Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

A
DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERTUKARAN GAS
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis Tahap Profesi

Pembimbing Akademik : Suhartini, S.Kp., MNS., Ph.D


Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., M.Sc
Ns. Dody Setyawan, S.Kep., M.Kep
Clinical Instructor : Ns. Faizal Abdi, S.Kep
Ns. Angilian Budi Ardhianto, S.Kep
Ns. Dewi Supraptoningsih, S.Kep
Ns. Anggasari Kusumastuti, S.Kep

Oleh :
Aqil Agustina 22020119210033
Istriyani 22020119210001
Ni’mah Vicky P 22020119210018
Qoirina Sukma Widyasari 22020119210029
Halimah Wenny Y.A 22020119210046

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegagalan pernapasan merupakan salah satu penyebab paling umum seorang pasien
dirawat di Intensive Care Unit (ICU). Kegagalan pernapasan terjadi ketika salah satu
fungsi pertukaran gas, yaitu oksigenasi atau eliminasi CO2 tidak berjalan dengan
semestinya. Herdman dan Kamitsuru (2018) mendefinisikan hambatan pertukaran gas ini
sebagai kondisi di mana tubuh mengalami kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau
eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar kapiler. Kegagalan pernapasan dapat
bersifat akut atau kronis. Indikator klinis gagal napas akut meliputi: tekanan parsial
oksigen arteri (PaO2) di bawah 60 mmHg, saturasi oksigen arteri yang diukur dengan
pulse oximetry (SpO2) di bawah 91%, PaCO2 di atas 50 mmHg, dan pH di bawah 7,35
(Fournier, 2014).

Salah satu hambatan pertukaran gas yang sering ditemui pada pasien perioperatif dan
pasien yang menjalani operasi dalam jangka waktu cukup lama adalah asidosis
metabolik. Selama prosedur bedah, kehilangan darah atau penurunan volume sirkulasi
pada pasien mengakibatkan hipoperfusi jaringan sistemik, lokal, atau hipoksemia seluler.
Gangguan oksigenasi pada jaringan menyebabkan peningkatan metabolisme anaerob
yang berakibat pada peningkatan produksi laktat. Akan tetapi, beberapa penelitian
menyebutkan bahwa asidosis perioperatif disebabkan oleh pemberian infus saline 0,9%
yang berlebihan. Pemberian infus saline dapat meningkatkan konsentrasi serum klorida
(hiperkloremia), sehingga menurunkan Strong Ion Difference (SID) dan mengakibatkan
asidosis metabolik (Park et al., 2012).

Asidosis metabolik seringkali turut mempengaruhi pola napas pasien sehingga


pemantauan status respirasi dan oksigenasi sangat penting untuk dilakukan. Kebutuhan
oksigen yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan terjadinya hipoperfusi hingga disfungsi
organ (Nicks, 2018). Oleh karena itu, rencana tindakan yang dilakukan selain bertujuan
mengatasi penyebab asidosis metabolik, juga harus mampu mempertahankan status
respirasi pasien, termasuk memantau respon pasien terhadap alat bantu pernapasan.

B. Tujuan Penulisan
a) Tujuan umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pertukaran gas.
b) Tujuan khusus
1. Memahami konsep teori gangguan pertukaran gas.
2. Mampu melakukan pengkajian kepada pasien dengan gangguan pertukaran gas.
3. Mengetahui efektivitas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
gangguan pertukaran gas.
4. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan yang diberikan.
5. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gangguan pertukaran gas adalah kondisi di mana tubuh mengalami kelebihan
atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar
kapiler (Herdman & Kamitsuru, 2018). Kegagalan pernapasan terjadi ketika salah satu
fungsi pertukaran gas, yaitu oksigenasi atau eliminasi CO2 tidak berjalan dengan
semestinya dan berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen pada tingkat
jaringan hingga seluler (Fournier, 2014).
B. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan gangguan pertukaran gas antara lain (Herdman &
Kamitsuru, 2018) :
1) Perubahan membran alveolar kapiler
Membrane alveolar kapiler merupakan permukaan antar alveoli dan endotel
kapiler yang merupakan tempat O2 berdifusi dari alveoli ke kapiler darah / CO 2
berdifusi dari kapiler ke alveoli
2) Ventilasi perfusi
Tidak seluruh napas mempunyai membrane napas memiliki alveoli, maka daerah
tersebut tidak memiliki peran dalam penukaran gas dan darah disebut dengan
dead space. Area beralveoli tersebut di paru inilah terjadi proses pertukaran udara
yag disebut sebagai zona alveoli (24 jam) (Laitupa, Afrita, Amin M. 2016)

C. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses
ventilasi merupakan proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan yang keluar
dari paru dan keparu paru. Apabila dalam proses tersebut terdapat obstruksi maka
oksigen tidak dapat tersalurkan dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon
jalan napas sebagai suatu benda asing uang dapat menimbulkan pengeluaran mucus.
Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang mengganggu akan
menyebabkan ketidaefektifan pertukaran gas. Selain terdapat kerusakan pada proses
ventilasi, difusi maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume
sekuncup, afterload, preload dan kontraktilitas miokart dapat mempengaruhi adanya
pertukaran gas (Bunner & Suddart, 2002).

D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen


Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain (Kozier & Barbara,
2010 dan Alimul & Uliyah, 2014) :
1) Faktor fisiologis
a. Penurunan kapasitas membawa oksigen
b. Penurunan konsentrasi oksigen oksigen yang diinspirasi
2) Faktor perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru paru yang
sebelumnya terisi cairan menjadi terisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan
jalan napas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak
kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap
diameter tranfersal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada
lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk torak dan pola napas. Tahap
perkembangan klien dan proses penuaan yang normal mempengaruhi oksigenasi
jaringan: bayi premature, bayi dan toddler, anak usia sekolah dan remaja, dewasa
muda, dewasa pertengahan, dan lansia.
3) Faktor lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makintinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang
dapatdihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian
memilikilaju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan
yang meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi
sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang
dari permukaan akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer,akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
4) Gaya hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasandan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok
dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi peny
akitparu.
5) Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi
penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya
pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit- penyakit
pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah.
Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah
anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida
maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
6) Narkotika
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedalaman pernapasan ketika
depresi pusat pernapasan di medulla. Oleh karena itu bila memberikan obat obat
narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan
7) Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan sel jaringan.
8) Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan inisama
jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulitdisebut
dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha
inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
9) Obstruksi jalan nafas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjangsaluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagianatas meliputi:
hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karenaadanya benda asing
seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang(otrhopharing) bila individu
tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas dibagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau
lengkap dari saluran napas ke brnkhus dan paru. Mempertahankan jalan napas
yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang terkadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas ditandai edngan adanya suara
menggosok selama inhalasi (inspirasi).
E. Pengkajian
1) Pengkajian primer :
 Airway
Periksa kepatenan jalan napas, periksa vokalisasi/kemampuan berbicara,
periksa aliran udara pada jalan napas.
 Breathing
Periksa pengembangan dinding dada, suara napas, hembusan napas, pola
napas, frekuensi napas, penggunaan otot bantu pernapasan, alat bantu napas.
 Circulation
Periksa denyut nadi, kualitas, dan frekuensi nadi, irama jantung, warna
kulit, suhu tubuh, capillary refill time.
 Disability
Periksa tingkat kesadaran/orientasi (AVPU/GCS), respon terhadap
rangsang, pupil, kemampuan menggerakkan ekstremitas.
 Exposure
Periksa adanya deformitas, kontusio, edema, maupun abnormalitas
lainnya.
2) Pengkajian sekunder
 Symptoms
Kaji kondisi dan keluhan subjektif dan objektif klien saat ini.
 Allergies
Kaji riwayat alergi terhadap obat atau makanan.
 Medications
Kaji riwayat pengobatan sebelumnya, termasuk jenis obat dan dosis.
 Previous medical history/past illness
Kaji riwayat penyakit atau keluhan sebelumnya.
 Last meal
Kaji waktu makan terakhir, termasuk jenis makan dan jumlah.
 Event
Kaji riwayat kejadian sampai klien dibawa ke ruang perawatan
(kejadian trauma, waktu, penanganan, dan respon klien)
3) Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Kesadaran
 Vital signs (TD, HR, RR, suhu)
 Kepala
 Telinga
 Mulut dan gigi
 Hidung
 Leher
 Dada/paru
 Jantung
 Abdomen
 Genitalia
 Ekstremitas
4) Pengkajian fungsional
 Oksigenasi
 Nutrisi dan cairan
 eliminasi
5) Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaaan CT Scan/radiologi
6) Terapi medis
Kaji terapi medis klien saat ini, termasuk dosis, cara pemberian, dan waktu
pemberian.
F. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
- Ketidakefektifan pola napas
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Gangguan ventilasi spontan
- Disfungsi respon penyapihan ventilator
- Intoleransi aktivitas
G. Penatalaksanaan
Airway management
- Buka jalan napas gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan bantu napas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2

Monitor pernapasan
- Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi
- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi
otot subclavicular dan intercostal
- Monitor suara napas seperti mendengkur
- Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes)
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara napas, catat area penurunan/ tidak adanya ventilasi pasien suara
tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : 31 Oktober 2019 Jam : 07.00 WIB


Tanggal masuk : 31 Otober 2019 Jam : 02.00 WIB
Ruang : ICU

A. PENGKAJIAN
1. Klien/Pasien
a. Nama (Inisial) : Tn A
b. No. Rekam medik : C784989
c. Umur : 23 tahun
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : S1
g. Pekerjaan : Pegawai swasta
h. Suku : Jawa
i. Bahasa : Indonesia
j. Alamat : Randusari 10/1 Teras Boyolali Jawa Tengah
k. Diagnosa Medis : Post laparotomy spelenectomy
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama (Inisial) : Tn S
b. Jenis kelamin : Laki-laki
c. Alamat : Randusari 10/1 Teras Boyolali Jawa Tengah
d. Hubungan dengan klien : Kakak

B. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
a. Tidak ada hambatan atau sumbatan jalan napas
b. Terpasang fentanyl 0.05 mg
c. Terpasang ETT dengan 10 lpm
2. Breathing
a. Pergerakan dinding dada simetris antara kanan dan kiri
b. Warna kulit pucat
c. Suara napas vesikuler
3. Circulation
a. Vital sign:
1) Tekanan darah : 121/72 mmHg
2) Nadi : 98 kali/menit
3) Suhu : 36,6oC
4) RR : 17 kali/ menit
5) SPO2 : 100%
b. Capilarry refill time : < 2 detik
c. MAP : 81
d. Akral : hangat
4. Disability
a. Kesadaran : Tn A dibawah efek sedasi
b. GCS : Skor RASS tidak terkaji
c. Pupil : isokor
d. Gangguan motorik : -
e. Gangguan sensorik : -
5. Exposure:

Terpasang drain
Terdapat luka jahitan sekitar +/- 10 cm

C. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Anamnesis (SAMPLE)
a. S (Signs and Symptoms)
S: Keluhan belum dapat dikaji
O: Klien post laparatomi splenectomy ruptur lien grade V, fraktur costa 8,9,10
lateral sinistra, contusion pulmo sinistra, fraktur pelvis, terpasang ET mode CPAP
dengan RR/MS 31, tidal volume 427, PEEP/PIP 6, FiO2/FLOW 50%, dan
SENS/P. Support 1/5, terpasang NGT, DC, drain, dan masih di bawah efek
sedasi.
b. A (Allergies)
Dari penjelasan keluarga, klien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan
c. M (Medications)
Dari riwayat pengkajian sebelumnya di IGD klien tidak mengkonsumsi obat-obatan
apapun sebelum masuk rumah sakit.
d. P (Pertinent Medical History)
Berdasarkan catatan medis, klien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
e. L (Last Meal)
Berdarkan pengkajian keluarga, riwayat makan klien tidak mengalami gangguan.
Klien makan 3x sehari dengan habis 1 porsi.
f. E (Events)
Klien mengalami kecelakaan motor vs mobil pada tanggal 30 Oktober 2019
dengan trauma tumpul dan dibawa ke RS Demak, selanjutnya dirujuk ke RSUP
Kariadi. Tn A sampai di IGD RSUP Dr. Karyadi pukul 23.00 WIB tanggal 30
Oktober 2019. Tn A dijadwalkan operasi laparatomi cito dengan lama operasi 150
menit, lama anestesi 180 menit dengan perdarahan sebanyak 1000 cc dan output urin
1000 cc. Dilakukan rehidrasi cairan menggunakan RL 1000 cc dan NaCl 0,9% 1000
cc serta diberikan tranfusi prc sebanyak 460 cc dan WB 400 cc. Terdapat sedian darah
3 prc, 4 FFP dan 2 WB. Setelah operasi klien dibawa ke ICU pada pukul 02.00
tanggal 31 Oktober 2019 dengan TD 130/100 mmHg, HR 100 kali/menit, RR 28
x/menit dan SpO2 100%.
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Keadaan Umum : klien tampak lemah, terpasang ET mode CPAP dengan
RR/MS 31, tidal volume 427, PEEP/PIP 6, FiO2/FLOW 50%, dan SENS/P. Support
1/5, terpasang NGT, DC, drain.
b. Kesadaran : Belum dapat dikaji karena klien masih dalam efek sedasi.
c. Vital sign:
1) Tekanan darah: 110/65 mmHg
2) Nadi : 107 x/menit
3) Suhu : 37,1 ºC
4) RR : 31 kali/menit
5) SPO2 : 98%
d. Kepala
1) Inspeksi
a) Bentuk kepala mesochepal
b) Rambut berwarna hitam
c) Tidak ada luka
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema
e. Telinga
1) Inspeksi
a) Telinga bersih
b) Simetris antara kanan dan kiri
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan
f. Mata
1) Inspeksi
a) Mata bersih antara kanan dan kiri
b) Konjungtiva tidak anemis
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada mata
g. Mulut dan Gigi
1) Inspeksi :
a) Mulut dan gigi bersih
b) Tidak ada sariawan
c) Terpasang intubasi
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada mulut
h. Hidung
1) Inspeksi
a) Hidung bersih
b) Tidak luka
c) Terpasang NGT
2) Palpasi
a) Tidak ada nyeri tekan pada hidung
i. Leher
1) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
j. Dada dan paru
1) Inspeksi
Pengembangan dada simetris
2) Palpasi
Tidak dapat dikaji
3) Perkusi
Sonor
4) Auskultasi
Suara napas kanan kiri vesikuler
k. Jantung
1) Inspeksi
Iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi
Iktus kordis teraba di ICS 5 sinistra
3) Perkusi
a) Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b) Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c) Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d) Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
l. Auskultasi
Bunyi jantung S1 S2 Lup-dup
m. Abdomen
1) Inspeksi
Terdapat luka jahitan post laparatomi H-0
2) Auskultasi
Tidak terkaji
3) Palpasi
Mengalami distensi abdomen
4) Perkusi
Hipertimpani
n. Genetalia
Terpasang DC
o. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas
a) Dextra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
b) Sinistra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
2) Ekstremitas bawah
a) Dextra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)
b) Sinistra: edema (-), nyeri (-), lemas (+), lesi (-), kekuatan otot (0)

Kanan Kiri

0 0

0 0

3. Pengkajian Fungsional
a. Nutrisi dan Cairan
Jenis Sebelum sakit Saat sakit
Makan Makan 3 x sehari menggunakan Belum mengkonsumsi apapun, masih
nasi dan sayur lauk dibawah efek sedasi
Minum Minum ± 1000 ml sehari Belum mengkonsumsi minum
IWL dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 14.00 WIB
IWL : 15 x BB : 24
: 15 x 70 : 24
: 43,75
IWL 7 jam = 306 cc
Input dalam 7 jam:
NGT (susu) 90 cc
Cairan RL 664 cc
Midazolam 10 cc
Morfin 9 cc
Total : 773
Output dalam 7 jam:
Urin 480 cc
Drain 100 cc
Balance Cairan dalam 7 jam = kurang 113 cc
b. Eliminasi
1) Eliminasi fekal : Belum BAB
2) Eliminasi urine : 300 ml
c. Termoregulasi
Kulit klien teraba hangat, suhu klien 36,6ºC.Aktivitas Latihan dan Mobilisasi
d. Aktivitas Latihan dan Mobilisasi
Keterangan 0 1 2 3 4
Mandi 

Berpakaian


Eliminasi


Makan dan Minum


Mobilisasi


Ambulasi

TOTAL 24
Keterangan : 1 : mandiri
2 : Dibantu sebagian
3 : Perlu bantuan orang lain
4 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung penuh

Keterangan :
Indeks Katz G (ketergantungan penuh)
e. Rasa Aman dan Nyaman
Pengkajian nyeri (CPOT)
1) Ekspresi wajah :0
2) Gerakan tubuh :1
3) Complience dengan VM : 0
4) Vokalisasi :0
5) Tahanan otot :0
Keterangan
1) Ekspresi wajah : 0 (biasa), 1 (tegang), 2 (gelisah)
2) Gerakan tubuh : 0 (tidak ada gerakan), 1 (proteksi), 2 (gelisah)
3) Complience dengan VM : 0 (mampu menyesuaikan), 1 (batuk tapi bisa
toleransi), 2 (tidak sesuai dengan VM)
4) Vokalisasi : 0 (tidak bersuara/suara biasa), 1 (mendesah/merintih), 2
(menangis).
5) Tahanan otot : 0 (rileks), 1 (tegang dan kaku), 2 (sangat tegang).
4. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Jenis Pemeriksaan Kesan

31 Oktober Foto thoraks - Endotrakeal tube terpasang dengan


2019 / 01.40 ujung distal setinggi corpus vertebra
WIB Th.3
- Central venous kateter terpasang dengan
ujung distal pada paravertebral kanan
korpus vertebra Th.7
- Batas kanan jantung baik, batas kiri
jantung tertutup konsolidasi
- Konsolidasi pada lapangan atas tengah
paru kiri -> pneumonia massa paru
- Suspek efusi pleura kiri

a. Pemeriksaan X Foto Polos Abdomen Ap Supine : LLD

Tanggal : 30 Oktober 2019


Hasil Pemeriksaan
Klinis : Trauma tumpul abdomen, klinis peritonitis
- Prepenitoneal fat line kanan kiri baik
- Kontur kedua ginjal supersoposisi dengan udara usus
- Tak tampak dilatasi dan distensi usus
- Distribusi udara usus normal
- Tampak sentinel loop pada hemiabdomen kiri setinggi corpus vertebra L2-3
- Tampak ground glass opacity pada hemiabdomen kanan kiri bawah dan
cavum pelvis disertai sentralisasi loop-loop usus
- Tak tampak gambaean heming bore maupun called spring
- Pada posisiLLD, tak tampak multiple air fluid level
- Tak tampak free air
- Tampak diskontinuitas komplit pada ramus superior os pubis kanna dan os
costa 11 posterior kiri
- Tampak diskontinuitas inkomplit disertai irregularitas konteks pada os costa 9,
10 posterior kiri
Kesan :
- Tak tampak gambaran ileus maupun pneumoparitoneum
- Sentinel loop pada hemiabdomen kiri setinggi corpus lateral vertebra L 2-3
curiga gambaran localized inflammation
- Ground glasess opacity pada hemiabdomen kanan kiri dan cavum pelvis
disertai generalisasi loop loop usus curiga asites
- Fraktur komplit pada ramus superior os pubis kanan dan oc costa 11 posterior
kiri
- Diskontinuitas inkomplit disertai irregularitas korteks pada os costa 9, 10
posterior kiri, cenderung fraktur
b). Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 31 Oktober 2019 (00.17 WIB)
Analisa Gas Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
KIMIA KLINIK
BGA kimia

Meassured 370C
pH 7.366 - 7.37-7.46 H
pCO2 34,4 mmHg
PO2 45,5 mmHg 83-105
H
Calculated temp 38,0 C
FiO2 60,0 %
pH(T) 7,351 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 36.0 mmHg 35-48
PO2(T) 48,8 mmHg 83-108 H
HCO3- 19,9 mmol/L 22-29 H
TCO2 21,0 mmol/L 23-27
BEecf -5,6 mmol/L
BE(B) -4,1 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 80,3 % 94%-98% H
A-aDO2 337,9 mmHg
RI 7,4 -

Kesimpulan: Asidosis metabolik murni


p/f ratio = 81,3 (ARDS berat)
Tanggal 31 Oktober 2019 (00.36 WIB)

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
Hematologi Paket

Hemoglobin 7.6 g/dl 13.2 – 17.3 Rendah


Hematokrit 22,4 % 32 – 62 Rendah
Eritrosit 2.63 10^6/uL 4.4 – 5.9 Rendah
MCH 28.9 pg 27 – 32
MCV 85,2 fL 76 – 96
MCHC 33.9 g/dL 29 - 36
Leukosit 8,9 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 84 10^3/uL 150 - 400
RDW 13.2 % 11.6 – 14.8
MPV 10.6 fL 4.00 – 11.00
Tanggal 31 Oktober 2019 pukul 00.27

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
Hematologi Paket

Hemoglobin 10.5 g/dl 13.2 – 17.3 Rendah


Hematokrit 32.2 % 32 – 62
Eritrosit 3.76 10^6/uL 4.4 – 5.9 Rendah
MCH 27.9 pg 27 – 32
MCV 85.6 fL 76 – 96
MCHC 32.6 g/dL 29 - 36
Leukosit 9.3 10^3/uL 3.8 – 10.6
Trombosit 95 10^3/uL 150 - 400
RDW 13.7 % 11.6 – 14.8
MPV 10.8 fL 4.00 – 11.00
1 November 2019 (03.09 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
KIMIA KLINIK
BGA kimia

Meassured 370C
pH 7.399 - 7.37-7.46 H
pCO2 21,2 mmHg
PO2 126,5 mmHg 83-105
H
Calculated temp 37,3 C
FiO2 40,0 %
pH(T) 7,395 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 21,5 mmHg 35-48
PO2(T) 128,4 mmHg 83-108 H
HCO3- 13,2 mmol/L 22-29 H
TCO2 13,9 mmol/L 23-27
BEecf -11,8 mmol/L
BE(B) -8,6 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 99 % 94%-98% H
A-aDO2 131,7 mmHg
RI 1 -

Kesimpulan: Asidosis metabolik terkompensasi sempurna


p/f ratio = 321 (tidak ARDS)
Tanggal 2 November 2019 (03.00 WIB)
Analisa Gas Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
KIMIA KLINIK
BGA kimia

Meassured 370C
pH 7.459 - 7.37-7.46 H
pCO2 37.7 mmHg
PO2 112.6 mmHg 83-105
H
Calculated temp 36.5 C
FiO2 44.0 %
pH(T) 7.467 - 7.37-7.46
H
PCO2(T) 36.9 mmHg 35-48
PO2(T) 109.6 mmHg 83-108 H
HCO3- 27.1 mmol/L 22-29 H
TCO2 28.2 mmol/L 23-27
BEecf 3.0 mmol/L
BE(B) 3.7 mmol/L (-2)-(+3) H
SO2c 98,7 % 94%-98% H
A-aDO2 162,8 mmHg
RI 1,4 -

Kesimpulan: Alkalosis
p/f ratio = 249 (tidak ARDS)
Tanggal 2 November 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi
HEMATOLOGI

KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 141 mg/dL 80 – 160
Ureum 20 mg/dL 16 – 39
Kreatinin 0.83 mg/dL 0.6 – 1.3
Magnesium 0.84 mmol/ L 0.74 – 0.99
Rendah
Calcium 1.92 mmol/ L 2.12 – 2.52

Elektrolit
Natrium 140 mmol/ L 136 – 145
Kalium 4.0 mmol/ L 3.5 – 5.0
Clorida 99 mmol/ L 96 - 105
Tanggal 3 November 2019 pukul 01.17

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
Hematologi Paket

Hemoglobin 10.7 g/dl 13.2 – 17.3 Rendah


Hematokrit 31.6 % 32 – 62 Rendah
Eritrosit 3.85 10^6/uL 4.4 – 5.9 Rendah
MCH 27.8 pg 27 – 32
MCV 82.3 fL 76 – 96
MCHC 33.9 g/dL 29 - 36
Leukosit 11.9 10^3/uL 3.8 – 10.6 Tinggi
Trombosit 209 10^3/uL 150 - 400
RDW 14.3 % 11.6 – 14.8
MPV 10.6 fL 4.00 – 11.00

Kimia klinik
Asam laktat 1.14 mmol/ L 0.4 – 2.0

Koagulasi
Plasma prothrombin Time
(PPT)
Waktu Prothrombin 14.3 detik 11.0 – 14.5
PPT Kontrol 15.0 detik
Partial Thromplastin Time
(PPTK)
Waktu Thrombplastin 29.7 detik 24.0 – 36.0
APTT Kontrol 22.0 detik
5. Terapi Medis

Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


RL 83 cc/jam IV Mengembalikan keseimbangan Hipernatremia, kelainan Panas, infeksi pda tempat
elektrolit pada dehidrasi. ginjal, kerusakan sel hati, penyuntikan, trombosis
laktat asidosis. vena atau flebitis yang
meluas dari tempat
penyuntikan,
ekstravasasi.
Asam 500 mg/ 8 jam IV Untuk mengatasi masalah Penderita pendarahan Lemah, sakit kepala
traneksamat pendarahan abnormal paska subarahnoid, riwayat trombo berat, bingung, sakit dada
operasi emboli, kelainan pada dan batuk, terjadi
penglihatan warna, masalah penglihatan,
mengalami cedera kepala, sulit BAK, nafas cepat,
hematuria, darah dan kejang
menggumpal di dalam mata,
kejang, dan penyakit ginjal.
Vitamin K 10 mg/ 12 jam IV Untuk pencegahan terjadinya Pasien dengan gangguan Gangguan saluran
perdarahan dan untuk pasien absorbsi vit K, pasien pencernaan (mual, mulas,
kekurangan vitamin K dengan hipotrombinemia diare), radang dinding
karena gangguan hati, dan pembuluh darah,
bayi baru lahir. kemerahan pada wajah,
kolaps kardiovaskuler,
reaksi syok, berkeringat,
penyempitan dada, sesak
napas, kebiruan pada
kulit.
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
Ca glukonas 1 gr/ 12 jam IV Menggobati kekurangan kalsium Hipercalsemia Mual dan muntah-
yang disebabkan oleh muntah, kehilangan nafsu
pengeroposan tulang makan, sembelit,
(osteoporosis), lemah tulang tenggorokan kering dan
(osteomalacia/rickets), cepat haus, sering buang
mengurangi kinerja kelenjar air kecil
paratiroid (hypoparathyroidism),
dan beberapa masalah otot (latent
tetany).
Morphin 1 mg/ jam IV Nyeri akut, nyeri kronis, Hipersensitif terhadap Depresi pernapasan,
suplemen anastesi sebelum morfin sulfat atau vertigo, ngantuk, lemah,
operasi, nyeri pada infark komponennya, depresi kejang, mual, muntah,
pernapasan parah, asma akut konstipasi, aritmia,
miocard, ansietas pada pasien
atau berat, diketahui atau hiotesi pastural, oliguria,
dipsneu karena kegagalan dicurigai ileus paralitik. bradikardi, takikardi,
ventrikel kiri akut dan edema mulut kering, tremor otot,
paru halu, muka merah, ruam
Cara kerja: kulit.
Menekan susunan saraf pusat
menyebabkan turunnya aktivitas
neuron, pusing, perubahan
perasaan dan kesadaran berkalut.
Parasetamol 1 gr/ 8 jam IV Obat penurun panas (analgesik) Obat parasetamol tidak Efek samping
dan dapat digunakan sebagi obat boleh digunakan pada orang paracetamol jarang,
penghilang rasa sakit dari segala dengan kondisi sebagai namun jika itu terjadi
jenis seperti sakit kepala, sakit
berikut: maka ditandai dengan:
gigi, nyeri pasca operasi, nyeri
sehubungan dengan pilek, nyeri - Alergi parasetamol atau - Ruam atau
otot pasca-trauma, dll. acetaminophen pembengkakan
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
- Gangguan fungsi hati ( adanya reaksi alergi)
dan penyakit hati - Hipotensi (tekanan
- Gangguan Fungsi darah rendah) ketika
- Ginjal Serius diberikan di rumah
- Shock sakit dengan infus.
- Overdosis - Kerusakan hati dan
- Acetaminophen ginjal, ketika diambil
- Gizi Buruk pada dosis lebih tinggi
dari yang
direkomendasikan
(overdosis)
Omeprazole 40 mg/ 12 jam IV Indikasi: Hipersentivitas terhadap Mual, sakit kepala, diare,
Pengobatan jangka pendek pada omeprazole konstipasi, kembung,
tukak usus 12 jari, tukak ruam kulit, urtikaria,
pruritus jarang terjadi
lambung dan refluks esofagitis
erosiva.
Cara Kerja:
Suatu benzimidazol tersubstitusi,
yang menekan sekresi lambung
melalui penghambatan spesifik
terhadap sistem enzim H+/K+
ATPase pada permukaan sekresi
sel parietal lambung.
Penghambat pompa asam
langbung yang menghambat
tahap akhir pembentukan asam
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
lambung.
No Data Problem Etiologi
1. DO : Gangguan Ketidakseimbangan
- Klien mengalami sesak napas, tampak pucat pertukaran ventilasi-perfusi
setelah operasi gas
- Klien dibawah pengaruh sedasi
- Klien terpasang ventilator mekanik mode
CPAP
- RR/MS 31, tidal volume 427, PEEP/PIP 6,
FiO2/FLOW 50%
- Tn A mengalami kontusio paru
- pH 7,351
- pCO2 36 mmHg
- PO2 48,8 mmHg
- HCO3- 19,9 mmol/L
- FIO2 60%
- Asidosis metabolic
- p/f ratio = 81,3 (ARDS berat)
DS : -
2. DO : Risiko syok
- Klien mengalami trauma tumpul dinding
dada
- Ruptur lien grade V
- Terdapat luka jahitan ± 10 cm post
laparatomi
- Klien terpasang drain
- Hb : 7.7 g/dl (N: 13.2 – 17.3)
- Ht : 23 % (N: 32 – 62)
- Distensi abdomen
DS : -
D. ANALISA DATA
E.
F. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tgl. Ditemukan Tgl. Teratasi


Dx (Kode Nanda)
1. Gangguan pertukaran gas b.d 31 Oktober 2019 2 November 2019
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Risiko syok 31 Oktober 2019 -
G. INTERVENSI

Tgl/jam Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi TTD


1. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor pernapasan vicky
pertukaran gas b.d selama 3x24 jam diharapkan pertukaran a. Observasi pergerakan dinding dada
ketidakseimbanga gas membaik dengan kriteria hasil : b. Monitor SpO2
n ventilasi paru 1. Nilai pH normal (7,37-7,45) c. Monitor kecepatan, irama, dan kedalaman
2. Nilai HCO3- meningkat menjadi napas
normal (22-29 mmol/L) 2. Pemberian terapi Oksigenasi
3. Mampu bernafas spontan tanpa a. Posisikan klien semifoweler pada
ventilator mekanik ventilasi maksimal (15o-30o), head up 30o
4. Tidak mengalami ARDS dengan b. Pemberian oksigen melalui ETT
nilai p/f ratio lebih dari 200 3. Lakukan penghisapan sekret sesuai kebutuhan
4. Monitor kriteria penyapihan ventilator
mekanik
5. Dokumentasikan respon terhadap ventilator
6. Kolaborasi pemilihan mode ventilator
2 Risiko syok Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan (4120) qoirina
selama 3x24 jam diharapkan keparahan 1. Jaga intake cairan yang adekuat dan catat
kehilangan darah (0413) dapat teratasi output
dengan kriteria hasil : 2. Monitor status hidrasi
1. Hemoglobin klien dalam rentang 3. Berikan terapi IV RL dan NaCl
normal (13.2 – 17.3 g/dl) 4. Berikan asupan nutrisi melalui NGT
2. Hematokrit klien dalam rentang 5. Atur ketersediaan produk darah untuk tranfusi
normal (32 – 62%) Pencegahan Syok (4260)
3. Kehilangan darah dapat berkurang 1. Monitor kompensasi awal syok (misalnya
4. Distensi abdomen dapat tekanan darah normal, tekanan nadi melemah,
Tgl/jam Dx.Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi TTD
berkurang perlambatan pengisian kapiler, mual muntah)
2. Monitor tanda tanda sindrom inflamasi
sistemik seperti peningkatan suhu, takikardia,
takipnea, hipokarbia)
3. Monitor tanda awal reaksi alergi
4. Monitor suhu dan status respirasi
H. IMPLEMENTASI

Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf


Kep
31/10/19 1 Monitor hasil BGA terbaru S:- Vicky
07.00 WIB O:
a. pH 7,351
b. pCO2 36 mmHg
c. PO2 48,8 mmHg
d. HCO3- 19,9 mmol/L
e. FIO2 60%
f. Asidosis metabolik
g. ARDS berat
07.10 WIB 1 Monitor status pernapasan Tn A S:- Vicky
O:
a. Terpasang ventilator mekanik dengan mode CPAP
b. RR 31 kali/menit
c. Volume tidal 427
d. PEEP 6
e. FiO2 50%
07.30 WIB 2 Memeriksa ketersediaan darah S: - Aqil
untuk tranfusi pada Tn A O: Tn A memiliki ketersediaan darah untuk tranfusi 3
prc darah, FFP 4, WB 3 buah

07.40 WIB 2 Memantau status hemodinamik S:- Aqil


O:
- TD : 123/ 85 mmHg
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
- HR : 103 x/menit
- CRT : > 2 detik
- SpO2 : 99 %
- Tidak terdapat mual muntah
09.00 WIB 1,2 Memantau status hemodinamik S:- Istri
O:
- TD 107/60 mmHg
- MAP 70
- HR 102 x/menit
- SpO2% 98%
- Suhu : 36.6ºC
- RR : 18x /menit, vesikuler terdapat suara
gurgling
09.15 WIB 1 Melakukan suction S:- Istri
O: sekret kental bercampur darah
14.00 WIB 1 Monitor status pernafasan S:- Vicky
O:
- RR 19 kali/menit
- Ventilator mode CPAP
- FiO2 40%
- PEEP 5
14.05 WIB 2 Memantau jumlah cairan yang S:- Aqil
masuk dari jam 07.00 WIB O:
a. NGT (susu) 90 cc
b. Cairan RL 664 cc
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
c. Midazolam 10 cc
d. Morfin 9 cc
14.15 WIB 2 Memantau output cairan dan S:- Wenny
menghitung balance cairan dari jam O: output dalam 7 jam
07.00 WIB - Urin 480 cc
- Drain 100 cc
- IWL 306 cc
Balance cairan ( kurang 113 cc)
15.00 WIB 1 Monitor status pernapasan S:- Qoirina
O: suara napas vesikuler, terdengar bunyi gurgling pada
jalan napas
- RR 18 kali/menit
- SpO2 95%
- Mode ventilator yang terpasang CPAP
- PEEP 5
- Tidal volume 450
15.10 WIB 1 Melakukan suction lewat ventilator S:- Qoirina
O: Lendir kental bercampur darah

19.00 WIB 2 Monitor intake dan output cairan S: - Wenny


dari jam 7 O:
Intake : 1020 cc
output : 1436
Balance cairan : kurang 416
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep

21.00 WIB 1,2 Monitoring hemodinamik S:- Wenny


O:
- TD 133/85 mmHg
- MAP : 95
- HR 113 kali/menit
- T 37,8oC
- SpO2 98%
- Mode ventilator CPAP
- RR 15 kali/menit
- FiO2 40%
- PEEP 5
01/11/19 1 Monitor hasil BGA S:- Aqil
07.00 WIB O:
a. pH 7,395
b. pCO2 21,5 mmHg
c. PO2 128,4 mmHg
d. HCO3- 13,2 mmol/L
e. FIO2 40%
f. Be -8,6
g. Asidosis respiratorik dan metabolic
h. Tidak ARDS
07.15 WIB 1 Monitor status pernapasan S:- Vicky
O:
- SpO2 100%
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
- Mode ventilator CPAP
- RR 17 kali/menit
- FiO2 40%
- PEEP 7
- Volume tidal 393
07.30 WIB 2 Memeriksa ketersediaan darah S: - Aqil
O: Tn A memiliki ketersediaan darah untuk tranfusi 3
prc darah, FFP 4, WB 3 buah

08.00 WIB 1 Melakukan suction S:- Vicky


O: Lendir kental bercampur darah

09.00 WIB 1,2 Monitoring status hemodinamik S:- Aqil


O:
- TD : 122/79 mmHg
- MAP 87
- HR : 113 x/menit
- CRT : > 2 detik
- SpO2 : 100 %
12.00 WIB 1 Monitor status pernapasan S:- Vicky
O:
- SpO2 99%
- Mode ventilator CPAP
- RR 30 kali/menit
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
- FiO2 40%
- PEEP 5
- Volume tidal 362
14.00 WIB 2 Monitor balance cairan S:- Vicky
O:
Intake 722 cc
output 1006 cc
Balance : kurang 284 cc
15.00 WIB 1 Memantau status pernapasan S:- Wenny
O:
- SpO2 100%
- Mode ventilator CPAP
- RR 19 kali/menit
- FiO2 40%
- PEEP 5
Volume tidal 444
18.00 WIB 1,2 Memantau hemodinamik S:- Qoirina
O:
- TD : 122/79 mmHg
- MAP 87
- HR : 115 x/menit
- CRT : > 2 detik
- SpO2 : 100 %
21.00 WIB Menghitung balance cairan S:- Istri
O:
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
Intake 1403 cc
output 3382 cc
Balance : kurang 1979 cc
2/11/19 1 Monitor hasil BGA S:- Vicky
07.00 WIB O:
a. pH 7,467
b. pCO2 36,9 mmHg
c. PO2 109,6 mmHg
d. HCO3- 27,1 mmol/L
e. FIO2 44%
08.00 WIB 1,2 Monitor hemodinamik S:- Istri
O:
- TD : 126/ 82 mmHg
- HR : 93 x/menit
- SpO2 : 99 %
- Suhu : 36.8ºC
10.00 WIB 1 Monitor status pernapasan S:- Qoi
O:
- Menggunakan nasal kanul 3 liter
- RR : 31x /menit, vesikuler
14.00 WIB 2 Menghitung balance cairan S: Vicky
O:
Intake 1201 cc
output 1476 cc
balance kurang 275 cc
Tgl/jam No. Dx. Implementasi Respon pasien Paraf
Kep
19.00 WIB 2 Memonitor pemberian tranfusi S:- Wenny
darah O: Masuk 3 prc darah (726 cc)

21.00 WIB 2 Menghitung balance cairan S: Aqil


O:
Intake 3327 cc
output 3782 cc
balance kurang 455 cc
I. EVALUASI

Hari, Dx. Kep Evaluasi TTD


tanggal
31/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S : - Vicky
14.00 gas berhubungan O :
WIB dengan - pH 7,351
ketidakseimbangan - pCO2 36 mmHg
ventilasi paru - PO2 48,8 mmHg
- HCO3- 19,9 mmol/L
- FIO2 60%
- Asidosis metabolic
- ARDS berat
- Suhu : 36.6ºC
- RR : 18x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
- Lendir bercampur darah
- CPAP
- RR 19x/menit
- PEEP 5

A : Gangguan pertukaran gas b.d


ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko perdarahan S:- Aqil
O:
- TD : 126/70 mmHg
- HR : 108 x/menit
- SpO2 : 100 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 37,5ºC
- RR : 18x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling

A : Resiko perdarahan, monitor


hemodinamik
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
31/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S : - Wenny
21.00 gas berhubungan O :
WIB dengan - pH 7,351
ketidakseimbangan - pCO2 36 mmHg
ventilasi paru - PO2 48,8 mmHg
- HCO3- 19,9 mmol/L
- FIO2 60%
- Asidosis metabolic
- ARDS berat
- Suhu : 36.6ºC
- RR : 18x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
- Lendir bercampur darah
- CPAP
- RR 15x/menit
- PEEP 5
- FiO2 40%

A : Gangguan pertukaran gas b.d


ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko perdarahan S:- Qoi
O:
- TD : 133/ 85 mmHg
- HR : 113 x/menit
- SpO2 : 98 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 37,8ºC
- RR : 15x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling

A : Resiko perdarahan, monitor


hemodinamik
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
1/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S : Vicky
14.00 gas b.d O :
WIB ketidakseimbangan - pH 7,395
ventilasi paru - pCO2 21,5 mmHg
- PO2 128,4 mmHg
- HCO3- 13,2 mmol/L
- FIO2 40%
- Be -8,6
- Asidosis metabolic
terkompensasi sempurna
- Tidak ARDS
A : Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko trauma S: Aqil
O:
- TD : 119/ 81 mmHg
- HR : 98 x/menit
- SpO2 : 100 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 36.8ºC
- RR : 20x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
A : Resiko perdarahan, monitor
hemodinamik
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
1/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S : Istri
21.00 gas b.d O :
WIB ketidakseimbangan - pH 7,395
ventilasi paru - pCO2 21,5 mmHg
- PO2 128,4 mmHg
- HCO3- 13,2 mmol/L
- FIO2 40%
- Be -8,6
- Asidosis respiratorik dan
metabolic
- Tidak ARDS
- Menggunakan masker 6 liter
A : Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko trauma S: Wenny
O:
- TD : 122/ 72 mmHg
- HR : 114 x/menit
- SpO2 : 100 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 36.4ºC
- RR : 28x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
A : Resiko perdarahan, monitor
hemodinamik
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
2/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S: Aqil
14.00 gas berhubungan O:
WIB ketidakseimbangan - Ph 7,467
ventilasi paru
- pCO2 36,9 mmHg
- PO2 109,6 mmHg
- HCO3- 27,1 mmol/L
- FIO2 44%
- Menggunakan nasal kanul 3
liter
A : Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko perdarahan S: Vicky
O:
- TD : 123/ 79 mmHg
- HR : 99 x/menit
-
- SpO2 : 100 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 36.8ºC
- RR : 26x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
A : Resiko perdarahan, monitor
hemodinamik
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
2/ 11/ 19 Gangguan pertukaran S: Qoi
21.00 gas berhubungan O:
WIB ketidakseimbangan - Ph 7,467
ventilasi paru
- pCO2 36,9 mmHg
- PO2 109,6 mmHg
- HCO3- 27,1 mmol/L
- FIO2 44%
- Nasal kanul 3 liter
- RR 25kali/menit
A : Gangguan pertukaran gas b.d
ketidakseimbangan ventilasi perfusi
P : pertukaran gas Tn A normal
(2/11/2019)
- Monitor tanda tanda vital
- Monitor BGA
Resiko perdarahan S: Istri
O:
- TD : 118/ 71 mmHg
- HR : 103 x/menit
- SpO2 : 100 %
- Tidak terdapat mual muntah
- Suhu : 36.8ºC
- RR : 16x /menit, vesikuler
terdapat suara gurgling
A : Resiko perdarahan, monitor
hemodinamik, memberikan tranfusi
3prc
P : Tidak ada perdarahan aktif dan
drain berkurang (2/11/2019)
Manajemen hemodinamik
Monitor drain
PEMBAHASAN

Pasien Tn A yang menjalani operasi dalam jangka waktu cukup lama


dan mengalami asidosis metabolik, karena terjadi kehilangan darah atau penurunan
volume sirkulasi selama prosedur pembedahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa prosedur operasi yang lama dapat terjadi gangguan pertukaran gas akibat
hipoperfusi jaringan sistemik, lokal, atau hipoksemia seluler. Gangguan oksigenasi
pada jaringan menyebabkan peningkatan metabolisme anaerob yang berakibat pada
peningkatan produksi laktat yang menyebabkan asidosis metabolik. (Fournier,
2014).
Asidosis metabolik seringkali turut mempengaruhi pola napas pasien sehingga
pemantauan status respirasi dan oksigenasi sangat penting untuk dilakukan.
Kebutuhan oksigen yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan terjadinya hipoperfusi
hingga disfungsi organ (Nicks, 2018). Oleh karena itu, pada pasien Tn dilakukan
tindakan untuk tranfusi 3 prc darah, FFP 4, WB 3 buah untuk mengatasi masalah
hemodinamik pasien dan terpasang Terpasang ventilator mekanik dengan mode
CPAP, Volume tidal 427, PEEP 6, FiO2 50% untuk pemantauan hemodinamik
klien.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H., Uliyah. M. 2014. Pengantar kebutuhan dasar manusia. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika
Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, Wagner CM. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). USA: Elsevier.
Bunner & Suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah, alih bahasa : Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I Made Karyasa. Jakarta: EGC

Fournier M. (2014). Caring for patients in respiratory failure. American Nurse Today.

Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
Kozier, Barbara. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.
Edisi 7. Jakarta: EGC
Latuipa, A.A., Amin M. 2016. Ventilasi dan perfusi : serta hubungan antara ventilasi dan
perfusi. Jurnal respirasi. Vol 2 (1). 29-34
Nicks BA. (2018). What causes impaired tissue oxygenation in lactic acidosis? Available
from: https://www.medscape.com/768159-62896/what-causes-impaired-tissue-
oxygenation-in-lactic-acidosis
Park CM, Chun HK, Jeon K, Suh GY, Choi DW, Kim S. (2012). Factors related to post-
operative metabolic acidosis following major abdominal surgery. ANZ Journal of
Surgery, 84(7-8): 574-580.

Anda mungkin juga menyukai