Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analysis/ BGA) merupakan
suatu pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbon dioksida (PaCO2),
oksigenasi, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa
(Severinghaus John, 2010). Analisis gas darah memungkinkan penyedia layanan
untuk menginterpretasikan gangguan pernapasan, peredaran darah, dan
metabolisme. PaO2 memberikan informasi tentang status oksigenasi, dan PaCO2
memberikan informasi tentang status ventilasi (gagal pernapasan kronis atau
akut). PaCO2 dipengaruhi oleh hiperventilasi (pernapasan cepat atau dalam),
hipoventilasi (pernapasan lambat atau dangkal), dan status asam basa. Meskipun
oksigenasi dan ventilasi dapat dinilai secara non-invasif melalui oksimetri nadi dan
pemantauan karbon dioksida end-tidal,
Analisis gas darah dapat dilakukan pada darah yang diperoleh dari pembuluh
darah mana saja (arteri, vena, atau kapiler). Namun, untuk pemeriksaan gas darah
lebih sering digunakan sampel arteri lebih banyak diterima dan digunakan dalam
dunia medis, sebab berhubungan langsung dengan kondisi pasien dan juga darah
arteri memberikan refleksi pertukaran gas yang lebih akurat dalam sistem paru
daripada darah vena.
Pada keadaan normal hasil yang didapat dari analisa gas darah sebagai berikut
1) pH (7,35-7,45); 2) PaO2 (75-100 mmHg); 3) PaCO2 (35-45 mmHg) 4) HCO3
(22-26 meq/L); 5) Basis kelebihan/defisit (-4 sampai +2); 6) SaO2 (95-100%).
Namun, kisaran nilai normal dapat bervariasi di antara laboratorium dan pada
kelompok usia yang berbeda dari neonatus hingga geriatri.
Terapi oksigen (O2) adalah suatu intervensi medis berupa upaya pengobatan
dengan pemberian oksigen untuk mencegah atau memperbaiki hipoksia jaringan
dan mempertahankan oksigenasi jaringan agar tetap adekuat dengan cara
meningkatkan masukan oksigen ke dalam sistem respirasi, meningkatkan daya
angkut oksigen (O2) ke dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan atau ekstraksi
oksigen ke jaringan. Terapi oksigen diberikan pada pasien dewasa jika nilai
tekanan parsial oksigen (O2) kurang dari 60 mmHg atau nilai saturasi oksigen
kurang dari 90% saat pasien beristirahat dan bernapas dengan udara ruangan.
Terapi oksigen diberikan pada pasien neonatus jika nilai tekanan parsial oksigen
kurang dari 50 mmHg atau nilai saturasi oksigen kurang dari 88%.
Ketika akan memberikan terapi oksigen, kondisi pasien harus dikaji terlebih
dahulu untuk mengetahui kebutuhan pasien terhadap terapi oksigen. Apakah pasien
butuh terapi oksigen jangka panjang atau terapi oksigen jangka pendek. Oksigen
yang diberikan harus diatur dalam jumlah yang tepat dan harus dievaluasi agar
mendapat manfaat terapi dan menghindari toksisitas. Terapi oksigen jangka pendek
diberikan pada pesien dengan keadaan hipoksemia akut, di antaranya pneumonia,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dengan eksaserbasi akut, asma bronkial,
gangguan kardiovaskuler dan emboli paru. Ketika pasien datang dengan keadaan
tersebut, pasien harus segera diberikan oksigen untuk mencegah terjadinya
kecacatan tetap ataupun kematian. Oksigen diberikan dengan fraksi oksigen (FiO2)
berkisar antara 60-100% dalam jangka waktu yang pendek sampai kondisi klinik
pasien membaik dan terapi yang spesifik diberikan.
Gattinoni, L., Pesenti, A., & Matthay, M. (2017). Understanding blood gas
analysis. Intensive Care Medicine, 44(1), 91–93. https://doi.org/10.1007/s00134-
017-4824-y
Severinghaus, John W., Astrup, P., & Murray, John F. (2010). Blood Gas
Analysis and Critical Care Medicine. American Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine, 157(4), S114–S122. https://doi.org/10.1164/ajrccm.157.4.nhlb1-9
Castro, D., & Keenaghan, M. (2019, February). Arterial Blood Gas. Retrieved
from Nih.gov website: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536919/