DI SUSUN OLEH :
NAMA : HANNA VINI FRANS
NIM : B1D119101
KELAS : 2019C
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai.
Terimah kasih juga saya ucapkan kepada dosen TEKSAM II yang selalu
memberikan dukungan serta bimbingan sehingga makalah ini dapat tersusun dengan
baik.
Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca.
Saya yakin masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karna
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacademi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4
1.3 Rumusan Masalah 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 DEFINISI ANALISA GAS DARAH 6
2.2 ANALISIS GAS DARAH 7
2.3 PETUNJUK PENGAMBILAN 8
2.4 CARA ALENT”S TEST 9
2.5 KOMPLIFIKASI 10
2.6 TEKNIK PENGAMBIILAN 10
2.7 INTERPRESTASI HASSIL AGD 11
2.8 GANGUAN ASAM BASA SEDERHANNA 12
2.9 KESEIMBANGAN ASAM BASA 13
3.1 PENANGANAN GANGUAN ASAM BASA 14
3.2 KLASIFIIKASI GGANGGUAN ASAM BASA 15
3.3 CARA KERJA ALAT 16
3.4 STANNDART OPERASIONAL PROSEDUR 17
3.5 CARA KERJA ALAT 17
3.6 LANGKAH LANGKAH UNTUK MENILAI GASS DARAH 18
3.7. CONTOH KASUS 18
3.8 HAL HAL YANG HASSUR DIPERHATIKAN 18
BAB III PENUTUP
4.1 KESSIMPULAN 19
4.2 SARAN 19
DAFTARPUSTAKA 20
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari keadaan di atas sangat dibutuhkan peran analis dalam AGD yaitu
Observasi tempat penusukan dari pendarahan, hematom, atau pucat pada bagian
distal. Dengan meningkatnya catatan penderita penyakit dalam yang dilakukan
AGD, maka penulis tertarik untuk mengangkat “Analisa Gas Darah”.
I.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang harus dicapai dalam
makalah ini adalah :
Adapun Rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah:
PEMBAHASAN
1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan
perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di
mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan
ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal
karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi.
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya
alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal
akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2
disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade
neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi
Syang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal,
seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan
gangguan elektrolit berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang
memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan
bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH
7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan
ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal
melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan
tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya
pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak
adekuat serta pH lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60
mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia
yang ada sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini
berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of
prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti
konsumsi dan distribusi oksigen.
1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara tekan
calibrate kemudian enter. Alat akan melakukan kalibrasi secara otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan tekan
status untuk mengetahui kondisi apakah PH, Pco2 dan Po2 kondisinya OK.
Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila kondisinya UC (Un
Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate kemudian enter
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah siap
melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample akan keluar
secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan tekan lagi analyzer
sampai sample terhisap secara otomatis selang akan masuk sendiri.
5. Lakukan daftar isian seperti yang terlihat dilayar monitor, sample ID , HB,
suhu badan, jenis sample (0 arteri, 1 vena, 2 kapiler), F102 (volume oksigen
yang dilorelasi dengan persen lihat daftar), kemudian clear 2x.
6. Alat akan menghitung secara otomatis dalam waktu yang relatif cepat hasil
akan keluar melalui printer.
7.
3.5 Cara Kerja Alat
Sampel dimasukkan ke dalam instrumen analisis yang menggunakan
elektroda untuk mengukur konsentrasi ion hidrogen (H +), yang akan diolah
dengan hasil sebagai pH, dan tekanan parsial oksigen [PO2] dan gas
karbondioksida PO2. Alat pengukur elektroda pH terdiri dari kaca khusus
dengan membran selektif permeabel untuk ion hidrogen.
Sebuah listrik potensial bereaksi di permukaan dalam dan luar dari
membran tergantung pada aktivitas log ion hidrogen dalam sampel. Sebuah
elektroda bernama Severinghaus digunakan untuk mengukur PCO2, prinsip
pengukuran sama seperti untuk ion hidrogen, kecuali bagian ujung elektroda
ditutupi dengan membran yang permeabel terhadap gas, sehingga perubahan pH
dengan karbon dioksida secara proporsional menyebar dari sampel ke
permukaan elektroda.
PO2 diukur dengan menggunakan elektroda polarografi (Clark), oksigen
berdifusi dari sampel ke katoda, di mana oksigen direduksi menjadi ion
peroksida. Elektron berasal dari anoda perak yang teroksidasi, menghasilkan
konsentrasi oksigen yang proporsional di katoda. Sinyal Elektroda tergantung
pada suhu serta konsentrasi, dan semua pengukuran yang dilakukan pada suhu
37 ° C. Karena pada pengukuran pH ,kadar oksigen dan karbon dioksida
hasilnya bergantung pada suhu reaksi maka mungkin perlu disesuaikan dengan
suhu sebenarnya pada pasien.
Alat analisis gas darah portable tersedia yang dapat digunakan langsung
disamping pasien. alat analisis gas darah Darah menghitung konsentrasi
bikarbonat dengan menggunakan rumus: pH = 6.1 + Log bicarbonate/.0306 x
PCO2. Mereka juga menghitung kandungan oksigen, karbon dioksida
total , Base excess dan persentase saturasi oksigen hemoglobin. Nilai-nilai ini
digunakan oleh dokter untuk menilai tingkat hipoksia dan
ketidakseimbangan asam-basa.
1. pH asidosis
2. CO2 asidosis
3. HCO3 normal
4.2 Saran
Semoga kita selaku analis kesehatan dapat memahami tentang analisa gas darah.
DAFTAR PUSTAKA