Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EPIDEMOLOGI

TENTANG PENYAKIT DIABETES MELITUS

DII SUSUN OLEH :


NAMA : HANNA VINI FRANS
NIM : B1D119101
KELAS : 2019C

PRODI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular Diabetes Mellitus” dengan baik. Adapun penulisan makalah ini dibuat
sebagai tugas mata kuliah Epidemiologi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang di harapkan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi memperbaiki kesalahan-
kesalahan yang ada. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak
dan semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan bagi
penulis dan pembaca pada umumnya.

  Makassar, 14 Januari 2022

Penyusun
 
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR------------------------------------------------------------------------2
DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------------3
BAB I-------------------------------------------------------------------------------------------4
PENDAHULUAN---------------------------------------------------------------------------4
1.1 Latar Belakang--------------------------------------------------------------------------4
1.2 Rumusan Masalah----------------------------------------------------------------------5
1.3 Tujuan-----------------------------------------------------------------------------------5
BAB II-----------------------------------------------------------------------------------------6
PEMBAHASAN-----------------------------------------------------------------------------6
2.1 Pengertian Diabetes Melitus----------------------------------------------------------6
2.2 Tanda Tanda Diabetes Melitus-------------------------------------------------------6
2.3 Factor Penyebab Diabetes Melitus---------------------------------------------------7
2.4 Pencegahan Diabetes Melitus--------------------------------------------------------14
BAB III----------------------------------------------------------------------------------------20
PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------20
3.1 Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------20
3.2 Saran-------------------------------------------------------------------------------------20
DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------------21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh kenaikan
kadar gula darah (hiperglikemia) kronik yang dapat menyerang banyak orang pada
semua lapisan masyarakat. Problema Diabetes mellitus, baik aspek perorangan
maupun aspek masyarakat, terus berkembang meskipun sudah banyak dicapai
kemajuan disemua bidang riset Diabetes Mellitus maupun penatalaksanaanya
(Wiryowidagdo dalam Gsianturi, 2005).
Tingginya jumlah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia
diakibatkan perilaku makan orang Indonesia yang terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat. Di Indonesia, setiap orang dewasa memiliki asupan 1700—1900
kalori. Akan tetapi, sember kalori yang menghasilkan glukosa bagi tubuh
mencapai 70%. Hal itu disebabkan oleh asupan makanan pada orang dewasa di
Indonesia lebih banyak mengandung karbohidrat (Pikiran Rakyat Cyber Media,
2003).
Salah satu makanan karbohidrat yaitu nasi yang mengandung glukosa dalam
kuantitas banyak dan glukosa yang berlebihan merupakan salah satu penyebab
penyakit Diabetes Mellitus. Nasi yang merupakan makan pokok orang Indonesia
mengakibatkan negeri ini menduduki posisi keempat dalam jumlah penderita
Diabetes Mellitus terbanyak didunia (Wiryowidagdo dalam Gsianturi, 2005).
Saat ini epidemiologi penyakit tidak menular muncul mejadi kematian
terbesar di Indonesia, sedangkan epidemiologi penyakit menular juga belum
tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan penyakit infeksi baru dan
timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, sehingga
Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat. Berdasarkan studi
epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemiologi Diabetes Mellitus
tipe 2. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab
penting masalah ini, dan terus menerus meningkat pada milenium baru (Perkeni,
2011).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevelensi diabetes mellitus tipe 2 di berbagai
penjuru dunia. World healt organization (WHO) memprediksi adanya peningkatan
jumlah penyandang diabetes mellitus yang cukup besar untuk tahun-tahun
mendatang. Di Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan hasil
penelitian dari berbagai daerah yang dilakukan pada dekade 1980 menunjukan
prevelensi diabetes mellitus tipe 2 antara 0,8% di Tanah Toraja, sampai 6,1% yang
didapatkan di Manado.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari diabetes melitus?
2. Bagaimana mana tanda tanda diabetes melitus?
3. Apa factor resiko penyebab diabetes melitus?
4. Bagaimana upaya pencegahan diabetes mellitus?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Diabetes Melitus
2. Untuk mengetahui tanda tanda diabetes melitus
3. Untuk mengetahui factor resiko penyebab diabetes mellitus
4. Untuk mengetahui upaya penceggahan diabetes melitus
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan
sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk,
2009).
Diabetes Mellitus adalah kondisi abnormalitas metabolisme karbohidrat yang
disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) insulin, baik secara absolute (total) maupun
sebagian (Hadisaputro. Setiawan, 2007).
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan yang
berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Penyakit ini sudah lama dikenal,
terutama dikalangan keluarga, khususnya keluarga ‘berbadan besar’ (kegemukan)
bersama dengan gaya hidup ‘tinggi’. Kenyataannya, kemudian, DM menjadi penyakit
masyarakat umum, menjadi beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa
banyak kematian.
B. Tanda-Tanda Diabetes
Adapun tanda - tanda diabetes mellitus dapat dilihat berdasarkan gejala – gejala
berikut:
1. Gejala Klinis
* Gejala khas * Gejala Lain
- Poliuria (sering kencing) - Gatal - gatal
- Poliphagia (cepat lapar) - Mata kabur
- Polidipsia (sering haus) - gatal di kemaluan (wanita)
- Lemas - Impotensia
- Berat badan menurun - Kesemutan
2. Gambaran Laboratorium
o Gula darah sewaktu > 200 mg/dl.
o Atau gula darah puasa >126 mg/dl (puasa=tidak ada masukan
o Makanan/kalori sejak 10 jam terakhir)
Atau glukosa plasma 2 jam > 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gram.
C. Faktor Resiko Diabetes Melitus
Berbagai bentuk faktor resiko DM, seperti modified dan unmodified risk
factors, risiko sosial, ekonomi, lingkungan, genetic dan gizi.
Resiko lingkungan DM berkaitan dengan faktor-faktor:
 Geographic variation (ditemukan variasi geografis di berbagai bagaian negeri di
Cina).
 Temporal variation
 Migrant risk in new environment (ditemukan pada kelompok migrant Cina dan
jewis).
DM tipe 2 adalah hasil interaksi faktor genetic dan keterpaparan lingkungan.
Faktor genetik akan menentukan individu yang suseptibel atau rentan kena DM.
faktor lingkungan disini berkaitan dengan 2 faktor utama kegemukan (obesitas) dan
kurang aktivitas fisik. Karena itu, kelak kedua faktor ini ternyata kalau dikendalikan
akan memberikan hasil yang efektif dalam pengendalian diabetes.
Bukti peran faktor genetik diperoleh dari penelitian pada anak kembar yang
keduanya beresiko terhadap DM. Pengaruh lingkungan dapat dibuktikan dengan
migrant study. Misalnya, orang Jepang yang pindah ke Hawai lebih tinggi DM-nya
dibandingkan mereka yang tetap di Jepang.
DM tipe 2 ditandai dengan 4 gangguan metabolik utama, yaitu: (1)
hiperglikemia kronik, (2) resistensi insulin, (3) reduksi respons insulin, dan (4)
peningkatan pengeluaran glukosa hepar. Tidak jelas yang mana dari keempatnya yang
dulu terjadi. Namun diperkirakan perkembangan DM 2 melalui tahapan tertentu.
Tahap-tahap perkembangan terjadi tipe 2 DM:
Tahap 1. Genetic susceptibility, sebagai prerequisite
Tahap 2. Insuline resistance
Tahap 3. Impaired Glucose Tolerance (IGT)
Tahap 4. DM tipe 2
Kriteria WHO untuk IGT adalah venous plasma glucose level of 7.8-11.0
mmol/l two hours after a 75g oral glucose load.
Faktor resiko utama DM tipe 2,yaitu:
1. Genetic: mempunyaib orang tua/keluarga dengan DM tipe 2
2. Obesitas (terutama central obesity)
3. Physical inactivity
4. Pengalaman dengan diabetic intrauterine
5. Riwayat minum Susu formula (cow milk) pada waktu bayi
6. Low birth weight (LBW)
Pengalaman dengan diabetic intrauterine ditandai dengan riwayat kehamilan
abnormal, berupa abortus berulang-ulang, lahir mati, malformasi, toxwmia
gravidarum, berat badan bayi lebih 4 kg;, glusuria renal waktu hamil dan diabetics
gestational.
Kalau susu sapi di curigai sebagai resiko DM, sebaliknya dengan ASI. ASI
eksklusif, minimal 2 bulan, ternyata berhubungan dengan reduksi 50% DM di
kalangan dewasa.
DM tipe 2 memang mempunyai berbagai faktor resiko baik genetic maupun
lingkungan. Berbagai faktor resiko ini sangat penting diperhatikan dalam mencari
upaya efektif untuk menahan laju perkembangan ataupun untuk menghentikan
peningkatan DM.
Faktor resiko ini bervariasi menurut jenis kemungkinan resiko yang
diperkirakan akan terjadi. Resiko bisa dibedakan atas jenis resiko menderita DM dan
resiko meninggal akibat DM. resiko-resiko ini berbeda antarregion, etik dan sosial
ekonomi masyarakat.
Dalam kaitannya dengan faktor resiko, dikenal istilah ABC untuk DM yang
terdiri dari:
A = A1c
B = Blood pressure
C = Cholesterol
Huruf A = A1c, yakni Hb A1c, glukosa yang terkait pada sel darah merah.
Kadar A1c di dalam darah ini menggambarkan kadar gula darah rata-rata selama 3
bulan. Kadar normal HbA1c <7%.
B = Blood pressure: 2/3 penderita DM menderita hipertensi. DM tambah
hipertensi mempertinggi resiko komplikasi (jantung, stroke, ginjal dan mata)
C = Cholesterol. Peningkatan kolesterol akan menyebabkan penyakit jantung
dan pembuluh darah segera mendampingi DM. kolesterol berbahaya jika tinggi
>200mg% dan HDL <=35mg%.
2. Komplikasi Makrovaskular
Penyakit kardiovaskuler/ Stroke/ Dislipidemia, Penyakit pembuluh darah
perifer, Hipertensi timbul akibat aterosklerosis dan pembuluh-pembuluh darah besar,
khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma. Makroangioati tidak spesifik pada
diabetes, namun pada DM timbul lebih cepat, lebih seing terjadi dan lebih serius.
Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa angka kematian akibat
penyakit ,kardiovaskular dan penderita diabetes meningkat 4-5 kali dibandingkan
orang normal.
Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada hubungannya dengan kontrol
kadar gula darah yang balk. Tetapi telah terbukti secara epidemiologi bahwa
hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas kardiovaskular, di mana
peninggian kadar insulin menyebabkan risiko kardiovaskular semakin tinggi pula.
kadar insulin puasa > 15 mU/mL akan meningkatkan risiko mortalitas koroner
sebesar 5 kali lipat. Hiperinsulinemia kini dikenal sebagai faktor aterogenik dan
diduga berperan penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular.

a. Hipertensi
Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding orang
yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi
dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke.
Antara 35-75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang
dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan
pengapuran atau pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah
b. Penyakit Jantung Koroner
DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak
di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh darah
koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan akibat
suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung,
penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah meningkat,
sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak.
Berdasarkan studi epidemiologis, maka diabetes merupakan suatu faktor
risiko koroner. Ateroskierosis koroner ditemukan pada 50-70% penderita diabetes.
Akibat gangguan pada koroner timbul insufisiensi koroner atau angina pektoris
(nyeri dada paroksismal serti tertindih benda berat dirasakan didaerah rahang
bawah, bahu, lengan hingga pergelangan tangan) yang timbul saat beraktifiras atau
emosi dan akan mereda setelah beristirahat atau mendapat nitrat sublingual.
Akibat yang paling serius adalah infark miokardium, di mana nyeri menetap
dan lebih hebat dan tidak mereda dengan pembenian nitrat. Namun gejala-gejala ini
dapat tidak timbul pada pendenita diabetes sehigga perlu perhatian yang lebih teliti.
c. Stroke
Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering pada
penderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita diabetes.
Stroke lebih sering timbul dan dengan prognosis yang lebih serius untuk penderita
diabetes. Akibat berkurangnya aliran atrteri karotis interna dan arteri vertebralis
timbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa: (a) Pusing, sinkop; (b)
Hemiplegia: parsial atau total; (c) Afasia sensorik dan motorik; dan (d) Keadaan
pseudo-dementia
d. Ulkus Diabetik
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya
kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga
merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati
perifer.
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai
sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL
yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk
terjadinya Ulkus Diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding
pembuluh darah.
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan
morbiditas akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi
serius akibat Diabetes.
Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus Diabetikum adalah
angipati, neuropati dan infeksi.adanya neuropati perifer akan menyebabkan hilang
atau menurunnya sensai nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi pada otot kaki sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsestrasi pada kaki klien. Apabila sumbatan darah terjadi pada
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit pada tungkainya
sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika
sehingga menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh.
e. Penyakit pembuluh darah
Proses awal terjadinya kelainan vaskuler adalah adanya aterosklerosis, yang
dapat terjadi pada seluruh pembuluh darah. Apabila terjadi pada pembuluh darah
koronaria, maka akan meningkatkan risiko terjadi infark miokar, dan pada akhirnya
terjadi payah jantung. Kematian dapat terjadi 2-5 kali lebih besar pada diabetes
disbanding pada orang normal. Risiko ini akan meningkat lagi apabila terdapat
keadaan keadaan seperti dislipidemia, obes, hipertensi atau merokok.
Penyakit pembuluh darah pada diabetes lebih sering dan lebih awal terjadi
pada penderita diabetes dan biasanya mengenai arteri distal (di bawah lutut). Pada
diabetes, penyakit pembuluh darah perifer biasanya terlambat didiagnosis yaitu bila
sudah mencapai fase IV. Faktor-faktor neuropati, makroangiopati dan
mikroangiopati yang disertai infeksi merupakan factor utama terjadinya proses
gangrene diabetik. Pada penderita dengan gangrene dapat mengalami amputasi,
sepsis, atau sebagai factor pencetus koma, ataupun kematian.
1. Neuropati
Umumnya berupa polineuropati diabetika, kompikasi yang sering terjadi pada
penderita DM, lebih 50 % diderita oleh penderita DM. Manifestasi klinis dapat
berupa gangguan sensoris, motorik, dan otonom. Proses kejadian neuropati biasanya
progresif di mana terjadi degenerasi serabut-serabut saraf dengan gejala-gejala nyeri.
Yang terserang biasanya adalah serabut saraf tungkai atau lengan.
Neuropati disebabkan adanya kerusakan dan disfungsi pada struktur syaraf
akibat adanya peningkatan jalur polyol, penurunan pembentukan myoinositol,
penurunan Na/K ATP ase, sehingga menimbulkan kerusakan struktur syaraf,
demyelinisasi segmental, atau atrofi axonal.
Kerusakan saraf adalah komplikasi DM yang paling sering terjadi. Baik
penderita DM Tipe 1 maupun Tipe 2 bisa terkena neuropati. Hal ini bisa terjadi
setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung
sampai 10 tahun atau lebih. Akibatnya saraf tidak bisa mengirim atau menghantar
pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim, atau terlambat dikirim.
Keluhan dan gejala neuropati tergantung pada berat ringannya kerusakan saraf.
Kerusakan saraf yang mengontrol otot akan menyebabkan kelemahan otot sampai
membuat penderita tidak bisa jalan. Gangguan saraf otonom dapat mempercepat
denyut jantung dan membuat muncul banyak keringat. Kerusakan saraf sensoris
(perasa) menyebabkan penderita tidak bisa merasakan nyeri panas, dingin, atau
meraba. Kadang-kadang penderita dapat merasakan kram, semutan, rasa tebal, atau
nyeri. Keluhan neuropati yang paling berbahaya adalah rasa tebal pada kaki, karena
tidak ada rasa nyeri, orang tidak tahu adanya infeksi.
2. Gangguan Pada Hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati (liver). Anggapan ini keliru. Hati bisa terganggu
akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita
diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau
hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit
hepatitis karena mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan
hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena
infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering
ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya
(hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan
dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan
tubuh lainnya.
3. Gangguan Saluran Pencernaan
Mengidap DM terlalu lama dapat mengakibatkan urat saraf yang memelihara
lambung akan rusak sehingga fungsi lambung untuk menghancurkan makanan
menjadi lemah. Hal ini mengakibatkan proses pengosongan lambung terganggu dan
makanan lebih lama tinggal di dalam lambung. Gangguan pada usus yang sering
diutarakan oleh penderita DM adalah sukar buang air besar, perut gembung, dan
kotoran keras. Keadaan sebaliknya adalah kadang-kadang menunjukkan keluhan
diare, kotoran banyak mengandung air tanpa rasa sakit perut.
4. TB Paru
Penyebab meningkatnya insiden tuberkulosis paru pada pengidap diabetes dapat
berupa defek pada fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan pejamu.
Mekanisme yang mendasari terjadinya hal tersebut masih belum dapat dipahami
hingga saat ini, meskipun telah terdapat sejumlah hipotesis mengenai peran sitokin
sebagai suatu molekul yang penting dalam mekanisme pertahanan manusia terhadap
TB. Selain itu, ditemukan juga aktivitas bakterisidal leukosit yang berkurang pada
pasien DM, terutama pada mereka yang memiliki kontrol gula darah yang buruk.
Meningkatnya risiko TB pada pasien DM diperkirakan disebabkan oleh defek
pada makrofag alveolar atau limfosit T. Wang et al.11 mengemukakan adanya
peningkatan jumlah makrofag alveolar matur (makrofag alveolar hipodens) pada
pasien TB paru aktif. Namun, tidak ditemukan perbedaan jumlah limfosit T yang
signifikan antara pasien TB dengan DM dan pasien TB saja. Proporsi makrofag
alveolar matur yang lebih rendah pada pasien TB yang disertai DM, yang dianggap
bertanggung jawab terhadap lebih hebatnya perluasan TB dan jumlah bakteri dalam
sputum pasien TB dengan DM.

D. Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus


Jumlah penderita DM tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya
menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya pengobatan serta perawatan
penderita DM, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi
komplikasi, usaha untuk menyembuhkan keadaan tersebut ke arah normal sangat
sulit, kerusakan yang terjadi umumnya akan menetap, maka upaya pencegahan sangat
bermanfaat baik dari segi ekonomi maupun terhadap kesehatan masyarakat.
Usaha pencegahan pada penyakit DM terdiri dari : Pencegahan primordial yaitu
pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak memilki faktor resiko
untuk terjadinya DM, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang
belum terkena DM namun memiliki faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk
terjadinya DM agar tidak timbul penyakit DM, pencegahan sekunder yaitu mencegah
agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan tersier
yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi
komplikasi.
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor
predisposisi/resiko terhadap penyakit DM. Sasaran dari pencegahan primordial adalah
orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak
memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan
seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani
teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk dan menghindari
obat yang bersifat diabetagenik.
2. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk
mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi faktor-
faktor tersebut.
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk
mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM, faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap timbulnya DM, usaha untuk mengurangi faktor-faktor
tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk mengontrol gula darah, perencanaan
makan, mengurangi kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.
a. Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai
DM. Disamping kepada pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi dan pihak-pihak perencana
kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM adalah
definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan
upaya-upaya menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan
pengenalan komplikasi DM, serta pemeliharaan kaki.
b. Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit)
memegang peran penting dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang
yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2 kali lebih banyak untuk menurunkan
kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah raga. Manfaat
latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain:
b.1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan
lipid darah
b.2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa
b.3. Membantu menurunkan berat badan
b.4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
b.5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Laihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging,
dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status
kesegaran jasmani.
c. Perencanaan Pola Makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses
manajemen DM. Seluruh penderita harus melakukan diet dengan pembatasan kalori,
terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan. Menu dan jumlah kalori yang
tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai
saat ini tidak ada satupun perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien,
namun ada standar yang dianjurkan yaitu makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai
berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25 %.
Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan diusahakan
lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh dan membatasi PUFA (Poly
Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan
pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang
ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif. Tujuan
utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-
orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi untuk
mengembangkan atau memperparah penyakit.
Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk
mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan pengelolaan
DM memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat.
a. Diagnosis Dini Diabetes Mellitus
Dalam menetapkan diagnosis DM bagi pasien biasanya dilakukan dengan
pemeriksaan kadar glukosa darahnya. Pemeriksaan kadar glukosa dalam darah pasien
yang umum dilakukan adalah :
a.1. Pemeriksaan kadar glukosa darah setelah puasa.
Kadar glukosa darah normal setelah puasa berkisar antara 70-110 mg/dl.
Seseorang didiagnosa DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah arteri
lebih dari 126 mg/dl dan lebih dari 140 mg/dl jika darah yang diperiksa diambil dari
pembuluh vena.
a.2. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu.
Jika kadar glukosa darah berkisar antara 110-199 mg/dl, maka harus dilakukan
test lanjut. Pasien didiagnosis DM bila kadar glukosa darah pada pemeriksaan darah
arteri ataupun vena lebih dari 200 mg/dl.
a.3. Test Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Test ini merupakan test yang lebih lanjut dalam pendiagnosaan DM.
Pemeriksaan dilakukan berturut-turut dengan nilai normalnya : 0,5 jam < 115 mg/dl,
1 jam < 200 mg/dl, dan 2 jam < 140 mg/dl.
Selain pemeriksaan kadar gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan
HbA1C atau glycosylated haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein
yang terbentuk dari perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah
merah.18 Nilai yang dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4
% - 5,9 %.17 Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko
timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita DM kadar HbA1C ditargetkan
kurang dari 7 %.
Ketika kadar glukosa dalam darah tidak terkontrol (kadar gula darah tinggi)
maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin (terglikasi). Oleh karena itu,
rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. bila
kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu maka kadar HbA1C akan tinggi juga.
Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
(sesuai dengan umur eritrosit). Kadar HbA1C akan menggambarkan rata-rata kadar
gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.19 Jadi walaupun
pada saat pemeriksaan kadar gula darah pada saat puasa dan 2 jam sesudah makan
baik, namun kadar HbA1C tinggi, berarti kadar glukosa darah tetap tidak terkontrol
dengan baik.
b. Pengobatan Segera
Intervensi fakmakologik ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makanan dan latihan jasmani. Dalam pengobatan ada 2
macam obat yang diberikan yaitu pemberian secara oral atau disebut juga Obat
Hipoglikemik Oral (OHO) dan pemberian secara injeksi yaitu insulin. OHO dibagi
menjadi 3 golongan yaitu : pemicu sekresi insulin (Sulfonilurea dan Glinid),
penambah sensitivitas terhadap insulin (Metformin dan Tiazolidindion), penambah
absobsi glukosa (penghambat glukosidase alfa).
Selain 2 macam pengobatan tersebut, dapat juga dilakukan dengan terapi
kombinasi yaitu dengan memberikan kombinasi dua atau tiga kelompok OHO jika
dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga
menggunakan kombinasi kombinasi OHO dengan insulin apabila ada kegagalan
pemakaian OHO baik tunggal maupun kombinasi.
4. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecatatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin bagi
penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325
mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien DM yang sudah
mempunyai penyakit makroangiopati.
Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien dengan
dokter mapupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi
pasien untuk mengendalikan penyakit DM. Dalam penyuluhan ini yang perlu
disuluhkan mengenai :
a. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes
b. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
c. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan
keadaan hidup dengan komplikasi kronik.
Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga
sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama
disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin
lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi,
medis, gizi, pediatri dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes Melitus (DM) atau disingkat Diabetes adalah gangguan kesehatan
yang berupa kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin. Berbagai faktor penyebab yang
dapat memicu timbulnya penyakit ini secara umum disebabkan oleh faktor genetik
dan faktor lingkungan. Berdasarkan distribusi terjadinya penyakit ini, insidensi dan
prevalensi penyakit ini terus terjadi peningkatan dari tahun ke tahun dan di perkirakan
akan terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakan modern saat
ini.
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk menekan laju pertambahan jumlah
penderita diabetes mellitus ini, mulai dari pencegahan primordial pada masyarakat
yang belum sakit, hingga dengan upaya pengendalian dan pengawasan pada penderita
diabetes mellitus agar tidak menjadi berat dan tidak menimbulkan komplikasi. Jika
pun komplikasi telah terjadi agar penderita tetap dapat menjalani hidupnya dan
penyakit tersebut tidak dapat menggaggu kehidupan penderita lebih lanjut.
B. Saran
1. Diharapkan dengan pengetahuan yang bertambah, mahasiswa dapat menekan
kejadian diabetes mellitus ini agar tidak terus bertambah khususnya untuk diri
pribadi
2. Diharapkan analisa yang dilakukan dapat memberikan kontribusi pada pembuat
kebijakan, minimal dalam skala pendidikan.
3. Diharapkan pemecahan masalah yang diberikan memberikan keuntungan pada
berbagai pihak tanpa ada unsur yang hanya memberi keuntungan hanya pada
pihak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Qasim, M., & Haskas, Y. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku
Pengendalian Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Wilayah Kerja Puskesmas
Jongaya Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(1), 69–74.
Rohani, R., & Ardenny, A. (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Melitus. Jurnal Proteksi Kesehatan, 7(2).
Saputri, R. D. (2020). Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 230–236.
Suprapto, Mulat, T. C., & Lalla, N. S. N. (2021). Nurse competence in implementing
public health care. International Journal of Public Health Science, 10(2),
428–432. https://doi.org/10.11591/ijphs.v10i2.20711
Suprapto, S. (2019). Kegiatan Penyuluhan Tentang Diabetes Militus di Kelurahan
Barombong Kota Makassar. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(2), 200–204. https://doi.org/10.31960/caradde.v1i2.71
Toharin, S. N. R., KM, W. H. C. S., & Kes, I. Z. M. H. (2015). Hubungan modifikasi
gaya hidup dan kepatuhan konsumsi obat antidiabetik dengan kadar gula
darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RS Qim Batang tahun 2013.
Unnes Journal of Public Health, 4(2).
Wahyuningrum, R., Wahyono, D., Mustofa, M., & Prabandari, Y. S. (2020).
Masalah-Masalah terkait Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2: Sebuah Studi
Kualitatif. Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 9(1), 26–42.
Wulan, S. S., Nur, B. M., & Azzam, R. (2020). Peningkatan Self Care Melalui
Metode Edukasi Brainstorming Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 9(1), 7–16.

Anda mungkin juga menyukai