Anda di halaman 1dari 19

ANALISA JURNAL

ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN VARIAN TEKANAN SUCTION


TERHADAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT

Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Praktek Stase Keperawatan Gawat


Darurat Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

Anggota Kelompok :

Rinda Luxy Hermawati 1711040065

Risti Tegar Anita Dewi 1711040091

Mudrikah Ratna Sari 1711040049

Budi Susanto 1711040081

Dias Nur Priadi 1711040054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PURWOKERTO

2017/ 2018

1
BAB I

RESUME JURNAL

A. Judul

Judul jurnal tersebut adalah “Analisis Dampak Penggunaan Varian Tekanan

Suction terhadap Pasien Cedera Kepala Berat”.

B. Introduction

Penurunan kesadaran pada pasien cedera kepala berat akan menimbulkan

risiko gangguan jalan napas sehingga perlu dilakukan intubasi endotrakeal

untuk mempertahankan perfusi otak. Suctioning diperlukan untuk

mempertahankan oksigenasi tetapi dapat menimbulkan penurunan saturasi

oskigen, peningkatan TIK dan trauma jalan nafas. Tekanan suction yang tepat

sangat diperlukan untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen pada klien

cedera kepala berat.

C. Methods

a. Metode penelitian ini menggunakan metode Quasi experiment, dengan

desain penelitian menggunakan one group pre test and post test without

control, yang dilakukan pengukuran berulang pada setiap sampel.

b. Populasi dan sampel

Teknik sampling menggunakan purposive sampling, dimana peneliti

memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu diantaranya kondisi

2
klinis klien. Jumlah sampel yang ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan

rumus analitis numerik berpasangan dengan mempertimbangkan drop out

sebesar 10 % maka jumlah sampel ditetapkan sebanyak 21 responden.

c. Uji statistik

Analisis data dilakukan dengan uji Friedman dan dilanjutkan dengan uji

post-hoc : uji Wilcoxon.

D. Result

a. Nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah suctioning pada tekanan 100

mmHg mengalami penurunan hingga 2 %, pada tekanan 120 mmHg

mengalami penurunan hingga 4% dan pada penggunaan tekanan 150

mmHg mengalami penurunan hingga 5 %.

b. Pada pasien cidera kepala berat, penerapan tekanan suction 100 mmHg

dapat dilakukan pada pasien dengan nilai saturasi 97–100 %, tekanan

suction 120 mmHg dapat digunakan pada pasien dengan saturasi 99–100

%, dan tekanan suction 150 mmHg dapat diterapkan pada saturasi oksigen

100 %

c. Pada uji post-hoc Wilcoxon diperoleh hasil nilai p= 0,0001 pada ketiga

tekanan, maka disimpulkan terdapat perbedaan saturasi oksigen sebelum

dan setelah suctioning pada tekanan 100 mmHg, tekanan 120 mmHg dan

tekanan 150 mmHg, semakin besar tekanan maka akan semakin besar

penurunan saturasi oksigen setelah suctioning.

3
E. Discussion

Pemberian terapi oksigen pada pasien cedera kepala berat merupakan

hal yang penting guna mencegah terjadinya hipoksia otak yang akan

menyebabkan kematian neuron yang dapat terjadi 5 menit awitan hipoksemia.

Semua responden mendapatkan terapi oksigen, tetapi terdapat dua metode

pemberian oksigen yang berbeda pada 21 responden tersebut, yaitu 16

responden mendapatkan terapi oksigen T Piece dengan aliran 5 L/menit dan

responden mendapatkan terapi oksigen menggunakan ventilator mode pressure

support dengan FiO2 : 35 % –75 %, PEEP : 5–8 cmH2O dan IPL : 6–10

cmH2O.

Teknik suction yang digunakan pada penelitian ini adalah open

suction, dimana teknik open suction pada pasien yang terpasang ventilator

ketika sambungan antara ETT dengan selang Y pada ventilator terputus,

menyebabkan tekanan jalan nafas menurun mendekati tekanan atmosfir

sebelum suctioning berlangsung sehingga tidak terdapat perbedaan tekanan

jalan nafas pada pasien yang terpasang ventilator dan tidak terpasang

ventilator bila menggunakan teknik open suction (Almgren, Wickerts,

Heinonen, & Hogman, 2003).

Nilai saturasi oksigen sebelum dilakukan suction (setelah tindakan

hiperoksigenasi) pada tekanan 100 mmHg, tekanan 120 mmHg dan tekanan

150 mmHg terbanyak pada nilai 100 %, hal ini disebabkan karena adanya,

tindakan hiperoksigenasi yang dilakukan selama 2 menit. Tindakan

hiperoksigenasi dilakukan dengan cara memberikan oksigen 100 % melalui

4
pemberian FiO2 100 % (pada pasien yang terpasang ventilator) atau dengan

pemberian oksigen menggunakan bag valve mask dengan reservoir pada aliran

10 liter/menit (pada pasien yang terpasang T Piece).

Penelitian yang dilakukan oleh Smith et al. (1987) yang menyatakan

tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada dua protokol hiperoksigenasi

sebelum dilakukan suction antara pemberian FiO2 100 % pada ventilator dan

pemberian 10 liter/menit dengan menggunakan bag valve mask dengan

reservoir (p > 0,05) pada pasien yang terpasang ETT, dimana kedua protokol

tersebut dapat meningkatkan saturasi hingga 100 % yang dapat mencegah

hipoksemia pasca suctioning (Hahn. , 2010; American Association for

Respiratory Care, 2010).

Nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah suctioning pada tekanan

100 mmHg mengalami penurunan hingga 2 %, pada tekanan 120 mmHg

mengalami penurunan hingga 4% dan pada penggunaan tekanan 150 mmHg

mengalami penurunan hingga 5 %. Penelitian yang dilakukan oleh Cereda et

al. (2001), pada penggunaan tekanan suction 100 mmHg akan menyebabkan

kehilangan volume udara pada paru hingga 1200 ml terutama dengan

menggunakan teknik open suction, demikian pula dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fernandez et al. (2004), bahwa penggunaan tekanan suction

150 mmHg dapat menyebabkan kehilangan udara paru sebesar 1,281 + 656

ml. Semakin besar tekanan suction maka semakin besar jumlah udara yang

terisap dari paru-paru, hal ini akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen

yang akan berdifusi dari alveoli ke kapiler paru dan berikatan dengan

5
hemoglobin yang kemudian akan terlihat pada penurunan nilai saturasi

oksigen.

Penggunaan tekanan suction 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg,

berdampak pula pada kemampuan evakuasi mukus pada jalan nafas. Hal ini

terlihat pada jumlah fase suction yang dilakukan dalam satu periode suction.

Penggunaan tekanan suction 100 mmHg, jumlah fase suction yang terbanyak

adalah 3–4 kali (66,7 %) dalam satu periode evakuasi mukus. Pada

penggunaan tekanan suction 120 mmHg, jumlah fase suction yang terbanyak

adalah 3–4 kali (61,9 %) dalam satu periode evakuasi mukus. Penggunaan

tekanan suction 150 mmHg, jumlah fase suction yang terbanyak adalah 1–2

kali (90,5 %) dalam satu periode evakuasi mukus. Disini terlihat bahwa

semakin besar tekanan suction yang digunakan maka semakin rendah jumlah

fase suction yang dibutuhkan dalam satu periode evakuasi mukus. Hal ini

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lasocki et al. (2006),

yang mana penggunaan tekanan negatif suction yang semakin besar akan

meningkatkan kemampuan pengangkutan (removal) mukus dari jalan nafas

tetapi terjadi juga peningkatan kehilangan volume paru terutama pada teknik

open suction (p = 0,02).

Penelitian yang dilakukan oleh Day, Farnell, Haynes, Wainwright, dan

Bernett (2002), memberikan rekomendasi sebaiknya jumlah fase dalam satu

periode evakuasi mukus adalah tidak lebih dari 3 kali karena akan potensial

meningkatkan terjadi komplikasi dari suction diantaranya trauma pada mukosa

jalan nafas. Demikian pula dengan Glass dan Grap (1995), menganjurkan

6
untuk tidak melakukan lebih dari tiga fase suction dalam satu episode

suctioning karena dapat menyebabkan cedera pada saluran nafas.

Perubahan tanda-tanda vital sebelum suctioning merupakan salah satu

indikasi dari adanya mukus pada saluran nafas, dimana saat mukus menutup

sebagian saluran nafas maka terjadi penurunan tidal volume yang berdampak

pada penurunan saturasi oksigen, sehingga tubuh melakukan kompensasi

dengan peningkatan frekuensi pernafasan dan peningkatan denyut jantung

(Schell & Puntilo, 2006; Potter & Perry, 2010). Responden pada penelitian ini

menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tetapi pencatatan

menunjukkan peningkatan tanda-tanda vital (terutama denyut jantung dan

frekuensi pernafasan) akibat adanya sekresi pada saluran nafas (indikasi

suction) yang menyebabkan rangsangan batuk dan penurunan saturasi oksigen.

Peningkatan tanda-tanda vital ini telah diidetifikasi pada penelitian

yang dilakukan oleh lucchini et al. (2012), setelah suctioning terjadi

peningkatan denyut jantung sebanyak 2,93 % (p = 0,02). Demikian pula

dengan penelitian yang dilakukan oleh Stone et al. (1998), dimana terjadi

peningkatan tekanan arteri rata-rata, cardiac output dan tekanan arteri

pulmonal setelah suctioning (p= 0,0001).

American Association for Respiratory Care (2010), menganjurkan

untuk selalu melakukan pengaturan tekanan sebelum suctioning dilakukan

dengan cara menutup ujung selang yang menghubungkan kateter suction

dengan tempat penampung mukus kemudian tekanan yang dianjurkan (100

mmHg–150 mmHg) diatur dengan memutar pengatur tekanan (vacum

7
regulator) yg terdapat pada alat suction control. Penggunaan tekanan suction

yang berlebihan (> 150 mmHg) dapat menyebabkan penurunan saturasi

oksigen, trauma pada jalan nafas hingga menyebabkan kolaps alveoli.

Penelitian yang dilakukan oleh Leur, Zwapeling, Loef, dan Schans (2003),

menyatakan penggunaan tekanan suction 200–400 mmHg dapat menyebabkan

kerusakan mukosa jalan nafas, memperpanjang hari rawat hingga berakibat

fatal yakni menimbulkan kematian.

8
BAB II

ANALISA JURNAL

I. Analisis Kritik Jurnal

Aspek Analisis Jurnal Hasil Analisis Jurnal

Judul Judul jurnal bagus, menyiratkan adanya masalah,

populasi penelitian ditulis dengan jelas dan

menimbulkan ketertarikan bagi pembaca.

Abstrak Abstrak kurang jelas karena belum terdefinisikan

secara masing-masing komponen abstraknya, seperti

latar belakang, tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan.

Introduction

Pernyataan masalah Tindakan suction merupakan tindakan mandiri

keperawatan. Masalah yang diangkat jelas dan mudah

diidentifikasi. Konsep dan populasi dalam penelitian

di tulis dengan jelas.

Review Literatur Tinjauan pustaka yang digunakan merupakan

referensi 5 tahun terakhir, namun masih ada beberapa

yang lebih dari 5 tahun terakhir. Tetapi dari semua

referensi yang diambil tepat dalam penelitian ini,

bagus, memperkuat inti masalah, menjelaskan

keterikatan antara variabel bebas dan terikat.

Beberapa referensi dalam penelitian ini masih bisa

digunakan untuk dasar penelitian selanjutnya.

9
Kerangka konseptual/ Konsep kunci penelitian tidak dijabarkan secara

teori konseptual, tidak dibuat kerangka, tapi dibuat narasi,

namun masih dapat dipahami alur penjelasannya.

Hipotesis/pertanyaan Tidak terdapat pertanyaan penelitian dan hipotesis

penelitian tidak dinyatakan secara tersurat, namun tidak

menghilangkan suatu pembenaran karena jurnal ini

dibuat secara narasi sedemikian rupa sehingga

memahamkan para pembaca,

Metode

Desain penelitian Design yang digunakan sesuai dalam tujuan

penelitian ini yaitu quasi eksperimen sangat cocok

untuk penelitian ini. Intervensi dilakukan pada 1

kelompok intervensi, tanpa pembanding. Jumlah data

yang dikumpulkan dalam penelitian ini sesuai yang

dibutuhkan jurnal.

Populasi dan sampel Populasi digambarkan dengan jelas, namun sampel

tidak dijelaskan kriteria inklusi dan esklusinya.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan

secara sengaja oleh peneliti karena ada pertimbangan

tertentu seperti keadaan klinis pasien yang disebutkan

dalam jurnal ini.

Jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini

10
berdasarkan hasil perhitungan rumus analitis numerik

berpasangan dengan mempertimbangkan drop out

sebesar 10 % sehingga didapatkan sampel sebanyak

21 responden.

Pengumpulan data dan Definisi operasional dan konseptual, instrumen serta

perhitungan uji validitas reabilitas penelitian tidak dijelaskan

dalam jurnal. Metode penelitian jurnal ini dengan

teknik observasi.

Prosedur Alur penelitian dalam jurnal ini digambarkan dalam

sebuah bagan.

Data diperoleh secara mandiri, hasilnya tidak

semuanya sama, dari 21 responden 16 responden

mendapatkan terapi O2 dengan T Piece dan 5

responden dengan ventilator, data ini bisa membuat

hasil menjadi bias, namun peneliti mengatasinya

dengan persamaan dalam pemberian

hiperoksigenasinya, dimana pasien dengan ventilator

dihiperoksigenasi dengan peningkatan FiO2 100%

dan pasien yang menggunakan T Piece dengan Bag

Valve Mask sampai saturasi mencapai 100%.

Untuk menjamin hak hak responden, peneliti

menggunakan prinsip penelitian Beneficence, Non

Maleficence, Autonomy, Anonimyty, Veracity dan

11
Justice. Penelitian ini juga telah mendapatkan

persetujuan etik oleh Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran Bandung dengan nomor :

160/UN6.C2.1.2/KEPK/PN/2013.

Hasil (results)

Analisis Data Analisa dalam penelitian ini hanya berfokus pada

hasil saturasi sebelum dan sesudah suctioning dengan

tekanan 100 mmHg, 120 mmHg dan 150 mmHg.

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu uji Wilcoxon, uji untuk sampel berpasangan dan

tidak homogen sesuai dengan jumlah responden

dalam penelitian ini yang tidak homogen.

Temuan Hasil penelitian di buat dalam bentuk tabel.

Tidak terdapat pertanyaan penelitian namun hasil

penelitian di bahas dengan jelas.

Diskusi

Interpretasi dari Semua hasil dalam penelitian dibahas dan

temuan didiskusikan dengan adanya penguat dari jurnal jurnal

sebelumnya dengan jelas.

Interpretasi penelitian sesuai dengan hasil dan

keterbatasan penelitian. Hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada semua pasien dengan cidera

12
kepala berat

Implikasi/ rekomendasi Implikasi dalam penelitian ini adalah adanya variasi

tekanan suctioning pada pasien cidera kepala berat

dengan saturasi yang berbeda beda. Hasil penelitian

ini dapat diterapkan dalam tindakan keperawatan

sebagai acuan tekanan dalam tindakan mandiri

suctioning oleh perawat di Ruang Perwatan Intensive.

13
II. KORELASI ANTARA ISI JURNAL DENGAN REALITA KLINIS
No Hasil Penelitian di Jurnal Kondisi Riil di klinis/lapangan
(Di ICU RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto)
1. Nilai saturasi oksigen sebelum dan setelah suctioning pada Nilai saturasi oksigen sebelum dan sesudah suction tidak
tekanan 100 mmHg mengalami penurunan hingga 2 %, pada dapat dihitung karena adanya perbedaan tekanan yang
tekanan 120 mmHg mengalami penurunan hingga 4% dan pada tidak ditentukan .
penggunaan tekanan 150 mmHg mengalami penurunan hingga 5
%.
2. Pada pasien cidera kepala berat, penerapan tekanan suction 100 Tindakan suction dilakukan tidak dengan menentukkan
mmHg dapat dilakukan pada pasien dengan nilai saturasi 97– tekanan suction terlebih dahulu, melainkan langsung
100 %, tekanan suction 120 mmHg dapat digunakan pada pasien memutar tombol ke arah tekanan full karena alat suction di
dengan saturasi 99–100 %, dan tekanan suction 150 mmHg ICU RSMS memang tidak bisa diatur tekanannya.
dapat diterapkan pada saturasi oksigen 100 %. Sehingga saat suction tekanan yang dihasilkan berbeda-
beda pada setiap fase.
3. Hiperoksigenasi sebelum dilakukan suction antara pemberian Tindakan suction tidak dilakukan hiperoksigenasi terlebih
FiO2 100 % pada ventilator dan pemberian 10 liter/menit dahulu.
dengan menggunakan bag valve mask dengan reservoir (p >
0,05) pada pasien yang terpasang ETT, untuk meningkatkan
saturasi hingga 100 % yang dapat mencegah hipoksemia pasca

14
suctioning

4. Jumlah fase suction pada tekanan suction 100 mmHg adalah 3–4 Tindakan suction dilakukan maksimal 4 kali dalam 1 kali
kali (66,7 %), pada tekanan suction 120 mmHg adalah 3–4 kali suction.
(61,9 %) dan pada tekanan suction 150 mmHg adalah 1–2 kali
(90,5 %), masing-masing dalam satu periode evakuasi mukus.
5. Perubahan tanda-tanda vital sebelum dan sesudah suctioning Tanda-tanda vital pasien sebelum suction berbeda beda,
merupakan salah satu indikasi dari adanya mukus pada saluran ada yang sebelumnya rendah menjadi normal, dan ada
nafas, ditandai dengan peningkatan frekuensi pernafasan dan yang normal menjadi tinggi, terutama frekuensi nafas dan
peningkatan denyut jantung. denyut jantung.

15
III. PERBANDINGAN ISI JURNAL DENGAN TEORI ATAU HASIL PENELITIAN YANG SUDAH ADA
Isi Jurnal Hasil Penelitian Lain Teori yang sudah ada di Teks Book
(metode dan tempat)
Penerapan tekanan suction terhadap Pengaruh tekanan suction ETT dengan Prosedur suction dalam buku Hudak dan
SpO2 sangat berpengaruh. Nilai tekanan 80 mmHg, 100 mmHg dan 120 Gallo (2013) yang berjudul Keperawatan
saturasi oksigen sebelum dan setelah mmHg terhadap perubahan SpO2 Pasien Kritis Pendekatan Asuhan Holistik
suctioning pada tekanan 100 mmHg terpasang Ventilator di ICU RSUD Prof. dr. Volume 1.
mengalami penurunan hingga 2 %, Margono Soekarjo Purwokerto Sebelum tindakan suction, pasien terlebih
pada tekanan 120 mmHg mengalami Hasil diperoleh bahwa pemberian tekanan dahulu harus diberi hiperoksigenasi
penurunan hingga 4% dan pada suction 80 mmHg dapat mengurangi SpO2 dengan O2 100% bila menggunakan Bag
penggunaan tekanan 150 mmHg rata-rata 1,733 %, tekanan 100 mmHg Valve Mask (BVM) atau pemberian FiO2
mengalami penurunan hingga 5 %. mengurangi SpO2 rata-rata 3% dan tekanan 100 % pada ventilator selama 2 menit.
Sehingga disimpulkan bahwa pada 120 mmHg mengurangi SpO2 rata-rata Pada saat suction, batasan tekanan suction
pasien cidera kepala berat, penerapan 4,5%. yaitu 80 mmHg – 120 mmHg selama 10-
tekanan suction 100 mmHg dapat 15 detik, karena aspirasi yang lama dapat
dilakukan pada pasien dengan nilai menyebabkan hipoksia berat, instabilitas
saturasi 97–100 %, tekanan suction hemodinamik, dan pada akhirnya
120 mmHg dapat digunakan pada menyebabkan henti jantung.
pasien dengan saturasi 99–100 %, dan Selama dan sesudah suction, pantau irama,

16
tekanan suction 150 mmHg dapat frekuensi nadi dan SpO2.
diterapkan pada saturasi oksigen 100
%.

17
Gambar Alat Suction di ICU RSMS

Saran Untuk RS. Prof. dr. Margono Soekarjo

Dibuku sudah ditentukan rentang tekanan untuk suction, karena di RSMS


model alat suctionnya tidak bisa ditentukan tekanannya, sehingga di sarankan bagi
setiap perawat yang akan melakukan tindakan suction pada pasien cidera kepala
berat lebih memperhatikan tekanan yang ditimbulkan, apabila melebihi tekanan
120 mmHg, suction segera di hentikan. Juga harus memperhatikan tanda tanda
vital pasien sebelum dan sesudah suction, apakah ada peningkatan atau penurunan
terutama pada SpO2, nadi, dan respirasi.

18
DAFTAR PUSTAKA
Carolyn M.Hudak & Barbara M. Gallo. 2013. Keperawatan Kritis Pendekatan
Asuhan Holistik Volume 1. Jakarta: EGC

Endiyono, Anang Udiantoro. 2014. Diference of Endotracheal Tube Suction


Actions with a pressure of 80 mmHg, 100 mmHg and 120 mmHg to
Change Oxygen Saturation Patients with Ventilator in Critical Care Unit
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto Hospital

Hendy Lesmana, Tri Wahyu Murni & Anastasia Anna. 2013. Analisis Dampak
Penggunaan Varian Tekanan Suction terhadap Pasien Cedera Kepala Berat

19

Anda mungkin juga menyukai