Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Kimia Klinik Lanjut
Dosen Pengampu: Hj. Nurul Qomariah, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
SALVIA ALVIONANTHA MAHMUD
P1337434321052
Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas individu mata kuliah Kimia
Klinik Lanjut. Harapan saya semoga makalah ini menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, walaupun saya akui masih banyak kekurangan
dalam penyajian makalah ini karena ilmu yang saya miliki masih sangat kurang.
Dengan segala kerendahan hati, kritik, dan saran yang konstruktif sangat saya
harapkan guna meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
lain di waktu mendatang. Terima kasih tidak lupa saya ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, juga kepada dosen
mata kuliah Kimia Klinik Lanjut. Semoga makalah ini dapat dipergunakan dengan
baik sebagaimana mestinya.
Penulis.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Analisa gas darah merupakan pemeriksaan yang esensial dalam ilmu
kedokteran gawat darurat, yang mampu memberikan informasi berharga
mengenai status asam basa, ventilasi maupun oksigenasi dari pasien. Analisa
gas darah merupakan prosedur yang sering dikerjakan dan merupakan standar
baku untuk menentukan status asam basa, ventilasi dan oksigenasi pasien.
(Yanda, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU, and Adam Malik Medan
2002)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
4. Bagaimana SOP dan nilai rujukan pada pemeriksaan Analisa Gas Darah?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
4. Mengetahui SOP dan nilai rujukan pada pemeriksaan Analisa Gas Darah
D. Manfaat
1. Menambah referensi, informasi, dan pengetahuan di bidang kesehatan
mengenai pemeriksaan analisa gas darah.
2. Menambah pengetahuan lebih banyak mengenai analisa gas darah bagi
pembaca.
3. Menambah referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian
pemeriksaan mengenai analisa gas darah.
BAB II
PEMBAHASAN
Parameter Nilai
pH 7,35 - 7,45
PaCO2 32 – 45 mmHg
PaO2 75 – 100 mmHg
BE 0 – 2 mEq/L
HCO3 22 – 28 mEq/L
SO2 94 – 100 %
TCO2 23 – 27 mmol/L
F. Pembahasan
Asam adalah senyawa yang dapat mendonorkan ion hydrogen
(H+)/proton, sedangkan basa adalah senyawa yang dapat melepaskan ion
hydroxyl (OH-) atau sebagai penerima proton. Buffer/penyangga adalah
kombinasi dari asam lemah atau basa lemah dan garamnya. Pengaturan
asam basa diatur oleh konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam tubuh. Perubahan
kecil konsentrasi ion H+ sudah dapat merubah kecepatan reaksi kimia sel.
Peningkatan konsentrasi ion H+ disebut “asidosis”, sedangkan penurunan
konsentrasi H+ disebut “alkalosis”. Ph adalah konsentrasi ion H+ dan
dinyatakan dengan persamaan pH = - log [H+], dimana [H+] adalah kadar ion
H+ dalam satuan mol/l. Berdasarkan rumus ini maka asidosis diartikan
sebagai pH yang rendah, sebaliknya alkalosis adalah pH yang tinggi. pH
dalam arteri berkisar 7,35 – 7,45. Keadaan ini harus dipertahankan oleh
tubuh, antara lain dengan sistem penyangga asam bicarbonate-carbonic.
Beberapa penyangga yang penting antara lain: bikarbonat (ektraseluler),
fosfat (intraseluler, urine), protein (intraseluler, plasma), dan hemoglobin.
Kadar HCO3-dan pCO2 merupakan hal penting dalam perhitungan pH,
yang dirumuskan dalam persamaan Henderson-Hasselbalch, yang merupakan
dasar interpretasi ini. pH tubuh normal berada pada rentang nilai 7,35-7,45 .
Bila terjadi penurunan pH< 7,35 disebut asidosis . Bila terjadi kenaikan pH >
7,45 disebut alkalosis
pCO2 darah merupakan komponen respiratorik. Kadar normal pCO2
adalah 35 – 45 mmHg. Asidosis respiratorik terjadi bila kadar pCO2 > 45
mmHg dan alkalosis respiratorik akan terjadi bila kadar pCO2 < 35 mmHg.
Kadar HCO3- merupakan indikator untuk gangguan karena proses metabolik.
Kadar normal HCO3- adalah 22 – 28 mmol/l.
Pada asidosis metabolik akan terjadi penurunan kadar HCO3- sedang pada
alkalosis metabolik akan terjadi kenaikan kadar HCO3-. Base excess (BE)
Adalah jumlah asam atau basa yang ditambahkan kedalam 1 liter darah/cairan
ekstraseluler pada suhu 37oC, pCO2 40 mmHg dan SO 2 100%, tujuannya
agar pH kembali ke 7,4. Nilai BE dapat + atau -. Nilai rujukan : ̶2 sampai +
2. Nilai BE > 2 menunjukkan suatu alkalosis metabolik, sedangkan BE < –2
mengindikasikan asidosis metabolik.
Tekanan oksigen pO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang
rendah menggambarkan hipoksemia sehingga pasien tidak bernafas dengan
adekuat. pO2 dibawah 60 mmHg mengindikasikan perlunya pemberian
oksigen tambahan. Kadar normal pO2 adalah 80-100 mmHg.
Kadar O2 Merupakan kadar ukuran relatif suatu oksigen yang terlarut
dalam suatu media. Di dalam darah kadar oksigen normal adalah > 90%.
Kurangnya kadar oksigen dalam darah disebut hipoksemia. Saturasi oksigen
(SO2), Adalah ukuran seberapa banyak prosentase oksigen yang mampu
dibawa oleh hemoglobin. Satuannya dinyatakan dalam persen. Nilai normal
saturasi oksigen adalah > 95 %.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Analisis gas darah adalah pemeriksan yang penting dalam menangani
pasien dalam keadaan kritis. Tujuan utama dari perawatan intensif adalah
memastikan kecukupan kadar oksigen pada sistem organ. Analisis gas darah
dapat memberikan informasi mengenai status asam basa, ventilasi, maupun
oksigenasi dari pasien dimana gold standar yang digunakan adalah analisis
gas darah arteri. Analisis gas darah digunakan untuk menilai pH, tekanan
parsial oksigen (PO2) dan tekanan parsial karbondioksida (PCO2) dimana nilai
ini dapat digunakan untuk memperkirakan saturasi oksigen (SaO 2) dalam
hemoglobin, konsentrasi bikarbonat (HCO3), konsentrasi total karbondiokarda
(TCO2) dan Base Excess cairan ekstraseluler (BEecf). Indikasi pemeriksaan
gas darah dilakukan adalah untuk kepentingan pemeriksaan tekanan parsial
oksigen dan karbondioksida serta pH darah. Pemeriksaan analisa gas darah
dilakukan pada pasien dalam keadaan kritis baik oleh gangguan dalam sistem
pernapasan maupun gangguan metabolik lain. Indikasi pemeriksaan gas darah
dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan edema paru atau Pulmonary
edema.
B. Saran dan Komentar
Pada penulisan penelitian ini, pada hasil dan pembahasan kurang
jelas menunjukkan indikasi terhadap edema paru.
DAFTAR PUSTAKA
Dahliawati, Yeni. 2017. “Perbedaan Punksi Analisa Gas Darah Pada Arteri
Brachialis Dan Arteri Radialis Dengan Kejadian Hematoma Di Ruang Icu
Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru.” Ятыатат вы12у(235): 245.
http://digilib.unila.ac.id/4949/15/BAB II.pdf.
Dev, Shelly P., Melinda D. Hillmer, and Mauricio Ferri. 2011. “Arterial Puncture
for Blood Gas Analysis.” New England Journal of Medicine 364(5): e7.
Salvagno, Gian Luca, Davide Demonte, and Giuseppe Lippi. 2019. “Special
Issue: Responsible Preanalytical Mysteries Writing in Science Analysis.”
Biochemia Medica 29(1): 1–5.
Setiawan, Agus Harman, Prananda Surya Airlangga, and Eddy Rahardjo. 2019.
“Komplikasi Edema Paru Pada Kasus Preeklampsia Berat Dan Eklampsia.”
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia) 11(3): 136–44.
Yanda, Srie, SpA Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-USU, and Rsup H Adam
Malik Medan. 2002. “Gambaran Analisa Gas Darah Pada Distres Pernapasan
Gambaran Analisa Gas Darah Pada Distres Pernapasan Gambaran Analisa
Gas Darah Pada Distres Pernapasan Gambaran Analisa Gas Darah Pada
Distres Pernapasan Gambaran Analisa Gas Darah Pada Distres Pernapasan.”
4(3): 135–40.