Anda di halaman 1dari 17

PERSONA NON GRATA DALAM PRAKTEK NEGARA

RUSIA DAN UKRAINA BESERTA IMPLIKASI


HUKUMNYA

OLEH

REIN FIKTOR PUTNARUBUN


NIM : 2019-21-092

PROPOSAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara adalah salah satu pilar utama dalam melakukan hubungan

internasional secara resmi. Ciri-ciri utama negara berdasarkan Pasal 1 Konvensi

Montevideo 1933 mengenai hak dan kewajiban negara sebagai berikut : “Negara

sebagai suatu pribadi hukum internasional seharusnya memiliki kualifikasi

sebagai berikut: penduduk yang permanen, wilayah tertentu, suatu pemerintahan,

dan kemampuan untuk berhubungan dengan negara lain”. 1 Dari segi hukum

internasional, kriteria keempat merupakan syarat yang paling penting dalam

masyarakat internasional karena merupakan bukti kuat kemampuan negara untuk

menjaga keutuhan wilayahnya. Kemampuan tersebut, mendorong kesetaraan antar

negara serta cerminan kemerdekaan dan kedaulatan suatu negara.

Suatu negara perlu melakukan interaksi dengan negara lain yang

didasarkan atas kepentingan nasional masing-masing negara yang berkaitan satu

sama lainnya. Kepentingan ini antara lain meliputi bidang hukum, budaya, sosial,

ekonomi, politik dan sebagainya. Adanya interaksi yang permanen adalah satu

syarat dari adanya masyarakat internasional.2

1
Adhitya Apris Setyawan, Perlindungan Hukum Terhadap Wilayah Kedutaan Negara
Asing Sebagai Implementasi Hak Kekebalan Dan Keistimewaan Diplomatik, Lex et Societatis,
Vol. I/No. 5/September/2013, hlm 73.
2
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional Vol. 2, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, hlm
30.
Hubungan diplomatik merupakan hal penting yang harus dibangun suatu

negara dengan negara lain untuk merepresentasikan peran antar negara dalam

hubungan internasional. Dengan menjalin hubungan diplomatik tersebut, suatu

negara mengirimkan utusannya agar menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang

berkaitan dengan menggunakan kepentingan negara yang diwakilinya bagi negara

tempat ia ditempatkan., utusan negara ini yang kemudian dianggap sebagai

pejabat diplomatik atau wakil diplomatik.3

Pelaksanaan hubungan diplomatik antar negara pada awalnya diatur

berdasarkan praktik internasional yang diadopsi oleh praktik negara dan mengacu

pada Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional. Kebiasaan-kebiasaan ini diterima

oleh negara-negara di seluruh dunia dan kemudian menjadi hukum kebiasaan

internasional..4

Komisi Hukum Internasional (International Law Commission) menyusun

sebuah Konvensi Internasional yang merupakan praktek internasional di bidang

hukum diplomatik yang kemudian dikenal dengan Konvensi Wina 1961 tentang

Hubungan Diplomatik yang terdiri dari 53 pasal yang mencakup hampir semua

aspek penting diplomasi dan terdapat 2 pilihan protokol mengenai

kewarganegaraan dan kewajiban penyelesaian sengketa yang masing-masing

terdiri dari 8-10 pasal. Konvensi Wina 1961 sebagai faktor penting bagi

masyarakat internasional karena bisa membangun kodifikasi prinsip-prinsip aturan

3
Diakses dari: https://123dok.com/document/qoj9e60z-bab-pendahuluan-tertentu-
berkaitan-dengan-kepentingan-negara-diwakilinya.html. Diakses pada 13 September 2021.
4
Diakses dari: http://scholar.unand.ac.id/17009/5/BAB%20I.pdf. Diakses pada 13
September 2021.
diplomatik, terutama mengenai hal kekebalan dan hak-hak istimewa diplomatik

yang mutlak diharapkan bagi semua negara.5

Setiap negara yang melakukan hubungan diplomatik tentu saja ada pejabat

diplomatik yang melaksanakan fungsinya masing-masing dalam mewakili

negaranya, hal ini dinyatakan dalam pasal 3 ayat (1) konvensi wina 1961 yang

menyatakan tentang fungsi dari perwakilan diplomatik meliputi empat tugas,

yaitu: mewakili negara tuan rumah, melindungi kepentingan negara dan warga

negaranya di negara tuan rumah, bernegosiasi dengan negara tuan rumah,

melaporkan pada negara tuan rumah tentang situasi hukum dan perkembangan

negara tuan rumah dengan cara-cara yang sah, meningkatkan hubungan

persahabatan dan mengembangkan hubungan ekonomi, kebudayaan dan ilmu

pengetahuan.6 Para diplomat tersebut agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya

secara memadai, mereka harus diberikan kekebalan dan hak istimewa sesuai

dengan aturan hukum kebiasaan internasional dan perjanjian lain yang mengatur

hubungan diplomatik antar negara.7

Pembukaan konvensi wina tahun 1961 menyatakan bahwa tujuan dari hak

istimewa dan kekebalan ini bukanlah untuk menguntungkan individu, tetapi untuk

membantu pelaksanaan fungsi perwakilan diplomatik sebagai perwakilan negara

secara efektif. Kemudian dalam Pasal 29 Konvensi Wina menyatakan: Diplomats

are inviolable. He is not responsible for any form of arrest or detention. The host

country treats him with respect and takes all appropriate steps to prevent attacks

5
Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global), Alumni, Bandung, 2005, hal. 513.
6
Pasal 3 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik
7
Setyo Widadgo, Hukum Diplomatik dan Konsuler, Bayu Media Publishing, Malang,
2008, hlm.53.
on his person, freedom or dignity. (Pejabat diplomatik tidak dapat diganggu,

ditangkap dan ditahan. Dia harus diperlakukan dengan hormat dan negara

penerima harus mengambil langkah-langkah yang wajar untuk mencegah

serangan terhadap mereka, kebebasan dan martabat mereka.).8

Akibat yang paling penting dari tidak boleh diganggu gugatnya seorang

diplomat adalah adanya hak kekebalan untuk bebas dari yurisdiksi negara

penerima sehubungan dalam masalah-masalah kriminal, dapat dikatakan bahwa

kekebalan diplomat itu mutlak dan tidak boleh dibawa ke pengadilan atau diberi

sanksi.9 Namun pada prakteknya banyak kepentingan yang berasal dari negara

pengirim maupun dari individu diplomat itu sendiri yang berada dibalik suatu

hubungan diplomatik. Kepentingan-kepentingan inilah yang dapat memicu

terjadinya suatu pelanggaran oleh para diplomat tersebut di negara penerima,

sebagai akibatnya negara penerima dapat menyatakan persona non grata terhadap

diplomat tersebut.

Dalam melakukan hubungan diplomatik, persona non grata adalah

tindakan awal yang dilakukan suatu negara agar memperlihatkan pada negara

pengirim bahwa negaranya tidak menginginkan suatu jalinan kerjasama dalam

bentuk apapun. Pernyataan persona non grata ini seringkali disalahgunakan oleh

beberapa negara. Suatu negara bisa saja mem-persona non grata-kan seseorang

diplomat atau diplomat tertentu tanpa ada alasan yang jelas. Mengenai kebijakan

persona non grata ini selalu saja menimbulkan perdebatan yang panjang apakah

suatu negara berkewajiban memberi alasan dari diusirnya seseorang diplomat atau

8
Pasal 29 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik
9
Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2005, hlm. 551.
beberapa diplomat. Negara yang diplomatnya diusir selalu meminta penjelasan

dan karena penjelasan itu selalu dijawab secara diplomatis, negara tersebut

mengambil tindakan yang sama, sehingga mengakibatkan terjadinya saling usir

diplomat antar negara penerima maupun negara pengirim.10

Seperti yang terjadi pada hari minggu 18 April 2021, Rusia telah

memutuskan untuk mengusir seorang diplomat dari konsulat Ukraina di St.

Petersburg karena kedapatan mencuri rahasia negara. Seorang diplomat Ukraina,

konsul di Konsulat Jenderal di St. Petersburg, Alexander Sosonyuk, ditangkap

oleh agen rahasia (FSB). FSB dilaporkan menangkap Sosonyuk pada Jumat, 16

April 2021. Kemudian, Kementerian Luar Negeri Rusia memanggil kuasa usaha

Ukraina, Vasy Pokotylo dan menyatakan bahwa Sosonyuk memiliki waktu 72 jam

hingga 19 April untuk meninggalkan negara Rusia. FSB menyatakan bahwa

kegiatan diplomat Ukraina tidak sesuai dengan status diplomatik dan

membahayakan Federasi Rusia. Sesuai dengan hukum internasional, Rusia akan

mengambil tindakan terhadap diplomat tersebut.11

Disisi lain, Ukraina pada hari Sabtu 17 April 2021 kemudian membuat

protes keras atas tindakan Rusia terhadap Sosonyuk, dan sepenuhnya menyangkal

tuduhan kepada konjen ( konsulat jenderal) tersebut. 12 Pihak Ukraina memberikan

tanggapan atas tuduhan tersebut bahwa pihak Ukraina benar-benar mengecualikan

10
Ibid., hlm.534.
11
CNN Indonesia, Rusia dan Ukraina saling usir diplomat buntut konflik perbatasan, di
akses dari: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210418105558-134-631304/rusia-
ukraina-saling-usir-diplomat-buntut-konflik-perbatasan, terbit pada 18 April 2021, di akses pada
25 September 2021.
12
Aditya Jaya Iswara, Balas Dendam, Ukraina Usir Diplomat Rusia dari Kiev, diakses
dari: https://www.kompas.com/global/read/2021/04/20/102625170/balas-dendam-ukraina-usir-
diplomat-rusia-dari-kiev?page=all, terbit pada 20 April 2021, di akses pada 15 Agustus 2021.
dakwaan yang diajukan terhadap petugas konsuler. Tindakan pihak berwenang

Rusia itu sangat melanggar Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik tahun

1961 sekali lagi membuktikan kebijakan bermusuhan lebih lanjut dengan Ukraina

yang dipilih oleh Rusia.13 Hubungan antara kedua negara meningkat setelah

pasukan dari Rusia ditempatkan di perbatasan timur Ukraina, yang diduduki oleh

pemberontak separatis. Kondisi ini bisa menyebabkan perang antara kedua negara

terulang pada tahun 2014. Perang dilaporkan menewaskan lebih dari 13.000 orang

dan Ukraina juga kehilangan Krimea, yang kini diduduki Rusia. Ukraina

kemudian meminta bantuan Blok Barat melalui Organisasi Pakta Atlantik Utara

(NATO) untuk membantu mereka menghadapi perang yang akan datang dengan

Rusia.14

Dari peristiwa di atas menimbulkan adanya tindakan kausalitas (sebab-

akibat) sehingga menimbulkan adanya konflik. Untuk itu melihat dari

permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa Rusia menuduh anggota diplomat

Ukraina melakukan aksi mata-mata dan ditahan oleh pihak Rusia. Sebelumnya

perlu diperhatikan pada pasal 29 konvensi wina 1961 yang menjelaskan bahwa,

orang menurut agen diplomatik tidak bisa diganggu gugat. Dia tidak akan

bertanggungjawab atas segala bentuk penangkapan atau penahanan. Negara

penerima wajib memperlakukannya dengan penuh hormat & mengambil segala

13
Victor Maulana, Ketegangan Meningkat, Ukraina Usir Diplomat Rusia, diakses dari :
https://international.sindonews.com/read/400870/41/ketegangan-meningkat-ukraina-usir-diplomat-
rusia-1618740244, terbit pada 18 April 2021, diakses pada 25 September 2021.
14
Heri Firmansyah, Konflik Perbatasan, Rusia-Ukraina Saling Usir Diplomat, diakses
dari : https://rri.co.id/internasional/1028055/konflik-perbatasan-rusia-ukraina-saling-usir-diplomat,
terbit pada 19 April 2021, diakses pada 25 September 2021.
tindakan yang sempurna agar mencegah terjadinya serangan apa pun terhadap

dirinya, kebebasannya, atau martabatnya.15

Dapat dilihat pasal tersebut menjelaskan bahwa perwakilan diplomatik

tidak dapat ditahan dan harus diperlakukan dengan hormat. Namun, pada

kenyataannya Rusia melakukan penahanan terhadap agen diplomatik dari pihak

Ukraina. Sehingga Ukraina menuding bahwa apa yang dituduhkan kepada

diplomatnya ialah tidak benar dan Ukraina juga menuduh bahwa Rusia telah

melanggar aturan dalam konvensi wina karena alasan yang dituduhkan kepada

diplomatnya tidak jelas atau tidak dibenarkan, sehingga Ukraina melakukan hal

yang sama dengan mempersona non gratakan duta besar Rusia.

Berdasarkan pada gambaran latar belakang sebagaimana yang telah

diuraikan di atas, maka penulisan ini berjudul: Persona Non Grata Dalam

Praktik Negara Rusia dan Ukraina Beserta Implikasi Hukumnya.

B. Rumusan Masalah

Melihat latar belakang penulisan yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penulisan ini yaitu:

1. Bagaimana praktek Rusia dan Ukraina dalam mengimplementasi persona non

grata ?

2. Apa implikasi hukum bagi Rusia dan Ukraina berdasarkan konvensi wina

1961?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah :

15
Pasal 29 Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
A. Untuk mengetahui bagaimana praktek negara penerima dalam

mengimplementasi persona non grata terhadap negara pengirim.

B. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari tindakan negara

pengirim dan negara penerima berdasarkan konvensi wina 1961.

C. Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum pada program studi ilmu hukum.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang baik dalam

bidang hukum internasional terutama mengenai praktek negara Rusia dan Ukraina

dalam mengimplementasi persona non grata sehingga mempengaruhi hubungan

diplomatik.

2. Manfaat Praktis :

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang bagaimana

perkembangan hukum internasional, terutama dalam hal ini mengenai apa saja

akibat hukum dari adanya pemberian persona non grata berdasarkan konvensi

wina 1961.

E. Kerangka Konseptual

Untuk menganalisis permasalahan tentang persona non grata dalam

praktek negara-negara serta implikasi hukumnya sehingga penulis akan


menggunakan beberapa konsep dalam kajian Hukum Internasional, yakni sebagai

berikut:

1. Hubungan Diplomatik

Hubungan Diplomatik adalah hubungan yang dijalankan antara negara

satu dengan negara lainnya agar saling memenuhi kebutuhan masing-masing

negara. Untuk melakukan interaksi diplomatik dengan negara lain perlu adanya

pengakuan (recognition) terlebih dahulu terhadap negara tersebut, terutama bagi

negara yang akan mendapat perwakilan diplomatik suatu negara (receiving state).

Tanpa adanya pengakuan terhadap negara tersebut, maka pembukaan interaksi &

perwakilan diplomatik tidak dapat dilakukan.16 Adapun sumber aturan tentang

hubungan diplomatik ini ialah dapat ditinjau pada konvensi wina 1961 mengenai

hubungan diplomatik. Konvensi wina 1961 ini terdiri dari 53 pasal yang

mencakup hampir seluruh aspek penting berdasarkan hubungan diplomatik secara

tetap antar negara. Disamping itu pula, masih ada dua protokol pilihan tentang

masalah kewarganegaraan & keharusan dalam menyelesaikan sengketa yang

masing-masing terdiri menurut 8-10 pasal.17

2. Perwakilan Diplomatik

Dalam melakukan hubungan diplomatik tentu saja terdapat perwakilan

diplomatik yang dikirimkan oleh suatu negara ke negara lainnya. Sebelum

perwakilan diplomatik terutama duta besar dari masing-masing negara dikirim ke

negara penerima (terutama bagi calon duta besar) maka perlu adanya

agreement/persetujuan oleh masing-masing negara. Agreement ini berisi

16
Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler Jilid I, Tatanusa, Jakarta,
2013, hlm.8.
17
Konvensi Wina Tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik
permintaan yang jelas secara informal pada kepala negara penerima mengenai

apakah calon yang diajukan negara pengirim bisa diterima menjadi wakil

diplomatik atau tidak.18 Dalam hukum diplomatik, pejabat diplomatik adalah

perutusan- perutusan atau perwakilan perwakilan yang ditunjuk oleh suatu negara

dengan memberikan tanggung jawab dalam menjalankan misi-misi diplomatik di

negara mana pejabat diplomatik tersebut ditugaskan.

Negara pengirim mengirim wakil diplomatiknya kepada negara penerima

ialah agar dapat menjalankan fungsi sebagai seorang diplomatik, hal ini dapat

dilihat dalam pasal 3 ayat (1) konvensi wina 1961 yang dimana menyatakan

fungsi dari perwakilan diplomatik, yaitu: mewakili kepentingan negara pengirim

di negara penerima, melindungi kepentingan negara pengirim & masyarakat

negaranya di negara penerima, mengadakan perjanjian dengan menggunakan

pemerintah dari negara penerima, memberikan laporan secara terencana mengenai

situasi & perkembangan pada bidang ekonomi, militer, ilmu pengetahuan & lain-

lain pada negara penerima, & meningkatkan hubungan kerja sama kedua negara

pada beberapa bidang, misalnya bidang perdagangan pendidikan & kebudayaan.19

Setiap perwakilan diplomatik diberikan hak kekebalan dan keistimewaan,

namun hak-hak ini tidak selamanya melekat pada diri perwakilan diplomatik.

Sebab negara penerima mempunyai kewenangan khusus untuk menolak ataupun

mengusir setiap perwakilan diplomatik yang tidak disukai atau dianggap telah

melakukan kesalahan saat bertugas di negara penerima sehingga dapat di persona

non grata perwakilan diplomatik tersebut.

18
Widodo, Hukum Kekebalan Diplomatik, CV.Aswaja Pressiondo, Malang, 2009, hlm.71.
19
Pasal 3 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik
3. Persona Non Grata

Persona non grata merupakan seseorang yang tidak disenangi &

umumnya kata ini ditujukan pada anggota diplomatik yang tidak disukai sehingga

wajib segera meninggalkan negara dimana dia ditempatkan.20 Dasar bagi negara

penerima untuk melakukan persona non grata terhadap perwakilan diplomatik

diatur dalam pasal 9 ayat (1) konvensi wina tahun 1961 tentang hubungan

diplomatik yang menyatakan negara penerima bisa setiap waktu & tanpa perlu

menyebutkan keputusannya, memberitahu negara pengirim bahwa kepala misi

atau anggota staf diplomatik misi merupakan persona non grata atau bahwa

anggota lain dari staf misi tidak bisa diterima. Negara pengirim wajib

sebagaimana mestinya, memanggil pulang orang yang bersangkutan atau

menghentikan manfaatnya menggunakan misi. Seseorang bisa dinyatakan non

grata atau tidak bisa diterima sebelum datang pada wilayah negara penerima,. 21

Sesuai praktik negara yang telah lama berkembang, dewasa ini pemberian

persona non grata negara penerima kepada seorang calon duta besar maupun

anggota misi diplomatik memberikan dampak dimana diplomat tersebut kemudian

kehilangan statusnya di negara penerima sebagai seorang diplomat. Untuk itu,

dengan adanya pemberian persona non grata ini menimbulkan implikasi hukum

sehingga mengakibatkan akibat hukum bagi diplomat dan juga bagi hubungan

antar negara yang menjalin hubungan diplomatik.

Akibat hukum dari adanya pemberian persona non grata ini bagi diplomat

ialah diplomat tersebut kehilangan statusnya sebagai wakil diplomat di negara

20
Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, hlm.128.
21
Pasal 9 Konvensi Wina tahun 1961 tentang Hubungan Diplomatik.
yang menerimanya, dan juga mengakibatkan hubungan diplomatik antar kedua

negara menjadi kurang harmonis.

F. Metode Penelitian

Dalam pengembangan penelitian ini diperlukan bahan atau data tertentu,

jawaban objektif dan ilmiah serta dapat dijelaskan dari bahan pustaka yang

dilakukan melalui penelitian dengan cara sebagai berikut :

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dipakai penulis adalah yuridis normatif, dimana

penelitian hukum yuridis normatif atau penelitian hukum kepustakaan yaitu

penelitian hukum yang dilakukan dengan menggunakan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder belaka yang berhubungan dengan judul penelitian.

2. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan pendekatan masalah yang terdiri dari, (a)

pendekatan perundang-undangan; (b) pendekatan kasus; dan (c) pendekatan

konseptual.

a. Pendekatan Perundang-undangan

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan

cara menyelidiki kasus menggunakan semua undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan masalah hukum yang sedang ditangani.22

b. Pendekatan Kasus

22
Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum (edisi Revisi), Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2013, h.133
Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan cara melakukan

telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah

menjadi putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan yang tetap.23

c. Pendekatan Konseptual

Pendekatan konseptual berasal dari pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan memeriksa pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan

pandangan-pandangan baru yang melahirkan pengertian-pengertian hukum,

konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan masalah yang

dihadapi.24

3. Bahan Hukum

Penelitian ini memerlukan bahan-bahan hukum yang meliputi bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Adapun bahan-

bahan hukum tersebut, yaitu:

1. Bahan hukum primer, yaitu Bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian, berupa

aturan-aturan hukum internasional yaitu konvensi wina tahun 1961 dan artikel

yang terkait dengan kasus persona non grata dalam praktik negara Rusia dan

Ukraina beserta implikasi hukumnya.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti hasil penelitian, pendapat pakar hukum

23
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi (cetakan ke 12). Kencana
Prenada Media, Jakarta, 2016, hal.134
24
Ibid. hal. 135-136.
atau literatur hukum, jurnal hukum, buku-buku yang berkaitan dengan hukum

diplomatik yang berkaitan dengan pokok bahasan masalah yang dibahas.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan

penjelasan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder berupa: Black’s

Law Dictionary dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

studi kepustakaan (library research) yang secara konseptual yaitu mengumpulkan

bahan-bahan hukum dengan melakukan penelaan kepustakaan, berupa peraturan-

peraturan hukum internasional terkait dengan isu hukum yang hendak dibahas,

karya ilmiah, dan literatur-literatur yang terkait dengan penelitian.

5. Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum

a. Pengolahan

Data yang diperoleh dan dikumpulkan akan dilakukan pengolahan dengan

cara :

1. Pemrosesan, data yang dikumpulkan penulis terlebih dahulu kemudian diproses

dengan memilih apakah data yang diambil relatif & lengkap untuk mendukung

pemecahan masalah yang dibuat.

2. Komputerisasi, Data yang telah diedit kemudian dimasukkan ke dalam

komputer.

b. Analisa Bahan Hukum


Dalam analisis bahan hukum peneliti menjelaskan bahan hukum yang

diperolehnya, kemudian menyelidiki dan menganalisis bahan hukum tersebut

untuk menggambarkan secara lengkap dan komprehensif.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Boer Mauna, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global), Alumni, Bandung, 2005

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Justitia Studi Group, Bandung, 1986

J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional (Vol. II), Sinar Grafika, Jakarta, 2007

Marzuki, P. M, Penelitian Hukum (Revisi ed.), Kencana Prenada Meria Group,


Jakarta, 2013

S.M. Noor dkk, Buku Ajar Hukum Diplomatik Dan Hubungan Internasional,
Pustaka Pena Press, Makassar, 2016

Setyo Widadgo dan Agis Ardhiansyah, Kekebalan dan Hak-hak Istimewa Dalam
Hubungan Diplomatik Menurut Konvensi Wina 1961, UB Press, Malang,
2020

Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000

Sugono, B, Metode Penelitian Hukum, Radja Grafindo, Jakarta, 2003

Widodo, Hukum Kekebalan Diplomatik, Aswaja Pressiondo, Malang, 2009

Peraturan Perundangan-undangan :
Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan Diplomatik
Jurnal :
Setyawan, A. A, Perlindungan Hukum Terhadap Wilayah Kedutaan Negara
Asing Sebagai Implementasi Hak Kekebalan dan Keistimewaan
Diplomatik, Jurnal Lex et Societatis Vol I, 2013

Website :
Aditya Jaya Iswara, Balas Dendam Ukraina Usir Diplomat Rusia Dari Kiev,
Diakses dari :
https://www.kompas.com/global/read/2021/04/20/102625170/balas-
dendam-ukraina-usir-diplomat-rusia-dari-kiev?page=all, Diakses pada 25
Februari 2022.
Firmansyah, H, Konflik Perbatasan, Rusia Ukraina Saling Usir Diplomat,
Diakses dari :
https://www.kompas.com/global/read/2021/04/20/102625170/balas-
dendam-ukraina-usir-diplomat-rusia-dari-kiev?page=all, Diakses pada 25
September 2021

https://123dok.com/document/qoj9e60z-bab-pendahuluan-tertentu-berkaitan-
dengan- kepentingan-negara-diwakilinya.html, Diakses pada 13 September
2021.

http://scholar.unand.ac.id/17009/5/BAB%20I.pdf, Diakses pada 13 September 2021.


Iswara, A. J, Balas Dendam Ukraina Usir Diplomat Rusia dari Kiev, Diakses
dari : https://international.sindonews.com/read/400870/41/ketegangan-
meningkat-ukraina-usir-diplomat-rusia-1618740244, Diakses pada 15
Agustus 2021

Indonesia, CNN, Rusia dan Ukraina Saling Usir Diplomat Buntut Konflik
Perbatasan, Diakses dari :
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210418105558-134-
631304/rusia-ukraina-saling-usir-diplomat-buntut-konflik-
perbatasan,Diakses pada 25 September 2021

Anda mungkin juga menyukai