Anda di halaman 1dari 4

Central Venous Pressure dan RJP

Fifi Firdiana, 2006598036, PKMB D

CVP

CVP atau tekanan vena sentral merupakan nilai yang menunjukan tekanan darah
di vena cava dekat dengan atrium kanan, yang ditentukan oleh fungsi atrium kanan dan
tekanan darah vena di vena cava superior. CVP mencerminkan tekanan pengisian atrium
kanan atau preload ventrikel kanan dan bergantung pada volume darah, tonus vaskuler
dan fungsi jantung. Pemantauan tekanan vena sentral dapat bermanfaat dalam menilai
fungsi jantung, volume darah yang bersirkulasi, tonus vaskuler, dan respon pasien
terhadap terapi. Nilai CVP dapat menunjukan kondisi volume darah, aliran balik vena,
dan curah jantung.

Perangkat akses vena sentral adalah kateter yang ditempatkan di pembuluh darah
besar dari orang-orang yang memerlukan akses sering atau khusus ke sistem vaskular.
Pemasangan akses vena sentral dilakukan pada vena-vena yang berukuran besar, seperti
subclavian vein (yang merupakan lokasi utama/ yang paling umum, karena paling dekat
dengan atrium kanan), internal Jugular Vein, dan rachiocephalic vein. Pemasangan
perangkat akses vena sentral dilakukan jika vena perifer sulit diakses, sehingga
membutukan akses vena sentral, diperlukannya pengukuran CVP: pemantauan
hemodinamik untuk mengetahui fungsi jantung kanan dan kiri, serta untuk mengetahui
volume darah yang bersirkulasi, tonus vaskuler, dan respon pasien terhadap terapi.

Hasil pengukuran CVP dianggap normal jika berada pada rentang nilai atau 2 – 6
mmHg atau 5 – 12 cmH2O. Nilai CVP dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
 Faktor peralatan  tersumbatnya kateter dan lokasi kateter yang tidak tepat
(ujung kateter berada di ventrikel kanan)
 Kemampuan perawat  kalibrasi yang tidak benar, proses pengukuran tidak
konsisten, osilasi pernapasan, teknik pengukuran yang tidak benar
 Penggunaan obat vasopresor
 Kondisi klinis pasien  leher tertekuk dan sering menoleh
 Volume darah vena sentral
 Tonus pembuluh darah
 Gangguan ventrikel kanan (kekakuan miokard, penyakit perikardial, tamponade
jantung)

Pemasangan akses vena sentral dapat meningkatan risiko infeksi sistemik dan
invasif prosedur. Ekstravasasi masih dapat terjadi jika terjadi perpindahan atau
kerusakan pada alat kateter yaitu kateter Hickman, yang membutuhkan klem untuk
memastikan katup tertutup, dan kateter Groshong, yang memiliki katup yang terbuka
saat cairan ditarik atau diinfuskan dan tetap tertutup saat tidak digunakan.

RJP

Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan intervensi yang dilakukan untuk


memberikan oksigenasi dan sirkulasi ke tubuh selama serangan jantung atau henti
jantung ntuk mempertahankan fungsi jantung dan otak sambil menunggu defibrilasi dan
perawatan pendukung kehidupan jantung lanjutan. RJP dilakukan ketika korban
mengalami henti jantung dan/atau henti nafas. RJP dihentikan jika ada erintah jangan
dilakukan resusitasi, adanya irkulasi dan ventilasi spontan, penolong kelelahan, adanya
tanda kematian (Kaku dan dingin, Lebam, Pupil lebar, Berkurangnya refleks cahaya)

Tahapan RJP terdiri dari C-A-B, yaitu circulation, airways dan breathing.
Langkah pertama dalam CPR adalah melakukan pemeriksaan nadi dengan meraba nadi
karotis minimal 5 detik tetapi tidak lebih dari 10 detik. Sambil mempertahankan posisi
memiringkan kepala dengan satu tangan di dahi, temukan trakea korban menggunakan
dua atau tiga jari tangan lainnya. Geser jari-jari ini ke dalam alur antara trakea dan otot
leher di mana denyut nadi karotis dapat dirasakan. Teknik ini lebih mudah dilakukan di
sisi terdekat. Jika nadi terasa, berikan satu napas bantuan setiap 5 hingga 6 detik (10
sampai 12 napas/menit) dan periksa kembali denyut nadi setiap 2 menit. Jika tidak nadi
teraba dalam waktu 10 detik atau penolong merasa ragu ada tidak adanya denyut nadi,
lakukan C-A-B.

Circulation dicapai dengan kompresi dada. Kompresi dada meningkatkan


sirkulasi dengan salah satu dari dua cara. Kompresi dada juga dianggap meningkatkan
tekanan pada pembuluh darah toraks, meningkatkan aliran darah sistemik. Kompresi
dada dilakukan dengan memposisikan tumit satu tangan di tengah dada di antara puting
susu, tepat di atas bagian bawah tulang dada. Letakkan tangan satunya tepat di atas
tangan pertama. Rentangkan atau jalin jari untuk menjaga jari di atas dada. Luruskan
lengan dan posisikan bahu tepat di atas tangan. Agar kompresi dada efektif, penolong
harus melakukannya dengan keras dan cepat. Saat memberikan kompresi dada, dada
korban dewasa harus ditekan setidaknya 2 hingga 2,4 inci dengan kecepatan 100 hingga
120 kali per menit, kecepatan yang sebanding dengan ketukan dalam lagu “Stayin’
Alive.” atau penolong dapat mengatakan kata misisipi, Lakukan 30 kali kompresi dada
diikuti oleh 2 napas bantuan, atau rasio 30:2 (baik oleh satu atau dua penolong) untuk
anak-anak di atas usia 1 tahun. Jika ada dua penolong dan korban berusia kurang dari 1
tahun, rasionya adalah 15 kompresi dengan 2 napas (15:2) dan jika penolong sendirian,
pertahankan rasio 30:2.

Airways adalah tahap pembukaan jalur pernapasan. Pembukaan jalan nafas pada
korban tidak sadar harus berhati-hati karena mungkin saja korban memiliki cedera leher.
Jika korban teridentifikasi tidak mengalami cedera kepala atau leher, pembukaan jalan
nafas dapat menggunakan teknik head-tilt/chin-lift. Jika korban teridentifikasi
mengalami cedera kepala atau leher, pembukaan jalan nafas dapat menggunakan teknik
jaw-thrust. Jaw-thrust tidak dianjurkan untuk penolong awam karena sulit dilakukan
dengan aman dan dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang. Setelah membuka
jalan napas, penolong mengamati naik turunnya dada dan mendengarkan serta
merasakan udara yang keluar dari hidung atau mulut. Korban yang bernapas
ditempatkan pada posisi pemulihan (posisi berbaring miring yang membantu
mempertahankan jalan napas terbuka dan mencegah aspirasi cairan). Jika pernapasan
tidak pulih dalam 10 detik, korban tetap terlentang dan RJP dilanjutkan dan diikuti 2
kali nafas buatan setiap 30 kali kompresi.
Referensi

AHA. (2020). What is CPR?. Diambil dari https://cpr.heart.org/en/resources/what-


is-cpr.

American Heart Association. (2020). Kejadian Penting: Pedoman CPR dan ECC.
Retrieved from https://cpr.heart.org/-/media/cpr-files/cpr-guidelines-files/highlights/
hghlghts_2020eccgui delines_indonesian.pd
Harding, M., Kwong, J., Roberts, D., Hagler, D., & Reinisch, C. (2020). Lewis’s
Medical-surgical nursing : Assessment and management of clinical problems (11th ed.).
St. Louis, Missouri: Elsevier, Inc.
Perry, A. G., Potter, P. A., & Ostendorf, W. (2016). Nursing interventions &
clinical skills. St. Louis, Missiouri: Elsevier.
Lynn, P. (2011). Taylor's Clinical Nursing Skills: A Nursing Process Approach
(3rd ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai