tanggal 30
Oktober 2019. Tn A dijadwalkan operasi laparatomi cito dengan lama operasi 150
menit, lama anestesi 180 menit dengan perdarahan sebanyak 1000 cc dan output urin
1000 cc. Dilakukan rehidrasi cairan menggunakan RL 1000 cc dan NaCl 0,9% 1000
cc serta diberikan tranfusi prc sebanyak 460 cc dan WB 400 cc. Terdapat sedian darah
3 prc, 4 FFP dan 2 WB. Setelah operasi klien dibawa ke ICU pada pukul 02.00
tanggal 31 Oktober 2019 dengan TD 130/100 mmHg, HR 100 kali/menit, RR 28
x/menit dan SpO2 100%.
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan Umum : klien tampak lemah, terpasang ET mode CPAP dengan
RR/MS 31, tidal volume 427, PEEP/PIP 6, FiO2/FLOW 50%, dan SENS/P. Support
1/5, terpasang NGT, DC, drain.
b. Kesadaran : Belum dapat dikaji karena klien masih dalam efek sedasi.
c. Vital sign:
1) Tekanan darah: 110/65 mmHg
2) Nadi : 107 x/menit
3) Suhu : 37,1 ºC
4) RR : 31 kali/menit
5) SPO2 : 98%
d. Kepala
1) Inspeksi
a) Bentuk kepala mesochepal
b) Rambut berwarna hitam
c) Tidak ada luka
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
e. Telinga
1) Inspeksi
a) Telinga bersih
b) Simetris antara kanan dan kiri
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan
f. Mata
1) Inspeksi
a) Mata bersih antara kanan dan kiri
b) Konjungtiva tidak anemis
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada mata
g. Mulut dan Gigi
1) Inspeksi :
a) Mulut dan gigi bersih
b) Tidak ada sariawan
c) Terpasang intubasi
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada mulut
h. Hidung
1) Inspeksi
a) Hidung bersih
b) Tidak luka
c) Terpasang NGT
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada hidung
i. Leher
1) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada dan paru
1) Inspeksi
Pengembangan dada simetris
2) Palpasi
Tidak dapat dikaji
3) Perkusi
Sonor
4) Auskultasi
Suara napas kanan kiri vesikuler
k. Jantung
1) Inspeksi
Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi
Iktus kordis teraba di ICS 5 sinistra
3) Perkusi
a) Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b) Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c) Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d) Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
l. Auskultasi
Bunyi jantung S1 S2 Lup-dup
m. Abdomen
1) Inspeksi
Terdapat luka jahitan post laparatomi H-0
2) Auskultasi
Tidak terkaji
3) Palpasi
Mengalami distensi abdomen
4) Perkusi
Hipertimpani
n. Genetalia
Terpasang DC
o. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
a) Dextra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
b) Sinistra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
2) Ekstremitas bawah
a) Dextra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
b) Sinistra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
Kanan Kiri
0 0
0 0
3. Pengkajian Fungsional
a. Nutrisi dan Cairan
Jenis Sebelum sakit Saat sakit
Makan Makan 3 x sehari menggunakan Belum mengkonsumsi apapun, masih
nasi dan sayur lauk dibawah efek sedasi
Minum Minum ± 1000 ml sehari Belum mengkonsumsi minum
IWL dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB
IWL : 15 x BB : 24
: 15 x 70 : 24
: 43,75
IWL 7 jam = 306 cc
Input dalam 7 jam:
NGT (susu) 90 cc
Cairan RL 664 cc
Midazolam 10 cc
Morfin 9 cc
Total : 773
Output dalam 7 jam:
Urin 480 cc
Drain 100 cc
Balance Cairan dalam 7 jam = kurang 113 cc
b. Eliminasi
1) Eliminasi fekal : Belum BAB
2) Eliminasi urine : 300 ml
c. Termoregulasi
Kulit klien teraba hangat, suhu klien 36,6ºC.Aktivitas Latihan dan Mobilisasi
d. Aktivitas Latihan dan Mobilisasi
Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Makan dan Minum
Mobilisasi
Ambulasi
TOTAL 24
Keterangan : 1 : mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung penuh
Keterangan :
Indeks Katz G (ketergantungan penuh)
e. Rasa Aman dan Nyaman
Pengkajian nyeri (CPOT)
1) Ekspresi wajah :0
2) Gerakan tubuh :1
3) Complience dengan VM : 0
4) Vokalisasi :0
5) Tahanan otot :0
Keterangan
1) Ekspresi wajah : 0 (biasa), 1 (tegang), 2 (gelisah)
2) Gerakan tubuh : 0 (tidak ada gerakan), 1 (proteksi), 2 (gelisah)
3) Complience dengan VM : 0 (mampu menyesuaikan), 1 (batuk tapi bisa
toleransi), 2 (tidak sesuai dengan VM)
4) Vokalisasi : 0 (tidak bersuara/suara biasa), 1 (mendesah/merintih), 2
(menangis).
5) Tahanan otot : 0 (rileks), 1 (tegang dan kaku), 2 (sangat tegang).
4. Pemeriksaan Penunjang
Meassured 370C
pH 7.366 - 7.37-7.46 H
pCO2 34,4 mmHg
PO2 45,5 mmHg 83-105
H
Calculated temp 38,0 C
FiO2 60,0 %
pH(T) 7,351 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 36.0 mmHg 35-48
PO2(T) 48,8 mmHg 83-108 H
HCO3- 19,9 mmol/L 22-29 H
TCO2 21,0 mmol/L 23-27
BEecf -5,6 mmol/L
BE(B) -4,1 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 80,3 % 94%-98% H
A-aDO2 337,9 mmHg
RI 7,4 -
Meassured 370C
pH 7.399 - 7.37-7.46 H
pCO2 21,2 mmHg
PO2 126,5 mmHg 83-105
H
Calculated temp 37,3 C
FiO2 40,0 %
pH(T) 7,395 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 21,5 mmHg 35-48
PO2(T) 128,4 mmHg 83-108 H
HCO3- 13,2 mmol/L 22-29 H
TCO2 13,9 mmol/L 23-27
BEecf -11,8 mmol/L
BE(B) -8,6 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 99 % 94%-98% H
A-aDO2 131,7 mmHg
RI 1 -
Meassured 370C
pH 7.459 - 7.37-7.46 H
pCO2 37.7 mmHg
PO2 112.6 mmHg 83-105
H
Calculated temp 36.5 C
FiO2 44.0 %
pH(T) 7.467 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 36.9 mmHg 35-48
PO2(T) 109.6 mmHg 83-108 H
HCO3- 27.1 mmol/L 22-29 H
TCO2 28.2 mmol/L 23-27
BEecf 3.0 mmol/L
BE(B) 3.7 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 98,7 % 94%-98% H
A-aDO2 162,8 mmHg
RI 1,4 -
Kesimpulan: Alkalosis
p/f ratio = 249 (tidak ARDS)
Tanggal 2 November 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
HEMATOLOGI
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 141 mg/dL 80 – 160
Ureum 20 mg/dL 16 – 39
Kreatinin 0.83 mg/dL 0.6 – 1.3
Magnesium 0.84 mmol/ L 0.74 – 0.99
Rendah
Calcium 1.92 mmol/ L 2.12 – 2.52
Elektrolit
Natrium 140 mmol/ L 136 – 145
Kalium 4.0 mmol/ L 3.5 – 5.0
Clorida 99 mmol/ L 96 - 105
Tanggal 3 November 2019 pukul 01.17
Kimia klinik
Asam laktat 1.14 mmol/ L 0.4 – 2.0
Koagulasi
Plasma prothrombin Time
(PPT)
Waktu Prothrombin 14.3 detik 11.0 – 14.5
PPT Kontrol 15.0 detik
Partial Thromplastin Time
(PPTK)
Waktu Thrombplastin 29.7 detik 24.0 – 36.0
APTT Kontrol 22.0 detik
5. Terapi Medis
Alimul H., Uliyah. M. 2014. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). USA: Elsevier.
Bunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I Made Karyasa. Jakarta: EGC
Fournier M. (2014). Caring for patients in respiratory failure. American Nurse Today.